Anda di halaman 1dari 47

MALNUTRISI

Ilmu Gizi
Bagian IKM-IKKOM FK UNILA
2018
Tujuan
 Mengetahui tentang jenis malnutrisi
 Mengetahui tatalaksana pasien malnutrisi
 Mengetahui faktor resiko malnutrisi
 Mengetahui masalah gizi (mikronutrien)
Malnutrisi (Gizi salah)
 Terjadiakibat ketidakseimbangan antara
asupan zat gizi dengan kebutuhan oleh
tubuh
 Menimbulkan sindrom berupa defisiensi,
ketergantungan, keracunan atau obesitas
 Penggolongan:
 Gizi kurang (undernutrition)
 Gizi lebih (overnutrition)
Malnutrisi
 Umumnya proses terjadi secara bertahap,
dengan perjalanan waktu yang cukup
 Diawali dengan perubahan kadar zat gizi
di darah dan/atau jaringan
 Disusul oleh perubahan struktur dan
fungsi biokimia intraselular
 Akhirnya tampak tanda dan gejala yang
mengakibatkan kesakitan dan kematian
Gizi kurang
 Dapat terjadi karena:
 Asupan yang kurang adekuat
 Malabsorpsi
 Kehilangan zat-zat gizi sistemik secara
abnormal, akibat: diare, perdarahan, gagal
ginjal, keringat berlebih, infeksi, kecanduan
obat
 Terkait
dengan kemiskinan dan
kelemahan sosial
Gizi lebih
Terjadi akibat:
 Kelebihan makan
 Aktivitas fisik yang kurang
 Terapi diet yang berlebihan, termasuk
nutrisi parenteral
 Asupan vitamin berlebihan, terutama B6,
niasin, vit. A dan D
 Asupan trace mineral berlebihan
Risiko malnutrisi pada berbagai kelompok individu

 Bayi dan anak


 Kehamilan dan menyusui
 Usia lanjut
 Penyakit kronik
 Diet vegetarian
 Diet komersial
 Ketergantungan terhadap alkohol atau
obat-obatan
Risiko pada bayi, anak & remaja
 Kebutuhan energi dan zat gizi esensial tinggi
 Kurang Energi Protein (manifestasi berat kurang gizi)
akibat asupan protein, kalori dan zat gizi lain yang tidak
mencukupi dapat menghambat pertumbuhan &
perkembangan
 Kurang vit. K mengakibatkan penyakit hemoragik yang
dapat mengancam jiwa pada bayi baru lahir
 Pemberian makan yang kurang baik dapat
mengakibatkan defisiensi besi, folat, vit C, tembaga, zinc
dan vit A
 Pada remaja kebutuhan zat gizi meningkat akibat
percepatan pertumbuhan
 Pada gadis remaja dapat terjadi anoreksia nervosa
Kehamilan dan menyusui
 Selama masa hamil & menyusui kebutuhan
akan semua zat gizi meningkat
 Pada kehamilan sering terjadi gangguan diet
(co. pica)
 Anemia defisiensi folat sering terjadi 
rekomendasi suplemen folat utk mencegah
defek tabung neural
 Ibu vegetarian  risiko def. B12 pada bayi ASI
eksklusif
 Ibu alkoholik  bayi cacat, letargia (fetal alkohol
sindrom), pertumbuhan terhambat
Risiko pada usia lanjut
 Asupan terganggu, akibat:
 Kelemahan indera perasa & penghidu
 Kesepian
 Keterbatasan fisik dan mental
 Imobilitas
 Penyakit kronik
 Gangguan absorpsi  defisiensi besi
 Osteoporosis akibat def. kalsium
 Osteomalacia akibat def. vit. D dan kurang
pajanan matahari
Risiko pada usia lanjut
Kehilangan progresif lean body mass (+ 10 kg
pada pria & 5 kg pd wanita)
 penurunan BMR, berat keseluruhan, massa
tulang, tinggi dan bertambahnya (persentase)
lemak tubuh 20% ke 30% pada pria dan 27% ke
40% pada wanita

Perubahan tersebut & penurunan aktivitas fisik


menyebabkan kebutuhan energi & protein lebih
rendah
Penyakit kronis
 Malabsorpsi pada pasien dgn penyakit kronis (termasuk
pasca operasi) menyebabkan gangguan absorpsi
vitamin2 yg larut lemak, vit. B12, kalsium & besi.
 Penyakit liver akan mengganggu penyimpan vit. A &
B12, serta menghambat metabolisme protein dan
sumber energi
 Gangguan ginjal (termasuk dialisis) meningkat-kan risiko
defisiensi protein, besi dan vit. D
 Pasien dengan kanker atau AIDS cenderung mengalami
anoreksia yang mempersulit terapi
 Penerima nutrisi parenteral dalam jangka waktu lama
memerlukan tambahan biotin, vit. K, selenium,
molibdenum, mangan & zinc
Risiko pada vegetarian
 Bentuk vegetarian tersering adalah ovo-
lacto vegetarian (menghindari daging &
ikan, namun mengkonsumsi produk susu
dan telur)  risiko defisiensi besi
 Lebih panjang usia & risiko lebih rendah
mengalami penyakit kronis
 Biasanya melakukan OR teratur dan
menghindari rokok & alkohol
Risiko pada vegetarian
 Mereka yang tidak mengkonsumsi produk
hewani berisiko defisiensi vit. B 12
 terdapat pada ekstrak ragi dan
makanan terfermentasi ala Timur
 Vegetarian yang hanya mengkonsumsi
buah-buahan, berisiko defisiensi protein,
garam dan mikronutrien  tidak
direkomendasikan
Diet komersial
 Waspadai tanda awal defisiensi ataupun
keracunan zat gizi pada pengguna produk diet
komersial
 Menyebabkan defisiensi vitamin, mineral dan
protein yang berat, serta kelainan jantung, ginjal
dan metabolisme, bahkan kematian
 Diet sangat rendah kalori (<400 kkal/hari) tidak
dapat mempertahankan kesehatan dalam
jangka panjang
 Beberapa suplemen trace mineral dapat
mendorong terjadinya keracunan mineral
tersebut
Ketergantungan alkohol atau obat-obatan

 Pasien tsb sulit dipercaya bila ditanya


mengenai kebiasaan makan, karena itu
perlu anamnesis teliti pada keluarga
maupun relasi lain
 Terdapat perubahan gaya hidup yang
mengakibatkan tidak dipedulikannya
konsumsi makanan yang cukup
 Terdapat juga gangguan absorpsi &
metabolisme
Ketergantungan alkohol atau obat-obatan

 Alkohol kadar tinggi merusak jaringan, terutama


pada sal. cerna, liver, pankreas, otak dan susunan
saraf tepi.
 Peminum bir yang makan teratur berat badannya
dapat meningkat
 Konsumsi minuman keras > 1 quart perhari
menurunkan berat badan dan menyebabkan kurang
gizi
 Pengguna obat-obatan biasanya kurus
 Alkoholisme merupakan penyebab tersering def.
tiamin di AS dan mengakibatkan def. magnesium,
zinc & vit. lainnya
Kategori Status Gizi Anak berdasarkan
Depkes 2010
Malnutrisi Energi Protein (MEP)
Adalah keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-
hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan
MASALAH GIZI

KONSUMSI ZAT GIZI INFEKSI PENYAKIT

KETERSEDIAAN PANGAN ASUHAN IBU PELAYANAN


DITINGKAT DAN KESEHATAN
RUMAH TANGGA ANAK

KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN


KETERSEDIAAN PANGAN
KESEMPATAN KERJA

KRISIS EKONOMI DAN POLITIK


Klasifikasi MEP
MEP Ringan
Klasifikasi MEP
MEP berat
MEP Berat
Marasmus
Wajah spt orang tua

Rambut masih
hitam

Atrofi otot,
Lemak sangat tipis/habis
Iga gambang, sangat kurus
Kwashiorkor

Hepatomegali
Edema
MARASMIC KWASHIORKHOR
Tata Laksana
Tatalaksana Medikamentosa
Tatalaksana Supportif dan
Dietetik
Pemantauan
Formula WHO
Bahan makanan Per F75 F100 F13
1000 ml 5
Susu skim bubuk g 25 85 90
Gula pasir g 100 50 65
Minyak sayur g 30 60 75
Lar. elektrolit ml 20 20 27
Tambahan air s/d ml 1000 1000 100
0
Formula WHO
Nilai Gizi Per 1000 ml F75 F100 F135
Energi Kkal 750 1000 1350
Protein g 9 29 33
Laktosa g 13 42 48
Kalium mmol 36 59 63
Natrium mmol 6 19 22
Magnesium mmol 4.3 7.3 8
Seng mg 20 23 30
Tembaga (Cu) mg 2.5 2.5 3.4
% energi protein - 5 12 10
% energi lemak - 36 53 57
Osmolaritas mosm/l 413 419 508
Larutan elektrolit
Promotif dan Preventif
 Pola Makan
gizi seimbang sesuai umur dan BB
 Pemantaua tumbang dan status gizi
secara berkala
 Faktor sosial dan budaya  adanya
pantang makanan
 Faktor ekonomi  wellness index,
pengentasan kemiskinan, dll
 Faktor infeksi
Stunting
 Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu
cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi.
 Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan
baru nampak saat anak berusia dua tahun.
 Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka
kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya
mudah sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal
saat dewasa.
 Kemampuan kognitif para penderita juga berkurang,
sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka
panjang bagi Indonesia.
Stunting

Dinilai dengan
- TB/U < -3 SD

 Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat prevalensi


stunting nasional mencapai 37,2 persen, meningkat dari
tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%).
 Artinya, pertumbuhan tak maksimal diderita oleh sekitar
8 juta anak Indonesia, atau satu dari tiga anak
Indonesia. Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi
daripada negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti
Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%).
Prevalensi Stunting 2011
Kerangka Konsep Penyebab
Stunting
Obesitas
 Akumulasi lemak tubuh yang berlebihan
 Definisi:
 BB > 30% berat badan idaman/ideal
 BMI > 25
 Pada anak 5-18 tahun IMT/U : > 2SD
Kurang Energi Kronik (KEK)
WUS dan Bumil
 KEK adalah keadaan dimana ibu menderita keadaan
kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu.
 Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan
dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi
(kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun.
 Risiko Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan
dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan
menderita KEK.
 Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana
LILA <23,5 cm.
Prevalensi KEK
 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
menunjukkan bahwa di Indonesia, prevalensi KEK pada
wanita hamil usia 15-49 tahun mencapai 24,2%, dan
prevalensi KEK pada wanita tidak hamil usia 15-49
tahun sebesar 20,8%.
 Prevalensi KEK pada wanita hamil usia 15-49 tahun dan
WUS usia 15-49 tahun di provinsi Lampung sebesar
21,3% dan 17,6 % dan prevalensi terbesar di kabupaten
Lampung Tengah yaitu sebesar 52,6%.
Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY)

 Sekumpulan gejala yang timbul karena


tubuh kekurangan yodium secara terus-
menerus dalam waktu yang lama
Perempuan dengan pembesaran kelenjar gondok dan anak
yang mengalami kreatinisme
SPEKTRUM GAKI PADA MASA TUMBUH
KEMBANG (Hetzel 1987)

PEMETAAN SPEKTRUM GAKY :


1) WANITA HAMIL: abortus
2) JANIN:Lahir mati, cacat bawaan,kematian
perinatal, kematian bayi ; kretinisme,
disertai/tdk oleh mental retarded;
bisu,tuli,cebol,kaku,juling,lumpuh
3) NEONATUS ; Gondok
Neonatus,Hypothyroid neonatus.
4) ANAK & REMAJA : Gondok, Hypothyroid
Remaja; Perkembangan fisik & mental
terganggu, retardasi pertumbuhan fisik
5) DEWASA: Gondok & berbagai
komplikasinya (gangguan nafas dan
susah menelan); hypothyroid,gangguan
mental, Produktivitas rendah,Gangguan
kesehatan fertilitas
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai