Tara Kalor Listrik
Tara Kalor Listrik
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah panas dalam pengertian sehari hari sedikit berbeda dengan istilah
panas dalam pengertian fisika. Pada kehidupan sehari hari panas tertuju pada
benda yang mempunyai suhu yang tinggi. Pengertian panas dalam bidang fisika
merupakan identifikasi dari energi ke energi lain karena adanya perubahan suhu.
Perpindahan energi inilah yang di sebut kalor.
Kalor adalah energi yang terjadi dari suatu zat yang bersuhu lebih tinggi
ke zat yang bersuhu lebih rendah ketika benda tersebut saling bersentuhan.
Kemampuan setiap benda atau zat untuk menyerap kalor berbeda beda, hal ini
terjadi karena perbedaan kalor jenisnya yang menyatakan jumlah kalor yang bias
di terima setiap kilogram benda dan kenaikan suhunya.Untuk menghitung jumlah
perpindahan energi kalor ke energi lisrik dan sebaliknya, Hal ini di sebut dengan
tara kalor listrik. Sehingga di ketahui beberapa jumlah energi produk yang di
hasilkan.
Teori yang melandasi tentang tara kalor listrik adalah hukum joule dan
azas black, di mana suatu energi dapat berubah bentuk mejadi energi yang lain.
BAB II
LANDASAN TEORI
Tara kalor listrik adalah perbandingan antara energi listrik yang diberikan
terhadap panas yang di hasilkan.
𝑱 = 𝑾/𝑯 [𝑱𝒐𝒖𝒍𝒆/𝒌𝒂𝒍𝒐𝒓𝒊]
dimana :
H = Panas (kalori)
Kalor dapat mengalami perpindahan dari suatu benda ke benda lain atau
dari suatu sistem ke sistem yang lain. Jika dua benda yang berbeda suhunya
dicampur maka kedua benda tersebut akan saling memberi dan menerima kalor.
Dalam peristiwa memberi dan menerima energi kalor antara dua zat yang
dicampur ini berlaku hukum kekekalan energi untuk kalor yang menyatakan
bahwa
Pernyataan ini sama dengan asas Black yang ditemukan Joseph Black
(1728–1799), yaitu kalor yang diterima sama dengan kalor yang dilepaskan. Jadi,
kalor yang dilepaskan oleh benda yang suhunya lebih tinggi akan sama dengan
kalor yang diterima oleh benda yang suhunya lebih rendah.
Suatu bentuk energi dapat berubah menjadi bentuk energi yang lain.
Misalnya pada peristiwa gesekan energi mekanik berubah menjadi panas. Pada
mesin uap panas diubah menjadi energi mekanik. Demikian pula energi listrik
dapat diubah menjadi panas atau sebaliknya. Sehingga dikenal adanya kesetaraan
antara panas dengan energi mekanik/listrik, secara kuantitatif hal ini dinyatakan
dengan angka kesetaraan panas-energi listrik/mekanik.
𝑾 = 𝑽. 𝒊. 𝒕 [𝒋𝒐𝒖𝒍𝒆]
dimana :
Energi listrik sebesar V.i.t joule ini merupakan energi mekanik yang
hilang dari elektron-elektron yang bergerak dari ujung kawat berpotensial rendah
ke ujung yang berpotensial tinggi.
Energi ini berubah menjadi panas. Jika tak ada panas yang keluar dari
kalorimeter maka panas yang timbul besarnya:
dimana:
𝑸 = 𝒎. 𝒄. ∆𝑻
dimana :
m = massa (kg)
Energi Listrik :
𝑾 = 𝑷. 𝒕 = 𝑽. 𝑰. 𝒕
dimana :
V = tegangan (volt)
t = waktu (s)
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang
menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda
dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor
merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap maupun
dilepaskan oleh suatu benda.
Pada permulaan abad 19 orang percaya bahwa kalor merupakan suatu zat
yang dapat mengalir. Zat ini dinamakan kalorik , terdapat dalam benda apa pun.
Kalorik dapat berpindah ketil benda bersuhu tinggi bersentuhan dengan benda
bersuhu rendah.
Namun, konsep kalor sebagai suatu zat tidak didukung oleh hasil
eksperimen. Benjamin Thompson (1753-1814) adalah orang pertama yang
menolak konsep kalorik. Ia melakukan eksperimen ketika sedang memimpin
pembuatan meriam unt Jerman. la mendapati bahwa panas yang timbul karena
gesek antara alat bor dengan meriam sebanding dengan kerja yang dilakukan oleh
alat bor. Bahwa kerja (usaha) merupakan ukuran energi yang dimiliki suatu
benda. Berarti, kalor merupakan suatu bentuk energi, bukan suatu zat.
Poros bagian atas dilengkapi jentera yang dibelit dengan sepotong tali
melalui dua katrol . Pada masing-masing ujung tali digantungkan beban . Poros
beserta sudu-sudu diputar dengan cara menjatuhkan beban berulang kali dari
ketinggian kira-kira 5 meter.
Usaha yang dilakukan oleh beban dapat dihitung. Demikian pula kalor
yang dihasilkan dalam kalorimeter. Kemudia, perbandingan antara usaha dengan
kalor dapat diketahui. Ternyata, perbandingan antara usaha dengan kalor selalu
tetap, yaitu 4,2 joule/kalori. Bilangan ini dinamakan tara kalor mekanik.
1.Kalorimeter
Sifat-sifat air yang memberikan definisi asal dari kalori adalah banyaknya
perubahan temperatur yang dialami air waktu mengambil atau melepaskan
sejumlah panas. Kapasitas panas bersifat ekstensif yang berarti jumlahnya
tergantung dari besar sampel.
2.Catu Daya
Catu daya adalah suatu sistem filter penyearah (rectifier-filter) yang
mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC murni. Banyak rangkaian catu
daya yang berlainan yang dapat digunakan untuk pekerjaan tersebut. Komponen
dasar yang digunakan untuk rangkaian yang lebih sederhana adalah
transformator, penyearah (dioda), resistor, kapasitor, dan inductor. catu yang
diatur secara lebih kompleks dapat menambahkan transistor atau trioda sebagai
pengindra-tegangan dan pengontrolan tegangan, ditambah dengan dioda zener
3. Termometer
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1. Air dimasukkan kira-kira 2/3 bagian kedalam kalorimeter, suhu awal air
dicatat.
2. Rangkaian disusun seperti gambar 1
3. Arus diberikan sebesar 1 A, kenaikan suhu dicatat setiap 2 menit selama
20 menit.
4. Tegangan listrik dicatat sewaktu percobaan.
5. Langkah 1 s/d 4 untuk arus 1.5 dan 2 A.
Gambar 3.1 dibawah menjelaskan skema alat dari Tara Kalor Listrik.
A B C D E F
Keterangan :
A. Kalorimeter
B. Termometer
C. Catu Daya DC
D. Kabel Penghubung
E. Pemanas Listrik
F. Bejana Logam
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 DATA PENGAMATAN
A. Menentukan Nilai Air Kalorimeter
Tabel 4.1 Data Hasil Praktikum Menentukan Nilai Air Kalorimeter
Kalibrasi Neraca 6 gram
Massa Kalorimeter Kosong 269,2 gram
Massa Kalorimeter + Air dingin 344.5 gram
Massa Kalorimeter + Air dingin + Air panas 364.5 gram
Suhu Kalorimeter 28 ºC
Suhu Air Dingin 28 ºC
Suhu Air Panas 93 ºC
Suhu Campuran 66 ºC
Suhu setimbang : 66 ºC
W =v.i.t
= 15,8 .1 . 180
= 2844 Joule
𝑤
J =
𝐻
2844
=
200,3
= 14,20 Joule/kal
w
H ideal =
𝐽
2844
= 4,25
= 669,17 Kalori
H prak
Efisiensi = × 100 %
H ideal
200,3
=
669,17
= 30 %
J1 + J2
Ĵ =
2
0,24 + 0,24
=
2
= 0,24 J / kal
1
RM =√ . 𝛴 (J – Ĵ)^2
𝑛−1
1
=√ .0
2−1
𝑅𝑀
RN = × 100 %
𝐽
0
= × 100 %
0,24
=0%
2. Variasi waktu
t = 2 menit
I =2A
M = 122,2 gram
V = 30,1 volt
To = 28 ºC
Tt = 35 ºC
H = (Na + m . c)∆T
= (24,46 + 122,2 . 1) (35 – 28)
= 146,66 . 7
= 1026,62 Kalori
W =v.i.t
= 30,1 . 2 . 120
= 7224 Joule
𝑤
J =
𝐻
7224
=
1026,62
= 7,03 joule/kal
𝑤
H ideal =
𝐽
7224
=
4,25
= 255,08 Kalori
𝐻 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
Efisiensi = × 100 %
𝐻 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
1026,62
= × 100 %
255,08
= 402,46 %
𝐽1+𝐽2+𝐽3
Ĵ =
3
0,12+0,09+0,08
=
3
0,29
=
3
= 0,1 J / kal
Tabel 4.7 Tabel Ralat
1
RM =√ . 𝛴 (J – Ĵ)^2
𝑛−1
1
=√ ( 0,0009)
3−1
0,0009
=√
2
= √0,00045
= 0,02
𝑅𝑀
RN = × 100 %
Ĵ
0,02
= × 100%
0,0009
= 2222,2 %
4.5 ANALISA
Pada variasi waktu diberikan perbedaan waktu sebagai berikut, yaitu pada
saat percobaan pertama diberikan waktu selama 2 menit, pada percobaan kedua di
berikan waktu selama 4 menit. Dan begitulah seterusnya hingga waktunya yang
paling lama adalah 10 menit.
Dari metode di atas tentu hasil yang diperoleh tidak akan sama sesuai
dengan metode masing-masing. Pada percobaan dengan menggunakan variasi
waktu kami memperoleh konstanta joule dari percobaan pertama sampai ketiga
yaitu 0,006 , 0,081 ,dan 0,108.
Dengan percobaan pada metode kedua pun yaitu dengan variasi arus,
praktikan memperoleh hasil konstanta joule berbeda pula, mulai dari percobaan
pertama sampai percobaan terakhir kami memperoleh konstanta joule sebagai
berikut : 0,001 . 0,002 . 0,002 . 0,005 . dan 0,002.
Dari data konstanta joule yang didapat tentu berbeda dengan literatur
yang sebenarnya, hal ini dikarenakan mungkin ada data perhitungan praktikan
yang salah dalam praktikum. Hal ini bisa saja terjadi pada praktikum karena
sedikit banyaknya pasti ada salah dalam praktikum.
arus, namun untuk mencari pengaruh w, barulah terlihat bahwa arus berpengaruh
terhadap energi kalor.
Pada variasi arus, energi panas semakin kecil tanpa adanya perubahan
waktu (t) sedangkan pada variasi arus semakin meningkat. Efisiensi dapat
dipengaruhi oleh energi kalor yang diterima benda sebanding dengan energi kalor
ideal yang diberikan. Tampak jelas bahwa efisiensi dipengaruhi energi kalor yang
diberikan beserta dengan energi panas, maka yang dapat energi kalor ideal, yaitu
bernilai 4,2 j/kal.
Dalam praktikum kali ini kita bisa melihat bahwa tara kalor listrik yang
diberikan terhadap massa, panas yang diberikan terhadap massa dan panas yang
dihasilkan. Dan telah mampu mempelajari kesetaraan antara energi kalor dengan
energi listrik. Energi listrik dapat diubah menjadi energi panas, begitu juga
sebaliknya, energi panas dapat diubah menjadi energi listrik.