Modul Saluran Transmisi (TM2)
Modul Saluran Transmisi (TM2)
SALURAN
TRANSMISI
DASAR SALURAN TRANSMISI
02
Teknik Teknik Elektro W141700033 Dian Widi Astuti, ST. MT
Abstract Kompetensi
Modul ini menjelaskan mengenai Setelah membaca modul ini, mahasiswa
solusi persamaan differensional diharapkan mampu untuk:
untuk sinyal harmonis, persamaan Mendefinisikan persamaan
gelombang dan perambatan differensional untuk sinyal
gelombang harmonis dan perambatan
gelombang.
Menyelesaikan persamaan
differensial untuk sinyal harmonis
dan perambatan gelombang.
Menganalisa persamaan differensial
untuk sinyal dan perambatan
gelombang harmonis.
Solusi Persamaan Diferensial Untuk Sinyal
Harmonis
Pada penggunaan sinyal harmonis diandaikan terdapat sinyal dengan frekuensi putar yang
merambat di saluran transmisi. Arus dan tegangan yang merupakan fungsi waktu,
yang mana i0 dan v0 amplitudo fungsi arus dan tegangan, dengan i dan v phasanya
𝑖0
𝑖(𝑡) = Re(𝑖0 𝑒 𝑗(𝜔𝑡+𝜑𝑖 ) ) = √2Re ( 𝑒 𝑗𝜑𝑖 𝑒 𝑗𝜔𝑡 )
√2
Re adalah opeator yang mengambil nilai riil (real part) dari argument di dalamnya
Di dalam I dan V tidak terdapat lagi informasi tentang waktu, tetapi sebagai konsekuensinya
besaran tersebut secara umum bernilai kompleks (memiliki nilai riil dan imajiner)
Contoh 1.1 :
Jawab :
3,5
𝑉= 𝑒 −𝑗2𝑧
√2
Dengan V tidak ada lagi ketergantungan terhadap waktu t. Tetapi karena fungsi v(t) di atas
adalah fungsi gelombang, masih ada ketergantungan terhadap posisi z.
Contoh 1.2 :
𝐼 = 𝑗5,2𝑒 −𝑗4𝑧
Jawab :
𝜋 𝜋
𝑖(𝑡) = √2Re {5,2𝑒 𝑗(𝜔𝑡−4𝑧+ 2 ) } = √2 ∙ 5,2 cos (𝜔𝑡 − 4𝑧 + )
2
Dengan memasukkan arus dan tegangan dengan penulisan bentuk phasor di atas ke sistim
persamaan diferensial didapatkan
V jt
2 Re e 2 Re R'I e jt L'I e jt
z t
V jt
Re
e Re R' jL' I e jt
z
menjadi (tanda diferensial parsial berubah menjadi tanda diferensial biasa, karena pada
persamaan yang baru ini hanya terdapat sebuah variabel, yaitu z)
𝑑𝑉
= −(𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′ ) ∙ 𝐼 (1.17)
𝑑𝑧
Persamaan kedua, yaitu persamaan (1.10), untuk kondisi sinyal harmonis menjadi
𝑑𝐼
= −(𝐺 ′ + 𝑗𝜔𝐶 ′ ) ∙ 𝑉 (1.18)
𝑑𝑧
𝑑 𝑑𝑉 𝑑 𝑑2𝑉 𝑑𝐼
( )= (−(𝑅′ + 𝑗𝜔𝐿′ ) ∙ 𝐼) = 2 = −(𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′ ) ∙
𝑑𝑧 𝑑𝑧 𝑑𝑧 𝑑𝑧 𝑑𝑧
𝑑2𝑉
= (𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′ ) ∙ (𝐺 ′ + 𝑗𝜔𝐶 ′ ) ∙ 𝑉 (1.19)
𝑑𝑧 2
Sekarang persamaan parsial menjadi berordo kedua, tetapi hanya ada satu fungsiyang tak
dikenal, yaitu hanya tegangan V. Dan dengan penulisan secara ringkas
𝑑2𝑉
= 𝛾2 ∙ 𝑉 (1.21)
𝑑𝑧 2
persamaan ini dinamakan persamaan gelombang.
𝑉 = 𝑉1 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 + 𝑉2 ∙ 𝑒 𝛾𝑧
V1 dan V2 adalah konstanta yang muncul dalam setiap pengintegralan, yang masih harus
dicari nilainya. (Seperti halnya pengintegralan pada kalkulus, sebuah integrasi akan
menghasilkan sebuah konstanta, dua integrasi atau integrasi dua lipat akan menghasilkan dua
buah konstanta)
𝑑𝑉 1 𝑑𝑉
= −(𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′ ) ∙ 𝐼 𝐼 = − ′
𝑑𝑧 (𝑅 + 𝑗𝜔𝐿′ ) 𝑑𝑧
1 𝑑 𝛾
𝐼=− (𝑉1 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 + 𝑉2 ∙ 𝑒 𝛾𝑧 ) = ′ (𝑉 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 − 𝑉2 ∙ 𝑒 𝛾𝑧 )
𝑅′ ′
+ 𝑗𝜔𝐿 𝑑𝑧 𝑅 + 𝑗𝜔𝐿′ 1
𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′
𝑍0 = √ (1.22)
𝐺 ′ + 𝑗𝜔𝐶′
Sekarang kita memiliki dua buah besaran yang merupakan penyingkatan dari besaran-besaran
yang datangnya dari karakteristik dari saluran transmisi. dinamakan konstanta
perambatan dan Z0 dinamakan impedansi gelombang. Makna fisika dari besaran-besaran
ini akan dibahas di belakang.
𝑉 = 𝑉1 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 + 𝑉2 ∙ 𝑒 𝛾𝑧 (1.23)
1
𝐼= (𝑉 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 − 𝑉2 ∙ 𝑒 𝛾𝑧 ) (1.24)
𝑍0 1
V1 dan V2 ditentukan dengan bantuan syarat batas (boundary conditions) yang diberikan pada
awal dan/atau akhir dari kawat saluran transmisi tersebut.
Maka dengan memasukannya ke persamaan tegangan dan arus pada persamaan (1.23) dan
(1.24) untuk z = 0, didapatkan :
𝑉𝑎 = 𝑉1 + 𝑉2 dan
1
𝐼𝑎 = (𝑉 − 𝑉2 )
𝑍0 1
Maka
𝑉𝑎 + 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎
V1 = dan (1.25)
2
𝑉𝑎 − 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎
𝑉2 = (1.26)
2
Jika sebagai syarat batas diberikan arus dan tegangan di akhir kawat saluran transmisi (pada
posisi z = L)
𝑉𝑒 = 𝑉1 ∙ 𝑒 −𝛾𝐿 + 𝑉2 ∙ 𝑒 𝛾𝐿
1
𝑉1 = (𝑉𝑒 + 𝑍0 ∙ 𝐼𝑒 ) ∙ 𝑒 𝛾𝐿 dan (1.27)
2
1
𝑉2 = (𝑉 − 𝑍0 ∙ 𝐼𝑒 ) ∙ 𝑒 −𝛾𝐿 (1.28)
2 𝑒
Atau kemungkinan lainnya kombinasi syarat batas pada awal dan akhir kawat, misalnya arus
di awal kawat dan tegangan di akhir kawat diketahui.
Dengan digunakannya syarat batas, didapatkan dari sistim persamaan diferensial tersebut
sebuah persamaan tegangan dan arus yang merupakan fungsi posisi, sehingga jika ditanya
atau diinginkan nilai tegangan dan arus di suatu posisi tertentu kita bisa menghitungnya
dengan persamaan yang diturunkan tersebut.
Sekarang bagaimanakah kita bisa mengetahui pula nilai suatu tegangan atau arus di suatu
posisi pada suatu waktu tertentu. Untuk itu kita akan mengamatinya pada bahasan
perambatan gelombang berikut ini.
Contoh 1.3 :
Sebuah impedansi dengan besar Z e 25 j50 disambungkan sebagai beban dari
sebuah saluran transmisi dengan impedansi gelombang Z 0 50 . Sebuah tegangan dengan besar
Ve 1 V diukur pada beban tersebut. Tentukanlah amplitudo gelombanga tengan dan arus di ujung
saluran transmisi berdasarkan komponennya (V1, V2, I1 dan I2)
Jawab:
Beban sebesar Z e 25 j50 55,9 e j 63, 43 , padanya diukur tegangan sebesar
Ve 1
Ie j 63, 43
17,9 e j 63, 43 mA
Z e 55,9 e
Dengan menggunakan persamaan (1.27) dan (1.28) tanpa eksponen, karena di akhir saluran
transmisi berlaku gelombang datang V1e L dan gelombang refleksi V2 e L .
Z0 1
V1
1
Ve Z 0 I e Ve
1 1
50
2 2 Z e 2 55,9 e j 63, 43
2
1 0,8945 e j 63, 43 1 0,4 j 0,8
1 1
2
0,7 j 0,4 0,81 e j 29, 74
Volt
V 0,81 e j 29, 74
I1 1 16,2 e j 29, 74 mA
Z0 50
V 0,5 e j 53,13
I2 2 10 e j 53,13 10 e j126,87 mA
Z0 50
Perambatan Gelombang
Sekarang kita akan membahas proses fisika dari perambatan gelombang pada saluran
transmisi dan juga menjelaskan parameter-parameter yang sebelumnya diperkenalkan.
Besaran ini bisa dituliskan dengan bagian riil dan bagian imajinernya
α adalah konstanta peredaman dan β adalah konstanta phasa. Keduanya ditentukan oleh
sifat karakteristik dari tipe dan ukuran dari saluran transmisi yang dipergunakan, dan bukan
merupakan fungsi dari sinyal yang ditransmisikan.
Penamaan pada masing-masing kuantitas ini akan menjadi jelas setelah kita melihat nanti,
apa pengaruh masing-masing kuantitas tersebut terhadap besaran tegangan dan arus.
Kita perhatikan lagi persamaan tegangan sepanjang kawat dengan menggunakan syarat batas
tegangan dan arus di awal kawat diberikan persamaan (1.25) dan (1.26)
𝑉𝑎 + 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎 −𝛾𝑧 𝑉𝑎 − 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎 𝛾𝑧
𝑉= ∙𝑒 + ∙𝑒
2 2
dan dengan persamaan (1.29)
V1 dan V2 juga besaran kompleks. Sedangkan 𝑉̂1dan 𝑉̂2 adalah besaran riil. Sehingga
𝑣(𝑡, 𝑧) = Re(𝑉̂1 ∙ 𝑒 𝑗1 ∙ 𝑒 −𝛼𝑧 𝑒 −𝑗𝛽𝑧 ∙ 𝑒 𝑗𝜔𝑡 + 𝑉̂2 ∙ 𝑒 𝑗1 ∙ 𝑒 +𝛼𝑧 𝑒 +𝛽𝑧 ∙ 𝑒 𝑗𝜔𝑡 )
Pada persamaan di atas kita dapatkan tegangan yang merupakan fungsi dari waktu dan posisi,
artinya kita bisa menghitung nilai tegangan listrik pada setiap momen waktu dan pada setiap
posisi di sepanjang kawat. Persamaan ini menggambarkan kondisi dari tegangan di setiap
posisi pada setiap waktu, atau disebut juga persamaan perambatan gelombang.
Tegangan bagian pertama, dengan faktor 𝑒 −𝛼𝑧 akan mengalami pengecilan pada amplitudonya
dengan bertambahnya besar z (karena α selalu bernilai positif, seperti yang akan kita lihat
nanti). Sedangkan tegangan bagian kedua dengan faktor 𝑒 +𝛼𝑧 , amplitudonya akan mengecil
dengan mengecilnya posisi pengamatan z.
Gambar 1.5 menunjukkan sebuah distribusi tegangan bagian pertama di sepanjang kawat
pada suatu titik waktu tertentu misal pada t0,
Selain dari itu terlihat pada gambar, bahwa pada suatu momen waktu tertentu, tegangan
berosilasi dengan posisi sesuai dengan fungsi kosinus yang berargumenkan z
𝜔 ∙ 𝑡0 − 𝛽 ∙ 𝑧 + 1
Karena di argumen di atas perubahan phasa menjadi lebih cepat jika β besar dan lambat jika β
kecil, maka konstanta β dinamakan juga sebagai konstanta phasa.
Jika pada suatu posisi z1 argumen tersebut memberikan suatu nilai kosinus tertentu, dan jika
diambil suatu posisi lain z2 yang padanya fungsi kosinus mengalami pengulangan kembali,
maka jarak posisi itu dinamakan panjang gelombang, atau
2𝜋
𝑔 = (1.31)
𝛽
𝑔 didefinisikan sebagai panjang gelombang saluran transmisi, yang bisa didapatkan dengan
mengukur jarak periodisitas gelombang di sepanjang saluran transmisi, atau jika konstanta
phasa β dari saluran transmisi diketahui. adalah besaran yang tergantung dari besaran
karakteristik saluran transmisi.
Dari gambar 1.6 terlihat puncak dari masing-masing tegangan bergeser sejauh _z ke arah
kanan (positif z). Demikian juga posisi nol bergeser sejauh itu. Pergeseran ini bisa ditentukan
dengan
Karena yang diamati adalah besaran tegangan yang sama, misal pergerakan puncak, maka
kedua argumen ini harus sama, sehingga
𝜔 ∙ 𝑡 − 𝛽 ∙ 𝑧 + 1 = 𝜔 ∙ (𝑡 + ∆𝑡) − 𝛽 ∙ (𝑧 + ∆𝑧) + 1
∆𝑧 𝜔
0 = 𝜔 ∙ ∆𝑡 − 𝛽 ∙ ∆𝑧 =
∆𝑡 𝛽
Gambar 1.6 : Fungsi gelombang pada suatu momen waktu dan beberapa saat
sesudahnya, yang menunjukkan adanya perambatan gelombang
Perbandingan perubahan posisi dengan perubahan waktu adalah definisi dari kecepatan, dan
di sini karena yang diamati adalah pergerakan dari argumen atau phasa dari suatu fungsi
tegangan, maka didefinisikan sebagai kecepatan phasa
Jadi faktor peredaman 𝑒 −𝛼𝑧 untuk perambatan gelombang ke arah kanan, atau positif z
sedangkan 𝑒 +𝑎𝑧 untuk perambatan ke kiri, atau negatif z. Sehingga selalu terjadi peredaman,
dan bukanlah pembesaran amplitudo.
Sampai di sini kita hanya membahas distribusi tegangan saja. Tetapi dari persamaan arus
sepanjang saluran transmisi secara deduktif bisa dibuktikan juga, arus sepanjang saluran juga
akan mempunyai karakteristik yang sama dengan tegangan, sehingga keduanya bisa
dituliskan dengan
Jadi baik tegangan maupun arus secara keseluruhan tersusun dari tegangan atau arus yang
merambat ke arah positif z dan tegangan atau arus yang merambat ke arah negatif z.
Dengan menggunakan kasus pada syarat batas di awal kawat, ini berlaku untuk syarat batas
lainnya, perbandingan tegangan merambat ke positif z dengan arus yang merambat ke arah
yang sama adalah
1
𝑉+ 𝑉1 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 2 (𝑉𝑎 + 𝑍0 ∙ 𝐼𝑎 )
= = 1 𝑉 = 𝑍0 (1.35)
𝐼+ 𝐼1 ∙ 𝑒 −𝛾𝑧 ( 𝑎+𝐼 ) 2 𝑍0 𝑎
Demikian juga perbandingan tegangan ke arah negatif z dengan arus ke arah negatif z adalah
𝑉−
= 𝑍0 (1.36)
−𝐼−
Jadi perbandingan tegangan dengan arus pada sebuah saluran transmisi adalah impedansi
gelombang pada salurang transmisi tersebut.
Sebuah gelombang, yang merambat pada/di dalam sebuah saluran transmisi, bisa dikatakan
melihat impedansi gelombang ke dalam saluran transmisi itu.