Sambungan sederhana
13.1.2.1 Sambungan kaku
o Sambungan memiliki kekakuan cukup untuk
mempertahankan sudut-sudut antara komponen struktur
yang disambung.
o Deformasi titik kumpul harus sedemikian rupa sehingga
tidak terlalu berpengaruh terhadap distribusi gaya
maupun terhadap deformasi keseluruhan struktur.
.
13.1.2.2 Sambungan semi kaku
• Sambungan tidak memiliki kekakuan cukup untuk
mempertahankan sudut-sudut antara komponen struktur
yang disambung, namun mampu memberi kekangan
yang dapat diukur terhadap perubahan sudut. Pada
sambungan semi kaku, perhitungan kekakuan,
penyebaran gaya, dan deformasinya harus
menggunakan analisis mekanika yang hasilnya
didukung oleh percobaan eksperimental
13.1.2.3 Sambungan sendi
Sambungan pada kedua ujung komponen yang disambung tidak ada
momen. Sambungan sendi harus dapat berubah bentuk agar
memberikan rotasi yang diperlukan pada sambungan. Sambungan
tidak boleh mengakibatkan momen lentur terhadap komponen struktur
yang disambung. Detail sambungan harus mempunyai kemampuan
rotasi yang cukup. Sambungan harus dapat memikul gaya reaksi yang
bekerja pada eksentrisitas yang sesuai dengan detail sambungannya.
Alat Sambung
• BAUT
– BAUT HITAM
– BAUT MUTU TINGGI
• PAKU KELING
• LAS
TIPE SAMBUNGAN BAUT
Sambungan tipe tumpu adalah sambungan yang dibuat
dengan menggunakan baut yang diken-cangkan dengan
tangan, atau baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk
menimbulkan gaya tarik minimum yang disyaratkan, yang kuat
rencananya disalurkan oleh gaya geser pada baut dan
tumpuan pada bagian-bagian yang disambungkan.
(i) Sambungan kaku: momen lentur sebesar 0,5 kali momen lentur
rencana komponen struktur;
(ii) Sambungan sendi pada balok sederhana: gaya geser sebesar 40 kN;
(iii) Sambungan pada ujung komponen struktur tarik atau tekan: suatu
gaya sebesar 0,3 kali kuat rencana komponen struktur, kecuali pada
batang berulir dengan wartel mur yang bekerja sebagai batang
pengikat, gaya tarik minimum harus sama dengan kuat rencana
batang;
(iv) Sambungan lewatan komponen struktur tarik: suatu gaya sebesar
0,3 kali kuat rencana komponen struktur tarik;
N u Ls
Mu
1000
Keterangan:
adalah faktor amplifikasi b atau s yang ditetapkan sesuai dengan
Butir 7.4 SNI 2002
Ls adalah jarak antara titik pengekang lateral efektif
Bila komponen struktur tersebut tidak dipersiapkan
untuk kontak penuh, penyambung dan pengencangnya
harus dirancang untuk memikul semua komponennya
tetap lurus dan harus direncanakan untuk menyalurkan
gaya sebesar 0,3 kali kuat rencana komponen struktur
tekan.
13.1.5 Pertemuan
Komponen struktur yang menyalurkan gaya-gaya pada
sambungan, sumbu netralnya harus direncanakan untuk
bertemu pada suatu titik.
• Menurut PPBBI
– Baut hitam : Ølubang = Øbaut + 1 mm
– Baut mutu tinggi : Ølubang = Øbaut + 2 mm
• Menurut AISC
• Didasarkan pada diameter efektif
• Øefektif = Øbaut + 2 x 1/16’’
Jarak lubang
s1 s s s1
g
g
s1
s1 s s s1
g
g
s1
s1 s2 s2 s2 s1
Arah gaya
2 sg
s p t / 4s g
sp
untuk setiap spasi antara dua lubang yang terpotong irisan
tersebut, dengan t adalah tebal pelat yang dilubangi serta sp dan
sg dapat dilihat pada Gambar 13.1-1. Jika didapatkan bebe-rapa
kemungkinan irisan penampang (termasuk irisan lubang tidak
selang-seling) maka harus dipilih irisan penampang yang
menghasilkan pengurangan luas yang maksimum.
Untuk penampang seperti siku dengan lubang dalam kedua
kaki, diambil sebagai jumlah jarak tepi ke tiap lubang,
dikurangi tebal kaki (lihat Gambar 13.1-2).
t
sg = sg1 + sg2 - t
sg1
t
sg2
Gambar 13.1-2 Siku dengan lubang pada kedua kaki.
Vd f Vn f r1 f ub Ab (13.2-2)
Keterangan:
r1 = 0,5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser
r1 = 0,4 untuk baut dengan ulir pada bidang geser
f = 0,75 adalah faktor reduksi kekuatan untuk
fraktur
Keterangan:
f = 0,75 adalah faktor reduksi kekuatan untuk
fraktur
b
fu adalah tegangan tarik putus baut
Ab adalah luas bruto penampang baut
pada daerah tak berulir
Baut pada sambungan tipe tumpu yang memikul kombinasi
geser dan tarik
Baut yang memikul gaya geser terfaktor, Vu, dan gaya tarik
terfaktor, Tu, secara bersamaan harus memenuhi kedua
persyaratan berikut ini:
Vu
f uv r1 f f ub m (13.2-4)
nA b
Tu (13.2-5)
Td f Tn f f t Ab
n
(13.2-6)
f t f1 r2 f uv f 2
Keterangan:
r2 = 1,9
13.2.2.4 Kuat tumpu
Rd f Rn 2,4 f d b t p f u (13.2-7)
Kuat tumpu yang didapat dari perhitungan di atas berlaku
untuk semua jenis lubang baut. Sedangkan untuk lubang baut
selot panjang tegak lurus arah kerja gaya berlaku persamaan
berikut ini,
Rd f Rn 2,0 f d b t p f u (13.2-8)
Keterangan:
f =0,75 adalah faktor reduksi kekuatan untuk fraktur
db adalah diameter baut nominal pada daerah tak berulir
tp adalah tebal pelat
fu adalah tegangan tarik putus yang ter endah dari baut
atau pelat
13.2.2.5 Pelat pengisi
1.3.2.3.1 Perencanaan
Pada sambungan tipe friksi yang mengunakan baut mutu
tinggi yang slipnya dibatasi, satu baut yang hanya memikul
gaya geser terfaktor, Vu, dalam bidang permukaan friksi
harus memenuhi:
Vu < Vd (= Vn )
Vd = f Vn = 1,13 m m Tb
Keterangan:
m adalah koefisien gesek yang ditentukan pada Butir 13.2.3.2
m adalah jumlah bidang geser
Tb adalah gaya tarik baut minimum pada pemasangan seperti
yang disyaratkan pada Butir 18.2.5.2
= 1,0 untuk lubang standar
= 0,85 untuk lubang selot pendek dan lubang besar
= 0,70 untuk lubang selot panjang tegak lurus arah
kerja gaya
= 0,60 untuk lubang selot panjang sejajar arah kerja
gaya
13.2.3.2 Bidang-bidang kontak
Baut pada sambungan yang slipnya dibatasi dan memikul gaya tarik terfaktor,
Tu, harus memenuhi ketentuan pada Butir 13.2.3.1 dengan kuat rencana slip
Vd = Vn direduksi dengan faktor
Tu
1
1,13 T
(13.2-10)
b
13.3 Kelompok baut
13.3.1 Kelompok baut yang memikul pembebanan sebidang
Kuat rencana kelompok baut harus ditentukan dengan analisis
berdasarkan anggapan berikut:
b) Dalam hal kelompok baut yang memikul momen murni (kopel), pusat
sesaat perputaran sama dengan titik berat kelompok baut. Jika kelompok
baut memikul gaya geser sebidang yang bekerja pada titik berat
kelompok baut, pusat sesaat untuk perputaran berada di tak- hingga dan
gaya geser rencana terbagi rata pada kelompok baut. Untuk kasus
lainnya, harus digunakan cara perhitungan yang standar;
c) Gaya geser rencana pada setiap baut harus dianggap bekerja tegak
lurus pada garis yang menghubungkan baut ke pusat sesaat, dan harus
diambil berbanding lurus dengan jarak antara baut dan pusat sesaat.
Tiap baut harus memenuhi ketentuan Butir 13.2.2.1 dan Butir 13.2.2.4,
atau Butir 13.2.3.1.
13.3.2 Kelompok baut yang memikul pembebanan tidak
sebidang
Dengan db adalah diameter nominal baut pada daerah tak berulir. Jarak
tepi pelat harus memenuhi juga ketentuan Butir 13.2.2.4.
13.4.3 Jarak maksimum
Jarak antara pusat pengencang tidak boleh melebihi
15 tp (dengan tp adalah tebal pelat lapis tertipis
didalam sambungan), atau 200 mm. Pada pengencang
yang tidak perlu memikul beban terfaktor dalam
daerah yang tidak mudah berkarat, jaraknya tidak
boleh melebihi 32 tp atau 300 mm. Pada baris luar
pengencang dalam arah gaya rencana, jaraknya tidak
boleh melebihi (4 tp + 100 mm) atau 200 mm.
13.4.5 Lubang
Lubang baut harus memenuhi Butir 17.3.5.
KELOMPOK BAUT
Contoh 1
Pelat baja BJ 37 ukuran 200mmx10mm disambung dengan
dua pelat 200mmx6mm, menggunakan baut hitam diameter
19mm. Rencanakan sambungan tsb.
Diameter lubang = db + 1 = 20 mm
Dicoba dalam satu tampang ada dua baut
Lebar pelat neto bn = 200 – 2x20 = 160 mm
An = bn x t = 160 x 10 = 1600 mm2
Ag = 200 x 10 = 2000 mm2
Nu = f x Ag x fu = 0.75 x 2000 x 370 = 555000 N
Nu = f x An x fu = 0.9 x 1600 x 240 = 345600 N
Kekuatan baut:
Ab = 2 x 0.25 x p x d2 = 2x0.25xpx192 = 567.059 mm2
Kuat geser Vd = ff x r1 x fu x Ab
= 0,75x0,5x370x567.059 = 78679.44 N
Kuat tumpu Rd = 2,4 ff db tp fu = 2,4x0,75x19x10x370
= 126540 N
Jumlah baut n = Nu / Vd = 4.392 6 buah
Contoh 2
Pelat baja BJ 37 ukuran 100mmx12mm disambung dengan
dua pelat 100mmx8mm, menggunakan baut hitam diameter
16mm. Rencanakan sambungan tsb.
Diameter lubang = db + 1 = 17 mm
Dicoba dalam satu tampang ada dua baut
Lebar pelat neto bn = 100 – 2x17 = 66 mm
An = bn x t = 66 x 12 = 792 mm2
Ag = 100 x 12 = 1200 mm2
Nu = f x Ag x fu = 0.75 x 1200 x 370 = 333000 N
Nu = f x An x fu = 0.9 x 792 x 240 = 171072 N
Kekuatan baut:
i 1
M rmaks
R maks in
ri 2
i 1
M y maks M x maks
Rh maks i n
R v maks i n
2 2
(x i y ) i ( x i2 y i2 )
i 1 i 1
2
2 W
Rmaks R h maks Rv maks Rd
n
2
2 W
Rmaks R h maks Rv maks Vd
n
Beban eksentris
Beban Eksentris 2
250 mm
60KN
35
100
100
100
570 mm
100
100
35
220 mm
Penyelesaian Cara 1
Posisi garis netral dicari dengan coba-
1. Pengantar coba.
Luas tampang baut :
y1
A
1
d 2
b
4
y2 Dengan lebar efektif bidang tekan 0,75 b
y3 garis netral ditentukan sedemikian
y4
y5 sehingga melewati pusat berat bidang
Garis netral
tekan efektif dan baut-baut tarik (di
yn atas garis netral).
Selanjutnya momen inersia terhadap
b b garis netral dihitung:
2 2
i5
1
I n 0 , 75 b y n 2 A y i2
3
ymaks = y1 3 i 1
M y maks
f t maks
In
a
Penyelesaian Cara 2
Posisi garis netral dicari dengan setiap dua baut
diwakili dengan empat persegi panjang setinggi
s 1. Pengantar
y1
ya jarak spasi baut arah vertikal yang sama luas.
Lebar epp dihitung sbb:
2 0,25 d 2b
a
s
Garis netral
Dengan lebar efektif bidang tekan 0,75 b garis
yn netral ditentukan sedemikian sehingga melewati
pusat berat bidang tekan efektif dan epp
b b pengganti baut
2 2
Selanjutnya momen inersia terhadap garis
netral dihitung:
1 1 M y1
I n 0 , 75 b y n a y 3a
3 f t maks
3 3 In
Penyelesaian Cara 3
Asumsi:Sumbu putar terletak
pada baut terbawah
y1 y 12
T1 Tmaks M 1 T maks
ymaks y maks
y2 y 22
T2 Tmaks M 2 T maks M y
ymaks y maks T maks maks
i n
y3 y 32 y i2
T3 Tmaks M 3 T maks i1
ymaks y maks
............ f t maks
M y maks
2
y6 y i n
T6 Tmaks M 6
T maks y i2
y maks 6
y maks 2A
i 1
Pengaruh Momen