LAPORAN AAS PB

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

ANALISIS KIMIA INSTRUMEN

“ Penentuan [Cu] dalam Sardines Metode Atomic Absorbtion


Spectrofotometry (AAS)”

Nama Siswa :

Yunitia Ester Carolina

Kelas :

XII Analis Kimia 6

Kelompok 2

SMK Negeri 13 Bandung

Jalan Soekarno Hatta Km 10

Tahun Ajaran 2016/2017


A. Judul Percobaan : Penentuan [Cu] dalam Pindang Metode Atomic Absorbtion
Spectrofotometry (AAS)
B. Tanggal Percobaan : Jumat, 05 Mei 2017
C. Tanggal Laporan : Selasa, 09 Mei 2017
D. Guru Pembimbing : Ibu Danty

V. Tujuan Percobaan :

1. Dapat menentukan [Cu] menggunakan metode Atomic Absorbtion Spectrofotometry (AAS)

2. Dapat mengoperasikan alat AAS dengan benar

VI. Prinsip Percobaan :

Sejumlah tertentu larutan cuplikan yang akan ditetapkan konsentrasinya dalam bentuk
cairan disemprotkan dalam bentuk kabut halus membentuk atom-atom netral. Atom-atom netral
dalam bentuk gas menyerap sinar pada panjang gelombang maksimumnya.

Berdasarkan hukum Lambert-Beer, A= ɛ.b.c maka serapan akan sebanding dengan


konsentrasinya

VII. Dasar Teori :

A. Pengertian AAS
Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang pengukurannyaberdasarkan
banyaknya radiasiyang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom ataumolekul analit.Salah
satu bagian dari spektrometri ialah Spektrometri Serapan Atom(SSA), Merupakan metode
analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannyaberdasarkan penyerapan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas.

Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari.Padatahun 1802 Wollaston
menemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang kemudian diselidiki lebih lanjut
oleh Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster mengemukakan pandangan bahwa garis Fraunhofer
ini diakibatkan oleh proses absorpsipada atmoser matahari. Prinsip absorpsi ini kemudian
mendasari Kirchhoff dan Bunsenuntuk melakukan penelitian yang sistematis mengenai spektrum
dari logam alkali dan alkali tanah. Kemudian Planck mengemukakan hukum kuantum
dari absorpsi dan emisi suatu cahaya.
Pengembangan metode spektrometri serapan atom (AAS) baru dimulai sejaktahun 1955,
yaitu ketika seorang ilmuwan Australia, Walsh (1955) melaporkan hasil penelitiannya tentang
penggunaan “hollow cathode lamp” sebagai sumber radiasi yang dapat menghasilkan radiasi
panjang gelombang karakteristik yang sangat sesuai denganSpektrofotometri Serapan Atom.
Pada tahun yang sama Alkemade dan Milatz (1955)melaporkan bahwa beberapa jenis nyala
dapat digunakan sebagai sarana untukatomisasi sejumlah unsur. Oleh karena itu, para ilmuwan
tersebut dapat dianggap sebagai “Bapak Spektrofotometri Serapan Atom “.

B. Prinsip Dasar AAS

Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom.Atom-atom menyerap cahaya
tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifatunsurnya. Metode serapan atom
hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur.Setiap alat AAS
terdiri atas tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur fotometerik.
Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan karena sebelum
pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan
penentuan satuunsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga
yangdiperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61 logam.

Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari
elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang
telah teratomisasi, kemudia radiasi tersebut diteruskan ke detektormelalui monokromator.
Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan radiasi
yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolakarah searah arus (DC) dari emisi nyala dan
hanya mengukur arus bolak-balik darisumber radiasi atau sampel.

Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atomtersebut akan
menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ketingkat energi yang lebih
tinggi atau tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, makaenergi tersebut akan mempercepat
gerakan elektron sehinggaelektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi
dan dapat kembali ke keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar
yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang
gelombang tertentu sesuaidengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut.Sampel analisis
berupa liquid dihembuskan ke dalam nyala api burner dengan bantuan gas bakar yang
digabungkan bersama oksidan ( bertujuan untuk menaikkan temperatur ) sehingga dihasilkan
kabut halus. Atom-atom keadaan dasar yang berbentuk dalam kabut dilewatkan pada sinar dan
panjang gelombang yang khas. Sinar sebagian diserap, yang disebut absorbansi dan sinar
yangditeruskan emisi. Penyerapan yang terjadi berbanding lurus dengan banyaknya atom
keadaan dasar yang berada dalam nyala. Pada kurva absorpsi, terukur besarnya sinar yang
diserap, sedangkan kurva emisi, terukur intensitas sinar yang dipancarkan.

Sampel yang akan diselidiki ketika dihembus ke dalam nyala terjadi peristiwaberikut secara
berurutan dengan cepat :
1. Pengisatan pelarut yang meninggalkan residu padat.
2. Penguapan zat padat dengan disosiasi menjadi atom-atom penyusunnya, yangmula-mula
akan
beradadalam keadaan dasar.
3. Atom-atom tereksitasi oleh energi termal (dari) nyala ketingkatan energi lebih tinggi

C. Jenis-Jenis AAS
Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS :
1. Atomisasi dengan nyala
Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu ± 1700 ºC
atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan cara memasukan
cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu nyala yang diperlukan untuk
atomisasi setiap unsur berbeda. Beberapa unsur dapat ditentukan dengan nyala dari campuran
gas yang berbeda tetapi penggunaan bahan bakar dan oksidan yang berbeda akan memberikan sensitivitas
yang berbeda pula.
Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam atomisasi dengan nyala:

1. Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsuryang akan
dianalisa
2. Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.
3. Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan
4. Gas cukup murni dan bersih (UHP)

Banyaknya atom dalam nyala tergantung pada suhu nyala. Suhu nyala tergantung perbandingan
gas bahan bakar dan oksidan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada atomisasi dengan nyala:
1. Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan cukup stabil.
Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah untukmencegah korosi.
2. Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan unsur yang
dianalisa.
3. Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :
 Tidak mudah meledak bila kena panas
 Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL
 Mempunyai titik didih >100 ºC
 Mempunyai titik nyala yang tinggi
 Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon
Ada beberapa tahapan dalam atomisasi dengan nyala, diantaranya :
1. Nebulisasi (pembentukan aerosol)
2. Desolvasi (penghilangan pelarut)
3. Volatilisasi (menguaokan zat padatnya)
4. Atomisasi (perubahan menjadi atom-atom)

2. Atomisasi tanpa nyala

Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energi listrik padabatang karbon
(CRA–CarbonRod Atomizer) atau tabung karbon (GTA–Graphite Tube Atomizer) yang
mempunyai 2 elektroda.Sampel dimasukan kedalam CRA atau GTA. Arus listrik dialirkan
sehingga batang atau tabung menjadipanas (suhu naik menjadi tinggi) dan unsur yang dianalisa
akan teratomisasi. Suhu dapat diatur hingga 3000 ºC. Pemanasan larutan sampel melalui tiga
tahapan yaitu :
1. Tahap pengeringan (drying) untuk menguapkan pelarut
2. Pengabuan (ashing),suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi dekomposisi dan
penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel sehingga diperoleh garam atau
oksida logam)
3. Pengatoman (atomization)

3.Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida


Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk unsure As, Se, Sb yang
mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih dari 800 ºC sehingga atomisasi dilakukan
dengan membentuk senyawa hibrida berbentuk gas atau yang lebih terurai menjadi atom-
atomnya melalui reaksi reduksi oleh SnCl2 atau NaBH4, contohnya merkuri (Hg).

D. Bagian- Bagian AAS

1. Lampu katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai
atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji
berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan
untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
 Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur.
 Lampu Ka Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus.

Elektro dalam lampu katoda berongga biasanya terdiri dari wolfram dan katoda
beronggadilapisi dengan unsur murni atau campuran dari unsur murni yang dikehendaki.
Tanung lampu dan jendela (window) terbuat dari silika atau kuarsa, diisi dengan gas pengisi
yang dapat menghasilkan proses ionisasi. Gas pengisi yang biasanya digunakan ialah Ne, Ar atau
He. Pemancaran radiasi resonansi terjadi bila kedua elektroda diberitegangan, arus listrik yang
terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi. Ion-iongas yang bermuatan positif ini menembaki
atom-atom yang terdapat padakatoda yang menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut.
Atom-atom yang tereksitasi ini bersifat tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar
denganmelepaskan energy eksitasinya dalam bentukradiasi. Radiasi ini
yangdilewatkan melalui atom yang berada dalam nyala

1. Tabung gas

Terdapat beberapa jenis gas yang biasanya digunakan :

 Udara : C2H2 (suhu nyala 1900–2000 ºC)


 N2O : C22 (suhu nyala 2700–3000 ºC),
 Udara : propana (suhu nyala 1700–1900 ºC)

2. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi
sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat
terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan
lobang pemantik api.

3. Monokromator
Berkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan melalui celah sempit dan
difokuskan menggunakan cermin menuju monokromator. Monokromator dalam alat SSA akan
memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas energi yang diteruskan ke detektor.
Monokromator yang biasa digunakan ialah monokromator difraksi grating.
4. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang
memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan
yang peka. Fungsi detektor adalah mengubah energi sinar menjadi energi listrik, dimana energi
listrik yang dihasilkan digunakan untuk mendapatkan data. Detektor AAS tergantung pada jenis
monokromatornya, jika monokromatornya sederhana yang biasa dipakai untuk analisa alkali,
detektor yang digunakan adalah barier layer cell. Tetapi pada umumnya yang digunakan adalah
detektor photomultiplier tube. Photomultiplier tube terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa
yang bersifat peka cahaya dan suatu anoda yang mampu mengumpulkan elektron. Ketika foton
menumbuk katoda maka elektron akan dipancarkan, dan bergerak menuju anoda. Antara katoda
dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang mampu menggandakan elektron. Sehingga intensitas
elektron yang sampai menuju anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Untuk
menambah kinerja alat maka digunakan suatu mikroprosesor, baik pada instrumen utama
maupun pada alat bantu lain seperti autosampler.

5. Sistem pembacaan
Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang
dapat dibaca oleh mata.

6. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada
AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar
asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan
dari pembakaran pada spektrofotometry serapan atom (AAS), diolah sedemikian rupa di dalam
ducting, agar asap yang dihasilkan tidak berbahaya.

7. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi untuk
mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom.
Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam
merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang
akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan
merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan
ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara
setelah usai penggunaan AAS. Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar
bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup

8. Buangan pada AAS


Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS. Buangan
dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan
sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses
pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi
dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api
pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala
api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak tersenggol
kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan
sedikit, agar tidak kering.

E. Keuntungan AAS
 Prosedurnya selektif, spesifik
 Sensitivitasnya tinggi (ppm-pCu)
 Dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar
 Waktu analisis sangat cepat dan mudah dilakukan
VIII. Alat dan Bahan :

Alat Buret Mikro Bahan

Gelas Kimia 100 CuSO4.5H2O


Labu Ukur 25,50,100 mL
mL

Botol Timbang Alat AAS Sampel Sardines

Kaca Arloji Neraca Analitik HCL 6N

Corong Pendek Batang Pengaduk Aqua Bidest

IX. Prosedur Praktikum :


A. Persiapan Larutan Standar
1. Dibuat larutan tandar induk Cu 1000 ppm dari garamnya sebanyak 100 ml
2. Dibuat larutanstandarCu 100 ppm dari larutan standar 1000 ppm di labu ukur 50 ml
3. Dibuat larutan standar 1,2,3,4,5 ppm di labu 25 ml dari larutan strandar 100 ppm
4. Dibuat larutan blanko
B. Pelarutan Sampel
1. Ditunagkan isi seluruh sardines (ikannya saja) ke dalam mortar dan digerus hingga
homogen.
2. Ditimbang teliti 5 gram sardines ke dalam gelas kimia 100 mL.
3. Ditambahkan 40 mL HCL 6N
4. Ditutup gelas kimia dengan kaca arloji, didihkan selama 10 menit kemudian dinginkan
5. Disaring filtratnya dengan kertas saring biasa larutkan ke dalam labu ukur 100
6. Disaring kembali dengan penyaring membran
7. Dipipet 1 mL sampel dan ditampung ke dalam labu ukur 100 mL lalu ditanda bataskan

C. Penentuan Konsentrasi
1) Diukur absorbans atom-atom dalam sampel Cu dengan lampu katoda Cu pada λ = 324nm
D. Awal
1. Diisi buku pemakaian alat instrument
2. Dinyalakan PC komputer dan cek printernya
3. Dinyalakan blower penghisap gas
4. Dibuang sisa uadra sehigga kosong (jarum penunjuk angka nol) dengan dibuka kran yang
ada dibawah, kemudian dinyalakan kompresor dan dibuka tekanan anginnya ketika
kompresor sudah terisi penuh
5. Dibuka aliram gas asetilen, diputar kerarah kiri
6. Alat AAS siap digunakan

E. Cara Pengoperasian AAS


1. Kebutuhan analis dipersiapkan 12. Element selection diklik
2. Kabel power dihidupkan 13. Element diselect
3. Blower dihidupkan 14. Cookbook diedit
4. Kompresor udara dihidupkan 15. Flame continous dipilih
5. Aliran gas C2H2 dibuka 16. Connect diklik
6. Lampu katoda unsur dipasang 17. Kelengkapan instrumen diperiksa
7. UPS, dihidupkan 18. Edit parometer diklik
8. CPU, monitor, dan printer 19. Lamp mode dipilih
dihidupkan 20. Line search dilakukan
9. INSTRUMENTASI 21. Calibration diklik
10. Pada menu utama windows, wizard 22. Unit diisi
diklik 23. Dibuat kurva
11. Gambar instrumen diklik
F. Akhir
1. Ditutup rapat aliran gas asetilen, dengan diputar kearah kanan
2. Ditutup aliran udara dari kompresor dan dimatikan
3. Dimatikan PC komputer
4. Dibuang sisa gas yang masih tertinggal dialat AAS dengan ditekan tombol ‘PURGE’
hingga jarum penunjuk dialiran gas ditabung asetilen menujuk angka nol
5. Dimatikan alat AAS, dan blower penghisap
VIII. Data Pengamatan :
A. Pembuatan Larutan Sampel

Gambar Langkah kerja

1. Dihaluskan sampel sardines

2. Ditimbang sampel sardines sebanyak 5


gram
Data Penimbangan :
Massa alat + zat 66,5411 g

Massa alat 61,5411 g

Massa zat 5,000 g

3. Tambahkan 40 mL HCl 6N ke dalam


sampel

4. Panaskan sampel hingga mendidih selama


10 menit di ruang asam sehingga sampel
berubah warna menjadi hitam kemudian
dinginkan sampel
5. Saring sampel menggunakan kertas saring
biasa

6. Larutkan dengan menggunakan aqua DM

7. Saring kembali sampel menggunakan


saringan dengan membrane

8. Dipipet 1 mL ke dalam labu ukur 25 mL


lalu tanda bataskan dengan menggunakan
aqua bidest

B. Pembuatan larutan standar induk Cu dari larutan standar induk Cu 1000 ppm
 Perhitungan pembuatan larutan induk Cu 1000 ppm dari CuSO4.5 H2O
mg = ppm x L
= 1000 ppm x 0.1 L
= 100 mg = 0,1 gram
𝑀𝑟 CuSO4.5H2O
Massa CuSO4.5H2O yang ditimbang = 𝑥 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢
𝐴𝑟 𝐶𝑢
294,5
= 𝑥 0.1 𝑔𝑟𝑎𝑚
63,5

= 0,393 gram

Gambar Langkah kerja

1. Disiapkan larutan standar induk 1000


ppm encerkan menjadi 100 ppm

ppm1 x V1 = ppm2 x V2

1000 ppm x V1 = 100ppm x 50mL

V1 = 5 mL

2. Pipet 5 ml larutan standar induk 1000


ppm, masukan ke dalam labu ukur 50
mL, tanda bataskan.

3. Masukan larutan standar induk 100


ppm ke dalam buret mikro. Ukur dan
masukan ke dalam labu 25 ml.
Pengenceran larutan menjadi 1,2,3,4,
dan 5 ppm.
4. Setelah diukur sesuai dengan volume
yang diinginkan, tanda bataskan

Perhitungan :

 1 ppm
C1 x V1 = C2 x V2
100 ppm x V1 = 1 ppm x 25 ml
V1 = 0.25 mL
 2 ppm
C1 x V1 = C2 x V2
100 ppm x V1 = 2 ppm x 25 ml
V1 = 0.5 mL
 3 ppm
C1 x V1 = C2 x V2
100 ppm x V1 = 3 ppm x 25 ml
V1 = 0.75 mL
 4 ppm
C1 x V1 = C2 x V2
100 ppm x V1 = 4 ppm x 25 ml
V1 = 1,00 mL

 5 ppm
C1 x V1 = C2 x V2
100 ppm x V1 = 5 ppm x 25 ml
V1 = 1.25 mL
C. Perhitungan [Cu2+]
 [Cu2+] = ppm darigrafik x FaktorPengenceran
25
= 0,4362 ppm x 5

= 2,181ppm

 Massa Cu2+dalam sampel = ppm x L


= 2,181 ppm x 0,1 L
= 0,2181 mg
= 0,0002181 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 Cu2+
 % Cu 2+ = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%

0,0002181
= x 100%
5,000

= 0,004325 % = 0,004 %

IX. Pembahasan :
1. HCl 6N berfungsi sebagai pelarut logam Cu pada saat proses destruksi
2. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan
destruksi, yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau
perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik.Warna hitam pada
larutan menandakan atom karbon yang masih terdapat dalam larutan
3. Sumber cahaya yang digunakan dalam Atomati Absorbtion Spectrofotometry adalah
Lampu Katode Berongga (Hollow Cathode Lamp) yaitu lampu yang mempunyai katoda
silindris berongga yang dibuat sesuai dengan logam yang akan dianalisis.
4. Bila tegangan permukaan lebih besar, maka mempengaruhi pengambilan jumlah sampel
oleh lubang kapiler lebih banyak dari yang seharusnya. Gangguan
5. Kesalahan ionisasi terjadi saat adanya logam lain yang mudah terionisasi, sehingga ion
dari logam akan masuk ke dalam nyala yang kemudian akan menjadi pengganggu pada
saat prosed absorbs. Kemungkinan yang terjadi adalah naiknya konsentrasi logam yang
diukur.
6. Gas udara asetilen digunakan karena memiliki transmitan yang rendah pada panjang
gelombang yang pendek, kemudian direaksikan menggunakan lampu katoda sesuai
logam yang akan dianalisa sehingga atom-aom pada keadaan dasar membutuhkan energi
besar Dan akan menyerap energy dari sumber cahaya tersebut.
7. Setelah melakukan analisa dengan menggunakan AAS, hal yang dilakukan salah satunya
adalah Extinguish yang bertujuan untuk membuang sisa udara/gas yang ada dalam alat.
Apabila tahap ini tidak dilakukan akan menyebabkan udara berubah menjadi H2O pada
alat, sehingga proses pembakaran tidak berjalan dengan baik.
8. Selang yang akan dimasukkan kedalam labu ukur pada saat pengukuran harus selalu
dibilas setiap pemakaian 1 larutan kemudian dilap dengan tissue kering . hal ini dilakukan
agar larutan yang sebelumnya dianalisa tidak mengontaminasi larutan lainnya atau
setelahnya.
9. Cara untuk perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator
dimasukkan ke dalam botol yang berisi aqua DM selama ±15 menit, hal ini merupakan
proses pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian.
10. Untuk AAS, pelarut yang digunakan harus menggunakan air demine (air demineral) atau
aqua DM yaitu air yang tidak mengandung mineral atau logam yang dapat mengganggu
larutan pada saat proses analisa.
11. Didapat konsentrasi Cu yang agak tinggi dalam sampel sardines tongkol. Hal ini dapat
disebabkan oleh penggunaan kertas Koran sebagai pembungkus sardines tongkol.
Sehingga kandungan Cu dalam tinta Koran masuk kedalam sardines yang menyebabkan
kadar Cunya menja ditinggi.

X. Kesimpulan :

Didapat [Cu2+] = 2,181 ppm dan kadarnya = 0,004% pada sampel sardines
XI. Daftar Pustaka :
1. Underwood,A.L,R.A.DAY.JR.1999.Analisis Kimia.Jakarta:Erlangga
2. http://LabTerpaduUniversitasIslamIndonesia-
SPEKTROFOTOMETRISERAPANATOM.html (diunggah tanggal 8 Mei 2017 pukul
16.00 WIB)

PARAF NILAI

Anda mungkin juga menyukai