ROOT LOCUS
KELOMPOK 4
ZULKARNAIN
FRISKA HELENA
STT-PLN JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita senantiasa ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena curahan rahmat
serta karunianya lah kami akhirnya sampai pada tahap menyelesaikan makalah dengan
tema ” Root Locus”.
Kami sungguh-sungguh berharap sekali makalah ini bisa berguna pada tujuan sebagai
referensi dosen dan mahasiswa dalam proses belajar dan mengajar
Hormat kami
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………….........................................……………………………….i
Daftar Isi………………………………......................................………………..…………..i
Pendahuluan ……………………....……….....................................................…..…………1
Kesimpulan …………………..............................................………………....................…..10
I. PENDAHULUAN
ROOT LOCUS
Root Locus (tempat kedudukan akar) merupakan suatu analisis dalam keilmuan control
engineering yang menggambarkan pergeseran letak pole-pole suatu sistem loop tertutup dari
peerubahan besarnya penguatan loop terbuka dengan gain adjustment. Analisis ini digunakan sebagai
salah satu dasar untuk mendesain suatu sistem kendali sesuai dengan karakteristik dan spesifikasi
yang diinginkan. Analisis root locus ini dapat menentukan apakah suatu system stabil atau tidak.
Selain itu dapat menentukan besarnya rentang penguatan loop terbuka agar suatu system masih dapat
dikatakan stabil (tetapi tidak bisa menstabilkan suatu system tidak stabil secara utuh menjadi system
yang stabil). Plot kurva root locus berada pada bidang-s (domain frekuensi).
Artikel ini akan membahas bagaimana cara mendapatkan kurva root locus dengan perhitungan
manual. System yang dibahas disini menggunakan feedback negative.
Metode root locus / letak kedudukan akar digunakan untuk meneliti perilaku sistem dengan
parameter sistem berubah pada lingkup tertentu, misalnya perubahan parameter penguatan K. Di
dalam analisis sistem, penguatan K dipilih sedemikian rupa agar sistem stabil serta memberikan
respon yang baik. Rancangan dimaksudkan agar letak pole dan zero dari fungsi alih loop tertutup
terletak pada daerah yang ditentukan. Agar sistem stabil, pole dan zero harus terletak pada bidang s
sebelah kiri sumbu imajiner.
Karakteristik dasar tanggapan waktu dari suatu sistem loop tertutup sangat berkaitan dengan
lokasi dari pole-pole loop tertutupnya. Pole-pole loop tertutup adalah akar-akar dari persamaan
karakteristik dari fungsi alih loop tertutup. Suatu metode yang digunakan untuk memetakan akar-akar
dari persamaan karakteristik adalah dengan metode Root-Locus, dimana dengan metode ini akar-akar
persamaan karakteristik digambarkan / diplot untuk semua nilai parameter sistem. Penggambarannya
tetap pada bidang s, sehingga sangat berguna untuk analisa kestabilan.
Karakteristik tanggapan transient sistem loop tertutup dapat ditentukan dari lokasi pole-pole (loop
tertutupnya).
Bila K berubah, maka letak pole-pole nya juga berubah. Untuk mengetahui kawasan letak pole-
pole persamaan karakteristik sistem tersebut terhadap kemungkinan kombinasi nilai K, maka
diperlukan sebuah metode yang disebut dengan Root Locus. Root berarti akar dan Locus berarti
tempat kedudukan. Maka Root Locus adalah tempat kedudukan akar-akar persamaan karakteristik
dari sebuah sistem pengendalian proses dengan K = 0 sampai K = tak hingga. Ini dapat digunakan
untuk menentukan stabilitas sistem tersebut selalu stabil atau ada batas kestabilannya, sehingga dalam
merancang sistem kontrol, si desainer bisa mendapatkan hasil step response sesuai yang
diinginkannya dengan mengubah nilai-nilai K.
Untuk mempermudah diberikan suatu contoh kasus, dengan fungsi alih loop terbuka:
Penyelesaian,
Letak pole-pole adalah s1 = 0, s2 = -4 + j3, s3 =-4 – j3 dan zero tidak ada. gambar range daerah root
locus pada sumbu real :
Titik potong kurva root locus didapat dengan mendifferensiasikan fungsi ‘k’ terhadap ‘s’, sehingga
didapat S1 = (-8/3) + j (11/9)1/2 dan s2 = (-8/3) – j (/9)1/2 . Jika kita perhatikan, perpotongan kurva
root locus dengan sumbu real tidak mungkin pada titik akar-akar yang didapat, karena akar-akar yang
didapat complex (punya bagian imajiner). Jika akar yang didapat hanya mengandung bagian real saja
(tanpa imajiner) maka pada akar tersebut terjadi perpotongan kurva root locus dengan sumbu real,
baik break-in point atau break-away point. Pada kasus akar complex seperti ini, akar yang didapat
adalah titik dimana root locus berubah arah, baik dari kebawah menjadi keatas maupun keatas
menjadi kebawah (nilai ekstrim). Titik tersebut disimbolkan dengan ‘P’ dan ‘Q ‘ pada kurva root
locus yang diperoleh dari MATLAB pada gambar selanjutnya.
Nilai K ini di substitusikan lagi ke persamaan karakteristik system sehingga didapat akar
Titik diatas adalah titik dimana root locus memotong sumbu imajiner.
Jumlah sudut pole (yang diukur) dengan pole lainnya dan jumlah sudut pole terhadap zero diukur dari
sumbu-x.
Sehingga untuk pole-2 (lihat gambar) :
Perhitungan ini menggunakan pendekatan : sin 370 = 0,6 dan sin 530 = 0,8
Dari data-data yang telah didapatkan, dilakukan plot secara manual. Hasil plot secara manual tersebut
dapat dikoreksi kebenarannya dengan menggunakan software MATLAB. Listing code MATLAB-nya
dan gambar kurva root locus yang benar adalah sebagai berikut :
Mencari harga u (titik potong dengan sumbu imajiner, menggunakan substitusi langsung)
III. Penerapan / Implementasi Root Locus
3.1. Pengendalian Suhu Dan Ketinggian Air Pada Boiler Menggunakan Kendali PID dengan Metode
Root Locus
A. Sistem Boiler
Sistem boiler terdiri dari beberapa komponen yang menyusunnya. Komponen-komponen tersebut
antara lain adalah valve dan drum boiler. Skema loop tertutup sistem ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Penjelasan dari skema loop tertutup tersebut adalah sebagai berikut: bahwa suhu steam yang
diperlukan untuk proses produksi adalah 160 – 1800 C, dikontrol dengan mengatur aliran bahan bakar
boiler. Air baru kembali dialirkan ke dalam boiler sebagai pengganti air yang berkurang akibat
penguapan. Sistem bekerja pada P = 10 bar. Air masuk dengan suhu 30oC.
Dari gambar 3.2, dapat dilihat bahwa ada interaksi antara dua proses. Karena PID adalah kontroler
yangdigunakan pada sistem SISO, maka perlu ditambahkan decoupler agar sistem 2-masukan 2-
keluaran tersebut dapat diubah menjadi 2 sistem SISO sehingga dapat dirancang kontroler PID-nya.
Dengan membandingkan antara gambar 2.1 dan gambar 3.2, didapat:
Sehingga fungsi alih decoupler dapat ditentukan dari persamaan 2.1 dan persamaan 2.2 yaitu:
Diagram blok boiler setelah disederhanakan menjadi:
Gambar 3.3. Diagram blok boiler SISO ekivalen dengan decoupler
Dari table 4.1 dapat dilihat bahwa sistem tidak stabil pada saat ada pole yang terletak di sebelah kanan
bidang s pada nomer 1, 2, 3, dan 4. Sedangkan nomer 7, 8, 12, dan 16 tidak memenuhi spesifikasi
desain sistem karena ada pole yang mengandung unsur imajiner (underdamped). Kemudian,
parameter yang memenuhi spesifikasi disimulasikan untuk dilihat performansimasing-masing yang
hasilnya tampak pada tabel berikut.
Dengan memperhatikan table 4.2, dipilih nilai parameter ke-6 karena mempunyai settling time yang
masih memenuhi spesifikasi desain.