Anda di halaman 1dari 5

NEGOSIASI

Nama : Belinda Gracia H / Rika Rahim / Anggun Fitriyanti / Nancy Catherine G /

Molina Priscilla / Yoshua Suardi M

NRP : 1551022 / 1551091 / 1551180 / 1551190 / 1551198 / 1551198

Kelas : AK-C

Diminta :

Buatlah sebuah simulasi negosiasi berupa percakapan dan gunakan minimal lima buah
gambit beserta penjelasannya!

Di siang hari yang cerah, Bu Samantha sedang membuka aplikasi di handphone-nya


untuk membeli suatu produk untuk suaminya yang akan berulang tahun satu minggu lagi.
Dia mulai mencari-cari barang yang pas untuk di jadikan hadiah untuk suaminya. Pilihan pun
jatuh pada kemeja pria lengan panjang yang berwarna navy. Bu Samantha pun mulai
menghubungi kontak online shop tersebut.

Bu Samantha : “Selamat siang. Saya mau memesan kemeja pria ini (sambil mengirimkan
gambar baju yang diinginkan). Apakah barang tersebut masih tersedia?”

Online Shop : “Siang juga, sis. Oh kemeja yang itu, masih ada sis. Ada yang lengan panjang
dan juga ada yang lengan pendek.”

Bu Samantha : “Kalau kemeja yang lengan panjang harganya berapa? Kalau kemeja lengan
pendek harganya berapa? Soalnya ga tertulis harganya.”

Online Shop : “Kemeja lengan panjang yang tiu harganya Rp 150.000 dan kemeja lengan
pendek harganya Rp 130.000, Sis. Mau order yang mana?”

Bu Samantha : “Saya order kemeja lengan panjang warna navy ya.”

Online Shop : “Oh oke, Sist. Boleh minta nama, alamat lengkapnya, dan no.telepon?”

Bu Samantha : “Samantha Wijaya. Perumahan Nusa Hijau T10 no.4, Kabupaten Bandung,
Kelurahan Margaasih. 089765479800.”

Online Shop : ”Oke deh, Sist. Totalnya Rp 160.000 ya, Rp 150.000 harga kemeja aslinya dan
Rp 10.000 ongkos kirimnya. Nanti bisa transfer ke xxxxxxx a/n Tita. Makasih
ya.”

(Tiga hari kemudian)


NEGOSIASI

Bu Samantha : “Sist, barangnya sudah sampai ya. Tapi maaf, sayakan memesan kemeja
warna navy, kenapa yang datang malah warna merah?”

Online Shop : ”Duhhh, waktu itu barangnya abis sist. Jadi kayanya kita ngirimin barang
yang masih ada di tempat kami.”

Bu Samantha : “Loh katanya waktu itu ada, semua pesanan saya tersedia (sambil
memperlihatkan screenchoot chat mereka). Gimana ini?! Pesanan saya tidak
sesuai dengan keinginan saya. Yaudah, saya ingin uang kembali saja.”

Online Shop : “Duh gak bisa, Sist. Hhummmm. Yaudah bagaimana kalau di tukar dengan
barang lain saja, Sis?”

Bu Samantha : “Gak bisa? Yaudah, bagaimana kalau di tukar dengan barang lain saja yang
harganya sama? Kalau boleh, saya memesan kemeja ini warna hitam (sambil
melampirkan gambar yang ingin di pesan).”

Online Shop : “Oke deh, Sist. Maaf ya sekali lagi.”

Dua hari kemuadian barang yang di pesan sampai di rumah Bu Samantha. Barang
tersebut akhirnya sesuai dengan keinginan atau pesanan yang di pesan oleh Bu Samantha.

Gambit diatas merupakan Gambit Default.

Dimana “Gambit Default” ini mengansumsikan bahwa daripada melakukan tindakan,


pihak lawan lebih memilih mencari jalan keluar yang mudah dan membiarkan anda
berusaha mengatasi masalahnya. Terlihat bahwa Bu Samantha memilih jalan keluar
atas masalah yang ada.

(Keesokan harinya)

Pada suatu hari, di suatu pasar tradisional yang berada di Kota Bandung, sangat
terlihat pemandangan yang cukup ramai. Di tengah-tengah kerumunan orang-orang yang
berada di pasar tradisional tersebut, datanglah Bu Samantha yang hendak membeli daging
sapi di salah satu lapak langganannya.

Penjual : “Selamat pagi Bu Samantha, wah pagi-pagi sudah banyak nih belanjaannya.”

Bu Samantha : “Iya nih, Pak. Sore nanti ada acara arisan keluarga serta perayaan ulang
tahun suami saya. Jadi rencanya mau masak banyak untuk sore nanti.”

Penjual : “Wah, kebetulan sekali bu. Tadi subuh datang kiriman daging-daging segar
disini dan belum kena freezer. Ibu Samantha mau daging apa? Daging sapi,
daging ayam, atau daging kambing?

Bu Samantha : “Lengkap ya, ada banyak jenis daging pak disini. Saya mau daging sapi
sajalah, daging ayam bosan, dan kalau daging kambing belum terlalu bisa
NEGOSIASI

buat ngolahnya. Lagian suami saya lagi naik tekanan darahnya, bisa bahaya
kalau makan daging kambing.”

Penjual : “Aduh, suaminya punya tekanan darah tinggi, Bu? Kalau saya paling tiap
minggu makannya daging ayam atau kambing. Sejauh ini tekanan darah saya
masih dalam kategori aman (hahahha...). Tapi ya itu sih, harus rajin makan
ketimun, melon, semangka, sayur kangkung atau jenis makanan lainnya yang
bisa nurunin tekanan darah. Oh iya, sama harus banyak minum air putih.”

Bu Samantha : “Bapak hidupnya sehat ya. Hehehe.”

Penjual : “Maaf loh bu, malah jadi curhat gini (hahahah...). Nah bu, silahkan di pilih
mau daging sapi yang mana. Ngomong-ngomong mau bagian apa? khaskah
atau iga?”

Bu Samantha : “Gak apa-apa, Pak. Kalau khas sekilonya berapa?”

Penjual : “Masih sama kaya kemarin-kemarin, sekilonya Rp 140.000.”

Bu Samantha : “Hmmm... Kalau iga? Sekilonya berapa?”

Penjualan : ”Kalau iga sekilonya Rp 135.000, Bu.”

Bu Samantha : ”Wah?! Mahal sekali, Pak. Saya tanya kemarin di Mang Carsid tukang sayur
yang lewat depan rumah saya harganya ga sampai segitu. Gak bisa turun
harganya, Pak?”

(Walau sebenarnya Bu Samantha itu tidak pernah menanyakan harga daging


sapi itu ke Mang Carsid)
Gambit diatas merupakan Gambit Flinch. (yang berwarna merah)

Dimana “Gambit Flinch” ini mengansumsikan bahwa pembeli pura-pura kaget dengan harga
yang ditawarkan oleh penjual. Pembeli ingin membuat penjual berpikir bahwa harga yang di
tawarkan tersebut kemahalan. Sehingga penjual mau menurunkan harganya.

Gambit diatas merupakan Gambit Decoy. (yang berwarna kuning)

Dimana “Gambit Decoy” ini bertujuan untuk mengalihkan dari isu sesungguhnya dalam
negosiasi. Dapat dilihat dari percakapan Bu Samantha yang sebenarnya tidak menanyakan
hal tersebut ke Mang Carsid.

Penjual : “Oh iya, Bu? Gimana yaa? Hmmmm..”


NEGOSIASI

Bu Samantha : “Pak, sayakan udah jadi pelanggan bapak juga di pasar ini. Masa ga di kasih
diskon, Pak?”

Penjual : “Huh.. Yaudah, karena Bu Samantha udah jadi langganan saya cukup lama,
saya kasih potongan harga deh yaa. Daging khas sapi sekilo jadi Rp 125.000
dan untuk iga sapinya sekilo jadi Rp 120.000. Bu Samantha mau beli berapa?”

Bu Samantha : “Nah gitu dong, Pak. Kan saya jadi semangat dan bakalan terus belanja ke
tempat ini terus. Ahahhaah. Yaudah, saya pesan daging sapi bagian khasnya 2
kilo dan iga sapinya setengah kilo yaa. Tambah bonus tulang dong Pal, buat
bikin kaldu.”

Penjual : “Siap Bu Samantha. Pokoknya beres deh. (Penjual daging itu mulai
menyiapkan pesanan Bu Samantha).

Bu Samantha : “Makasih ya, Pak.”

Penjual : “Ini Bu, pesanan dagingnya sudah siap. Saya pisahkan jadi dua ya, Bu.
Keresek putih isinya daging khas sapi dan untuk keresek hitam bagian iga dan
tulang ya. Semuanya jadi Rp 310.000.”

Bu Samantha : “Siap. Ini uangnya yaa. Pas Rp 310.000. Makasih, Pak. Mari.”

Penjual : “Masama, Bu.”

Bu Samantha pun pulang menuju ke rumahnya dengan berjalan kaki karena jarak
antara rumah dan pasar tradisional cukup dekat. Di tengah perjalanan Bu Samantha
bertemu dengan Neng Inem penjualan peralatan rumah tangga dan baju-baju.

Neng Inem : “Bu Samantha, habis dari pasar Bu? Ngeborong ya. Heheheh.”

Bu Samantha : “Ehhh, Neng Inem. Iya nih neng, soalnya nanti sore di rumah ibu ada acara.
Makanya

belanjaanya banyak. Neng Inem mau kemana?”

Neng Inem : “Saya mau ke rumah Bu Fany, nawarin peralatan rumah tangga. Bu
Samantha mau beli gak? Ga mahal kok, Bu. Ini saya bawa panci, teko, dll.
Murah kok bu, harganya Rp 100.000an aja.”

Bu Samantha : “Yaudah neng, liat-liatnya di rumah saya aja ya. Soalnya saya bawa banyak
belanjaan nih, susah bawanya nanti.”

Neng Inem : “Siap, Bu.”

(Sampailah Bu Samantha dan Neng Inem di rumah)

Bu Samantha : “Coba saya lihat neng barang-barangnya.”


NEGOSIASI

Neng Inem : “Ini bu, di lihat-lihat dulu saja. Siapa tau ada yang cocok sama Bu Samantha.”

Bu Samantha : “Harga wajannya berapa nih, neng?”

Neng Inem : “Wajan itu harganya Rp 225.000, Bu.”

Bu Samantha : “Haduh, kok harganya sampe segitu neng? Ga bisa kurang lagi gitu? Tadi
katanya harga barang-barang itu Rp 100.000an aja.”

Neng Inem : “Duh gimana yaa, Bu Samantha? Bukannya ga bisa turun harganya, tapi saya
takut di marahin sama yang nitipin barang-barang ini. Soalnya yang berhak
nentuin harga turun atau naik hanya dia bu. Saya hanya bantu ngejualin
barang-barang ini.”

Gambit diatas merupakan Gambit Higher Authority.

Dimana “Gambit Higher Authority ” ini digunakan agar pihak lawan dapat
bicara dengan seorang pengambil keputusan yang sesungguhnya

Bu Samantha : “Oh jadi Neng Inem hanya bantu jualin aja toh.”

Neng Inem : “Yaudah deh, Bu. Bagaimana kalau ibu DP dulu aja Rp 100.000, sisanya nyicil
Rp 30.000 untuk 5 kali?”

Gambit diatas merupakan Gambit Funny Money.

Dimana “Gambit Funny Money” ini kita akan diberikan atau ditawarkan
seolah cicilan perbulan tersebut kecil tapi ternyata akan jauh lebih
mahal dari harga aslinya.

Bu Samantha : “Yasudah kalau boleh kredit mah, neng. Saya beli wajan ini satu yaa. Ini
uangnya.”

Neng Inem : “Uangnya saya terima ya. Makasih Bu, semoga barangnya cocok dan
bermanfaat. Mari.”

Bu Samantha : “Masama, Neng Inem. Iya, mari.”

Bu Samantha pun mulai membersihkan dan memasak untuk acara nanti sore.

Anda mungkin juga menyukai