Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERKULIAHAN

SALURAN
TRANSMISI
DASAR SALURAN TRANSMISI

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

02
Teknik Teknik Elektro W141700033 Dian Widi Astuti, ST. MT

Abstract Kompetensi
Modul ini menjelaskan mengenai Setelah membaca modul ini, mahasiswa
solusi persamaan differensional diharapkan mampu untuk:
untuk sinyal harmonis, persamaan  Mendefinisikan persamaan
gelombang dan perambatan differensional untuk sinyal
gelombang harmonis dan perambatan
gelombang.
 Menyelesaikan persamaan
differensial untuk sinyal harmonis
dan perambatan gelombang.
 Menganalisa persamaan differensial
untuk sinyal dan perambatan
gelombang harmonis.
Solusi Persamaan Diferensial Untuk Sinyal
Harmonis
Pada penggunaan sinyal harmonis diandaikan terdapat sinyal dengan frekuensi putar  yang
merambat di saluran transmisi. Arus dan tegangan yang merupakan fungsi waktu,

𝑖(𝑡) = 𝑖0 𝑐𝑜𝑠(𝜔𝑡 + 𝜑𝑖 ) dan (1.11a)

𝑣(𝑡) = 𝑣0 𝑐𝑜𝑠(𝜔𝑡 + 𝜑𝑣 ) (1.11b)

yang mana i0 dan v0 amplitudo fungsi arus dan tegangan, dengan i dan v phasanya

Dengan hubungan Euler

𝑒 ±𝑗𝑥 = 𝑐𝑜𝑠𝑥 ± 𝑗𝑠𝑖𝑛𝑥 (1.12)

fungsi arus bisa direpresentasikan menjadi

𝑖0
𝑖(𝑡) = Re(𝑖0 𝑒 𝑗(𝜔𝑡+𝜑𝑖 ) ) = √2Re ( 𝑒 𝑗𝜑𝑖 𝑒 𝑗𝜔𝑡 )
√2
Re adalah opeator yang mengambil nilai riil (real part) dari argument di dalamnya

Dengan mendefinisikan besaran phasor I dan V


𝑖0
𝐼= 𝑒 𝑗𝜑𝑖 dan (1.13)
√2
𝑣0
𝑉= 𝑒 𝑗𝜑𝑣 (1.14)
√2

Fungsi arus dan tegangan bisa dituliskan menjadi

𝑖(𝑡) = √2Re(𝐼 ∙ 𝑒 𝑗𝜔𝑡 ) dan (1.15)

𝑣(𝑡) = √2Re(𝑉 ∙ 𝑒 𝑗𝜔𝑡 ) (1.16)

Di dalam I dan V tidak terdapat lagi informasi tentang waktu, tetapi sebagai konsekuensinya
besaran tersebut secara umum bernilai kompleks (memiliki nilai riil dan imajiner)

Contoh 1.1 :

Sebuah fungsi tegangan diberikan

𝑣(𝑡) = 3,5 cos(𝜔𝑡 − 2𝑧)

hitunglah bentuk phasor dari tegangan di atas.

Jawab :

2018 SALURAN TRANSMISI PusatBahan Ajar dan eLearning


2 Dian Widi Astuti, ST. MT. http://www.mercubuana.ac.id
Dengan 𝑉0 = 3,5 dan 𝜑𝑣 = −2𝑧, maka

3,5
𝑉= 𝑒 −𝑗2𝑧
√2
Dengan V tidak ada lagi ketergantungan terhadap waktu t. Tetapi karena fungsi v(t) di atas
adalah fungsi gelombang, masih ada ketergantungan terhadap posisi z.

Contoh 1.2 :

Diberikan sebuah bentuk phasor dari sebuah arus

𝐼 = 𝑗5,2𝑒 −𝑗4𝑧

Tentukanlah fungsi waktu arus listrik ini !

Jawab :

Menggunakan persamaan (1.15)


𝜋
𝑖(𝑡) = √2Re{𝐼𝑒 𝑗𝜔𝑡 } = √2Re{𝑗5,2𝑒 −𝑗4𝑧 𝑒 𝑗𝜔𝑡 }, dengan maka 𝑒 𝑗 2 = 𝑗
𝜋
𝑖(𝑡) = √2Re {𝑒 𝑗 2 5,2𝑒 −𝑗4𝑧 𝑒 𝑗𝜔𝑡 }

𝜋 𝜋
𝑖(𝑡) = √2Re {5,2𝑒 𝑗(𝜔𝑡−4𝑧+ 2 ) } = √2 ∙ 5,2 cos (𝜔𝑡 − 4𝑧 + )
2

𝑖(𝑡) = −√2 ∙ 5,2 sin(𝜔𝑡 − 4𝑧)

Dengan memasukkan arus dan tegangan dengan penulisan bentuk phasor di atas ke sistim
persamaan diferensial didapatkan

 V jt    
2 Re   e    2 Re  R'I  e jt  L'I  e jt 
 z   t 

 V jt 
Re  
 e    Re R' jL'  I  e jt 
 z 

menjadi (tanda diferensial parsial berubah menjadi tanda diferensial biasa, karena pada
persamaan yang baru ini hanya terdapat sebuah variabel, yaitu z)

𝑑𝑉
= −(𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′ ) ∙ 𝐼 (1.17)
𝑑𝑧
Persamaan kedua, yaitu persamaan (1.10), untuk kondisi sinyal harmonis menjadi

𝑑𝐼
= −(𝐺 ′ + 𝑗𝜔𝐶 ′ ) ∙ 𝑉 (1.18)
𝑑𝑧

2018 SALURAN TRANSMISI PusatBahan Ajar dan eLearning


3 Dian Widi Astuti, ST. MT. http://www.mercubuana.ac.id
Kedua persamaan terakhir di atas (1.17) dan (1.18) adalah dua buah persamaan diferensial
ordo pertama yang saling terkait, karena pada keduanya terdapat tegangan dan arus yang
sementara ini tak diketahui bentuknya, atau keduanya disebut juga sistim persamaan
diferensial ordo pertama untuk sinyal harmonis.

Untuk mensolusikan persamaan-persamaan ini, persamaan pertama diturunkan terhadap z dan


menggantikan term dI/dz yang muncul dengan persamaan kedua, sehingga menjadi

𝑑 𝑑𝑉 𝑑 𝑑2𝑉 𝑑𝐼
( )= (−(𝑅′ + 𝑗𝜔𝐿′ ) ∙ 𝐼) = 2 = −(𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′ ) ∙
𝑑𝑧 𝑑𝑧 𝑑𝑧 𝑑𝑧 𝑑𝑧

𝑑2𝑉
= (𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′ ) ∙ (𝐺 ′ + 𝑗𝜔𝐶 ′ ) ∙ 𝑉 (1.19)
𝑑𝑧 2
Sekarang persamaan parsial menjadi berordo kedua, tetapi hanya ada satu fungsiyang tak
dikenal, yaitu hanya tegangan V. Dan dengan penulisan secara ringkas

𝛾 = √(𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′ ) ∙ (𝐺 ′ + 𝑗𝜔𝐶 ′ ) (1.20)

persamaan diferensial menjadi

𝑑2𝑉
= 𝛾2 ∙ 𝑉 (1.21)
𝑑𝑧 2
persamaan ini dinamakan persamaan gelombang.

Solusi umum dari persamaan diferensial (1.21) adalah

𝑉 = 𝑉1 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 + 𝑉2 ∙ 𝑒 𝛾𝑧

V1 dan V2 adalah konstanta yang muncul dalam setiap pengintegralan, yang masih harus
dicari nilainya. (Seperti halnya pengintegralan pada kalkulus, sebuah integrasi akan
menghasilkan sebuah konstanta, dua integrasi atau integrasi dua lipat akan menghasilkan dua
buah konstanta)

Dengan persamaan (1.17)

𝑑𝑉 1 𝑑𝑉
= −(𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′ ) ∙ 𝐼 𝐼 = − ′
𝑑𝑧 (𝑅 + 𝑗𝜔𝐿′ ) 𝑑𝑧

bisa dihitung arus pada saluran transmisi

1 𝑑 𝛾
𝐼=− (𝑉1 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 + 𝑉2 ∙ 𝑒 𝛾𝑧 ) = ′ (𝑉 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 − 𝑉2 ∙ 𝑒 𝛾𝑧 )
𝑅′ ′
+ 𝑗𝜔𝐿 𝑑𝑧 𝑅 + 𝑗𝜔𝐿′ 1

Dengan modifikasi dan bantuan persamaan (1.20)

𝛾 √(𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′ ) ∙ (𝐺 ′ + 𝑗𝜔𝐶 ′ ) 𝐺 ′ + 𝑗𝜔𝐿′


= = √
𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′ 𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′ 𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐶′

2018 SALURAN TRANSMISI PusatBahan Ajar dan eLearning


4 Dian Widi Astuti, ST. MT. http://www.mercubuana.ac.id
Nilai invers dari term di atas didefinisikan sebagai

𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′
𝑍0 = √ (1.22)
𝐺 ′ + 𝑗𝜔𝐶′

Sekarang kita memiliki dua buah besaran yang merupakan penyingkatan dari besaran-besaran
yang datangnya dari karakteristik dari saluran transmisi.  dinamakan konstanta
perambatan dan Z0 dinamakan impedansi gelombang. Makna fisika dari besaran-besaran
ini akan dibahas di belakang.

Jadi solusi dari persamaan gelombang pada saluran transmisi :

𝑉 = 𝑉1 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 + 𝑉2 ∙ 𝑒 𝛾𝑧 (1.23)

1
𝐼= (𝑉 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 − 𝑉2 ∙ 𝑒 𝛾𝑧 ) (1.24)
𝑍0 1

dengan  dan Z0 yang diberikan di persamaan-persamaan (1.20) dan (1.22).

V1 dan V2 ditentukan dengan bantuan syarat batas (boundary conditions) yang diberikan pada
awal dan/atau akhir dari kawat saluran transmisi tersebut.

Jika diberikan arus dan tegangan pada awal saluran transmisi:

𝑉(𝑧 = 0) = 𝑉𝑎 dan 𝐼(𝑧 = 0) = 𝐼𝑎

Maka dengan memasukannya ke persamaan tegangan dan arus pada persamaan (1.23) dan
(1.24) untuk z = 0, didapatkan :

𝑉𝑎 = 𝑉1 + 𝑉2 dan

1
𝐼𝑎 = (𝑉 − 𝑉2 )
𝑍0 1

Maka

𝑉𝑎 + 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎
V1 = dan (1.25)
2
𝑉𝑎 − 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎
𝑉2 = (1.26)
2
Jika sebagai syarat batas diberikan arus dan tegangan di akhir kawat saluran transmisi (pada
posisi z = L)

𝑉(𝑧 = 𝐿) = 𝑉𝑒 dan 𝐼(𝑧 = 𝐿) = 𝐼𝑒

Dengan memasukkannya ke persamaan arus (1.23) dan tegangan (1.24)

𝑉𝑒 = 𝑉1 ∙ 𝑒 −𝛾𝐿 + 𝑉2 ∙ 𝑒 𝛾𝐿

2018 SALURAN TRANSMISI PusatBahan Ajar dan eLearning


5 Dian Widi Astuti, ST. MT. http://www.mercubuana.ac.id
1
𝐼𝑒 = (𝑉 ∙ 𝑒 −𝛾𝐿 − 𝑉2 ∙ 𝑒 𝛾𝐿 )
𝑍0 1

Konstanta integrasi didapatkan

1
𝑉1 = (𝑉𝑒 + 𝑍0 ∙ 𝐼𝑒 ) ∙ 𝑒 𝛾𝐿 dan (1.27)
2
1
𝑉2 = (𝑉 − 𝑍0 ∙ 𝐼𝑒 ) ∙ 𝑒 −𝛾𝐿 (1.28)
2 𝑒
Atau kemungkinan lainnya kombinasi syarat batas pada awal dan akhir kawat, misalnya arus
di awal kawat dan tegangan di akhir kawat diketahui.

Dengan digunakannya syarat batas, didapatkan dari sistim persamaan diferensial tersebut
sebuah persamaan tegangan dan arus yang merupakan fungsi posisi, sehingga jika ditanya
atau diinginkan nilai tegangan dan arus di suatu posisi tertentu kita bisa menghitungnya
dengan persamaan yang diturunkan tersebut.

Sekarang bagaimanakah kita bisa mengetahui pula nilai suatu tegangan atau arus di suatu
posisi pada suatu waktu tertentu. Untuk itu kita akan mengamatinya pada bahasan
perambatan gelombang berikut ini.

Contoh 1.3 :

Sebuah impedansi dengan besar Z e  25  j50  disambungkan sebagai beban dari
sebuah saluran transmisi dengan impedansi gelombang Z 0  50  . Sebuah tegangan dengan besar
Ve  1 V diukur pada beban tersebut. Tentukanlah amplitudo gelombanga tengan dan arus di ujung
saluran transmisi berdasarkan komponennya (V1, V2, I1 dan I2)

Jawab:

Beban sebesar Z e  25  j50   55,9  e  j 63, 43  , padanya diukur tegangan sebesar

Ve  1 V, maka didapatkan arus yang mengalir pada beban sebesar.

Ve 1 
Ie    j 63, 43
 17,9  e j 63, 43 mA
Z e 55,9  e

Dengan menggunakan persamaan (1.27) dan (1.28) tanpa eksponen, karena di akhir saluran
transmisi berlaku gelombang datang V1e L dan gelombang refleksi V2 e L .

 Z0  1  
V1 
1
Ve  Z 0  I e   Ve
1    1 

50



2 2 Z e  2  55,9  e  j 63, 43 

2
 

 1  0,8945  e j 63, 43  1  0,4  j 0,8
1 1
2
 0,7  j 0,4  0,81  e j 29, 74
Volt

2018 SALURAN TRANSMISI PusatBahan Ajar dan eLearning


6 Dian Widi Astuti, ST. MT. http://www.mercubuana.ac.id
 Z0  1
V2 
1
Ve  Z 0  I e   Ve 1    1  0,4  j 0,8
2 2  Ze  2
 0,3  j 0,4  0,5  e  j 53,13 Volt


V 0,81  e j 29, 74 
I1  1   16,2  e j 29, 74 mA
Z0 50

V 0,5  e  j 53,13  
I2   2    10  e  j 53,13  10  e j126,87 mA
Z0 50

Perambatan Gelombang
Sekarang kita akan membahas proses fisika dari perambatan gelombang pada saluran
transmisi dan juga menjelaskan parameter-parameter yang sebelumnya diperkenalkan.

Konstanta perambatan secara umum adalah sebuah besaran bernilai kompleks.

Besaran ini bisa dituliskan dengan bagian riil dan bagian imajinernya

𝛾 = √(𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′) ∙ (𝐺 ′ + 𝑗𝜔𝐶′) = 𝛼 + 𝑗𝛽 (1.29)

α adalah konstanta peredaman dan β adalah konstanta phasa. Keduanya ditentukan oleh
sifat karakteristik dari tipe dan ukuran dari saluran transmisi yang dipergunakan, dan bukan
merupakan fungsi dari sinyal yang ditransmisikan.

Penamaan pada masing-masing kuantitas ini akan menjadi jelas setelah kita melihat nanti,
apa pengaruh masing-masing kuantitas tersebut terhadap besaran tegangan dan arus.

Kita perhatikan lagi persamaan tegangan sepanjang kawat dengan menggunakan syarat batas
tegangan dan arus di awal kawat diberikan persamaan (1.25) dan (1.26)

𝑉𝑎 + 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎 −𝛾𝑧 𝑉𝑎 − 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎 𝛾𝑧
𝑉= ∙𝑒 + ∙𝑒
2 2
dan dengan persamaan (1.29)

𝑉𝑎 + 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎 −𝛼𝑧 −𝑗𝛽𝑧 𝑉𝑎 − 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎 +𝛼𝑧 +𝛾𝛽𝑧


𝑉= ∙𝑒 𝑒 + ∙𝑒 𝑒
2 2
Untuk mendapatkan fungsi waktu dari tegangan, bentuk phasor tegangan di atas harus
diubah, dengan
𝑣(𝑡, 𝑧) = √2Re(𝑉 ∙ 𝑒 𝑗𝜔𝑡 )
𝑉𝑎 + 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎 −𝛼𝑧 −𝛾𝛽𝑧 𝑗𝜔𝑡 𝑉𝑎 − 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎 +𝛼𝑧 +𝑗𝛽𝑧 𝑗𝜔𝑡
𝑣(𝑡, 𝑧) = √2Re ( ∙𝑒 𝑒 ∙𝑒 + ∙𝑒 𝑒 ∙𝑒 )
2 2

2018 SALURAN TRANSMISI PusatBahan Ajar dan eLearning


7 Dian Widi Astuti, ST. MT. http://www.mercubuana.ac.id
Va, Ia dan Z0 secara umum adalah besaran kompleks, dengan menggunakan penulisan secara
disingkat,
1
(𝑉𝑎 + 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎 ) = √2𝑉1 = 𝑉̂1 ∙ 𝑒 𝑗1 dan
√2
1
(𝑉𝑎 − 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎 ) = √2𝑉2 = 𝑉̂2 ∙ 𝑒 𝑗2
√2

V1 dan V2 juga besaran kompleks. Sedangkan 𝑉̂1dan 𝑉̂2 adalah besaran riil. Sehingga

𝑣(𝑡, 𝑧) = Re(𝑉̂1 ∙ 𝑒 𝑗1 ∙ 𝑒 −𝛼𝑧 𝑒 −𝑗𝛽𝑧 ∙ 𝑒 𝑗𝜔𝑡 + 𝑉̂2 ∙ 𝑒 𝑗1 ∙ 𝑒 +𝛼𝑧 𝑒 +𝛽𝑧 ∙ 𝑒 𝑗𝜔𝑡 )

𝑣(𝑡, 𝑧) = Re(𝑉̂1 ∙ 𝑒 −𝛼𝑧 ∙ 𝑒 𝑗(𝜔𝑡−𝛽𝑧+1 ) ) + Re(𝑉̂2 ∙ 𝑒 +𝛼𝑧 ∙ 𝑒 𝑗(𝜔𝑡+𝛽𝑧+2) ),

Maka fungsi waktu gelombang tegangan pada saluran transmisi menjadi

𝑣(𝑡, 𝑧) = 𝑉̂1 ∙ 𝑒 −𝛼𝑧 ∙ cos(𝜔𝑡 − 𝛽𝑧 + 1 ) + 𝑉̂2 ∙ 𝑒 𝛼𝑧 ∙ cos(𝜔𝑡 + 𝛽𝑧 + 2 ) (1.30)

Pada persamaan di atas kita dapatkan tegangan yang merupakan fungsi dari waktu dan posisi,
artinya kita bisa menghitung nilai tegangan listrik pada setiap momen waktu dan pada setiap
posisi di sepanjang kawat. Persamaan ini menggambarkan kondisi dari tegangan di setiap
posisi pada setiap waktu, atau disebut juga persamaan perambatan gelombang.

Gelombang tegangan di persamaan (1.30) terdiri dari dua tegangan bagian.

Tegangan bagian pertama, dengan faktor 𝑒 −𝛼𝑧 akan mengalami pengecilan pada amplitudonya
dengan bertambahnya besar z (karena α selalu bernilai positif, seperti yang akan kita lihat
nanti). Sedangkan tegangan bagian kedua dengan faktor 𝑒 +𝛼𝑧 , amplitudonya akan mengecil
dengan mengecilnya posisi pengamatan z.

Gambar 1.5 menunjukkan sebuah distribusi tegangan bagian pertama di sepanjang kawat
pada suatu titik waktu tertentu misal pada t0,

𝑣1 (𝑡 = 𝑡0 , 𝑧) = 𝑉̂1 ∙ 𝑒 −𝛼𝑧 ∙ cos(𝜔𝑡0 − 𝛽𝑧 + 1 ) hanya berupa fungsi

2018 SALURAN TRANSMISI PusatBahan Ajar dan eLearning


8 Dian Widi Astuti, ST. MT. http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1.5 : Bentuk sinyal yang merambat pada suatu saluran transmisi yang
mengandung kerugian, pada suatu momen waktu tertentu.

Dengan membesarnya z, besar amplitudo tegangan secara monoton terus mengecil


dikarenakan faktor 𝑒 −𝛼𝑧 yang disebutkan di atas. Jika nilai α membesar, amplitudo tegangan
akan dengan cepat mengecil, sehingga konstanta α dinamakan konstanta peredaman.

Selain dari itu terlihat pada gambar, bahwa pada suatu momen waktu tertentu, tegangan
berosilasi dengan posisi sesuai dengan fungsi kosinus yang berargumenkan z

𝜔 ∙ 𝑡0 − 𝛽 ∙ 𝑧 + 1

Karena di argumen di atas perubahan phasa menjadi lebih cepat jika β besar dan lambat jika β
kecil, maka konstanta β dinamakan juga sebagai konstanta phasa.

Jika pada suatu posisi z1 argumen tersebut memberikan suatu nilai kosinus tertentu, dan jika
diambil suatu posisi lain z2 yang padanya fungsi kosinus mengalami pengulangan kembali,
maka jarak posisi itu dinamakan panjang gelombang, atau

𝛽 ∙ (𝑧2 − 𝑧1 ) = 𝛽 ∙ 𝑔 = 2𝜋 (2 adalah periode secara radian), maka

2𝜋
𝑔 = (1.31)
𝛽

𝑔 didefinisikan sebagai panjang gelombang saluran transmisi, yang bisa didapatkan dengan
mengukur jarak periodisitas gelombang di sepanjang saluran transmisi, atau jika konstanta
phasa β dari saluran transmisi diketahui.  adalah besaran yang tergantung dari besaran
karakteristik saluran transmisi.

2018 SALURAN TRANSMISI PusatBahan Ajar dan eLearning


9 Dian Widi Astuti, ST. MT. http://www.mercubuana.ac.id
Sekarang kita amati fungsi tegangan itu kembali sebagai fungsi dari posisi, tetapi untuk dua
waktu yang berbeda, yaitu untuk waktu t1 = t dan t2 = t + t

Dari gambar 1.6 terlihat puncak dari masing-masing tegangan bergeser sejauh _z ke arah
kanan (positif z). Demikian juga posisi nol bergeser sejauh itu. Pergeseran ini bisa ditentukan
dengan

Argumen pada 𝑡1 = 𝜔 ∙ 𝑡 − 𝛽 ∙ 𝑧 + 1 , dan

Argumen pada 𝑡2 = 𝜔 ∙ (𝑡 + ∆𝑡) − 𝛽 ∙ (𝑧 + ∆𝑧) + 1

Karena yang diamati adalah besaran tegangan yang sama, misal pergerakan puncak, maka
kedua argumen ini harus sama, sehingga

𝜔 ∙ 𝑡 − 𝛽 ∙ 𝑧 + 1 = 𝜔 ∙ (𝑡 + ∆𝑡) − 𝛽 ∙ (𝑧 + ∆𝑧) + 1

∆𝑧 𝜔
0 = 𝜔 ∙ ∆𝑡 − 𝛽 ∙ ∆𝑧  =
∆𝑡 𝛽

Gambar 1.6 : Fungsi gelombang pada suatu momen waktu dan beberapa saat
sesudahnya, yang menunjukkan adanya perambatan gelombang

Perbandingan perubahan posisi dengan perubahan waktu adalah definisi dari kecepatan, dan
di sini karena yang diamati adalah pergerakan dari argumen atau phasa dari suatu fungsi
tegangan, maka didefinisikan sebagai kecepatan phasa

2018 SALURAN TRANSMISI PusatBahan Ajar dan eLearning


10 Dian Widi Astuti, ST. MT. http://www.mercubuana.ac.id
𝜔
v𝑝ℎ = (1.32)
𝛽

Sedangkan tegangan bagian kedua di persamaan (1.30), 𝑉̂2 ∙ 𝑒 𝛼𝑧 ∙ cos(𝜔𝑡 + 𝛽𝑧 + 2 ),


merupakan gelombang tegangan yang bergerak ke arah kiri (negatif z), hal ini bisa dibuktikan
dengan perhitungan argumen yang sama, bahwa pertambahan waktu dikompensasikan
dengan pengurangan posisi, jadi gelombang bergerak ke kiri (Gambar 1.7).

Jadi faktor peredaman 𝑒 −𝛼𝑧 untuk perambatan gelombang ke arah kanan, atau positif z
sedangkan 𝑒 +𝑎𝑧 untuk perambatan ke kiri, atau negatif z. Sehingga selalu terjadi peredaman,
dan bukanlah pembesaran amplitudo.

Sedangkan dengan argumen, 𝜔 ∙ 𝑡 − 𝛽 ∙ 𝑧 + 1 atau dalam bentuk phasor 𝑒 −𝛾𝑧 menandakan


perambatan gelombang ke arah kanan (positif z), dan argument yang kedua 𝜔 ∙ 𝑡 + 𝛽 ∙ 𝑧 +
2 atau dalam bentuk phasor 𝑒 +𝛾𝑧 , menandakan perambatan gelombang ke arah kiri atau
negatif z.

Gambar 1.7 : Pergerakan gelombang ke arah negatif z (ke kiri)

Sampai di sini kita hanya membahas distribusi tegangan saja. Tetapi dari persamaan arus
sepanjang saluran transmisi secara deduktif bisa dibuktikan juga, arus sepanjang saluran juga
akan mempunyai karakteristik yang sama dengan tegangan, sehingga keduanya bisa
dituliskan dengan

2018 SALURAN TRANSMISI PusatBahan Ajar dan eLearning


11 Dian Widi Astuti, ST. MT. http://www.mercubuana.ac.id
𝑉(𝑧) = 𝑉1 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 + 𝑉2 ∙ 𝑒 +𝛾𝑧 = 𝑉+ + 𝑉− (1.33)

𝐼(𝑧) = 𝐼1 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 + 𝐼2 ∙ 𝑒 +𝛾𝑧 = 𝐼+ + 𝐼− (1.34)

Jadi baik tegangan maupun arus secara keseluruhan tersusun dari tegangan atau arus yang
merambat ke arah positif z dan tegangan atau arus yang merambat ke arah negatif z.

Bagaimana perbandingan kedua besaran ini ?

Dengan menggunakan kasus pada syarat batas di awal kawat, ini berlaku untuk syarat batas
lainnya, perbandingan tegangan merambat ke positif z dengan arus yang merambat ke arah
yang sama adalah
1
𝑉+ 𝑉1 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 2 (𝑉𝑎 + 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎 )
= = 1 𝑉 = 𝑍0 (1.35)
𝐼+ 𝐼1 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 ( 𝑎+𝐼 ) 2 𝑍0 𝑎

Demikian juga perbandingan tegangan ke arah negatif z dengan arus ke arah negatif z adalah

𝑉−
= 𝑍0 (1.36)
−𝐼−

Jadi perbandingan tegangan dengan arus pada sebuah saluran transmisi adalah impedansi
gelombang pada salurang transmisi tersebut.

Sebuah gelombang, yang merambat pada/di dalam sebuah saluran transmisi, bisa dikatakan
melihat impedansi gelombang ke dalam saluran transmisi itu.

2018 SALURAN TRANSMISI PusatBahan Ajar dan eLearning


12 Dian Widi Astuti, ST. MT. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
[1] Alaydrus, Mudrik. (2009). Saluran Trasmisi Telekomunikasi. Graha ilmu.
[2] Prakashan, Satya. (1977). Transmission Lines and Networks. Tech India Publication.
[3] Johnson, W.C. (1963). Transmission Lines and Networks, McGraw.
[4] Muhammad, F., Khan, K. Saeed, N. (2012). Design and Simulation of High Gain,
Low Loss X-band Pyramidal Horn Antenna for Broadband Application. City
University Research Journal, Volume 02 No. 02 July 2012 Article 16.
[5] A. Aghajanyan, A. Hakhoumian, N. Poghosyan, T. Poghosyan, and T. Zakaryan.
(2015). On the Method of Monitoring and Optimal Control of RF-Plasma. Armenian
Journal of Physics, 2015, vol. 8, issue 1, pp. 44-50.
[6] Rashmi Khare, Prof. Rajesh Nema. (2012). Reflection Coefficient Analysis Of
Chebyshev Impedance Matching Network Using Different Algorithms. International
Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology Vol. 1, Issue
2, December 2012.
[7] Caglar M. F. (2011). Neural 3-D Smith Chart. Electronics And Electrical Engineering
2011. No. 8(114) ISSN 1392 – 1215.
[8] Malisuwan, S. & Sivaraks, J. (2013). Design of Microstrip Antenna for WPAN
Applications by Applying Modified Smith-Chart Representation. International Journal
of Modeling and Optimization, Vol. 3, No. 5, October 2013.
[9] Elrashidi, A., Elleithy, K., & Bajwa, H. (2011). Effect Of Temperature on The
Performance of A Cylindrical Micro-strip Printed Antenna For TM01 Mode Using
Different Substrates. International Journal of Computer Networks & Communications
(IJCNC) Vol.3, No.5, Sep 2011.
[10] Kumar P.G, Chandrasekhar P., & Raju SBSR,. (2015). Study on Slotted Waveguide
Pyramidal Horn Antenna with Enhanced Directivity. IPASJ International Journal of
Computer Science (IIJCS) Volume 3, Issue 3, March 2015.
[11] Kamo, B., Cakaj, S., Koliçi, V., Mulla, E. (2012). Simulation and Measurements of
VSWR for Microwave Communication Systems. Int. J. Communications, Network
and System Sciences, 2012, 5, 767-773.
[12] Neelgar B.I., & Raju, G.S.N. (2011). Impedance Characteristics of Yagi–Uda
Antenna. International Journal of Electronics and Communication Engineering. ISSN
0974-2166 Volume 4, Number 1 (2011), pp.115-130.

2018 SALURAN TRANSMISI PusatBahan Ajar dan eLearning


13 Dian Widi Astuti, ST. MT. http://www.mercubuana.ac.id
[13] Sharma, P., Arora, R.K., Pardeshi, S., & Singh, M. (2013). Fiber Optic
Communications: An Overview. International Journal of Emerging Technology and
Advanced Engineering. ISSN 2250-2459, ISO 9001:2008 Certified Journal, Volume
3, Issue 5, May 2013.
[14] Joshi, N. V. (2015). A Fresh View for Maxwell’s Equations and Electromagnetic
Wave Propagation. Journal of Modern Physics, 2015, 6, 921-926.

2018 SALURAN TRANSMISI PusatBahan Ajar dan eLearning


14 Dian Widi Astuti, ST. MT. http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai