Laporan Pendahuluan Gastritis
Laporan Pendahuluan Gastritis
Latar Belakang
Dalam tubuh manusia banyak terdapat system yang saling kerja sama dalam
mempertahnkan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salh satu system yang
penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat pentinng dalam
proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel di tubuh.
Dalam system pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya adalah
lambung. Di Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan karbohidrat dan
lapisan ukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL) yang dalam kadar
normalnya fungsinya sangat penting.
Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan pada dinding lambung
(gastritis) jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak normal attau
mengkonsumsi jenis obat-obatan bisa mengakibatkan gastritis atau maag.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik
Penyakit Dalam (IPD jilid II Edisi 3)Gastritis akut merupakan penyakit yang sering
ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri (Patofisiologi Sylvia & Wilson)
dan ± 80 – 90% yang dirawat di ICU menderita gastritis akut.
Penyakit gastritis yang terjadi pada lambung umumnya disebabkan oleh dua faktor,
yaitu faktor infeksi dan non infeksi. Faktor infeksi umumnya disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur dan protozoa. Kuman Helicobacter Pylori merupakan penyebab tersering.
Faktor non infeksi disebabkan oleh hadirnya zat asing yang masuk dalam tubuh
melalui makanan atau minuman yang dapat menyebabkan peradangan lambung
(Dewanto, 2012). Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap 8
negara dunia dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka kejadian gastritis
di dunia, dimulai dari Negara yang angka kejadian gastritisnya paling tinggi yaitu
Amerika dengan persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh India dengan
persentase 43%, lalu beberapa Negara lainnya seperti Inggris 22%, China 31%,
Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5%, dan Indonesia 40,8% (Nurlina, 2012).
Dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh depertemen kesahatan RI angka
kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu
di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%,
Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan Pontianak 31,2%.
Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat (Nurlina, 2012).
Pengertian
Gastritis adalah merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi- gastritis
superfisial akut dan gastritis atrofik kronik.(Silvia A.Price dkk., 1994; 376).
Gastrits adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung,
Khususnya selaput lendir pada mukosa gaster yang sering diakibatkan oleh diet yang
sembrono (Smeltzer,2001 : 1062 ; Suyono, 2001 : 127 ; Hadi,, 1999: 181 ; Hinchliff,
1999 : 182).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi
Ketiga hal 492)
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut. (Imu Penyakit Dalam Jilid II)
Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan
berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas Jadi dapat disimpulkan gastritis itu adalah
Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi.
Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini
adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam
berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung
pada beberapa tempat.
Klasifikasi
Gastritis diklasifikasikan menjadi dua yaitu gastitis akut dan gastritis kronik.
a. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut
erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahun (Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan
bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh
ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori. (Brunner dan
suddart)
1) Gambaran hispatology
2) Distribusi anatomi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas perut
tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara
10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak
1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti
sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan
tersebut secara bertahap membuka.
Lambung
Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
1. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis
rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan kimia misal : lisol,
alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis. Gastritis juga dapat disebabkan
oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti inflamasi non steroid (AINS), juga
dapat disebabkan oleh gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka
bakar dan sepsis (Mansjoer, Arif, 1999, hal : 492).
2. Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini merupakan
kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.
Diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat dan
makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme
Faktor psikologi Stress baik primer maupun sekunder dapat merangsang
peningkatan produksi asam-asam gerakan paristaltik lambung. Sterss juga akan
mendorong gerakan antara makanan dan dinding lambung menjadi tambah
kuat. Hal ini dapat menyebabkan luka pada lambung.
Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan
sering pula menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat
infeksi bakteri dari luar tubuh jarang terjadi sebab bakteri tersebut akan
terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit atau infeksi bakteri penyebab
gastritis, umumnya berasal dari dalam tubuh penderita bersangkutan. Keadaan
ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah ada sebelumnya
Patofisiologi
Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat menyebabkan
pelepasan atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari nukleus motorik dorsalis
nervus vagus, setelah melewati nervus vagus menuju dinding lambung pada sistem
saraf enterik, kemudian kelenjar-kelenjar gaster atau getah lambung, sehingga mukosa
dalam antrum lambung mensekresikan hormon gastrin dan merangsang sel-sel parietal
yang nantinya produksi asam hidroklorinnya berlebihan sehingga terjadi iritasi pada
mukosa lambung (Guyton, 1997: 1021-1022).
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat merusak mukosa
lambung, mengganggu barier mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali
asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung. Maka terjadi iritasi dan peradangan pada
mukosa lambung dan nekrosis yang dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung
dan perdarahan dan peritonitis (Long, 1996 : 196).
Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung syaraf yang
terpajan yaitu syaraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam lambung. Kontak antara
lesi dan asam juga merangsang mekanisme reflek lokal yang dimulai dengan
kontraksi otot halussekitarnya. Dan akhirnya terjadi nyeri yang biasanya dikeluhkan
dengan adanya nyeri tumpul, tertusuk, terbakar di epigastrium tengah dan punggung.
Dari masukan minuman yang mengandung kafein, stimulan sistem saraf pusat
parasimpatis dapat meningkatkan aktivitaas otot lambung dan sekresi pepsin. Selain
itu nikotin juga dapat mengurangi sekresi bikarbonat pankreas, karena menghambat
netralisasi asam lambung dalam duodenum yang lama-kelamaan dapat menimbulkan
mual dan muntah.
Fathway Gastritis
Fathway Gastritis
Manifestasi Klinis
Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.
Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya menutupi
gejala – gejala lambung : tetapi perut sebelah atas terasa tidak enak. Segera setelah
cedera, timbul memar kecil dalam lapisan lambung, dalam beberapa jam memar ini
bisa berubah menjadi ulkus. Ulkus dan Gastritis bisa menghilang bila penderita
sembuh dengan cepat dari cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa membesar
dan mulai mengalami pendarahan, biasanya dalam waktu 2 – 5 hari setelah terjadinya
cedera. Perdarahan menyebabkan tinja berwarna kehitaman seperti aspal, cairan
lambung menjadi kemerahan dan jika sangat berat, tekanan darah bisa turun.
Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal.
Gejalanya berupa mual ringan dan nyeri diperut sebelah atas. Tetapi banyak penderita
( misalnya pemakai Aspirin jangka panjang ) tidak merasakan nyeri. Penderita lainnya
merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut kosong. Jika gastritis
menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya berupa tinja berwarna
kehitaman seperti aspal ( Melena ), muntah darah ( Hematemesis ) atau makanan yang
sudah dicerna yang menyerupai endapan kopi.
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan penyempitan atau
penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju keusus dua belas jari.
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan timbulnya
ruam dikulit dan diare.
Menyebabkan nyeri, mual dan Heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar dibelakang
tulang dada), yang terjadi karena adanya peradangan dan kadang karena adanya tukak
dilambung. Tukak bisa menembus dinding lambung sehingga isi lambung tumpah
kedalam rongga perut, menyebabkan peritonitis (peradangan lapisan perut) dan nyeri
yang luar biasa. Perut kaku dan keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan
darurat. Kadang setelah terapi penyinaran, terbentuk jaringan parut yang
menyebabkan menyempitnya saluran lambung yang menuju keusus duabelas jari,
sehingga terjadi nyeri perut dan muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan pelindung
lambung, sehingga bakteri dapat masuk kedalam dinding lambung dan menyebabkan
nyeri hebat yang muncul secara tiba – tiba.
Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat, Gastritis akan dapat mengakibatkan Peptic Ulcers dan
perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan
resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus – menerus pada
dinding lambung dan perubahan pada sel – sel dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada sel – sel
kelenjar dalam mucosa. Adenocarsinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H.
Pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. Pylori adalah MALT
(Mucosa associated Lymphoid Tissue) Lymphomas, kanker ini berkembang secara
perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini
dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.
Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test
yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu
waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat
pendarahan lambung akibat Gastritis.
2) Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau tidak.
3) Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah
dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara
memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk
kedalam Esopagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih
dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukan untuk memastikan
pasien merasa nyaman menjalani test ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang
terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsi) dari jaringan
tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa kelaboratorium untuk diperiksa. Test ini
memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat test ini.
Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat
menelan endoskop.
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu sebelum
dilakukan Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas
ketika dironsen.
Pencegahan
Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk
dapat mengurangi resiko terkena Gastritis.
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam,
gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan
yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan
jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
2) Hindari Alkohol
Penggunaan Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa lambung dan
dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
3) Jangan merokok
5) Kendalikan stres
Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan
tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stres juga dapat
meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat kecepatan pencernaan.
Karena stres bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah dengan
mengendalikannya secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang
cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
Penatalaksanaan
Pengkajian
Pengkajian kesehatan meliputi waktu terjadinya masalah, durasi, faktor pencetus dan
manifestasi – manifestasi yang dirasakannya. Mulai dengan menanyakan mengapa ia
mencari bantuan kesehatan, kapan merasakan gejala, tanyakan pasien mengenai
keluhan utama dan penyakit saat ini berdasarkan: kapan masalah pertama kali
dirasakan? Apakah bertahap atau tiba – tiba? Apa yang dilakukan pasien bila masalah
pertama kali dihadapi? Apakah ini berhubungan dengan masukan makanan?
1. Durasi
3. Tingkat Keparahan
4. Lokasi
5. Faktor Pencetus
6. Faktor Penghilang
Adapun Diagnosa Keperawatan menurut Suratun (2010. Hal: 63) adalah sebagai
berikut :
Intervesi keperawatan
Kriteria hasil : pengeluaran urine adekuat, tanda tanda vital dalam batas normal,
membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler kurang dari 3 detik.
Intervensi/Rasional
Kriteria hasil : klien rileks, klien dapat tidur, skala nyeri 0-2.
Intervensi/Rasional
Kaji dan cata keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya instensitas skala nyeri (0-
10). Rasional : untuk menetukan intervensi dan mengetahui efek terapi.
Berikan makanan sedikit tapi sering. Rasional : makanan sebagai penetralisir
asam lambung.
Jelaskan agar klien menghindari makanan yang merangsang lambung, seperti
makanan pedas, asam dan mengandung gas. Rasional : makanan yang
merangsang dapat mengiritasi mukosa lambung.
Atur posisi tidur senyaman mungkin. Rasional : posisi yang nyaman dapat
menurunkan nyeri.
Anjurkan klien melakukan teknik relaksasi, seperti napas dalam, mendengarkan
music, menonton TV dan membaca. Rasional : teknik relaksasi dapat
mengalihkan perhatian klien sehingga dapat menurunkan nyeri.
Berikan terapi analgetik dan antasid. Rasional : untuk menghilangkan nyeri
lambung.
Diagnosa 3.Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tundakan
pembatasan intake nutrisi, puasa.
Kriteria hasil : makan habis 1 porsi, berat badan meningkat, hasil Laboratorium :
alnumin, Hb normal.
Intervensi/Rasional
Kaji status nutrisi dan pola makan klien. Rasional : sebagai dasar untuk
menetukan intervensi.
Puasakan pasien selama fase akut. Rasional : menurunkan rangsangan lambung
sehingga mencegah muntah.
Berikan nutrisi enteral atau parental, jika klien dipuasakan. Rasional : Untuk
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Berikan minum peroral secara bertahap jika fase akut berkurang. Rasional :
untuk merangsang gaster secara bertahap.
Berikan makan peroral secara bertahap, mulai dari makanan saring. Rasional :
mencegah terjadinya iritasi pada mukosa lambung.
Jelaskan agar klien menghindari minuman yang mengandung kafein. Rasional :
kafeindapat merangsang aktivitas gaster.
Timbang berat badan klien setiap hari dengan alat ukur yang sama. Rasional :
untuk mengetahui status nutrisi klien.
Berikan terapi multivitamindan antasid sesuai program medik. Rasional : untuk
meningkatkan nafsu makan menghilangkan mual.
Daftar Pustaka