Pengantar Ilmu Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
Untuk lebih memudahkan para mahasiswa dalam memahami dan mengkaji ilmu
komunikasi, maka perlu mengenal minimal 17 aspek pokok komunikasi sebagai “Lingkup
Kajian Komunikasi”, sbb:
Komunikasi diartikan sebagai “Who, Says what, In wich channel, To whom, With what
effect”.
1. Who = Siapa ?. Unsur ini menunjuk kepada “siapa sumber pesan / siapa yang
mengatakan” yakni komunikator (source, sender, encoder)”.
2. Says What = Mengatakan apa ?. Unsur ini menunjuk kepada “apa yang dikatakan”
oleh komunikator yakni pesan (message)”.
3. In wich channel = Melalui saluran apa ?. Unsur ini menunjuk kepada “saluran apa
yang dipakai dalam penyampaian pesan yakni media (medium)”.
4. To whom = Kepada siapa ?. Unsur ini menunjuk kepada “siapa yang dituju sebagai
penerima pesan, yakni komunikan (receiver / decoder”
5. With what effect = Apa efeknya ?. Unsur ini menunjuk kepada “apa efek / akibat /
infact yang timbul dari pesan itu”
• Banyak definisi komunikasi dari ilmuan terdahulu baik dari bidang psikologi,
sosiologi, antropologi, matematika / teknik, politik maupun bahasa.
• Konsep yang sangat sederhana, Komunikasi adalah suatu aktivitas / proses
“penyampaian” / “penukaran” pesan antara satu pihak dengan pihak lain dengan
mengharapkan adanya efek.
• Konsep sedehana ini mengandung dua perspektif yang bersifat dikotomis dan
berbeda satu perspektif dengan perspektif lain.
• Pesan berjalan satu arah (one way communication), dan bersifat informatif,
instruktif atau koersif.
• Sifat hubungan adalah asimetris; K’tor (A) bebas dari pengaruh K’kan (B), akan
tetapi K’an (B) terikat dalam pengaruh T’or (A).
2
• Komunikasi ini bersifat monologis; hanya satu pihak (A) mempengaruhi yang lain
(B). Kedudukan A adalah aktif, sedangkan B adalah fasif.
• Feed backnya adalah Zero back.
• Tujuan komunikasi adalah behavioral change /conative change, PERUBAHAN
mana bisa jadi karena rasa terpaksa.
• Pesan berjalan dua arah (two way communication), dan bersifat persuasif dan
sugestif (membujuk dan mempengaruhi).
• Sifat hubungan adalah simetris; K’tor (A) dan K’kan (B) saling mempengaruhi.
• Kedudukan sebagai K’tor (A) dan sebagai K’kan (B) terjadi secara silih berganti
dalam dinamika yang tinggi.
• Komunikasi ini bersifat dialogis; pihak A dan B sama-sama aktif.
• Feed backnya adalah direct feedback/imadiate feed back.
• Tujuan komunikasi adalah opinion change/knowledge change (cognitive change),
attitude change (affective change), dan behavioral change (conative change),
PERUBAHAN mana bisa jadi karena didasari oleh kesadaran / ketulusan, saling
pengertian / memahami di antara (A) dan (B).
3
4. Proses komunikasi secara Sirkuler, yakni proses komunikasi dimana pesan
berjalan secara berputar / keliling akibat adanya feed back langsung, sehingga
komunikasi terjadi secara dialeogis antara dua pihak.
1. Jurnalistik (Journalism):
5
H. Dari aspek “Bidang” Komunikasi, meliputi:
6
M. Dari aspek “Evasi” Komunikasi, meliputi:
1. Paradigma Mekanistis.
2. Paradigma Psikologis.
3. Paradigma Pragmatis.
4. Paradigma Interaksionis.
5. Dll.
1. Perspektif Positivistik.
2. Perspektif Post-Positivistik.
3. Perspektif Interpretif.
4. Perspektif Kritis.
5. Dll.
7
MEMAHAMI DEFINISI ILMU KOMUNIKASI
Secara etimologis komunikasi atau communication (bahasa Inggris) berakar dari kata Latin
“communis” yang berarti sama atau kata kerja “communicare” yang berarti membuat
sama. Berdasarkan arti ini, maka komunikasi mengandaikan adanya suatu pikiran, makna
atau pesan yang dianut secara bersama, (Deddy Mulyana, 2002:41).
1. Obyek pengamatan dalam ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan pengaruh
dari sistem-sistem lambang dan tanda dalam konteks kehidupan manusia.
2. Ilmu komunikasi bersifat scientific (ilmiah empiris) dalam arti pokok-pokok pikiran
dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk teori-teori) harus berlaku umum.
3. Ilmu Komunikasi bertujuan menjelaskan fenomena sosial yang berkaitan dengan
produksi, proses dan pengaruh dari sistem tanda dan lambang.
8
1. Pada mulanya komunikasi dianggap sebagai suatu hal yang biasa dalam hidup
manusia.
2. Sejak abad 5 SM, berkembang di Yunani suatu ilmu yang mengkaji proses
pernyataan antara manusia. Ilmu itu disebut “retorike” yang berasal dari kata
“retor” yang berarti orang yang berpidato.
3. Retorika adalah ilmu tentang seni berdebat, berpidato dan berargumentasi yang
bersifat mengguggah atau seni yang menggunakan bahasa secara lancar untuk
mempengaruhi dan mengajak orang lain atau pendengar.
4. Pada masa ini batasan komunikasi yang diterapkan adalah percakapan atau
penyampaian gagasan antara manusia secara lisan, bertatap muka baik berupa
pidato, maupun diskusi yang bertujuan mendidik, membangkitkan kepercayaan, dan
menggerakan perasaan orang lain.
5. Pada masa Julius Caesar (100-44 SM) Penguasa Roma, membuat papan
pengumuman yang dinamakan “Acta Diurna”. Penyampaian pesan tidak lagi
bersifat lisan tetapi juga tulisan.
6. Media komunikasi terus berkembang setelah ditemukannya kertas dan mesin cetak
oleh Johannes Gutenberg (1400-1468).
7. Sampai sekarang media komunikasi terus berkembang baik media cetak maupun
elektronik.
Ini berarti bahwa komunikasi sudah diakui sebagai suatu disiplin ilmiah. Suatu disiplin
akan disebut ilmiah bila memenuhi unsur-unsur obyektif, metodis, sistematis dan universal
(Elvinarto Ardianto dan Bambang Q-Anees, 2007:22-25).
1. Obyektif : Sebagai sebuah ilmu, komunikasi memiliki obyek kajian yakni
masyarakat dan media. Termasuk dalam hal ini adalah perilaku manusia baik
individu maupun masyarakat.
2. Metodis : Sebagai sebuah ilmu, komunikasi memiliki metode yang sama seperti
yang digunakan oleh ilmu-ilmu sosial lainnya. Sebab bagaimanapun komunikasi
merupakan bagian dari rumpun ilmu sosial.
3. Sistematis : Dalam pembahasannya, komunikasi mengikuti suatu struktur
pembahasan dan analisa.
4. Universal : Komunikasi menyelidiki pernyataan antara manusia pada umumnya.
Ada dua aspek yang berkaitan dengan komunikasi satu arah yakni:
9
b) Kepentingan komunikator dipahami sebagai sesuatu yang terencana.
Pada saat seseorang menerima pesan dengan ekspresi baik verbal maupun
nonverbal, pada saat yang sama pula ia memberi pesan. Dalam konteks ini baik
proses encoding maupun decoding bersifat spontan, simultan di antara orang-orang
yang terlibat dalam komunikasi.
10
BEBERAPA DEFINISI KOMUNIKASI
11
12
13
PENGENALAN KONSEP & TEORI MEDIA, DAN BUDAYA MEDIA
1. KONSEP MEDIA
Dalam kajian ilmu komunikasi istilah media (medium) diartikan sebagai alat /
perangkat keras (hardwere) yang dipakai untuk menyampaikan pesan (messages)
dari tempat tertentu ke tempat lainnya.
Istilah media (medium) ini biasa juga disamakan artinya dengan saluran (channel)
seperti kita temukan dalam formula Lasswell tentang konsep umum komunikasi.
Media (Medium) komunikasi dalam bentuk yang konkrit dikenal ada beberapa macam,
sebagai berikut:
14
5. Akses menuju audiens
6. Informasi dan hiburan
7. Repetisi pesan
8. Makna dan pesan
Dalam studi media terdapat beberapa hal yang harus dipahami sebagai pondasi, sbb:
1. Proses komunikasi.
2. Teks
3. Makna
4. Tanda dan Makna
5. Berbagai teori tentang media massa dalam hubungan dengan masyarakat.
15
diamalkan dalam kehidupan masyarakat. Rasa dan Cipta dinamakan pula
kebudayaan rohaniah (Spiritual/immaterial culture).
Modernisasi bisa jadi berarti terjadi Cultural Lag (ketertinggalan budaya) pada masyarakat
itu. Teori Ketertinggalan Budaya (Culture Lag Theory) yang dikemukakan oleh
William F. Ogburn, dengan asumsi bahwa “Pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama
cepatnya dalam keseluruhannya, akan tetapi ada bagian yang tumbuh cepat, sedang, ada
bagian lain yang tumbuhnya lambat. Berbedaan antara taraf kemajuan dari berbagai bagian
dalam kebudayaan dari suatu masyarakat disebut Culture Lag”.
16
Teori ini diketengahkan oleh Byron Reeves dan Cliffod Nass pada tahun 1996 lewat
tulisannya “The Media Equation : How People Treat Computers, Television, and New
Media Like Real People and Places ”.
Teori ini ingin menjawab persoalan mengapa orang-orang secara tidak sadar dan bahkan
secara otomatis merespon apa yang dikomunikasikan media seolah-olah (media itu)
manusia. Teori ini memandang, media diibaratkan manusia karena media bisa diajak
bicara seperti dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi
face to face. Layaknya manusia, media (baca: karena tingkat kecanggihannya yang hampir
tak terbatas) bisa melakukan apa saja yang dikehendaki individu bahkan bisa jadi lebih dari
itu. Itulah sebabnya sehingga televisi dan komputer diberlakukan sebagai “aktor sosial”.
Teori ini diketengahkan oleh Marshall Mc.Luhan pada tahun 1962 lewat tulisannya “The
Guttenberg Galaxy : The Making of Typographic Man”. Ide dasar teori ini adalah bahwa
perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula
keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir,
berperilaku dalam masyarakat, dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusi untuk
bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi yang lain.
Mc. Luhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi.
Ada beberapa tahapan yang harus disimak, sbb:
• Era Kesukuan,
• Era Tulisan,
• Era Mesin Cetak,
• Era Media Elektrinik.
Teori ini diketengahkan oleh Herb Schiller pada tahun 1973. Teori ini diilhami oleh
tulisannya yang berjudul “Communication and Cultural Domination”. Asumsi teori ini
bahwa Negara Barat mendominasi media di seluruh dunia. Media Barat mempunyai efek
yang kuat untuk mempengaruhi media dunia ketiga. Media Barat sangat mengesankan bagi
media di dunia ketiga, sehingga mereka ingin meniru budaya yang muncul lewat media
17
tersebut. Dalam perspektif teori ini, ketika terjadi proses peniruanmedia Negara
berkembang dari Negara maju, maka saat itulah terjadi penghancuran budaya asli di
Negara ketiga (berkembang).
Teori ini diketengahkan oleh Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch pada
tahun 1959. Teori ini merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan
komunikan. Asumsinya bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana
media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi
kebutuhan pribadi dan sosial khalayaknya. Jadi, bobotnya pada khalayak yang aktif yang
sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.
Tentang kebutuhan ini, orang biasa merujuk pada “need hierarchy” yang dikemukakan
oleh Abraham Maslow (1965), sbb:
Teori ini diketengahkan oleh Albert Bandura yang mengkaji proses belajar melalui media
massa sebagai tandingan terhadap proses belajar secara tradisional. Asumsi teori ini bahwa
media massa sebagai agen sosialisasi yang utama di samping keluarga, guru di sekolah, dan
sahabat karib.
Teori ini diketengahkan oleh Melvin DeFleur, asumsinya bahwa media massa melalui
penyajian yang selektif dan penekanan pada tema-tema tertentu, menciptakan kesan-kesan
pada khalayak dimana norma-norma budaya umum mengenai topik yang diberi bobot itu,
dibentuk dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, perilaku individu biasanya dipandu
oleh norma-norma budaya mengenai sesuatu hal tertentu, maka media komunikasi secara
tidak langsung akan mempengaruhi perilaku. Oleh karena itu, terdapat paling sedikit ada
tiga cara di mana media massa secara potensial mempengaruhi situasi dan norma bagi
individu-individu, sbb:
18
• Pesan komunikasi massa akan memperkuat pola-pola yang sedang berlaku dan
memandu khalayak untuk percaya bahwa suatu bentuk norma sosial tertentu tengah
dibina oleh masyarakat.
• Media komunikasi massa dapat menciptakan keyakinan baru mengenai hal-hal di
mana khalayak sedikit banyak telah memiliki pengalaman sebelumnya.
• Media komunikasi massa dapat mengubah norma-norma yang tengah berlaku dan
karenanya mengubah khalayak dari suatu bentuk perilaku menjadi bentuk perilaku
yang lain.
Asumsi teori ini bahwa Komunikator (Pemimpin Pendapat / Pemuka Pendapat / Opinion
Leader) yang mendapat pesan dari media massa sangat kuat untuk mempengaruhi orang-
orang. Dengan demikian, adanya inovasi (penemuan baru), lalu disebarkan (difusi) melalui
media massa akan kuat untuk mempengaruhi massa untuk mengikuti inovasi itu. Teori ini
mendudukkan peran Opinion Leader dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap dan prilaku
masyarakat. Artinya, media massa mempunyai pengaruh yang kuat dalam menyebarkan
inovasi, apalagi inovasi itu kemudian diteruskan oleh Opinion Leader kepada pengikutnya
dalam suatu sistem sosial tertentu.
Teori ini diketengahkan oleh Melvin DeFleur, asumsinya bahwa hubungan sosial (social
relations) secara informal berperan penting dalam mengubah prilaku seseorang ketika
diterpa pesan komunikasai massa. Hasil penelitian menunjukkan:
1. Pertama kali pesan bergerak dari media massa kepada orang-orang yang secara
relatif banyak pengetahuannya (well informed) yang biasa disebut Opinion Leader.
2. Kedua (selanjutnya), pesan bergerak dari orang-orang itu melalui saluran antar
pribadi (Interpersonal communication) ke mereka yang kurang diterpa media massa
dan banyak bergantung pada orang lain mengenai sesuatu informasi / pesan. Proses
komunikasi seperti ini dikenal sebagai arus komunikasi dua tahap (two step flow of
communication).
3. Efektivitas pesan menurut teori ini ada pada tahap kedua dimana pesan berjalan
dalam kontek “hubungan sosial” (social relation) di antara pelaku komunikasi.
Asumsi teori ini kurang lebih sama dengan asumsi teori Difusi Inovasi.
19
J. AGENDA SETTING THEORY
Teori ini diketengahkan oleh M.E. Mc. Combs dan Donald L. Shaw pada tahun 1972,
asumsinya bahwa jika media massa memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka
media itu akan mempengaruhi khlayak untuk menganggapnya penting.
Menurut David H. Heaver (1981), pers sebagai media komunikasi massa tidak
merefleksikan kenyataan, melainkan “menyaring” dan “membentuknya” seperti sebuah
kaleidoskop yang menyaring dan membentuk cahaya.
1. Agenda media (jumlah dan tingkat menionjolnya berita, relevsndi isi berita dengan
kebutuihan khalayak, dan menyenangkan atau tidak tentang cara pemberitaan bagi
suatu peristiwa).
2. Agenda khalayak (derajat kesadaran khalayak akan topic tertentu, relevansi
kepentingan dengan cirri pribadi, dan pertimbangan senang atau tidaknya akan
topik berita).
3. Agenda kebijaksanaan (kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu,
kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan, dan nilai kegiatan
yang mungkin dilakukan pemerintah).
McQuail, (1989:62), “Teori ini menekankan ketergantungan timbal balik antara institusi
yang memegang kekuasaan dan integrasi media terhadap sumber kekuasan sosial dan
otoritas. Dengan demikian isi media cenderung melayani kepentingan kekeuasaan politik
dan ekonomi. Namun demikian, meskipun media tidak bisa diharapkan menyuguhkan
pandangan kritis atau tinjauan lain menyangkut masalah kehidupan, media tetap memiliki
kecenderungan untuk membantu publik bebas dalam menerima keberadaannya
sebagaimana adanya. Orang cenderung diberikan pandangan tertentu mengenai
kedudukannya dalam masyarakat, sarana untuk bersantai, dan pengalihan perhatian dari
persoalannya - suatu aspek budaya yang seirama dengan keberadaan hidupnya.
Teori ini memberikan kedudukan terhormat kepada media sebagai penggerak dan
pengaman masyarakat massa. Teori ini sangat mengunggulkan gagasan yang menyatakan,
media menyuguhkan pandangan tentang dunia, semacam pengganti atau lingkungan-semu
(pseudo-environment), di satu pihak merupakan sarana ampuh untuk memanipulasi
orang, tetapi di lain pihak sebagai alat bantu bagi kelanjutan ketenangan pisiknya dalam
kondisi yang sulit. Selain itu, teori ini sangat mengandalkan upaya kontrol dan
penyaringan. Teori ini juga merepleksikan arah pengaruh dari atas ke bawah. Teori ini
seirama dengan pandangan “Sentripugal Negatif”, meskipun dalam teori ini konsep isolasi
spiritual menduduki tempat yang penting. Kontrol yang terpusat dapat diterapkan dengan
menutup kemungkinan bagi para individu untuk memenuhi kepentingan kolektif meraka
sendiri”.
20
Beberapa pointer asumsi TEORI MASYARAKAT MASSA:
1. Interdevendensi yang kuat secara timbal balik antara industri yang memegang
kekuasaan dengan media terhadap sumber-sumber kekuasaan & sumber-sumber
otoritas.
2. Media content memiliki tendensi melayani kepentingan kekuasaan politik &
ekonomi.
3. Media tetap memiliki tendensi untuk membantu masyarakat agar bebas dalam
menerima eksistensinya.
4. Media sebagai penggerak dan pengaman masyarakat massa.
5. Media menyuguhkan pandangan tentang dunia sebagai pengganti lingkungan semu.
Di satu pihak memanipulasi orang, di lain pihak adalah alat bantu untuk
mendapatkan keterangan dalam kondisi yang sulit.
6. Fungsi kontrol dan penyaring.
7. Merefleksikan arah pengaruh secara top down.
8. Melakukan isolasi spiritual menduduki tempat terpenting oleh media.
Dari beberapa asumsi dalam Teori Politik-Ekonomi Media adalah menjadi bukti yang kuat
secara teoretik bahwa usaha yang bersifat monopolistik pada pada organisasi media massa
telah menggiring perilaku media itu sebagai bagian penting dalam struktur ideologi bisnis
kapitalistik global. Pada intinya, bahwa fokus perhatian teori ini lebih berorientasi pada
pentingnya struktur ekonomi, sehingga ideologi media yang indevenden memiliki
ketergantungan yang kuat pada kekuatan ekonomi terutama menyangkut tentang
pengembangan struktur kepemilikan dan mekanisme kerja kekuatan pasar media massa.
Dari aspek isi (content), media massa lebih ditekankan pada pasar makro (kelopmpok
menengah ke atas) dengan mengabaikan calon khalayak pada sektor mikro (kelompok
Bawah), juga pada nilai tukar yang memaksakan pada perluasan pasar dalam konteks
kepentingan ekonomi para pemilik dan penentu kebijakan media. Hal ini adalah salah satu
cara untuk memperoleh profit value yang terakumulasi dari hasil kerja media massa
dimaksud maupun dari bentuk usaha-usaha lain yang masih dalam group usaha yang sama
dengan media massa itu. Ini adalah strategi bisnis yang bersifat monopolistik dalam suatu
kerajaan bisnis organisasi media massa.
21
lainnya yang masih dalam group yang sama (corporate) dengan media itu. Ini
adalah strategi yang monopolistik dalam suatu kerajaan bisnis media massa.
5. Strategi monopolistik tersebut telah menimbulkan konsekuensi logis pada aspek
profesionalisme media yang selalu tergantung pada pemilik modal.
6. Media konsentrasi pada pasar besar.
7. Khalayak pada sektor mikro diabaikan / tidak punya akses pada media.
8. Arah penelitiannya adalah pada penelitian empirik tentang struktur kepemilikan
media dan mekanisme kerja kekuatan pasar media.
1. Analisis dalam teori ini menyangkut analisis media dalam tradisi Marxis, yang
kemudian disebut “Teori Hegemoni”. Term ini dipinjam dari Gramsci (1971)
untuk menyebut ideologi penguasa.
2. Hegemoni sebagai ideologi penguasa adalah lebih mengunggulkan ideologi,
bentuk ekspresi, cara penerapan, mekanisme yang dijalankan untuk
mempertahankan dan mengembangkan diri melalui kepatuhan para korbannya
(terutama kelas pekerja) guna membentuk alam pemikiran mereka. Di sinilah
muncul apa yang biasa disebut “DOMINASI”.
3. Dominasi media adalah alat produksi yang disesuaikan dengan tipe umum industri
kapitalis, faktor produksi dan struktur produksi.
4. Media cenderung didominasi oleh kelompok kelas kapitalis.
5. Konsep Hegemoni menurut Hall (1982) adalah pemaksaan kerangka pandangan
secara langsung terhadap kelas yang lebih lemah, melalui penggunaan kekuatan dan
keharusan ideologis yang terang-terangan melalui bahasa dan wacana, baik secara
nasional maupun internasional.
22
STRATEGI KOMUNIKASI UNTUK MENCAPAI KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF
PENGERTIAN STRATEGI
Strategi komunikasi baik secara makro (planned multi-media strategic) maupun secara
mikro (single communication medium strategic) mempunyai fungsi ganda, sbb:
23
2. How (bagaimana melaksanakan ?)
3. Why (mengapa dilaksanakan demikian ?)
4. Dll yang berkoherensi dengan aspek “TUJUAN” komunikasi itu.
Dance (1970) & Stappers: enam kategori “serba makna” atas definisi komunikasi, yaitu:
24
Sifat perubahan ini bisa besar atau kecil, panjang atau pendek, dangkal atau dalam (tinggi
atau rendah), banyak atau sedikit, ke depan atau ke belakang (maju atau mundur), positif
atau negatif (baik atau buruk), cepat atau lambat.
Ingat !!!, Tujuan dilakukan komunikasi pada hakikatnya adalah untuk mencapai suatu
perubahan.
Strategi Perubahan adalah suatu tindakan sadar manusia dalam bentuk perencanaan
(planning) tentang hal-hal yang berkaitan dengna upaya menciptakan perubahan,
perencanaan mana harus bersenyawa / berkoherenbsi dengan taktik untuk mencapai
perubahan dimaksud.
1. Keterbuakaan (Openness)
2. Empati (Empathy)
3. Dukungan (Supportiveness)
4. Pikiran Positif (Positiveness)
5. Kesamaan (Equality)
25
5. Berlangsung dalam suasana bebas, bervariasi dan berpengaruh.
6. Menggunakan lambang yang bermakna.
LANGKAH PERTAMA:
Menyampaikan / Menukarkan Pesan.
a. Arti pesan adalah sekumpulan lambang / simbol yang mengandung makna,
bersivat verbal dan nonverbal. Pesan harus dipersiapkan terlebih dahulu agar
bermakna.
b. Dan Nimmo (1989); pesan dalam komunikasi antar pribadi merupakan unsur
primer.
c. Effendy (1986b), “Kita memerlukan strategi dan perencanaan komunikasi yang
bertujuan untuk mengidentifikasi isi pesan. Beberapa jenis pesan; informational
message, instructional message, dan motivational message”.
1. Ada lambang / simbol (Lambang sebagai cara lain untuk menyatakan suatu pesan).
2. Ada “hal” yang dilambangkan (rujukan). (rujukan menunjukkan obyek,
peristiwa, atau benda).
3. Ada tindakan interpretatif yang menciptakan lambang bermakna. (interpretasi
adalah pikiran yang aktif untuk memahami kedudukan lambang/simbol/pesan dan
hal-hal yang diwakili pesan).
1. Pesan yang dirancang dan disampaikan sedemian rupa sehingga menarik perhatian
komunikan. Identik dengan Teory Display.
2. Pesan yang menggunakan lambang-lambang yang berkaitan dengan pengalaman
yang sama antara k’tor dengan k’kan.
3. Pesan yang membangkitkan kebutuhan pribadi k’kan, serta menyarankan cara-cara
untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Lihat Teori Uses and gratification.
4. Pesan yang menyarankan langkah-langkah yang disesuaikan dengan situasi
kelompok k’kan.
Bagaimana menyusun pesan? Tiga hal pokok yang perlu diperhatikan, (Reardon, 1987):
a. Tata bahasa.
b. Mengetahui dan mengenal orang lain.
c. Mengetahui situasi.
a. Memilih kata.
26
b. Menyusun kalimat yang baik dan benar.
c. Menggunakan ejaan dengan benar.
d. Memakai imbuhan yang beraturan.
Bearens de Haan:
1. SITUASI adalah totalitas dari hubungan masyarakat yang mempengaruhi dan dapat
mengarahkan suatu keadaan yang sesuai dengan kepentingan seseorang atau suatu
golongan.
2. SITUASI adalah keadaan sekeliling yang dibentuk oleh masa lampau dan maa
sekarang suatu masyarakat.
3. SITUASI adalah keseluruhan pengaruh masyarakat, dia merupakan keseluruhan
hubungan kekuasaan dan hubungan-hubungan yang mencakupi kesadaran akan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
• SITUASI tidak sekedar tempat, melainkan keadaan yang menggambarkan suasana
kebatinan m,anusia.
LANGKAH KEDUA:
Memberikan makna dan memahami informasi. Artinya, proses komunikasi yang efektif
tidak hanya suatu kegiatan menyampaikan pesan antar manusia, melainkan suatu upaya
yang dinamis dimana pelaku komunikasi secara aktif melakukan interpretasi (proses
pemaknaan) atas semua simbol atau lambang yang ada.
LANGKAH KETIGA:
Memaknakan pesan secara denotatif dan konotatif.
• Makna denotatif adalah makna simbol atau lambang sebagaimana arti dalam
kamus.
• Makna konotatif adalah makna simbol atau lambang sebagaimana diartikan oleh
masing-masing orang.
27
GANGGUAN KOMUNIKASI
Gangguan komunikasi tejadi jika terdapat intervensi yang mengganggu salah satu elemen
komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif. Rintangan
komunikasi dimaksud yakni adanya hambatan yang membuat komunikasi tidak dapat
berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan penerima.
1. Gangguan teknis
2. Gangguan semantik
3. Gangguan psikologis
4. Gangguan fisik atau organik
5. Gangguan status
6. Gangguan kerangka berpikir
7. Gangguan budaya
1. GANGGUAN TEKNIS
Gangguan ini terjadi jika alat / media yang dipakai dalam berkomunikasi
mengalami gangguan sehingga pesan yang disampaikan melalui saluran tidak
dimengerti oleh komunikan, Seperti terjadi gangguan atau kerusakan pada saluran
telepon, pesawat radio, dll.
2. GANGGUAN SEMANTIK
Adalah gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan dalam
penggunaan bahasa oleh komunikator maupun komunikan, (Blake:1979).
1. Kata-kata terlalu banyak memakai jargon bahasa asing sehingga sulit dimengerti.
2. Menggunakan bahasa yang berbeda oleh komunikator dan komunikan.
3. Menggunakan struktur bahasa yang tidak semestinya.
4. Latar belakang budaya yang berbeda sehingga sulit memaknakan simbol / lambang.
3. GANGGUAN PSIKOLOGIS
Adalah gangguan yang disebabkan oleh berbagai masalah di dalam diri pelaku
komunikasi. Misalnya rasa curiga, perasangka buruk, faktor stereotype pada
komunikan, dll.
28
4. GANGGUAN FISIK ATAU ORGANIK
Adalah rintangan yang disebabkan karena kondisi geografis yang kurang
memungkinkan, misalnya jarak yang jauh, tidak adanya sarana kantor pos, dll, atau
gangguan organik seperti tidak berfungsinya salah satu pancaindera pihak yang
berkomunikasi.
5. GANGGUAN STATUS
Adalah gangguan yang disebabkan karena jarak sosial antara peserta komunikasi,
misalnya perbedaan kedudukan / jabatan, perbedaan tingkat kekayaan, dll. Dalam
komunikasi orang indonesia misalnya, orang cenderung hormat kepada orang lain
yang status sosialnya lebih tinggi darinya. Faktor ini membuat proses komunikasi
tidak terbuka dan lugas.
7. GANGGUAN BUDAYA
Adalah rintangan yang terjadi karena perbedaab latar belakang budaya, adat
istiadat, norma, nilai-nilai yang dianut diantara yang terlibat dalam komunikasi.
Seseorang cenderung lebih sulit menerima pesan dari orang yang memiki perbedaan
asal usul atau memiliki budaya yang berbeda. Demikian pula sebaliknya, orang
lebih mudah berkomunikasi dengan orang yang memiliki budaya yang sama.
29
I. KHALAYAK
PENGERTIAN KHALAYAN
Dalam kajian komunikasi kata halayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran,
pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan.
Khalayak adalah salah satu aktor dalam proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak
tidak boleh diabaikan karena berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan
oleh khalayak.
GOLONGAN KHALAYAK
1. Individu
2. Kelompok
3. Publik
4. Massa
1. Aspek sosiodemografis
2. Aspek profil psikologis
3. Aspek karakteristik perilaku khalayak
1. Emosi / tempramental.
30
2. Kebutuhan / keinginan yang penting untuk dipenuhi.
3. Kondisi mental khalayak saat itu (kecewa atau bahagia).
4. Pendapat / gagasan tentang suatu hal.
1. Harus jelas
2. Sederhana
3. Dapat dispesifikasi
4. Realistik
5. Biaya, waktu, dan tenaga terjangkau.
• Derajat pesan yang dapat diserap oleh penerima dipengaruhi oleh banyak faktor
yakni: keterampilan berkomunikasi, tingkat pengetahuan, sistem sosial dan budaya
penerima (Berlo, 1961).
• Bagi seorang penerima informasi, keterampilan komunikasi yang harus dimiliki
ialah kemampuan memanfaatkan media komunikasi baik organik maupun
mekanik.
31
EVERETT ROGERS MEMBAGI PELAPISAN PENERIMA PESAN DALAM LIMA
TIPE:
1. Innovators (pembaharu)
2. Early Adopter (penerima dini)
3. Early majority (penerima mayoritas cepat)
4. Late Majority (penerima mayoritas lambat)
5. Laggart (pengikut).
1. Karena adanya kepentingan ganda yang dapat diperoleh kedua belah pihak
(sumber dan penerima pesan) overlapping of interest.
2. Karena pesan memberikan pemecahan masalah yang dihadapi khalayak (problem
solving).
3. Khalayak percaya komunikator memiliki kompetensi dan kredibilitas.
4. Khalayak percaya bahwa pesan itu dapat membuat perubahan sebagaimana yang
diinginkan khalayak.
1. PENERIMA:
a. Keterampilan berkomunikasi
b. Kebutuhan
c. Tujuan yang diinginkan
d. Sikap, nilai, kepercayaan, kebiasaan.
e. Kemampuan untuk menerima
f. Kegunaan pesan
2. PESAN:
a. Tipe dan model pesan
b. Karakteristik dan fungsi pesan
c. Struktur pengelolaan pesan
d. Aktualisasi pesan
3. SUMBER:
a. Kompetensi dan kredibilitas
b. Kedekatan dengan penerima
c. Motivasi dan perhatian
d. Homophily
e. Cara penyampaiannya
f. Daya tarik
4. MEDIA:
a. Tersedianya media
b. Kehandalan / daya liput media
32
c. Kebiasaan menggunakan media
d. Tempat dan situasi.
33
MENGENAL BEBERAPA TEORI KOMUNIKASI
Teori Nomotetik didefinisikan sebagai sesuatu yang melihat hukum universal atau
umum. Pendekatan ini berpengaruh dalam ilmu pengetahuan alam pencobaan dan
merupakan contoh bagi banyak penelitian di bidang sosial. Tujuan teori ini adalah
untuk menggambarkan dengan tepat cara kehidupan sosial berjalan. Teori teori dalam
tradisi nomotetik tidak membuat penilaian atau menawarkan nasihat mengenai
masalah ini. Para ilmuan hanya berharap untuk menggambarkan bagaimana sesuatu itu
dan menyerahkannya kepada yang lainnya untuk memutuskan cara menggunakan
pengetahuan tersebut (Little John, hal 30 edisi 9).
Asumsi teorinya; teori ini cenderung mendukung gagasan para ahli empiris dan
resionalis menganggap bahwa kenyataan merupakan sesuatu yang berbeda dari
menusia. Dengan kata lain kenyataan merupakan sesuatu yang ditemukan oleh
menusia diluar dirinya sendiri. Peneliti menganggap kenyataan fisik dan yang dapat
diketahui, merupakan bukti nyata bagi pengamat yang berpengalaman. Teori-teori
nomotetik mencoba menemukan apa yang disebut pandangan yang diterima. Teori ini
mengambil pendirian nilai netral yaitu menganggap bahwa itu pengetahuan berada
diatas masalah-masalah nilai; mereka tidak memainkan sebuah peranan dalam ilmu
pengetahuan. Teori ini cenderung beranggapan bahwa perilaku pada dasarnya
ditentukan serta bertanggung jawab kepada biologi dan lingkungan (Little John, hal 30
edisi 9).
Teori ini bertujuan untuk membuat pernyataan yang kuat mengenai fenomena serta
mengembangkan generalisasi yang tetap benar diberbagai situasi dan sepanjang waktu.
Mencoba untuk mengungkapkan bagaimana sesuatu terlihat dan berjalan.(Little John,
hal 30 3disi 9).
2. Teori Skema
34
Doris Graber (dalam Severin dan Tankard 2005:94) menyatakan seseorang
menggunakan skema untuk memproses artikel berita dari surat kabar atau siaran radio.
Bahwa seseorang yang memproses berita dari surat kabar memilih sejumlah strategi,
termasuk penyejajaran langsung berita surat kabar dengan skema (misalnya:
mengatakan seseorang kandidat politik sebagai “Nixon Lain”) memproses melalui
informasi (misalnya: menyimpulkan bahwa genjatan senjata di Libanon tidak akan
berjalan mulus karena genjatan senjata di North Ireland tidak bekerja dengan baik) dan
integrasi suatu berita dengan beberapa skema atau dimensi skema.
Model penggunaan dan efek dalam bahasa Inggris Uses and Effect, kebutuhan bukan
merupakan satu-satunya factor yang menyebabkan penggunaan media. Kepuasan
individu mengenai apakah akan digunakan atau tidaknya isi media massa ditentukan
oleh karakteristik individu.Harapan-harapan persepsi individu serta tingkat pencapaian
media (Hoetasoehoet, 2002:70).
Pandangan teori Uses and effect tersebut penulis simpulkan bahwa penggunaan media
merupakan salah satu kebutuhanya. Tetapi penggunaan media tersebut menimbulkan
berbagai efek media yang terkait dengan apa yang diketahui dari isi media.
Model Two Way Symmetricaladalah model komunikasi simetris dua arah yang
menggambarkan bahwa propaganda atau kampanye melalui komunikasi dua arah
timbal balik yang berimbang. Model ini dapat memecahkan suatu konflik yang terjadi
dan mampu memperbaiki pemahaman publik secara strategis, yang dapat diterima dan
dianggap lebih etis dalam penyampaian pesan atau informasi melalui teknik
komunikasi yang membujuk untuk membangun saling pengertian, mendukung,
mempercayai dan saling menguntungkan kedua belah pihak (Ruslan, 2002 : 10).
Model ini peneliti pahami sebagai modal yang digunakan Public Relations yaitu
modal komunikasi dijalankan dalam rangka menciptakan citra sehingga memperoleh
kepercayaan, dukungan dan pengertian Public sehingga terjalin hubungan harmonis
dan saling menguntungkan perusahaan dan publiknya.
Model ini dikaitkan dengan penelitian dapat disimpulkan Publik Relations PT. Multi
Arta Prima mengadakan komunikasi dua arah timbal balik kepada publik baik
komunikasi persuasive langsung tatap muka maupun bermedia dalam rangka
menciptakan citra PT. Multi Arta Prima sehingga para konsumen memahami,
mengerti, mendukung dan terus menjadi pelanggan yang berkelanjutan, sehingga
saling menguntungkan.
35
5. Teori Perbedaan Individu (Individual Differences Theory).
Model Prespektif Perbedaan Individu adalah model yang dipengaruhi oleh psikologi,
yang menggambarkan adanya perbedaan persepsi di setiap individu. De Fluer
menyatakan bahwa perbedaan individu disebabkan karena perbedaan lingkungan yang
menghasilkan pula perbedaan pandangan dalam menghadapi sesuatu, dari
lingkungannya akan terbentuk sikap,nilai-nilai serta kepercayaan yang mendasari
kepribadian mereka, dengan kata lain setiap orang dengan sendirinya mempunyai
persepsi yang berbeda sehubungan dengan kepribadiannya (Liliweri, 1991:105).
6. Interaksionisme Simbolis
1. Orang – orang dapat mengerti bebagai hal dengan belajar dari pengalaman. Persepsi
seseorang selalu diterjemahkan dalam simbol – simbol.
2. Berbagai arti dipelajari melalui interaksi diantara orang – orang. Arti muncul dari
adanya pertukaran simbol – simbol dalam kelompok – kelompok sosial.
3. Seluruh struktur dan institusi sosial diciptakan dari adanya interaksi diantara orang
– orang.
4. Tingkah laku seseorang tidak mutlak ditetukan oleh kejadian – kejadian pada masa
lampau saja, tetapi juga dilakukan secara sengaja.
5. Pikiran terdiri dari sebuah percakapan internal, yang merefleksikan interaksi yang
telah terjadi antara seseorang dengan orang lain.
6. Tingkah laku terbentuk atau tercipta di dalam kelompok sosial selama proses
interaksi.
7. Kita tidak dapat memahami pengalaman seseorang individu dengan mengamati
tingkah lakunya belaka. Pemahaman dan pengertian seseorang akan berbagai hal
harus diketahui pula secara pasti.
Sebuah gambar yang dipenuhi oleh interaksionisme simbolis, oleh karena itu, diartikan
sebagai satu dari berbagai individu yang mencoba mencapai tujuan mereka dengan cara
berinteraksi dengan orang – orang lain. Pengalaman mereka selalu terbentuk dari
berbagai arti yang timbul akibat penggunaan simbol – simbol dalam kelompok sosial
tersebut. Arti, yang merupakan hal pokok dari pengalaman, adalah sebuah produk dari
interaksi, yang membuat komunikasi menjadi inti dari pengalaman seorang manusia.
36
Tujuan dari para peneliti seharusnya adalah untuk berempati dengan subyek yang
diteliti, memasuki ruang lingkup pengalamannya, dan berusaha mengerti nilai orang
tersebut.
Blumer dan para pengikutnya menghindari pendekatan – pendekatan kuantitatif dan
ilmiah dalam mempelajari tingkah laku manusia. Mereka lebih memfokuskan diri pada
sejarah kehidupan, autobiografi, studi kasus, catatan – catan pribadi, surat – surat, dan
berbagai wawancara yang bersifat umum.
Masyarakat, oleh karena itu, terdiri dari suatu jaringan interaksi sosial di mana para
partisipasinya memberikan arti kepada aksi-aksi mereka sendiri maupun orang lain
dengan penggunaan simbol-simbol. Bahkan beranekaragam institusi masyarakat
hanyalah terbentuk oleh interaksi dari orang-orang yang terlibat dalam institusi
tersebut.
Pertimbangkan misalnya, self-image yang ditampilkan para remaja. Sebagai hasil dari
interaksi mereka dengan significant others seperti orang tua, saudara-saudara kandung,
dan sesama teman, mereka memandang diri mereka sendiri dengan cara yang mereka
pikir telah dilakukan orang lain terhadap mereka. Mereka menerima anggapan yang
telah diberikan orang-orang kepada mereka dalam berbagai interaksi mereka dengan
orang lain. Ketika mereka berperilaku sesuai dengan image yang mereka miliki, kesan
tersebut menjadi semakin kuat, dan orang-orang pun menanggapinya dengan cara yang
sesuai dalam siklus tertentu. Jadi, misalnya, bila seorang remaja merasa dirinya tidak
37
layak secara sosial, ia akan menarik diri dari masyarakat, yang kemudian justru
memperkuat anggapan akan dirinya sebagai sosok yang tidak mampu.
Model pembentukan citra ini dijelaskan oleh John S. Nimpoeno yang dikutip
Danasaputra, (Soemirat, 2002 : 115) sebagai berikut:
38
Keterangan :
Public Relations digambarkan sebagai input-output. Proses intern dalam model ini
adalah pembentukan citra. Sedangkan input adalah stimulus yang diberikan. Output
adalah tanggapan atau perilaku tertentu.Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi-
kognisi-motivasi-sikap.
“….proses-proses psikodinamis yang berlangsung pada individu konsumen berkisar
antara komponen-komponen persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap konsumen terhadap
produk. Keempat komponen itu diartikan sebagai mental representation (citra) dari
stimulus”
Model pembentukan citra ini menunjukkan bagaimana stimulus yang berasal dari luar
diorganisasikan dan mempengaruhi respons.Stimulus (rangsang) yang diberikan pada
individu dapat diterima atau ditolak.
Jika rangsang ditolak proses selanjutnya tidak akan berjalan, hal ini menunjukkan
bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak ada
perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya, jika rangsang itu diterima oleh individu,
berarti terdapat komunikasi dan terdapat perhatian dari organisme, dengan demikian
proses selanjutnya dapat berjalan (Soemirat, 2002 :115).
Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha untuk mengerti tentang
rangsang tersebut. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur
lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu
akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai
rangsang.
Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan
timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu harus
diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan
kognisinya.
Motivasi dan sikap yang ada akan menggerakkan respons seperti yang diinginkan oleh
pemberi rangsang. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu
tujuan.
39
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu.
Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap menentukan apakah orang
harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan
diinginkan. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap ini juga dapat diperteguh atau diubah
(Soemirat,2002:116).
Dengan melakukan penelitian citra, perusahaan dapat mengetahui secara pasti sikap
publik terhadap organisasi maupun terhadap produk barang atau jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan yang bersangkutan.Dari penelitian citra ini, perusahaan juga dapat
mengetahui apa-apa yang disukai dan tidak disukai publik tentang perusahaan, dengan
demikian perusahaan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat bagi kebijaksanaan
perusahaan selanjutnya. (Danasaputra dalam Soemirat, 2002:117).
Model pembentukan citra yang dijelaskan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa
pembentukan citra perusahaan mengalami proses yang melibatkan kognisi, afektif dan
konasi publik terhadap stimulus yang datang sebagai faktor mempengaruhi. Dengan
stimulus yang datang tersebut dipahami, dipersepsikan dan disikapinya sebagai
tanggapan publik. Maka publik telah mencitrakan perusahaan.
40
Bila model ini dikaitkan dengan penelitian ini berarti Humas PT. Multi Artha Prima
dengan berbagai perananya dalam menjalankan fungsi manajemen membina hubungan
baik kepada semua publiknya dalam rangka mencari dukungan untuk memperoleh
keuntungan bersama dan pembentukan citra yang positif bagi publinya.
The mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra) manajemen
terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaanya.
The current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada publik
eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut miskinnya informasi dan
pemahaman publik eksternal. Citra ini bisa saja bertentangan dengan mirror image.
The wish image (citra yang diinginkan), yaitu manajemen menginginkan pencapaian
prestasi tertentu . Citra ini diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik
eksternal memperoleh informasi secara lengkap.
The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu, kantor cabang atau
perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk citra tertentu yang belum tentu
sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan.
Berkaitan dengan jenis citra yang disampaikan di atas, penulis beranggapan bahwa
citra yang diinginkan humas PT. Multi Artha Prima pada dasarnya adalah citra positif
terhadap PT. Multi Artha Prima sehingga PT. Multi Artha Prima dicintai, disukai, dan
selalu menjadi perusahaan yang utama digunakan publiknya bukan saja sebagai
perusahaan yang terus menjalankan pengiriman barang-barang saja tetapi juga
digunakan sebagai patner tetap dalam pengiriman barang.
8. Teori Kultivasi
41
atau apa yang pikir kita tahu, tidak kita alami sendiri. Kita mengetahuinya karena
adanya berbagai cerita yang kita lihat dan dengar melalui media. Dengan kata lain, kita
memahami realitas melalui perantarai (mediated reality). Gerbener yakin televisi
memiliki kekuatan yang berasal dari pesan simbolik drama kehidupan nyata yang
dipertontonkan kepada khalayak jam demi jam dan minggu demi minggu.
Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah psikolog
Jon Thibaut dan Harlod, Sosiolog George Homans, Richard Emerson dan Peter
Blau (1964).
Teori ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang
berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi
kebutuhannya. Thibaut dan Kelley, pemuka utama dari teori ini menyimpulkan tori
ini sebagai berikut: “asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah
bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial
hanya Selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan
biaya”.
Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain
karena dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran
dengan orang lain akan mengasilkan suatu imbalan bagi kita. Teori pertukaran sosial
pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling
mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang
lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang
saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward),
pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala hal yang
diperoleh melalui adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang
dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi,
perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan
perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan,
perkawinan, persahabatan – hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang
terlibat merasa teruntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan
maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.
Disclousure dan understanding merupakan tema penting dalam teori komunikasi pada
tahun ’60 dan ’70-an. Sebagian besar sebagai konsekuensi aliran humanistik dalam
psikologi, sebuah ideologi “honest communication” muncul, dan beberapa dari
pemikiran kita tentang apa yang membuat komunikasi interpersonal itu baik
dipengaruhi oleh gerakan ini. Didorong oleh karya Carl Rogers, disebut Third Force
42
begitu dalam psikologi menyatakan bahwa tujuan komunikasi adalah meneliti
pemahaman diri dan bahwa pengertian hanya dapat terjadi dengan komunikasi yang
benar.
Seseorang teoritisi yang menggali proses self-diclosure ini adalah Sidney Jourard.
Uraiannya bagi kemanusiaan sifatnya terbuka dan transparan. Transparansi berarti
membiarkan dunia untuk mengenal dirinya secara bebas dan pengenalan diri seseorang
pada orang lain. Hubungan interpersonal yang ideal menyuruh orang agar
membiarkan orang lain mengalami mereka sepenuhnya dan membuka untuk
mengalami orang lain sebelumnya.
43
• Komunikasi interpersonal, pertama bermakna pengurangan ketidakpastian.
• Tabiat dan banyaknya informasi yang orang-orang bagi berubah sepanjang waktu.
• Memprediksikan tingkah laku dalam bentuk aturan-aturan.
Teori sistem dan komunikasi dalam hubungan salah satu bagian dalam lapangan
komunikasi yang dikenal sebagai relational communication sangat dipengaruhi oleh
teori sistem. Inti dari kerja ini adalah asumsi bahwa fungsi komunikasi interpersonal
untuk membuat, membina, dan mengubah hubungan dan bahwa hubungan pada
gilirannya akan mempengaruhi sifat komunikasi interpersonal. Poin ini berdasar pada
gagasan bahwa komunikasi sebagai interaksi yang menciptakan struktur hubungan.
Dalam keluarga misalnya, anggota individu secara sendirian tidak membentuk sebuah
sistem, tetapi ketika berinteraksi antara satu dengan anggota lainnya, pola yang
dihasilkan memberi bentuk pada keluarga. Gagasan sistem yang penting ini secara
luas diadopsi dalam lapangan komunikasi. Proses dan bentuk merupakan dua sisi mata
uang; saling menentukan satu sama lain.
Seseorang Antropolog Gregory Bateson adalah pendiri garis teori ini yang selanjutnya
dikenal dengan komunikasi relasional. Kerjanya mengarah pada pengembangan dua
proporsi mendasar pada mana kebanyakan teori relasional masih berstandar.
Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam
teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai
expectance-value theory (teori pengharapan nilai). Dalam kerangka pemikiran teori ini,
kepuasan yang anda cari dari dari media ditentukan oleh sikap anda terhadap media –
kepercayaan anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada anda dan
evaluasi anda tentang bahan tersebut. sebagai contoh, jika anda percaya bahwa situated
comedy (sitcoms), seperti bajaj bajuri menyediakan hiburan dan anda senang dihibur,
anda akan mencari keuasan terhadap kebutuhan hiburan anda dengan menyaksikan
sitcoms. Jika, pada sisi lain, anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu
pandangan hidup yang tak realistis dan anda tidak menyukai hal seperti imi anda akan
menghindari untuk melihatnya.
44
15. Teori Agenda Setting
Media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi agenda publik. Teori Agenda
Setting didasari oleh asumsi demikian. Teori ini sendiri dicetuskan oleh professor
Jurnalisme Maxwell McCombs dan Shaw, “we judge as important what the media
judge as important.” Kita cenderung menilai sesuatu itu penting sebagaimana media
massa menganggap hal tersebut penting. Jika media massa menganggap suatu isu itu
penting maka kita juga akan menganggapnya penting. Sebaliknya, jika isu tersebut
tidak dianggap penting oleh media massa, maka isu tersebut juga menjadi tidak
penting bagi diri kita, bahkan menjadi tidak terlihat sama sekali.
Victor H. Vroom melakukan kritik terhadap teori Herzberg dan teori lain yang terlalu
tergantung pada isi dan konteks kerja dalam teori motivasi. Dia mengajukan teori
yang baru yaitu motivasi pengharapan. Menurut Vroom motivasi seseorang akan
tergantung pada antisipasi hasil dari tindakannya (dapat negatif atau posistif) dikalikan
dengan kekuatan pengharapan orang tersebut bahwa hasil yang diperoleh akan
menghasilkan sesuatu yang dia inginkan. Dengan kata lain, motivasi seseorang akan
tergantung dari antisipasi hasil dan probabilitas tujuan orang tersebut akan tercapai.
Jadi, tingkat usaha yang tinggi mengarah pada performa tinggi.
Teori keadilan dirumuskan pada tahun 60-an oleh Stacy Adams, yang menekankan
bahwa apa yang penting dalam penentuan motivasi adalah tingkat relatif bukannya
absolut dari pendapatan yang diterima seseorang dan input yang diberikan. Teori ini
berasumsi bahwa motivasi, prestasi, dan kepuasan kerja merupakan fungsi dari persepsi
keadilan (atau kewajaran) yang dirasakan oleh karyawan terhadap balasan yang
diterimanya.
Edwin Locke dan Gary Lathman adalah tokoh pada teori penentuan tujuan. Teori ini
mengasumsikan bahwa manusia sebagai individu yang berfikir (thinking individual)
yang berusaha mencapai tujuan tertentu. Fokus dari teori ini menekankan pada proses
penentuan tujuan itu sendiri.
Jika tujuan cukup spesifik dan menantang, maka tujuan dapat menjadi faktor
pemotivasi yang efektif baik untuk individu maupun suatu kelompok. Motivasi juga
akan semakin meningkat apabila individu dilibatkan atau berpatisipasi dalam
penentuan tujuan. Umpan balik yang akurat dan cepat juga bermanfaat dan didapatkan
untuk mendorong motivasi kerja untuk mencapai tujuan.
45
Teori isi motivasi pada dasarnya ingin melihat “apa” dari motivasi tersebut. Teori ini
ingin melihat faktor-faktor dalam seseorang yang menyebabkan ia berprilaku tertentu
dan kebutuhan apa yang ingin dipenuhi seseorang? Kenapa seseorang terdorong untuk
berprilaku tertentu? Kebutuhan tersebut ingin dipenuhi, dan hal ini menyebabkan
seseorang berprilaku tertentu. Beberapa tokoh dalam tepori isi antara lain: Abraham
Maslow, Clayton P. Alderver, Herzberg, David Mc Cllaelland. (M. Hanafi,
1997:341) beberapa teori yang dilahirkan oleh beberapa tokoh tersebut dideskripsikan.
46