Komisaris : Wirawan
Direktur : Witaf T
57
58
Berbagai macam inovasi memang terus dilakukan oleh PT. Sumo Internusa
Indonesia cabang Jakrta selama 5 tahun belakangan demi melakukan
efisiensi, efektivitas dan peningkatan kepuasan pelanggan dengan hadirnya
perkembangan teknologi. Contoh inovasi yang dihadirkan adalah
sistem online order, dan pemantauan media papan reklame
59
Visi Perusahaan :
"Menjadi perusahaan advertising terdepan di tingkat nasional dan
bertaraf internasional."
Misi Perusahaan :
- Berpartisipasi menyebarluaskan lokasi-lokasi promosi di seluruh
Indonesia.
- Mengembangkan dan memajukan perusahaan advertising di Indonesia,
sehingga dapat menjadi alternatif advertising yang dapat diandalkan.
Sumber : Pengolahan data dari hasil wawancara dengan kepala cabang Jakarta PT. Sumo
Internusa Indonesia (2017)
Gambar 4.3. Analisa Five Forces Porter PT. Sumo Internusa Indonesia
Pola bisnis model produk papan reklame memang cukup unik. Karena
bagi konsumen faktor terbesar yang dipertimbangkan dalam mengambil
keputusan pembelian adalah soal 'spot' atau titik lokasi yang akan dipasang
iklan. Pihak klien akan melakukan perhitungan sistematis yang dapat
menunjukkan titik mana yang paling efektif dalam memasang iklan
tertentu. Namun di sisi lain, karena cabang perusahaan memproduksi
produknya sendiri, faktor keputusan pembelian menjadi lebih kompleks.
Karena sering terjadi konsumen yang telah memiliki titik tertentu untuk
dipasang iklan, meminta PT. Sumo Internusa Indonesia untuk mengambil
64
alih masalah kelistrikan dan pajaknya. Hal ini karena track record dan
kualitas kerja dari cabang perusahaan yang cukup baik.
Selain PT. Sumo Internusa Indonesia cabang Jakarta yang menjadi 'one
stop billboard solution' dengan tingkat penetrasi kedua terbaik dari
seluruh media periklanan sampai saat ini, cabang perusahaan juga
memiliki kapabilitas untuk memproduksi produk periklanan luar ruang
lain. Hal inilah yang menjadi titik kuat perusahaan dalam hal daya
tawar-menawar harga dengan konsumen menjadi tinggi.
SOP yang tidak jelas juga berdampak pada sistem kerja yang
stagnan. Karyawan tidak diberikan keleluasaan untuk melakukan
improvisasi dalam proses kerjanya. Selain itu komunikasi dalam
perusahaan cukup kaku, bagi karyawan level paling bawah sangat
sulit untuk menyampaikan suatu masukan atau ide kepada atasan.
Keputusan juga bersifat sentralisasi dan dipegang oleh para
manajemen puncak. Hal ini kurang efisien diterapkan pada
perusahaan PT. Sumo Internusa Indonesia yang membutuhkan
inovasi dalam pengembangannya.
9. Tenaga marketing kurang profesional
Tenaga pemasar dari perusahaan jarang dibekali dengan
pengembangan kemampuan profesional, sehingga terkadang dalam
melakukan pekerjaannya cenderung kurang profesional. Seperti
misalnya mereka tidak di bekali oleh ilmu closing sales yang baik,
sehingga saat melakukan follow-up kepada klien terkadang dapat
terkesan seperti memaksa. Hal ini dapat merusak reputasi
perusahaan jika tidak diatasi dengan baik.
10. Tidak memiliki ekspertis di bidang periklanan
Tidak memiliki ekspertis atau ahli di bidang periklanan
membuat perusahaan memiliki keterbatasan pada industrinya
sendiri. Keterbatasan yang sering dirasakan secara langsung ketika
klien meminta kepada perusahaan suatu data atau melakukan suatu
jasa yang membutuhkan ekspertis, tidak dapat dipenuhi oleh
perusahaan. Seperti misalnya klien ingin memasang iklan, namun
butuh dibuatkan konten yang unik dan menarik sesuai kebutuhan
mereka. Contoh lain saat klien membutuhkan data yang
berhubungan dengan perhitungan seberapa efektif sebuah iklan
tertentu dipasang pada suatu titik.
Tab
el
4.3.
Tot
al
Sko
r
Eva
luas
i
Fakt
or
Inte
rnal
73
ke jalanan atau parkiran. Tentu hal ini hanya relevan di kota-kota besar
yang memiliki jumlah pengguna jalan yang besar, apalagi dengan
tingkat kemacetan yang tinggi. Jika dipaksakan papan reklame
dipasang di pedesaan, perusahaan atau klien yang berminat untuk
memasang iklan pada titik tersebut akan rendah, dan sulit bagi
perusahaan untuk mencapai titik balik modal. Hal ini juga diperkuat
dari data tahun 2015 yang di rilis Marketeers pada website
marketeers.com perusahaan yang bergerak sebagai ahli pemasaran
yang dimiliki oleh Hermawan Kartawijaya berupa kota dengan
penetrasi iklan luar ruang seperti papan reklame yang baik di
Indonesia terdapat di Denpasar, Banjarmasin, Palembang, Medan,
Makassar, dan Jakarta dengan persentase penetrasi di atas 50%.
7. Penetrasi iklan luar ruang yang semakin lama bergeser ke iklan
online
Pertumbuhan iklan digital, pertumbuhan pengguna internet
dan peningkatan intensitas pengguna dalam menggunakan internet
membuat internet sebagai media yang semakin efektif dalam
beriklan. Tentu pergeseran dapat terjadi akibat perkembangan
teknologi karena semakin lama, saat orang terjebak macet di jalan
awalnya memperhatikan sekitar dan salah satunya melihat papan
reklame, berubah menjadi melihat internet baik dari perangkat
ponsel ataupun radio mobil yang sudah dilengkapi fitur internet.
8. Iklan televisi yang masih memiliki tingkat penetrasi terbaik
Dikutip dari marketeers.com, penetrasi iklan televisi tertinggi
di Indonesia sebesar 96% dari total belanja iklan nasional 2014
sebesar Rp. 110 triliun, sedangkan 70% diantaranya masih dikuasai
oleh iklan televisi. Hal ini mengancam posisi kedudukan iklan luar
ruang mengingat keduanya sama-sama memiliki pendapatan yang
berasal dari periklanan dan dapat saling menjadi produk subtitusi.
9. Besarnya kemungkinan kompetitor untuk merubah strategi untuk
merespon dinamika pasar
Ancaman pada produk periklanan luar ruang papan reklame
berdampak pada seluruh pemain di lini produk ini, hal ini
memungkinkan pesaing-pesaing merubah strateginya dalam waktu
80
dekat, dan kompetisi bukan lagi sekedar di dalam lini produk papan
reklame, tapi bersaing untuk lebih dulu masuk ke lini produk baru
yang memiliki potensi baik untuk menggantikan posisi papan
reklame sebagai media iklan yang efektif, dan dengan intensitas
yang tinggi.
10. Keterbatasan lahan di sekitar Jakarta yang dapat dimanfaatkan
pengembang peroperti
Seperti yang ditunjukkan data pada gambar 1.4. pendapatan
per sektor bisnis klien dan disertai dengan peluang yang dimiliki
perusahaan, sektor bisnis properti memang sedang menjadi sektor
bisnis yang banyak menggunakan produk PT. Sumo Internusa
Indonesia cabang Jakarta, namun hal ini belum tentu dapat bertahan
lama mengingat wilayah di Jakarta dan sekitarnya yang sudah
mulai padat, sehingga ketika sudah tidak tersedia tanah baru untuk
dikembangkan, klien dari sektor bisnis ini juga akan mengalami
penurunan.
ada dalam industrinya. Dan skor ini juga menunjukkan bahwa PT.
Sumo Internusa Indonesia mampu memanfaatkan peluang dan
menghindari ancaman yang ada.
1 Manajemen
2 Posisi keuangan
3 Hubungan pelanggan
4 Kualitas SDM
5 Kualitas dan jangkauan produk jasa
6 Harga
7 Pengalaman perusahaan
8 RdanD
83
9 Technology
Sumber: Peneliti (2017)
Strengths Weaknesses
Pimpinan dan direksi
Kepemilikan
S1 W1 perusahaan
pabrik sendiri
didominasi keluarga
Kemampuan Cakupan wilayah
S2 W2
negosiasi masih sedikit
Pemanfaatan
perkembangan
S3 Loyalitas karyawan W3
teknologi modern
masih kurang
Relasi, pengalaman
Tidak memiliki
dan pengetahuan
sumber daya internal
S4 yang mumpuni W4
untuk melakukan
menghadapi pihak-
inovasi strategis
pihak pendukung
Belum memiliki jasa
Kepemilikan aset
iklan digital di
S5 dan modal yang W5
tengah pertumbuhan
cukup besar
industri tersebut
Produk yang cukup
S6 W6 SOP yang tidak jelas
variatif
Sumber pendapatan
Harga yang
S7 W7 dari papan reklame
kompetitif
yang terlalu dominan
S8 Pengalaman dan W8 Struktur organisasi
86
T8 Iklan
88
televisi
yang masih
memiliki
tingkat
penetrasi
terbaik
Besarnya
kemungkina
n
kompetitor
untuk
T9 merubah
strategi
untuk
merespon
dinamika
pasar
Keterbatasa
n lahan di
sekitar
Jakarta
T10 yang dapat
dimanfaatka
n
pengemban
g peroperti
Sumber : PT. Sumo Internusa Indonesia (2017)
89
Strengths Weaknesses
Pimpinan dan direksi
S1
Kepemiliki pabrik W1 perusahaan
sendiri
didominasi keluarga
Cakupan wilayah
Kemampuan W2
S2 masih sedikit
negosiasi Pemanfaatan
W3
Loyalitas
S3 teknologi modern
karyawan
Relasi,
pengalaman dan Tidak memiliki
pengetahuan W4
sumber daya internal
S4 yang mumpuni untuk melakukan
menghadapi
pihak-pihak
pendukung Belum memiliki jasa
Kepemilikan aset W5 iklan digital di tengah
S5 dan modal yang pertumbuhan industri
cukup besar tersebut
W9 Tenaga marketing
S9 Brand awareness kurang profesional
cukup baik Tidak memiliki
Ketersediaan W10 ekspertis di
S10 papan reklame di bidang periklanan
lokasi strategis
n ekonomi
yang positif
dan merata
Banyak
pengembang
properti
yang sedang
O10 membangun
wilayah-
wilayah baru
di sekitaran
Jakarta
Sumber : PT. Sumo Internusa Indonesia (2017)
Berdasarkan total hasil skor bobot matriks EFE dan IFE akan membentuk
kuadran pada matriks IE yang dapat memperlihatkan dimana posisi PT. Sumo
92
Internusa Indonesia saat ini. Dengan skor total yang didapat matriks IFE
3,03 dan matriks EFE 2,78, maka hasil matriks IE masuk pada kuadran IV.
Dari Gambar 1.2, tingkat belanja iklan pada tahun 2015 mengalami penurunan
sebesar 26.8% atau sebesar Rp26.5 Trilliun sedangkan menurut David dan
David (2015:273) dikategorikan rapid growth market jika pertumbuhan
penjualan pada sebuah industri berada di atas 5%. Sedangkan dengan tambahan
data dari CPM, dimana perusahaan dapat dikatakan unggul
Dari tahap pencocokan mulai dari matriks SWOT, matriks IE, dan
matriks Grand Strategy, didapatkan beberapa strategi alternatif yaitu;
strategi penetrasi pasar, strategi pengembangan produk, strategi diversifikasi
terkait, strategi diveresifikasi tidak terkait, strategi integrasi ke depan,
strategi integrasi ke belakang, strategi integrasi horizontal.
Grand
Referensi IE Matrix Strategy SWOT
Strategi Matrix
Integrasi ke depan √
Integrasi ke belakang √
Integrasi horizontal √
Penetrasi pasar √ √
Pengembangan pasar √ √
Pengembangan produk √
Diversifikasi terkait √ √
Dari seluruh alternatif strategi yang ada di tabel 4.16, dipilih tiga (3)
strategi yang sesuai dengan keadaan perusahaan dimana pemilihan ketiga
strategi tersebut berdasarkan strategi yang paling sering muncul pada saat
metode tahap pencocokan. Ketiga strategi arternatif tersebut adalah
penetrasi pasar, pengembangan pasar, diversifikasi terkait.
Tabel 4.12. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) PT. Sumo Internusa
Indonesia
W1 0,036 - -
W2 0,036 1 0,036 4 0,144 3 0,108
W3 0,061 2 0,122 2 0,122 2 0,110
W4 0,039 2 0,078 3 0,117 1 0,047
W5 0,046 1 0,046 4 0,184 1 0,055
W6 0,034 1 0,034 2 0,068
W7 0,042 - 4 0,168 2 0,101
W8 0,031 - -
W9 0,040 2 0,080 4 0,160 2 0,064
W10 0,042 2 0,084 3 0,126 2 0,092
Total
1
Bobot
Faktor Ekstenal
Peluang
O1 0,064 2 0,128 4 0,256 4 0,256
O2 0,063 4 0,252 - 4 0,252
O3 0,083 3 0,249 -
O4 0,064 4 0,256 4 0,256 3 0,192
O5 0,059 - 4 0,236 2 0,118
O6 0,052 3 0,156 -
O7 0,047 3 0,141 2 0,094 3 0,141
O8 0,038 3 0,114 - 2 0,076
O9 0,050 2 0,100 3 0,150
O10 0,047 4 0,188 3 0,141 2 0,094
Ancaman
T1 0,048 - 4 0,192 2 0,106
T2 0,041 3 0,123 4 0,164
T3 0,058 1 0,058 4 0,232 2 0,093
T4 0,045 1 0,045 4 0,180 1 0,063
T5 0,045 2 0,090 4 0,180 3 0,153
T6 0,046 2 0,092 3 0,138 3 0,147
T7 0,041 - 4 0,164 2 0,082
T8 0,034 - 3 0,102
T9 0,032 - -
T10 0,043 2 0,086 - 2 0,077
Total
1
Bobot
Total 4,50 4,78 3,72
Sumber : Data yang diolah
96