Laporan Tutorial Blok X 5
Laporan Tutorial Blok X 5
Skenario 3
Ketika liburan akhir blok IX pepeng mahasiswa PSPDG UNAND pulang ke kampung
halamannya di Kota Nopan, lelah rasanya setelah berjuang keras menghadapi ujian blok IX yang
dirasakan amat sulit. Hujan lebat , mengguyur sepanjang perjalanannya, dalam pikirannya terbayang
biasanya kalau begini sering terjadi longsor. Sesampainya dikampung langsung tertidur pulas sesudah
makan malam karena terlalu capek dalam perjalanan.
Menjelang fajar ia terjaga dari tidurnya karena mendengar bunyi gemuruh yang keras, dari
informasi radio komunikasi yang dibawa terdengar berita bahwa ada tanah longsor di kampungnya dan
menimbun beberapa rumah, korban belum dapat diperkirakan.
Pepeng berpartisipasi membantu Tim SAR yang terjun ke lapangan mencari korban, ia diberi
tugas menerima laporan masyarakat yang kehilangan keluarganya. Pepeng melihat ada anggota tim
mewawancarai masysrakat yang kehilangan keluarganya dan mengisi formulir data Ante Mortem dan
Post Mortem, karena penasaran maka ia bertanya kepada drg. Amitmundur yang bertugas dalam tim
untuk apa semua data-data itu, dijelaskan bahwa ada prosedur tertentu yang harus dilaksanakan dalam
mengidentifikasi korban salah satunya adalah melengkapi data Ante Mortem yang agar dapat
mengidentifikasi korban secara cepat dan akurat.
Drg. Bawor juga menjelaskan bahwa identifikasi gigi seseorang sangat penting dan membantu
sekali dalam mengidentifikasi korban seperti pengalamannya selama ini dalam Tim SAR. Sehingga
disarankan agar bila nanti telah menjadi dokter gigi yang kabarnya dari PSPDG UNAND mempunyai
unggulan dalam hal DVI harus mengetahui dengan baik serta tahu perannya sebagai dokter gigi dalam
Tim SAR.
Mendengar penjelasan drg. Amitmundur semakin menggugah semangat pepeng untuk rajin
belajar dan segera menyelesaikan studinya agar dapat mendharmabhaktikan diri kepada Negara dan
sesame manusia.
Terminologi :
1. Ante Mortem : data yang penting pada korban sebelum terjadinya kejadian.
2. Post Mortem : Data hasil pemeriksaan forensic yang bias dilihat dan ditemukan.
3. TIM SAR : tim pencarian dan penyelamat kejadian bencana alam dan kecelakaan
Masalah :
Mengamankan TKP
Pengumpulan data post mortem
Pengumpulan data ante mortem
Membandingkan data PM dengan AM
Apabila sudah teridentifikasi dikembalikan kepada keluarga
Sederhana
- Visual
- Perhiasan
- Pakaian
- Dokumen
- Ekslusi
Ilmiah
- Odontologi forensic
- Serologi forensic
- Sidik Jari
- DNA
- Dilakukan rekonstruksi,
- Hanya dapat mengidentifikasi : ras, jenis kelamin, golongan darah
Pepeng
Bencana alam
Tim SAR
Odontologi forensic
V. LEARNING OBJECTIVE
Learning Objective
3. Bitemark
Learning Objective
Menurut Pederson, odontologi forensik adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari
cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan presentasi temuan gigi
tersebut untuk kepentingan peradilan.
1. Gigi dan restorasinya merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan pengaruh
lingkungan yang ekstrem.
2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi gigi menyebabkan
dimungkinkannya identifikasi dengan ketepatan yang tinggi (1:1050).
3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis gigi (dental record)
dan data radiologis.
Odontologi forensik berperan pada identifikasi korban peperangan dengan korban meninggal yang
banyak. Norstromme dan Strom menyatakan bahwa setelah penggalian jenazah atas korban
peperangan, sebanyak 96 % tentara Norwegia dapat diidentifikasi hanya dengan pemeriksaan gigi.
Pada kasus ini identifikasi dengan metode lainnya sulit dilakukan karena para tentara tersebut telah
dijarah semua pakaian dan harta bendanya oleh musuhnya sebelum dieksekusi. Di AS meskipun sejak
tahun 1946 Kongres Kedokteran Forensik dalam bidang Odontologi Forensik se AS di Havana telah
menyadari pentingnya odontologi forensik untuk identifikasi, penggunaan odontologi forensik secara
luas pada korban perang baru dilakukan setelah perang Korea. Pada korban perang tersebut disadari
betapa besarnya peranan odontologi forensik untuk identifikasi korban yang kondisinya sudah hancur.
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk
menentukan identitas seseorang.
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (Odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi dan rahang.Odontogram memuat
data tentang jumlah,bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya.
Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas.Dengan
demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data
pembanding antemortem.
LO III : Bitemark
Bitemark
Jejas gigitan pada kulit adalah suatu pola daricedera pada kulit yang dihasilkan oleh gigi.Keperluan
dalam pemeriksaan jejas gigitan inipada bidang forensik biasanya terjadi pada suatukejahatan
misalkan pada kasus pembunuhan,kekerasan seksual, penyiksaan anak, kekerasandalam rumah
tangga, dan penganiayaan. Jejasgigitan juga bisa diakibatkan binatang terutamaanjing dan kucing.
• Identifikasi
• Dokumentasi
• Perbandingan fisik antara nomor 4 dan 5 yang dapatberhubungan atau pun tidak
Mengacu pada American Board of ForensicOdontology (ABFO), variasi dari jejas gigitantermasuk
penambahan,pengurangan danpenyimpangan.
o Area diantara gigitan gigi yang menunjukkantanda signifikan seperti memar yang samar sesuai
dengan bagian gigi yang tidakbersentuhan dengan kulit sesuai denganbeberapa gambaran giginya saat
itu.Perbedaangaris bentuk jaringan akan lebih jelas terlihatpada photograph bekas gigitan
ciri-ciri tambahan yang terlihatpada kulit yang luka disekitar jejas gigitan
o Gigitan ganda
o Penyatuan lengkungan
o Lengkungan tertutup
o Tersembunyi
o Gigitan avulsif
• Dibuat foto close up, hitam putih dan dilengkapi denganmistar ukur
• Dibuat usapan disekitar luka bekas gigitan dengan kapas yang dibasahi saline solution sebagai
bahan pemeriksaansaliva.
Informasi yang mungkin dapat diperoleh dari bekas gigitan antara lain :
o Pola/susunan gigi pelaku.
o Air liur
o golongan darah.
Penentuan golongan darah pada pemeriksaan air liur yang diambil dari bekas gigitan :
Dalam bidang kedokteran forensik, pemeriksaan salivapenting untuk kasus-kasus dengan jejas gigitan
untukmenentukan golongan darah penggigitnya. Golongan darah penggigit yang termasuk dalam
golongan sekretor dapat ditentukan dengan cara absorbsi inhibisi.
Analisa DNA pada pemeriksaan air liur yang diambildari bekas gigitan :
Saliva ini dapat menjadi sumber untuk pencarian DNAyang berguna untuk proses identifikasi
Data antemortem :
o Dental record
o Cetakan gigi
Data postmortem :
o Gigi yang ada dan tidak ada. Bekas gigi yang tidak ada apakah baru atau lama
o Jenis dan bahan restorasi, perawatan dan rehabilitasi yang mungkin ada seperti jacket crown,
teeth bridge, plat orthodonti, prothesa gigi, dsb
o Atrisi atau keausan dataran kunyah gigi yang merupakan proses fisiologis untuk fungsi
mengunyah
o Lain-lain
Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil
positip (tidak meragukan). Secara garis besar ada dua metode pemeriksaan, yaitu:
a. Identifikasi primer
Merupakan identifikasi yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibantu oleh kriteria identifikasi lain.
Teknik identifikasi primer yaitu :
• Pemeriksaan DNA
• Pemeriksaan gigi
Pada jenazah yang rusak/busuk untuk menjamin keakuratan dilakukan dua sampai tiga metode
pemeriksaan dengan hasil positif.
b. Identifikasi sekunder
Pemeriksaan dengan menggunakan data identifikasi sekunder tidak dapat berdiri sendiri dan perlu
didukung kriteria identifikasi yang lain. Identifikasi sekunder terdiri atas cara sederhana dan cara
ilmiah. Cara sederhana yaitu melihat langsung ciri seseorang dengan memperhatikan perhiasan,
pakaian dan kartu identitas yang ditemukan. Cara ilmiah yaitu melalui teknik keilmuan tertentu
seperti pemeriksaan medis.
Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem.
Pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi akurasinya dalam penentuan
identitas seseorang, oleh karena tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama.
2) Metode visual
Metode ini dilakukan dengan cara keluarga/rekan memperhatikan korban (terutama wajah). Oleh
karena metode ini hanya efektif pada jenazah yang masih utuh (belum membusuk), maka tingkat
akurasi dari pemeriksaan ini kurang baik.
3) Pemeriksaan dokumen
Metode ini dilakukan dengan dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, kartu golongan darah,
paspor dan lain-lain) yang kebetulan dijumpai dalam saku pakaian yang dikenakan. Namun perlu
diingat bahwa dalam kecelakaan massal, dokumen yang terdapat dalam saku, tas atau dompet pada
jenazah belum tentu milik jenazah yang bersangkutan.
Metode ini dilakukan dengan memeriksa pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenzah. Dari
pemeriksaan ini dapat diketahui merek, ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya dapat
membantu identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah. Untuk kepentingan lebih
lanjut, pakaian atau perhiasan yang telah diperiksa, sebaiknya disimpan dan didokumentsikan dalam
bentuk foto.
5) Identifikasi medik
Metode ini dilakukan dengan menggunakan data pemeriksaan fisik secara keseluruhan, meliputi
tinggi dan berat badan, jenis kelamin, warna rambut, warna tirai mata, adanya luka bekas operasi,
tato, cacat atau kelainan khusus dan sebagainya. Metode ini memiliki akurasi yang tinggi, oleh karena
dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara atau modifikasi.
6) Pemeriksaan Gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi yang dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan manual, sinar x, cetakan gigi serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah,
bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya. Bentuk gigi dan rahang merupakan ciri
khusus dari seseorang, sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang
yang identik pada dua orang yang berbeda, bahkan kembar identik sekalipun.
7) Serologi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan golongan darah yang diambil baik dari tubuh korban
atau pelaku, maupun bercak darah yang terdapat di tempat kejadian perkara. Ada dua tipe orang
dalam menentukan golongan darah, yaitu:
• Sekretor : golongan darah dapat ditentukan dari pemeriksaan darah, air mani dan cairan tubuh.
• Non-sekretor : golongan darah hanya dari dapat ditentukan dari pemeriksaan darah.
8) Metode ekslusi
Metode ini digunakan pada identifikasi kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah orang yang
dapat diketahui identitasnya. Bila sebagian besar korban telah dipastikan identitasnya dengan
menggunakan metode identifikasi lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan
metode tersebut di atas, maka sisa diidentifikasi menurut daftar penumpang.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan apakah potongan berasal dari manusia atau binatang.
Bila berasal dari manusia ditentukan apakah potongan tersebut berasal dari satu tubuh. Untuk
memastikan apakah potongan tubuh berasal dari manusia dilakukan beberapa pemeriksaan seperti
pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik berupa reaksi
antigen-antibodi.
Identifikasi ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras,
jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan
dapat dilakukan rekonstruksi wajah. Kemudian dicari pula tanda kekerasan pada tulang serta keadaan
kekeringan tulang untuk memperkirakan saat kematian.
Pemeriksaan ini memanfaatkan pengetahuan kedokteran dan biologi pada tingkatan molekul dan
DNA. Pemeriksaan ini biasa dilakukan untuk melengkapi dan menyempurnakan berbagai
pemeriksaan identifikasi personal pada kasus mayat tak dikenal, kasus pembunuhan, perkosaan serta
berbagai kasus ragu ayah (paternitas).
Laporan Tutorial
Blok X
Modul 5
Oleh:
Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS ANDALAS
2012