Jurnal Asam Basa PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFIKASI SIFAT ASAM BASA DENGAN MENGGUNAKAN

INDIKATOR ALAMI

N. W. Yulita Amanda, P. Sri Utami Dewi, K. Dwi Karina, N. L. M. Diah


Ernawati

Jurusan IPA Program Studi Pasca Sarjana Undiksha

ABSTRAK

Bagi siswa sekolah, sangat menarik melakukan eksperimen untuk


mengetes golongan asam dan basa berdasarkan pengamatan. Sifat asam dan basa
dapat dikenali dengan menggunakan zat indikator, yaitu zat yang memberi warna
berbeda di lingkungan asam dan lingkungan basa. Untuk mengetahui apakah
suatu larutan bersifat asam atau basa secara umum, biasanya digunakan indikator
asam-basa. Salah satu indikator asam-basa yang dapat digunakan adalah indikator
alami. Pada percobaan ini dilakukan pengujian sifat asam basa dengan indicator
alami. Beberapa indikator yang digunakan adalah bunga kembang sepatu, kunyit,
bunga bougenvile, bunga pacar air dan bunga gumitir. Sedangkan yang bertindak
sebagai larutan penguji adalah cuka, air jeruk, air sabun, air soda kue, larutan
NaOH, dan larutan HCl. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ekstrak kunyit dan
bunga bougenvil dapat digunakan sebagai indikator untuk mendeteksi basa.
Ekstrak bunga pacar air dan kembang sepatu dapat digunakan sebagai indikator
untuk mendeteksi asam maupun basa. Ekstrak bunga gumitir tidak dapat
digunakan sebagai indicator untuk mendeteksi asam maupun basa.

Kata kunci: Indikator, Asam dan Basa

PENDAHULUAN
Banyak sekali hal-hal menarik di sekitar kita yang bisa di bawa ke kelas
untuk memberikan kemudahan bagi siswa belajar sains. Salah satunya saat siswa
belajar tentang asam dan basa. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
menemukan rasa pahit, getir, asam asin dan manis pada makanan atau zat karena
sifat zat tersebut, yaitu sifat yang berkaitan dengan asam, basa dan garam. Rasa
asam terkait dengan suatu zat yang dalam ilmu kimia digolongkan sebagai asam.
Rasa pahit terkait dengan bahan lain yang digolongkan sebagai basa. Namun,
tidak semua yang mempunyai rasa pahit merupakan basa. Basa dapat dikatakan
sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu
saling menetralkan, sehingga sifat asam dan basa dihilangkan. Hasil reaksi antara
asam dengan basa kita sebut garam. Adapun rasa manis terkait dengan kehadiran
sifat asam dan basa secara bersama-sama.
Seperti yang dijelaskan bahwa asam mempunyai rasa asam, sedangkan
basa mempunyai rasa pahit. Namun begitu, tidak dianjurkan untuk mengenali
asam dan basa dengan cara mencicipinya, sebab banyak diantaranya yang dapat
merusak kulit (korosif) atau bahkan bersifat racun. Asam dan basa dapat dikenali
dengan menggunakan zat indikator, yaitu zat yang memberi warna berbeda di
lingkungan asam dan lingkungan basa (zat yang warnanya dapat berubah saat
berinteraksi atau bereaksi dengan senyawa asam maupun senyawa basa). Untuk
mengetahui apakah suatu larutan bersifat asam atau basa secara umum, biasanya
digunakan indikator asam-basa. Contoh indikator asam-basa paling sederhana
adalah kertas lakmus merah dan biru. Mungkin beberapa dari kita pernah
menonton iklan di televisi mengenai uji efektivitas suatu produk deodoran
menggunakan kertas lakmus yang ditempelkan di bawah lengan. Nah, kertas
lakmus biru akan berubah warna menjadi merah jika kondisinya asam. Begitu
pula kertas lakmus merah akan berubah warna menjadi biru dalam kondisi basa.
Untuk lebih mudah mengingat, ingat saja warna merah artinya asam dan warna
biru artinya basa.

Gambar 1. Kertas Lakmus Merah dalam Basa (atas) dan Kertas Lakmus
Biru dalam Asam (bawah).
Ada pula indikator pH universal, yang berupa lembaran kertas kecil
dengan beberapa rentang warna, yang jika dimasukkan dalam suatu larutan,
indikator pH universal tersebut akan mengalami perubahan warna sesuai dengan
nilai pH. Kertas indikator yang telah berubah warna tersebut kemudian dapat
dicocokkan dengan rentang nilai pH yang telah disediakan.
Gambar 2. Indikator pH Universal
Bagi siswa sekolah, sangat menarik melakukan eksperimen untuk
mengetes yang mana golongan asam dan basa berdasarkan pengamatan. Indikator
yang tersedia luas di laboratorium-laboratorium kimia biasanya adalah indikator
universal dan kertas lakmus. Namun indikator tersebut bisa dikatakan mahal
harganya dan kurang terjangkau untuk percobaan. Nah, alam sendiri telah
membekali kita dengan indikator asam-basa yang disebut dengan indikator alami.
Indikator alami adalah tanaman atau bunga yang mempunyai warna menyolok,
dan memberikan warna yang berbeda jika diberikan dalam larutan asam atau basa.
Salah satu contoh indikator alami adalah kembang sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis).

Gambar 3. Bunga Kembang Sepatu

Mahkota kembang sepatu ini dapat kita gunakan untuk mengetahui sifat
suatu larutan lho! Kembang sepatu yang berwarna merah akan berubah menjadi
biru jika terkena larutan basa. Sedangkan bunga dengan mahkota berwarna biru
atau keunguan akan berubah menjadi merah jika terkena larutan asam. Menarik,
bukan? Beberapa indikator alami seperti bunga kembang sepatu, kunyit, bunga
bougenvile, bunga pacar air dan bunga gumitir dapat digunakan dapat digunakan
untuk membuktikan apakah bahan-bahan seperti cuka, jeruk nipis, air sabun, air
soda kue, NaOH dan HCl dan lainnya bersifat asam atau basa.
DASAR TEORI
Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal
dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari
bahasa Arab yang berarti abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Juga
sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan. Di alam, asam
ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah jeruk berfungsi
untuk memberi rasa limun yang tajam.
Sifat Asam
Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum
merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan
larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu
zat yang dapat member proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau
dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi
dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam
adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam
baterai atau aki mobil). Ciri-ciri asam diantaranya: rasanya asam, dapat mengubah
warna kertas lakmus biru menjadi merah, mempunyai pH (derajat keasaman)
kurang dari 7, dapat menghantarkan listrik (termasuk larutan elektrolit), dengan
logam tertentu dapat mengahasilkan gas hydrogen dan bersifat korosif atau
merusak bahan-bahan benda-benda yang dikenainya.
Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk
hal yang sama dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur
(bahasa Belanda), atau Säure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan
dengan rasa masam. Dalam kimia, istilah asam memiliki arti yang lebih khusus.
Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia, yaitu
definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis.
 Arrhenius: Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan
konsentrasi ion hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang
pertama kali dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan
basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air.
 Brønsted-Lowry: Menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton kepada
basa. Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa
konjugat. Brønsted dan Lowry secara terpisah mengemukakan definisi ini,
yang mencakup zat-zat yang tak larut dalam air (tidak seperti pada definisi
Arrhenius).
 Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari
basa. Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup
asam yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan,
seperti besi (III) klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan
teori orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan
elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari orbital
terisi yang tertinggi (HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan
LUMO dari asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan.
Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi
Brønsted-Lowry merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam
definisi ini, keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium
dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut telah memberi proton ke
dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi
menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi (Anonim, 2013).
Sifat Basa
Seperti halnya asam, basa juga banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari. Para ibu rumah tangga menggunakan abu gosok untuk mencuci piring. Basa
dalam abu gosok dapat bereaksi dengan kotoran berupa lemak atau minyak ,
sehingga menjadi larut. Sedangkan, untuk mencuci piring yang sangat berminyak
perlu menggunakan sabun. Sabun dapat melarutkan lemak dan minyak. Para
penderita magh selalu minum obat berupa magnesium hidroksida atau aluminium
hidroksida. Basa memiliki ciri-ciri seperti: pahit dan licin, mempunyai pH lebih
dari 7, mengubah warna lakmus merah menjadi biru, dapat menghantarkan listrik
(termasuk larutan elektrolit), dapat menetralkan sifat asam dan bersifat kausatik
atau dapat merusak kulit (Mulyadi, 2012).
Terdapat tiga definisi basa yang umum diterima dalam kimia, yaitu
definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis (Istigfaiyah, 2013).
 Arrhenius: Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion
hidroksida sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.
 Brønsted-Lowry: Basa adalah zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat
lain (akseptor proton). Suatu zat baik yang bermuatan positif, negatif, ataupun
netral termasuk basa Bronsted-Lowry jika mempunyai pasangan elektron
bebas yang dapat berikatan dengan atom H. Misalnya, NH3, CO3-, dan OH-.
 Lewis: Suatu zat tergolong basa jika dapat memberi pasangan elektron.
Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam, basa, dan netral dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1) Id en ti f i k asi L aru tan d en gan In d ik ator
Untuk mengidentifikasi sifat asam basa larutan, selain menggunakan
kertas lakmus kita juga dapat menggunakan larutan yang berfungsi sebagai
larutan indikator. Larutan indikator adalah larutan kimia yang akan berubah warna
dalam lingkungan tertentu. Karena sifatnya yang dapat berubah warna inilah,
larutan indikator dapat digunakan sebagai alat identifikasi larutan asam dan basa.
Identifikasi larutan di laboratorium dapat menggunakan empat jenis
larutan indikator, yaitu larutan fenolftalein, metil merah, metil jingga, dan
bromtimol biru. Larutan indikator ini tidak seperti indikator lakmus yang mudah
penggunaannya. Warna-warna yang terjadi pada larutan indikator jika
dimasukkan ke dalam larutan asam dan basa, agak sulit diingat. Sebagai contoh,
larutan fenolftalein. Pada lingkungan asam, larutan fenolftalein tidak berwarna, di
lingkungan basa berwarna merah, sedangkan di lingkungan netral tidak berwarna.
Berarti, untuk membedakan apakah suatu larutan bersifat asam atau netral, tidak
cukup hanya dengan menggunakan larutan fenolftalein (Pangganti, 2012).
2) Id en ti f i k asi l arutan d en gan k ertas l ak mu s
Sifat asam atau basa suatu larutan dapat juga diidentifikasi menggunakan
kertas lakmus. Ada dua jenis kertas lakmus yaitu:
 Kertas lakmus warna biru. Di dalam larutan asam, warna kertas berubah
menjadi merah, sedangkan di dalam larutan netral atau basa, warna kertas
tidak berubah (tetap biru).
 Kertas lakmus warna merah. Di dalam larutan basa, warna kertas berubah
menjadi biru, sedangkan di dalam larutan netral atau asam, warna kertas tidak
berubah (tetap merah) (Johari, J. M. C., dan Rachmawati dalam Pangganti,
2012).
3) Id en ti f i k asi l arutan d en gan i nd i k ator al ami
Indikator alami merupakan bahan alam yang dapat berubah warnanya
dalam larutan yang sifatnya berbeda, asam, basa atau netral. Indikator alami yang
biasa digunakan untuk pengujian asam basa adalah bunga-bungaan, umbi, kulit
buah dan daun yang berwarna. Perubahan warna indikator bergantung pada warna
jenis tanamannya, misalnya kembang sepatu merah di dalam asam berwarna
merah dan di dalam basa berwarna hijau. Kita dapat membuat sendiri indikator
alami untuk penentuan sifat asam basa ini dari ekstrak mahkota bunga berwarna.
Mahkota bunga (misal : bunga sepatu) kita gerus dengan air. Selanjutnya airnya
kita gunakan untuk menguji sifat asam basa dari larutan yaitu dengan jalan
mencampurkannya dengan larutan asam atau basa. Bila pada pencampuran
tersebut ternyata ekstrak mahkota bunga memberikan warna yang berbeda untuk
larutan asam basa, maka ekstrak mahkota bunga tersebut dapat kita gunakan
sebagai indikator (Pangganti, 2012).
MATERI DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain adalah air sabun,
air soda kue, cuka, jeruk nipis, HCl, NaOH, akuades, kunyit, bunga pacar air,
bunga kembang sepatu, bunga bougenvile, dan bunga gumitir.
Gambar 4. Contoh Indikator Alami
Alat
Pisau, plat tetes, pipet tetes, gelas beker, lumpang, alu dan tisu.

Gambar 5. Alat Percobaan


Cara Kerja
Kunyit dipotong kemudian dihancurkan dengan menggunakan mortal, lalu
dilarutkan dengan aquades. Filtrat ekstrak kunyit di tempatkan di tujuh tempat
pada plat tetes masing-masing 7 tetes. Filtrat ditetesi cuka, air jeruk, air sabun, air
soda kue, larutan NaOH, dan larutan HCl, masing-masing 5 tetes. Filtrat ketujuh
sebagai control. Perubahan warna yang terjadi diamati, dan dibandingkan dengan
filtrat control. Ganti kunyit dengan aneka jenis bunga dan lakukan seperti langkah
sebelumnya serta amati perubahan warna yang terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan dari uji asam basa dengan menggunakan indikator alami
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Asam Basa dengan Indikator Alami
Kembang
Kunyit Pacar Air Bougenville Gumitir
Nama Sepatu
No
Bahan Warna Awal
Kuning Merah Merah Merah Kuning
1 Cuka Kuning Merah Merah Merah Kuning
muda muda muda muda muda
2 Jeruk Merah Kuning
Kuning Merah pekat Merah Tua
Nipis muda muda
3 Air Kuning Merah Merah Kuning
Merah Tua
Sabun muda Ungu muda Pekat
4 Air Soda Merah Kuning
Oranye Kehitaman Hijau
Kue muda agak gelap
5 NaOH Merah Hijau Kuning
Oranye Kuning
bata Gelap Pekat
6 HCl Kuning Merah Tua Merah Tua Merah Kuning
Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa pada suasana basa
kunyit memberikan perubahan warna yang signifikan, yaitu dari warna kuning
menjadi oranye atau merah bata. Sedangkan pada suasana asam perubahan warna
tidak dapat diamati dengan baik, karena perubahan warna yang terjadi tidak
signifikan. Dengan demikian kunyit bisa dijadikan indikator alami untuk suasana
basa. Perubahan warna kunyit yang ditetesi sampel dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
………………………………………..
Untuk percobaan menggunakan bunga pacar air juga memberikan
perubahan warna yang signifikan pada penambahan asam maupun basa. Pada
suasana asam terjadi perubahan warna dari merah menjadi merah tua atau merah
pekat. Namun pada cuka, perubahan yang terjadi adalah dari merah menjadi
merah muda. Hal ini mungkin disebabkan oleh ekstrak bunga pacar air hanya
berubah pada suasana asam yang cukup kuat karena larutan cuka merupakan asam
lemah dan konsentrasinya pun rendah. Sedangkan pada suasana basa terjadi
perubahan warna dari merah menjadi kehitaman sampai oranye. Oleh sebab itu
ekstrak pacar air dapat digunakan sebagai indikator asam ataupun basa. Perubahan
warna ekstrak bunga pacar air dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
……………………………
Demikian juga pada bunga kembang sepatu memberikan perubahan warna
yang signifikan pada penambahan asam maupun basa. Pada suasana asam,
kembang sepatu yang memiliki warna awal merah mengalami perubahan menjadi
menjadi merah tua. Namun pada cuka perubahan yang terjadi adalah dari merah
menjadi merah muda. Hal ini mungkin disebabkan karena asam asetat (cuka)
adalah asam lemah. Sedangkan pada suasana basa terjadi perubahan warna dari
merah menjadi merah ungu setelah ditambahkan air sabun, menjadi hijau dan
hijau gelap setelah penambahan air soda kue dan NaOH. Karena ekstrak kembang
sepatu memberikan perubahan warna yang signifikan pada penambahan asam
ataupun basa maka ekstrak kembang sepatu dapat dijadikan indikator pada
suasanaasam dan basa. Perubahan warna ekstrak kembang sepatu dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
……………………………
Pada ekstrak bunga bougenvil memberikan perubahan warna yang
signifikan pada penambahan basa. Pada suasana asam perubahan warna yang
terjadi dari merah menjadi merah muda. Perubahan ini kurang teramati dengan
baik. Namun pada suasana basa terjadi perubahan warna dari merah menjadi
kuning. Perubahan warna ekstrak bunga bougenvil dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
……………………………
Ekstrak bunga gumitir tidak memberikan perubahan warna yang signifikan
baik suasana asam ataupun basa. Maka dapat dikatakan bahwa ekstrak bunga
gumitir tidak bisa digunakan sebagai indikator untuk asam maupun basa.
Perubahan warna ekstrak bunga gumitir dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
……………………………
Selain indikator yang digunakan dalam percobaan ini, beberapa indikator
alami yang dapat digunakan untuk menguji sifat asam basa suatu larutan adalah
jenis bunga-bunga yang berwarna cerah atau umbi-umbian yang berwarna.
Contohnya kol ungu, bunga angsoka, ketela ungu, daun yang berwarna ungu
kemerahan, kulit manggis, bunga terompet, bunga asoka, bunga anggrek dan lain-
lain.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak kunyit dan bunga bougenvil dapat digunakan sebagai indikator untuk
mendeteksi basa.
2. Ekstrak bunga pacar air dan bunga kembang sepatu dapat digunakan sebagai
indikator untuk mendeteksi asam maupun basa.
3. Ekstrak bunga gumitir tidak dapat digunakan sebagai indikator untuk
mendeteksi asam maupun basa.
SARAN
Untuk menguji sifat asam dan basa suatu zat dapat digunakan indikator
alami selain indikator yang telah digunakan dalam percobaan ini. Indikator alami
lain dapat dipilih dari berbagai jenis bunga atau tanaman yang ada di sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Indikator Asam Basa. Tersedia pada:


http://alchemistviolet.blogspot.com/2011/03/indikator-asam-basa.html.
Diakses tanggal: 23 Pebruari 2013.

Anonim. 2013. Asam. Tersedia pada: http://id.wikipedia.org/wiki/Asam. Diakses


tanggal 23 Pebruari 2013.

Bimasakti. 2012. Asam dan Basa. Tersedia Pada:


http://bimadesyam.blogspot.com/2012/05/asam-dan-basa.html. Diakses
tanggal: 23 Pebruari 2013.

Istigfaiyah, L. 2013. Pengertian Asam Basa Menurut Para Ahli. Tersedia pada:
http://lilyistigfaiyah.blogspot.com/2013/01/pengertian-asam-basa-
menurut-para-ahli.html. Diakses tanggal: 23 Pebruari 2012.

Mulyadi, M. 2012. Asam, Basa dan Garam. Tersedia pada:


http://memetmulyadi.blogspot.com/2012/04/asam-basa-dan-garam.html.
Diakses tanggal: 23 Pebruari 2013.

Nahadi, M.Si, M.Pd., 2007, "Intisari Kimia Untuk SMA". Pustaka Setia: Bandung.

Pangganti, E. 2012. Indikator Alami asam Basa. Tersedia pada:


http://esdikimia.wordpress.com/2012/04/23/indikator-alami-asam-basa/.
Diakeses tanggal: 23 Pebruari 2013.
Winarsih, dkk. 2008. IPA TERPADU: SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai