Anda di halaman 1dari 68

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional

Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-1


E1. Pendekatan Pekerjaan (Manajemen Holistik)
Pengelolaan SPAM memerlukan manajemen kerja yang holistik (Gambar
1). Level pengembangan tertera dalam fokus pengembangan organisasi
baik di Pusat maupun di Daerah, yaitu level individu atau tim kerja, level
organisasi, level lingkungan atau sistem, dan fasilitasi terhadap keseluruhan
tindakan pengembangan organisasi.
Prasyarat agar organsasi berkembang secara berkualitas merujuk pada
lingkungan organisasi tersebut. Tindakan strategis dalam aspek ini meliputi
pengembangan political will, penyusunan kebijakan pendukung,
penyusunan kerangka hukum/legalitas, serta analisis tersebut praktek tata
pamong secara keseluruhan. Kegiatan yang perlu dilaksanakan meliputi
penyusunan desain kebijakan, legislasi terhadap kebijakan yang
dibutuhkan, serta peningkatan tata pamong.
Pada level organisasi terdapat beberapa tindakan strategis meliputi
penyusunan lembaga, desain dan pengembangan system, perbaikan
struktur organisasi, desain penugasan, pengembangan jaringan dan
institusi, serta perbaikan prosedur dan proses. Hal ini dapat dilakukan
dengan serangkaian kegiatan, meliputi desain system, desain struktur
organisasi, perbaikan job description, serta desain prosedur dan proses
kerja.
Tindakan-tindakan strategis yang perlu dilaksanakan untuk meningkatkan
kapasitas individu atau tim kerja meliputi penguatan mental juara,
peningkatan pengetahuan, pengembangan ketrampilan, perubahan sikap
dan motivasi yang lebih sesuai, pengembangan/jaringan tim, serta analisis
atas jumlah anggota tim. Kegiatan yang dapat diperbaiki berupa advokasi,
rekrutmen, pelatihan, pembinaan, dan studi banding.
Keseluruhan tindakan strategi dan kegiatan memerlukan fasilitas dalam
bentuk material, peralatan, fasilitas, logistik, infrastruktur, keuangan.
Kegiatan yang dapat dilaksanakan meliputi pembangunan fasilitas,
pembelian, pembangunan infrastruktur, penyediaan dana

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-2
Gambar
Model Holistik Manajemen Pengelolaan Program Pembangunan

E2. Referensi Hukum dan Standar


Referensi hukum dan standar teknis yang mendasari pekerjaan ini adalah:
1. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046).
2. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014, Nomor 244).
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015
tentang Sistem Penyediaan Air Minum.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27
Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan SPAM.
5. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
4/SE/M/2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air dan Kontrak
Kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam Sistem Penyediaan Air

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-3
Minum Perpipaan setelah Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
85/PUU-XI/2013.

E3. SNI untuk SPAM


Kontrol dalam pekerjaan kali ini sesuai dengan SNI untuk SPAM sebagai
berikut:
1. Spesifikasi Teknis Dokumen Lelang Sistem Penyediaan Air Minum.
No : AB-K/RE-RT/ST/009/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Spesifikasi ini mencakup pengertian-pengertian yang berhubungan
dengan dokumen lelang.
2. Spesifikasi Teknik Wilayah Studi dan Wilayah Pelayanan.
No : AB-K/RE-RI/ST/002/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Standar ini memuat persyaratan teknis wilayah studi dan wilayah
pelayanan sistem penyediaan air minum.
3. Spesifikasi Cincin Karet Sambungan Pipa Air Minum, Air Limbah
dan Air Hujan
No : SNI 06-4828-1998, Kategori : SNI
Spesifikasi ini membahas persyaratan teknis tentang bentuk dasar,
ukuran, bahan dan kekuatan
4. Spesifikasi Hidran Kebakaran Tabung Basah
No : SNI 03-6382-2000, Kategori : SNI
Spesifikasi ini meliputi bermacam-macam tipe dan kelas hidran
kebakaran tabung basah, untuk dipasang pada jaringan sistem
pelayanan air minum di kawasan permukiman
5. Spesifikasi Instalasi Air Minum Tipe Cikapayang 5
No : SNI 03-2917-1992, Kategori : SNI
Spesifikasi ini bertujuan untuk mendapatkan instalasi air bersih
dengan kapasitas 5 Liter/detik
6. Spesifikasi Meter Air
No : SNI 2547-2008, Kategori : SNI

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-4
Spesifikasi ini menetapkan istilah, karakteristik teknis, karakteristik
metrologis dan persyaratan kehilangan tekanan untuk meter air
minum. Spesifikasi ini berlaku bagi meter air dengan tekanan kerja
maksimum yang dapat diterima (MAP)? 1 MPa (0,6 MPa untuk
meter air yang menggunakan pipa diameter nominal, ON ? 500 mm)
dan temperatur maksimum yang dapat diterimaMAT 50 0C.
Spesifikasi ini juga berlaku untuk meter air, tanpa bergantung
teknologi, digambarkan sebagai integrasi instrumen pengukur
secara kontinu menentukan volume air mengalir melalui meter air.
7. Spesifikasi Pipa Polietilen (PE) dan Sambungannya Untuk Air
Minum
No : SNI 06-4829-1998, Kategori : SNI
Spesifikasi ini membahas persyaratan teknis tentang bahan, ukuran,
kekuatan hidrostatik, perubahan panjang dan densitas
8. Spesifikasi Teknik Penahapan Pembangunan Sistem Penyediaan Air
Minum.
No : AB-K/RE-RI/ST/004/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Ruang lingkup pekerjaan spesifikasi penahapan pembangunan
sistem penyediaan air minum, mencakup pengertian-pengertian
dan persyatan teknis (lihat bab II).
9. Spesifikasi Teknik Pengelolaan Teknik Sistem Penyediaan Air
Minum.
No : AB-K/RE-RI/ST/005/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Spesifikasi ini memuat ruang lingkup, pengertian-pengertian serta
persyatan teknis dalama pengelolaan teknis sistem penyediaan air
minum.
10. Spesifikasi Teknik Prasarana Sistem Penyediaan Air Minum.
No : AB-K/RE-RI/ST/003/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Spesifikasi ini memuat pengertian-pengertian dan persyaratan
teknis yang harus dipenuhi prasarana sistem penyediaan air minum
untuk penyusunan rencana induk.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-5
11. Spesifikasi Teknik Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum.
No : AB-K/RE-RI/ST/006/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Spesifikasi ini memuat penjelasan-penjelasan yang diperlukan
dalam rencana induk sistem penyediaan air minum.
12. Spesifikasi Teknik Survai Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum.
No : AB-K/RE-RI/ST/001/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Spesifikasi ini memuat tentang pengertian-pengertian , dan
persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam survai rencana induk
sistem penyediaan air minum.
13. Spesifikasi Teknis Bahan Kimia dan Persyaratan Kimiawi dalam air
Minum.
No : AB-K/RE-RT/ST/006/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Spesifkasi teknis bahan kimia dan persyaratn kimiawi dalam air
minum ini mencakup persratan teknis mengenai bahan yang
digunakan untuk proses pelunakan kesadahan, koagulasi,
desinfeksi, netralisasi, fluoridisasi, dan penghilangan besi dan
mangan, serta persyaratan kimiawi dalam air minum.
14. Spesifikasi Teknis Bangunan Penunjang Sistem Penyedia-an Air
Minum.
No : AB-K/RE-RT/ST/004/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Spesifikasi teknis bangunan penunjang sistem penyediaan air
minum ini mencakup ketentuan-ketentuan teknis mengenai
bangunan dan peralatan penunjang yang meliputi : 1. bangunan
operasi dan pengendalian 2. bangunan elektro mekanikal 3.
bangunan rumah kimia 4. bangunan gedung 5. laboratorium 6.
halaman : drainase, jalan dan halaman parkir, ruang jaga dan pagar
7. kantor dan perlengkapan 8. peralatan laboratorium dan bengkel
9. Logistik
15. Penyediaan air minum berbasis masyarakat (PAM BM) Volume 1.
Pedoman Umum

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-6
No : Pd T-05-2005-C, Kategori : Pedoman Teknis
Pedoman ini meliputi ketentuan umum dalam penyelenggaraan,
kelembagaan, pembiayaan, pembangunan prasarana dan sarana
serta pemantauan dan evaluasi dalam upaya penyediaan air minum
berbasis masyarakat.
16. Penyediaan air minum berbasis masyarakat (PAM BM) Volume 2.
Pedoman penyelenggaraan
No : Pd T-06-2005-C, Kategori : Pedoman Teknis
Tata cara penyelenggaraan yang mencakup uraian yang
menyangkut pelaku terkait dan tahapan kegiatan serta prinsip
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka penyelenggaraan PAM
BM. Pedoman ini dapat digunakan sebagai acuan bagi para pelaku
terkait dalam pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana
PAM BM yang mandiri dan berkelanjutan.
17. Penyediaan air minum berbasis masyarakat (PAM BM) Volume 3.
Kelembagaan
No : Pd T-07-2005-C, Kategori : Pedoman Teknis
Pedoman ini meliputi peran dan fungsi para pelaku terkait, proses
pembentukan organisasi/ kepengurusan dan perangkat pendukung
yang diperlukan dalam organisasi penyediaan air minum berbasis
masyarakat (PAM BM). Pedoman ini merupakan buku ketiga dari
Pedoman penyediaan air minum berbasis masyarakat (PAM BM).
18. Penyediaan air minum berbasis masyarakat (PAM BM) Volume 4.
Pembiayaan
No : Pd T-08-2005-C, Kategori : Pedoman Teknis
Pedoman ini memuat tata cara pembiayaan dalam kegiatan meliputi
biaya penyelenggaraan dan mobilisasi dana penyediaan air minum
berbasis masyarakat.
19. Penyediaan air minum berbasis masyarakat (PAM BM) Volume 5.
Pembangunan Prasarana dan Sarana
No : Pd T-09-2005-C, Kategori : Pedoman Teknis

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-7
Pedoman ini ini meliputi tata cara pemilihan jenis, perencanaan,
pelaksanaan fisik dan pengoperasian serta pemeliharaan prasarana
dan sarana penyediaan air minum berbasis masyarakat.
20. Penyediaan air minum berbasis masyarakat (PAM BM) Volume 6.
Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi
No : Pd T-10-2005-C, Kategori : Pedoman Teknis
Pedoman ini meliputi sistem pemantauan dan evaluasi kinerja pada
tahap persiapan, perencanaan, pembangunan, pengelolaan dan
pengembangan PAM BM. Hasilnya dilaporkan pada perorangan atau
institusi yang berkaitan dengan pengadaan/pelayanan air minum
berbasis masyarakat.
21. Perencanaan Instalasi Saringan Pasir Lambat.
No : SNI 3981-2008, Kategori : SNI
Standar ini memuat persyaratan umum, persyaratan teknis, dan
perencanaan instalasi saringan pasir lambat sebagai pegangan bagi
penyelenggara pembangunan untuk mengolah air baku dengan
kekeruhan ?50 mg/Liter SiO2 menjadi air minum.
22. Metode Pengujian Bentuk dan Sifat Tampak Pipa PVC Untuk Air
Minum
No : SNI 06-2551-1991, Kategori : SNI
Metode ini digunakan untuk menguji bentuk dan sifat tampak pipa
PVC untuk air minum
23. Metode Pengambilan Contoh Uji Pipa PVC Untuk Air Minum
No : SNI 06-2552-1991, Kategori : SNI
Metode ini digunakan untuk memperoleh contoh uji yang dapat
mewakili
24 Metode Pengujian Diameter Luar Pipa PVC Untuk Air Minum
Dengan Jangka Sorong.
No : SNI 06-2548-1991, Kategori : SNI
Metode ini digunakan untuk menentukan diameter pipa PVC
menggunakan jangka sorong

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-8
25. Metode Pengujian Kekuatan Pipa PVC Untuk Air Minum Terhadap
Tekanan Hidrostatik.
No : SNI 06-2549-1991, Kategori : SNI
Metode ini digunakan untuk menentukan kekuatan pipa PVC
terhadap tekanan hidrostatik
26. Metode Pengujian Ketebalan Dinding Pipa PVC Untuk Air Minum
No : SNI 06-2550-1991, Kategori : SNI
Metode ini digunakan untuk menentukan ketebalan dinding pipa
PVC
27. Metode Pengujian Perubahan Panjang Pipa PVC Untuk Air Minum
Dengan Uji Tungku
No : SNI 06-2553-1991, Kategori : SNI
Metode ini digunakan untuk menentukan besarnya perubahan
panjang pipa PVC dengan uji tungku
28. Metode Pengujian Ketahanan Pipa PVC Untuk Air Minum Terhadap
Metilen Khlorida
No : SNI 06-2554-1991, Kategori : SNI
Metode ini digunakan untuk menentukan ketahanan pipa PVC
terhadap metilen klorida
29. Metode Pengujian Kadar PVC Pada Pipa PVC Untuk Air Minum
Dengan THF
No : SNI 06-2555-1991, Kategori : SNI
Metode ini digunakan untuk menentukan kadar PVC pada pipa PVC
dengan THF
30. Metode Pengujian Diameter Luar Pipa PVC Untuk Air Minum
Dengan Pita Meter
No : SNI 06-2556-1991, Kategori : SNI
Metode ini digunakan untuk menentukan diameter luar rata-rata
pipa PVC
31. Metode Pengujian Dimensi Pipa Polietilen (PE) Untuk Air Minum
No : SNI 06-4821-1998, Kategori : SNI

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-9
Metode ini membahas cara uji untuk menentukan diameter luar dan
tebal dinding pipa PE
32. Metode Uji Perencanaan Teknik Air Minum Perdesaan
No : AB-D/RE/MU/001/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Metode uji ini memeuat pengertian-pengertian, ketentuan-
ketentuan, dan cara uji hasil perencanaan teknik air minum
perdesaan.
33. Metode Uji Hasil Pelaksanaan Pembangunan Sistem Air Minum
Perdesaan.
No : AB-D/LW/MU/006/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Metode uji ini meliputi, pengertian, ketentuan-ketentuan serta cara
uji hasil pelaksanaan pembangunan sistem air minum perdesaan.
34. Metode Uji Pekerjaan Konstruksi Sipil Pembangunan Penyediaan
Air Minum.
No : AB-D/LW/MU/001/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Metode ini memuat ketentuan-ketentuan dan cara pengerjaan yang
harus dilakukan dalam pengujian konstruksi sipil sistem
penyediaan air minum.
35. Metode Uji Pekerjaan Konstruksi Sipil Sistem Penyediaan Air
Minum.
No : AB-K/LW/MU/006/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Metode ini memuat ketentuan-ketentuan dan cara pengerjaan yang
harus dilakukan dalam pengujian konstruksi sipil sistem
penyediaan air minum.

36. Metode Uji Pekerjaan Pemasangan Peralatan Elektro - Mekanikal.


No : AB-K/LW/MU/007/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Metode ini memuat ketentuan-ketentuan dan cara pengujian
pekerjaan pemasangan peralatan elektro mekanikal dalam sistem
penyediaan air minum.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-10
37. Metode Uji Pekerjaan Pemasangan Peralatan Mekanikal dan
Elektrikal.
No : AB-D/LW/MU/002/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Metode Uji ini memuat ketentuan-ketentuan dan cara pengujian
pekerjaan pemasangan peralatan mekanikal dan elektrikal dalam
sistem penyediaan air minum.
38. Metode Uji Keandalan Kapasitas dan Kualitas Pelayanan Air Minum.
No : AB-K/LW/MU/004/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Metode ini memuat pengertian-pengertian, ketentuan-ketentuan
dan cara uji keandalan kapasitas dan kaulitas pelayanan air minum.
39. Metode Uji Kualitas Air Minum Distribusi dan Pelayanan.
No : AB-K/OP/MU/004/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Metode pengujian ini memuat ketentuan-ketentuan dan cara
pemeriksaan kualitas air minum di unit distribusi dan pelayanan,
meliputi parameter fisika, kimia dan mikrobiologi.
40. Metode Uji Pemeriksan Kualitas Air di Unit Distribusi dan
Pelayanan.
No : AB-D/OP/MU/002/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Metode uji ini memuat ruang lingkup, pengertian-pengertian,
ketentuan-ketentuan serta cara uji dalam pemeriksaan kualitas air
pada sistem penyediaan air minum perdesaan.
41. Metode pengujian klorin bebas dalam air dengan Spektrofotometer
sinar tampak secara dietil fenilindiamin (DFD)
No : SNI 06-4824-1998, Kategori : SNI
Metode ini digunakan untuk menentukan kadar Klorin (0,011-4,0)
mg/L Mn dalam air minum menggunakan sinar tampak pada
panjang gelombang 515 nm.
42. Cara uji kadar amoniak dalam air dengan elektrode selektif ion
No : SNI 03-6876-2002, Kategori : SNI
Standar ini menetapkan cara untuk menguji kadar amoniak, NH4-N
terlarut dalam air dengan elektrode selektif ion. Standar ini

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-11
digunakan untukmengukur kadar amoniak pada rentang kadar
antara 0,03 mg/L NH3-N sampai dengan 1400 mg/L NH3-N dalam
air minum, air permukaan, air limbah domestik dan air limbah
industri, baik yang keruh maupun yang warna
43. Metode Uji Keandalan Peralatan Sistem Penyediaan Air Minum.
No : AB-K/LW/MU/010/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Metode pengujian ini memberikan uraian tentang ketentuan-
ketentuan dan cara pengujian keandalan peralatan sistem
penyediaan air minum.
44. Metode Uji Keandalan Pipa Terhadap Tekanan Statis dan Dinamis.
No : AB-K/LW/MU/005/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Metode pengujian keandalan pipa terhadap tekanan statis dan
dinamis ini dimaksudkan untuk dijadikan pegangan dan acuan
dalam pelaksanaan dan penngawasan pembangunan sistem
penyediaan air minum terhadap mutu pipa. Metode ini memuat
ketentuan-ketentuan dan cara pengujian keandalan pipa air
bertekanan yang telah dipasang terhadap tekanan statis dan
dinamis. Pengujian dilakukan pada jalur pipa memanjang dan pada
sambungan pipa.
45. Metode Uji Keandalan Hidrolika Pipa Transmisi dan Distribusi.
No : AB-D/LW/MU/005/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Metode ujii ini memuat ketentuan-ketentuan dan cara pengerjaan
keandalan hidrolika pipa transmisi dan distribusi dalam sistem
penyediaan air minum perdesaan.
46. Metode Uji Keandalan Hidrodinamika dan Proses Pengolahan Air.
No : AB-K/LW/MU/008/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Metode Uji ini memuat ketentua-ketentuan dan cara pengujian
keandalan hidrodinamika dan proses pengolahan air untuk sistem
penyediaan air minum serta pelaporan hasil pengujian yang harus
dipenuhi.
47. Metode Uji Operasi dan Pemeliharaan Sistem penyediaan air

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-12
minum.
No : AB-K/OP/MU/001/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Metode uji memuat mengenai pengertian, ketentuan-ketentuan
umum, ketentuan teknis dan cara uji sistem penyediaan air minum
meliputi bangunan pengambilan air baku, pipa transmisi dan pipa
distribusi serta IPA.
48. Metode Uji Pemeriksaan Tekanan Air di Unit Distribusi dan
Pelayanan Air Minum Perdesaan Sistem Perpipaan.
No : AB-D/OP/MU/003/98, Kategori : Petunjuk Teknis
Metode uji ini memuat tentang ketentuan-ketentuan yang harus
dipenuhi dan cara pengujian dalam pemeriksaan tekanan air di unit
distribusi dan pelayanan air minum perdesaan sistem perpipaan
serta cara pelaporan hasik uji.
49. Pengukuran aliran air dalam saluran tertutup untuk meter air
minum bagian 2: Persyaratan pemasangan meter air minum (ISO
4064-2 : 2005, MOD)
No : SNI 2418.2-2009, Kategori : SNI
Persyaratan pemasangan meter air minum ini digunakan untuk
menetapkan kriteria pemilihan meter air tunggal, meter air
kombinasi, dan meter air konsentrik, peralatan penghubung,
pemasangan, persyaratan khusus dalam pengoperasian awal meter
air yang baru atau yang diperbaiki untuk menjamin ketepatan
pengukuran dan kehandalan pembacaan meter air. Persyaratan
pemasangan meter air minum ini juga digunakan untuk meter air
yang dioperasikan dengan prinsip elektrik/elektronik, meter air
dengan prinsip mekanikal yang dihubungkan dengan peralatan
elektronik, dan untuk meter air dengan volume aktual. Hal ini
berlaku juga bagi meter air dengan peralatan elektronik tambahan.
CATATAN 1 Peralatan tambahan merupakan pilihan. Rekomendasi
dari persyaratan pemasangan ini digunakan tanpa tergantung
dengan teknologi, ditentukan sebagai pengintegrasian alat

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-13
pengukur yang secara kontinyu menentukan volume air yang
mengalir melalui peralatannya.
50. Pengukuran aliran air dalam saluran tertutup untuk meter air
minum - bagian 3: metode dan peralatan pengujian meter air
minum (ISO 4064-3 : 2005, MOD)
No : SNI 2418.3-2009, Kategori : SNI
Bagian ketiga dari SNI ini memuat metode pengujian dan hal-hal
yang harus dilakukan dalam menentukan karakteristik utama dari
meteran air sesuai dengan SNI 2547-2008, Bagian 1: Spesifikasi
meter air minum. Standar ini dipergunakan untuk menguji meter air
minum, meter air kosentrik dan meter air kombinasi yang dapat
tahan pada tekanan kerja maksimum yang diijinkan (MAP) sampai
sekurang-kurangnya 1 MPa (10 bar) atau 0,6 MPa (6 bar) untuk
meter air ? DN 500 mm, dan tahan sampai pada temperatur
maksimum yang dijinkan (MAT) 50º C. Standar ini juga dapat
dipakai untuk menguji meteran air yang prinsip kerjanya
berdasarkan sistem elektronik atau listrik, dan meter air yang
bekerja berdasarkan prinsip mekanik yang dilengkapi peralatan-
peralatan listrik, yang digunakan untuk mengukur debit aktual air
minum. Untuk meter-meter air yang mempunyai debit persamaan
kurang dari 160 m3/jam, agar bisa memenuhi keterbatasan yang
dimiliki suatu laboratorium uji, ketentuan pengujian bisa dilakukan
perubahan untuk memodifikasi kondisi referensi pada saat
pengujian daya tahan dan unjuk kerjanya.

E4. Pendekatan Teoritis


a. Tahap Study Literatur.
Untuk memperhitungkan ketersediaan dan kebutuhan air, data dan
informasi yang dapat diperoleh sangat menentukan keakuratan hasil
yang hendak dicapai, baik data hidrologi (curah hujan, muka air sungai,
debit) pada suatu pos hidrologi maupun data topografi (peta, luas DAS,
kemiringan dll), serta data-data pendukung lain untuk

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-14
memperhitungkan pemanfaatan air baik dari sisi sumberdaya air, tata
guna lahan/penataan ruang, data jumlah dan penyebaran penduduk,
pertanian, peternakan, industri dan lain-lain.
1. Analisis Ketersediaan Air
Salah satu aspek yang harus diketahui sebelum mengadakan
analisis neraca air untuk suatu daerah tertentu adalah jumlah
ketersediaan air. Ketersediaan air dalam pengertian sumberdaya
air pada dasarnya berasal dari air hujan (atmosferik), air
permukaan dan air tanah. Hujan yang jatuh di atas permukaan
pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) atau Wilayah Sungai
(WS) sebagian akan menguap kembali sesuai dengan proses
iklimnya, sebagian akan mengalir melalui permukaan dan sub
permukaan masuk ke dalam saluran, sungai atau danau dan
sebagian lagi akan meresap jatuh ke tanah sebagai imbuhan
(recharge) pada kandungan air tanah yang ada.
Ketersediaan air yang merupakan bagian dari fenomena alam,
sering sulit untuk diatur dan diprediksi dengan akurat. Hal ini
karena ketersediaan air mengandung unsur variabilitas ruang
(spatial variability) dan variabilitas waktu (temporal variability)
yang sangat tinggi. Oleh karena itu, analisis kuantitatif dan
kualitatif harus dilakukan secermat mungkin agar dapat
dihasilkan informasi yang akurat untuk perencanaan dan
pengelolaan sumberdaya air.
Air permukaan adalah air yang mengalir secara
berkesinambungan atau dengan terputus-putus dalam alur sungai
atau saluran dari sumbernya yang tertentu, dimana semua ini
merupakan bagian dari sistem sungai yang menyeluruh. Ilustrasi
dari proses terbentuknya aliran permukaan disajikan pada gambar
berikut..

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-15
Gambar
Ilustrasi Proses Terbentuknya Aliran Permukaan

Aliran yang terukur di sungai atau saluran maupun danau


merupakan potensi debit air permukaan, begitu halnya dengan
air yang mengalir ke dalam tanah, kandungan air yang tersimpan
dalam tanah merupakan potensi debit air tanah. Dari ketiga
sumber air tersebut di atas, yang mempunyai potensi paling
besar untuk dimanfaatkan adalah sumber air permukaan dalam
bentuk air di sungai, saluran, danau/waduk dan lainnya.
Penggunaan air tanah sangat membantu pemenuhan kebutuhan
air baku maupun air irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan
air permukaan, namun pemanfaatan air tanah membutuhkan
biaya operasional pompa yang sangat mahal.
Untuk analisis ketersediaan air permukaan, yang akan digunakan
sebagai acuan adalah debit andalan (dependable flow). Yang
paling berperan dalam studi ketersediaan air permukaan adalah
data rekaman debit aliran sungai. Rekaman tersebut harus
berkesinambungan dalam periode waktu yang dapat digunakan
untuk pelaksanaan proyek penyediaan air. Apabila penyadapan
air akan dilakukan dari sungai yang masih alami, maka
diperlukan rekaman data dari periode-periode aliran rendah
yang kristis yang cukup panjang, sehingga keandalan pasok air
dapat diketahui.
Debit andalan adalah suatu besaran debit pada suatu titik kontrol

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-16
(titik tinjau) di suatu sungai di mana debit tersebut merupakan
gabungan antara limpasan langsung dan aliran dasar. Debit ini
mencerminkan suatu angka yang dapat diharapkan terjadi pada
titik kontrol yang terkait dengan waktu dan nilai keandalan.
Keandalan yang dipakai untuk pengambilan bebas baik dengan
maupun tanpa struktur pengambilan adalah 80%, sedangkan
keandalan yang dipakai untuk pengambilan dengan struktur
yang berupa tampungan atau reservoir adalah sebesar 50%.
Untuk data aliran yang terbatas dan data hujan yang cukup
panjang maka data aliran tersebut dapat dibangkitkan dengan
menggunakan metoda pendekatan modelling hujan-aliran.Model
hujan-aliran yang digunakan adalah Metoda Mock. Metoda Mock
lebih sering dipakai dibandingkan dengan metoda-metoda yang
lain (SMAR, NRECA dl ) karena metoda ini dikembangkan di
Indonesia, penerapannya mudah dan menggunakan data yang
relatif lebih sedikit.
2. Debit Andalan
Untuk menentukan besarnya debit andalan dibutuhkan seri data
debit yang panjang yang dimiliki oleh setiap statiun pengamatan
debit sungai. Metoda yang sering dipakai untuk analisis debit
andalan adalah metoda statistik (rangking). Menurut Soemarto
(1987), pengamatan besarnya keandalan yang diambil untuk
penyelesaian optimum penggunaan air di beberapa macam
kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel E.1
Nilai Debit Andalan untuk Berbagai Macam Kegiatan
Kegiatan Keandalan
Penyediaan air minum 99 %
Penyediaan air industri 95 – 98 %
Penyediaan air irigasi
Daerah beriklim setengah lembab 70-85 %
Daerah beriklim kering 80-95 %
Pembangkit listrik tenaga air 85-90 %

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-17
Penetapan rangking dilakukan menggunakan analisis
frekuensi/probabilitas dengan rumus Weibul. Debit andalan
80% (Q80%) berarti bahwa probabilitas debit tersebut untuk
disamai atau dilampaui sebesar 80% yang berarti juga bahwa
kegagalan kemungkinan terjadi dengan probabilitas sebesar
100% dikurangi 80% atau boleh dikatakan sebesar 20%. Dapat
diartikan juga bahwa dalam 5 tahun ada kemungkinan satu tahun
gagal.
Prosedur analisis dimulai dengan mengurutkan seri data dari
urutan terbesar sampai ke yang terkecil. Selanjutnya dirangking
dimulai dengan rangking pertama (m=1) untuk data yang paling
besar dan seterusnya. Langkah ketiga dibuatkan kolom plotting
dengan rumus Weibul. Adapun Rumus Weibul adalah sebagai
berikut:
p= m/N+1
dimana :
P = probabilitas;
m = rangking; dan
N = jumlah data.
b. Pengukuran Debit
Debit adalah air yang mengalir persatuan waktu melalui suatu
penampang melintang palung sungai, pipa, pelimpah dan sebagainya.
Data debit diperlukan dalam studi-studi untuk menentukan volume
aliran atau perubahan-perubahannya yang diakibatkan oleh oleh
bangunan-bangunan di sungai oleh manusia. Karena besarnya debit
sama dengan luas penampang basah dikalikan kecepatan arus, maka
pengukurannya diarahkan terhadap dua faktor tersebut.
1. Pengukuran duga air
Duga air sungai adalah elevasi diatas datum nol muka air di pos
pengukur duga air yang ditentukan. Datum tersebut biasanya
ditentukan dari duga muka air laut, tetapi seringkali ditentukan
berdasarkan patokan setempat atau sembarang. Sekarang dengan
adanya GPS biasanya diambil dari patokan elevasi yang terbaca

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-18
dari GPS. Karena sulitnya mengukur debit secara langsung dan
menerus, dipandang lebih mudah mengukur duga air, yang dengan
demikian data primer yang dikumpulkan di pos penakar debit
adalah duga air.
2. Pencatat duga air (Automatic Water Level Recorder, AWLR )
Rambu pengukur guga air sangat murah biayanya, tetapi harus
sering dibaca untuk mendaptkan hidrograf jika muka air sungai
berubah secara cepat.utnuk mengatasi kesulitan ini dipakai alat
pencatat duga air (Autaomatic Water Level Recorder), dimana
gerakan pelampungnya karena perubahan muka air sungai dicatat
diatas suatu kertas grafik. Pencatatan dilakukan oleh sebuah pena
diatas grafik yang dilekatkan pada suatu drum yang diputar oleh
peralatan jam. Alat pencatat tersebut ditempatkan di dalam suatu
shelter. Pelampungnya ditempatkan di dalam pipa casing yang
dihubungkan dengan pipa intake ke sungai agar tidak terganggu
oleh sampah-sampah.
3. Pengukur debit
Cara-cara untuk mengukur debit sungai adalah dengan :
a. Mengukur kecepatan arus dan penampang melintang aliran
sungai.
Mengukur kecepatan arus seceara sederhana dapat dilakukan
dengan menggunakan pelampung. Pada suatu ruas sungai
dengan jarak yang ditentukan sepanjang L meter, kemudian
pelampung dilepaskan dari batas hulu dialirkan ke batas hilir.
Waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut
dicatat t detik, maka kecepatan dapat ditentukan dengan
membagi jarak (L) dengan lama waktu (t) atau V=L/t.
Pengukuran kecepatan dengan pelampung mengahasilkan
data kecepatan yang kurang akurat karena yang diukur hanya
kecepatan permukaan air saja. Untuk lebih akurat dapat
digunakan alat pengukur kecepatan ( current meter ) dengan
membagi luas dalam pias-pias dan pengukurannya pada

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-19
kedalaman 0,2 H, 0,6 H dan 0,8 h yang kemudian dirata-
ratakan.
b. Menggunakan bangunan pengukur debit, seperti bendung,
ambang tetap dan sebagainya
4. Cara pembuatan lengkung debit ( rating curve )
Lengkung debit mengambarkan hubungan antara duga air (H)
dengan debit aliran (Q), atau dapat dikatakan hubungan antara
dua buah variabel random H dan Q. Lengkung debit biasanya
dibuat pada lokasi sungai yang ada pencatatan duga air, sehingga
dengan mengetahui duga air sungai pada waktu tertentu maka
dapat ditentukan jumlah debit yang mengalir pada ruas sungai
tersebut.
Analisis aliran sungai didasarkan pada evaluasi statitistik
terhadap data istoris. Untuk mendapatkan debit perkiraan yang
akurat diperlukan data aliran sungai selama waktu yang panjang
(> 15 tahun). Jika elevasi muka air tidak tersedia maka
tketersediaan air dapat diturunkan dengan mengkonversikan data
curah hujan menjadi data aliran sungai menggunakan metode
simulasi.
5. Metoda Mock
Hasil penaksiran atau perkiraan debit limpasan (run off) tidak
bisa menggantikan dokumentasi data aliran sungai. Namun dalam
hal dimana sangat dibutuhkan tersedianya data tersebut, maka
diperlukan adanya penaksiran atau perkiraan. Ada banyak
metoda untuk menaksir debit limpasan. Akurasi dari masing-
masing metoda tersebut bergantung pada keseragaman dan
keandalan data yang tersedia. Salah satu metoda tersebut adalah
Metoda Mock.
Metoda Mock adalah suatu metoda untuk memperkirakan
keberadaan air berdasarkan konsep water balance. Keberadaan
air yang dimaksud di sini adalah besarnya debit suatu daerah
aliran sungai. Data yang digunakan untuk memperkirakan debit

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-20
ini berupa data klimatologi dan karakteristik daerah aliran sungai.
Metoda Mock dikembangkan oleh Dr. F. J. Mock berdasarkan atas
daur hidrologi. Metoda Mock merupakan salah satu dari sekian
banyak metoda yang menjelaskan hubungan rainfall-runoff.
Secara garis besar model rainfall-runoff bisa dilihat pada
Gambar B.2. Metoda Mock dikembangkan untuk menghitung
debit bulanan rata-rata. Data-data yang dibutuhkan dalam
perhitungan debit dengan Metoda Mock ini adalah data
klimatologi, luas dan penggunaan lahan dari catchment area.

Gambar
Bagan Alir Model Rainfall-Runoff

Pada prinsipnya, Metoda Mock memperhitungkan volume air yang


masuk, keluar dan yang disimpan dalam tanah (soil storage).
Volume air yang masuk adalah hujan. Air yang keluar adalah
infiltrasi, perkolasi dan yang dominan adalah akibat
evapotranspirasi. Perhitungan evapotranspirasi menggunakan
Metoda Penmann. Sementara soil storage adalah volume air yang
disimpan dalam pori-pori tanah, hingga kondisi tanah menjadi
jenuh. Secara keseluruhan perhitungan debit dengan Metoda
Mock ini mengacu pada water balance, dimana volume air total
yang ada di bumi adalah tetap, hanya sirkulasi dan distribusinya

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-21
yang bervariasi. Proses perhitungan yang dilakukan dalam
Metoda Mock dijelaskan secara umum dalam gambar berikut ini.
Gambar
Bagan alir perhitungan debit dalam Metoda Mock

A. Water Balance
Dalam siklus hidrologi, penjelasan mengenai hubungan antara aliran
ke dalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) di suatu daerah untuk
suatu perioda tertentu disebut neraca air atau keseimbangan air
(water balance). Hubungan-hubungan ini lebih jelas ditunjukkan oleh
Gambar B.4.
Bentuk umum persamaan water balance adalah:
P = Ea + ∆GS + TRO
dengan:
P = presipitasi.
Ea = evapotranspirasi.
∆GS = perubahan groundwater storage.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-22
TRO = total run off.
Water balance merupakan siklus tertutup yang terjadi untuk suatu
kurun waktu pengamatan tahunan tertentu, dimana tidak terjadi
perubahan groundwater storage atau ∆GS = 0. Artinya awal
penentuan groundwater storage adalah berdasarkan bulan terakhir
dalam tinjauan kurun waktu tahunan tersebut. Sehingga persamaan
water balance menjadi:
P = Ea + TRO
Beberapa hal yang dijadikan acuan dalam prediksi debit dengan
Metoda Mock sehubungan dengan water balance untuk kurun waktu
(misalnya 1 tahun) adalah sebagai berikut:
a. Dalam satu tahun perubahangroundwater storage (∆GS) harus
sama dengan nol.
b. Jumlah total evapotranspirasi dan total run off selama satu tahun
harus sama dengan total presipitasi yang terjadi dalam tahun itu.
Dengan tetap memperhatikan kondisi-kondisi batas water balance di
atas, maka prediksi debit dengan Metoda Mock diharapkan dapat
akurat.
Gambar
Sirkulasi Air

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-23
B. Data Iklim
Data iklim yang digunakan dalam Metoda Mock adalah presipitasi,
temperatur, penyinaran matahari, kelembaban relatif dan data
kecepatan angin. Secara umum data-data ini digunakan untuk
menghitung evapotranspirasi. Dalam Metoda Mock, data-data iklim
yang dipakai adalah data bulanan rata-rata, kecuali untuk presipitasi
yang digunakan adalah jumlah data dalam satu bulan. Notasi dan
satuan yang dipakai untuk data iklim ditabelkan pada tabel berikut.
Tabel E.2
Notasi dan Satuan Parameter Iklim

C. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi merupakan faktor penting dalam memprediksi
debit dari data curah hujan dan klimatologi dengan menggunakan
Metoda Mock. Alasannya adalah karena evapotranspirasi ini
memberikan nilai yang besar untuk terjadinya debit dari suatu daerah
aliran sungai. Evapotranspirasi diartikan sebagai kehilangan air dari
lahan dan permukaan air dari suatu daerah aliran sungai akibat
kombinasi proses evaporasi dan transpirasi. Lebih rinci tentang
evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi aktual diuraikan di
bawah ini.
1. Evapotranspirasi Potensial
Evapotranspirasi potensial adalah evapotranspirasi yang mungkin
terjadi pada kondisi air yang tersedia berlebihan. Faktor penting yang
mempengaruhi evapotranspirasi potensial adalah tersedianya air yang
cukup banyak. Jika jumlah air selalu tersedia secara berlebihan dari
yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi, maka

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-24
jumlah air yang ditranspirasikan relatif lebih besar dibandingkan
apabila tersedianya air di bawah keperluan.
Beberapa rumus empiris untuk menghitung evapotranspirasi
potensial adalah rumus empiris dari: Thornthwaite, Blaney-Criddle,
Penman dan Turc-Langbein-Wundt. Dari rumus-rumus empiris di
atas, Metoda Mock menggunakan rumus empiris dari Penman. Rumus
empiris Penman memperhitungkan banyak data klimatologi yaitu
temperatur, radiasi matahari, kelembaban, dan kecepatan angin
sehingga hasilnya relatif lebih akurat.
Perhitungan evaporasi potensial Penman didasarkan pada keadaan
bahwa agar terjadi evaporasi diperlukan panas. Menurut Penman
besarnya evapotranspirasi potensial diformulasikan sebagai berikut:

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-25
“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional
Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-26
Formulasi inilah yang dipakai dalam Metoda Mock untuk menghitung
besarnya evapotranspirasi potensial dari data-data klimatologi yang
lengkap (temperatur, lama penyinaran matahari, kelembaban relatif,
dan kecepatan angin). Besarnya evapotranspirasi potensial ini

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-27
dinyatakan dalam mm/hari. Untuk menghitung besarnya
evapotranspirasi potensial dalam 1 bulan maka kalikan dengan jumlah
hari dalam bulan itu. Besarnya A, B dan ea tergantung pada
temperatur rata-rata. Besarnya radiasi matahari tergantung letak
lintang. Besarnya radiasi matahari ini berubah-ubah menurut bulan.
Koefisien refleksi sangat berpengaruh pada evapotranspirasi.

2. Evapotranspirasi Aktual
Jika dalam evapotranspirasi potensial air yang tersedia dari yang
diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi berlebihan, maka
dalam evapotranspirasi aktual ini jumlah air tidak berlebihan atau
terbatas. Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang
terjadi pada kondisi air yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi
aktual dipengaruhi oleh proporsi permukaan luar yang tidak
tertutupi tumbuhan hijau (exposed surface) pada musim kemarau.
Besarnya exposed surface (m) untuk tiap daerah berbeda-beda. F.J.
Mock mengklasifikasikan menjadi tiga daerah dengan masing-masing
nilai exposed surface ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel
Exposed surface (m)

Selain exposed surface evapotranspirasi aktual juga dipengaruhi oleh


jumlah hari hujan (n) dalam bulan yang bersangkutan. Menurut Mock
rasio antara selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi
aktual dengan evapotranspirasi potensial dipengaruhi oleh exposed
surface (m) dan jumlah hari hujan (n), seperti ditunjukan dalam
formulasi sebagai berikut.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-28
Dari formulasi diatas dapat dianalisis bahwa evapotranspirasi
potensial akan sama dengan evapotranspirasi aktual (atau ∆E = 0)
jika:
a. Evapotranspirasi terjadi pada hutan primer atau hutan sekunder.
Dimana daerah ini memiliki harga exposed surface (m) sama
dengan nol (0).
b. Banyaknya hari hujan dalam bulan yang diamati pada daerah itu
sama dengan 18 hari.
Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi potensial yang
memperhitungkan faktor exposed surface dan jumlah hari hujan
dalam bulan yang bersangkutan. Sehingga evapotranspirasi actual
adalah evapotranspirasi yang sebenarnya terjadi atau actual
evapotranspiration,
dihitung sebagai berikut:
Eactual = EP − ∆E

D. Water Surplus
Water surplus didefinisikan sebagai air hujan (presipitasi) yang telah
mengalami evapotranspirasi dan mengisi tampungan tanah (soil
torage,disingkat SS). Water surplus ini berpengaruh langsung pada
infiltrasi atau perkolasi dan total run off yang merupakan komponen
debit. Persamaan water surplus (disingkat WS) adalah sebagai
berikut:

WS = (P – Ea) + SS

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-29
Dengan memperhatikan Gambar B.5, maka water surplus
merupakan air limpasan permukaan ditambah dengan air yang
mengalami infiltrasi. Tampungan kelembaban tanah (soil moisture
storage, disingkat SMS) terdiri dari kapasitas kelembaban tanah (soil
moisture capacity, disingkat SMC), zona infiltrasi, limpasan
permukaan tanah dan tampungan tanah (soil storage, disingkat SS).
Gambar
Water Surplus Merupakan Presipitasi yang telah mengalami
Evapotranspirasi atau Limpasan yang ditambah Infiltrasi

Besarnya soil moisture capacity (SMC) tiap daerah tergantung dari


tipe tanaman penutup lahan (land cover) dan tipe tanahnya, seperti
ditunjukkan dalam Tabel B.5. Dalam studi yang dilakukan Mock di
daerah aliran sungai di Bogor, ditetapkan besarnya kapasitas
kelembaban tanah maksimum adalah 200 mm/bulan. Dalam Metoda
Mock, tampungan kelembaban tanah dihitung sebagai berikut:
SMS = ISMS + (P – Ea)
dengan:
ISMS = initial soil moisture storage (tampungan kelembaban tanah
awal), merupakan soil moisture capacity (SMC) bulan sebelumnya.
P–Ea = presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-30
Tabel
Nilai Soil Moisture Capacity untuk Berbagai Tipe Tanaman dan Tipe Tanah

Asumsi yang dipakai oleh Dr. F.J. Mock adalah air akan memenuhi SMC
terlebih dahulu sebelum water surplus tersedia untuk infiltrasi
dan perkolasi yang lebih dalam atau melimpas langsung (direct run
off). Ada dua keadaan untuk menentukan SMC, yaitu:

a) SMC = 200 mm/bulan, jika P – Ea < 0.


Artinya soil moisture storage (tampungan tanah lembab) sudah
mencapai kapasitas maksimumnya atau terlampaui sehingga air
tidak disimpan dalam tanah lembab. Ini berarti soil storage (SS)

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-31
sama dengan nol dan besarnya water surplus sama dengan P - Ea.
b) SMC = SMC bulan sebelumnya + (P – Ea), jika P – Ea < 0.
Untuk keadaan ini, tampungan tanah lembab (soil moisture
storage) belum mencapai kapasitas maksimum, sehingga ada air
yang disimpan dalam tanah lembab. Besarnya air yang disimpan
ini adalah P – Ea. Karena air berusaha untuk mengisi kapasitas
maksimumnya, maka untuk keadaan ini tidak ada water surplus
(WS = 0).
Selanjutnya WS ini akan mengalami infiltrasi dan melimpas di
permukaan (run off). Besarnya infiltrasi ini tergantung pada koefisien
infiltrasi.

E. Limpasan Total
Air hujan yang telah mengalami evapotranspirasi dan disimpan dalam
tanah lembab selanjutnya melimpas di permukaan (surface run off)
dan mengalami perkolasi. Berikutnya, menurut Mock besarnya
infiltrasi adalah water surplus (WS) dikalikan dengan koefisien
Infiltrasi (if), atau:
Infiltrasi (i) = WS x if
Koefisien infiltrasi ditentukan oleh kondisi porositas dan kemiringan
daerah pengaliran. Lahan yang bersifat porous umumnya memiliki
koefisien yang cenderung besar. Namun jika kemiringan tanahnya
terjal dimana air tidak sempat mengalami infiltrasi dan perkolasi ke
dalam tanah, maka koefisien infiltrasinya bernilai kecil.
Infiltrasi terus terjadi sampai mencapai zona tampungan air tanah
(groundwater storage, disingkat GS). Keadaan perjalanan air di
permukaan tanah dan di dalam tanah diperlihatkan dalam Gambar
F.6.
Dalam Metoda ini, besarnya groundwater storage (GS) dipengaruhi
oleh:
a. Infiltrasi (i). Semakin besar infiltrasi maka groundwater torage
semakin besar pula, dan begitu pula sebaliknya.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-32
b. Konstanta resesi aliran bulanan (K). Konstanta resesi aliran
bulanan (monthly flow recession constan) disimbolkan dengan K
adalah proporsi dari air tanah bulan lalu yang masih ada bulan
sekarang. Nilai K ini cenderung lebih besar pada bulan basah.
c. Groundwater storage bulan sebelumnya (GSom). Nilai ini
diasumsikan sebagai konstanta awal, dengan anggapan bahwa
water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama
rentang waktu menerus tahunan tertentu.
Dengan demikian maka nilai asumsi awal bulan pertama tahun
pertama
harus dibuat sama dengan nilai bulan terakhir tahun terakhir.
Dari ketiga faktor di atas, Mock merumuskan sebagai berikut:
GS = { 0,5 x (1 + K) x i } + { K x GSom }
Gambar
Perjalanan Air Hujan sampai terbentuk Debit

Seperti telah dijelaskan, metoda Mock adalah metoda untuk


memprediksi debit yang didasarkan padawater balance. Oleh sebab
itu, batasan-batasanwater balance ini harus dipenuhi. Salah satunya
adalah bahwa perubahan groundwater storage (∆GS) selama rentang
waktu tahunan tertentu adalah nol, atau (misalnya untuk 1 tahun):

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-33
Perubahangroundwater storage (∆GS) adalah selisih antara
groundwater storage bulan yang ditinjau dengan groundwater
storage bulan sebelumnya. Perubahan groundwater storage ini
penting bagi terbentuknya aliran dasar sungai (base flow, disingkat
BF). Dalam hal ini base flow merupakan selisih antara infiltrasi
dengan perubahan groundwater storage, dalam bentuk persamaan:
BF = i - ∆GS
Jika pada suatu bulan ∆GS bernilai negatif (terjadi karena GS bulan
yang ditinjau lebih kecil dari bulan sebelumnya), maka base flow
akan lebih besar dari nilai Infiltrasinya. Karenawater balance
merupakan siklus tertutup dengan perioda tahunan tertentu
(misalnya 1 tahun) maka perubahan groundwater storage (∆GS)
selama 1 tahun adalah nol. Dari persaman di atas maka dalam 1 tahun
jumlah base flow akan sama dengan jumlah infiltrasi.
Selain base flow, komponen debit yang lain adalah direct run off
(limpasan langsung) atau surface run off (limpasan permukaan).
Limpasan permukaan berasal dari water surplus yang telah
mengalami infiltrasi. Jadi direct run off dihitung dengan persamaan:
DRO = WS - i
Setelah base flow dan direct run off komponen pembentuk debit yang
lain adalah storm run off, yaitu limpasan langsung ke sungai yang
terjadi selama hujan deras. Storm run off ini hanya beberapa persen
saja dari hujan. Storm run off hanya dimasukkan ke dalamtotal run
off, bila presipitasi kurang dari nilaimaksimum soil moisture
capacity. Menurut Mockstorm run off dipengaruhi oleh percentage
factor, disimbolkan dengan PF.Percentage factor adalah persen hujan
yang menjadi limpasan. Besarnya PF oleh Mock disarankan 5% -
10%, namun tidak menutup kemungkinan untuk meningkat secara
tidak beraturan hingga mencapai 37,3%.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-34
Dalam perhitungan debit ini, Mock menetapkan bahwa:
i. Jika presipitasi (P) > maksimum soil moisture capacity maka nilai
storm run off = 0.
ii. Jika P < maksimum soil moisture capacity maka storm run
off adalah jumlah curah hujan dalam satu bulan yang
bersangkutan dikali percentage factor, atau: SRO = P x PF

Dengan demikian maka total run off (TRO) yang merupakan


komponen-komponen pembentuk debit sungai (stream flow) adalah
jumlah antarabase flow, direct run off dan storm run off, atau:
TRO = BF + DRO + SRO
Total run off ini dinyatakan dalam mm/bulan. Maka jika TRO ini
dikalikan dengan catchment area (luas daerah tangkapan air) dalam
km2 dengan suatu angka konversi tertentu didapatkan besaran debit
dalam m3/det.

F. Parameter Mock
Secara umum, parameter-parameter yang dijelaskan berikut ini
mempengaruhi besarnya evapotranspirasi, infiltrasi, groundwater
storage dan storm run off.
a. Koefisien refleksi (r), yaitu perbandingan antara jumlah radiasi
matahari yang dipantulkan oleh suatu permukaan dengan jumlah
radiasi yang terjadi, yang dinyatakan dalam persen. Koefisien
refleksi ini berbeda-beda untuk tiap permukaan bumi. Menurut
Mock, rata-rata permukaan bumi mempunyaiharga koefisien
refleksi sebesar 40%. Mock telah mengklasifikasikan tiap
permukaan bumi dengan nilai koefisien refleksinya masing-
masing. Koefisien refleksi untuk masing-masing permukaan bumi.
b. Exposed surface(m), yaitu asumsi proporsi permukaan luar yang
tidak tertutupi tumbuhan hijau pada musim kering dan
dinyatakan dalam persen.
Besarnya harga m ini, tergantung daerah yang diamati. Mock

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-35
mengklasifikasikan menjadi tiga bagian daerah, yaitu hutan primer
atau sekunder, daerah tererosi dan daerah ladang pertanian.
Besarnya harga exposed surface ini berkisar antara 0% sampai
50% dan sama untuk tiap bulan.
c. Koefisien infiltrasi (if), adalah koefisien yang didasarkan pada
kondisi porositas tanah dan kemiringan daerah pengaliran.
Koefisien infiltrasi mempunyai nilai yang besar jika tanah bersifat
porous, sifat bulan kering dan kemiringan lahannya tidak terjal.
Karena dipengaruhi sifat bulan maka if ini bisa berbeda-beda
untuk tiap bulan. Harga minimum koefisien infiltrasi bisa dicapai
karena kondisi lahan yang terjal dan air tidak sempat mengalami
infiltrasi.
d. Konstanta resesi aliran (K), yaitu proporsi dari air tanah bulan
lalu yang masih ada bulan sekarang. Pada bulan hujan Nilai K
cenderung lebih besar, ini berarti tiap bulan nilai K ini berbeda-
beda. Harga K suatu bulan relatif lebih besar jika bulan sebelumnya
merupakan bulan basah.
e. Percentage factor (PF), merupakan persentase hujan yang
menjadi limpasan. Digunakan dalam perhitungan storm run off
pada total run off. Storm run off hanya dimasukkan kedalam total
run off bila P lebih kecil dari nilai maksimum soil moisture
capacity. Besarnya PF oleh Mock disarankan berkisar 5%-10%,
namun tidak menutup kemungkinan untuk meningkat secara
tidak beraturan sampai harga 37,3%.

G. Analisis Kebutuhan Air


Kebutuhan air secara umum dapat dibagi dalam dua kategori yaitu
kebutuhan air yang digunakan untuk keperluan irigasi dan kebutuhan
air yang digunakan untuk keperluan non irigasi. Untuk kebutuhan air
baku merupakan kebutuhan air non irigasi yang masih dibagi menjadi
kebutuhan air untuk keperluan domestik, non domestik, industri,
peternakanperikanan danpenggelontoran/perawatan sungai.Untuk

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-36
memperkirakan kebutuhan air untuk keperluan-keperluan tersebut,
digunakan pendekatan berdasarkan batas administrasi. Untuk
selanjutnya pembahasan akan dibatasi masalah kebutuhan air baku
sesuai dengan judul pekerjaan yang akan dilaksanakan.

a. Proyeksi Kebutuhan
Analisis kebutuhan air yang meliputi kebutuhan air baku, domestik,
non domestik, industri, peternakan, dan perikanan selain dilakukan
untuk kebutuhan air saat ini juga dilakukan untuk kebutuhan air di
masa akan datang dimana faktor-faktor utama yang mempengaruhi
kebutuhan tersebut akan mengalami perubahan. Jumlah dan
penyebaran penduduk menentukan kuantitas kebutuhan air
sedangkan laju perubahan penggunaan lahan juga sangat menentukan
kuantitas kebutuhan air untuk irigasi dan perikanan. Untuk
memproyeksikan jumlah penduduk dan perubahan penggunaan lahan
secara tepat adalah sangat sulit. Banyak pendekatan yang dapat
dilakukan, salah satunya adalah dengan menggunakan metode
pendekatan eksponensial yang telah direkomendasikan di dalam buku
Pedoman Perencanaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang telah
diterbitkan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air tahun 2001. Metode
ini memakai anggapan persentase pertumbuhan penduduk dan
perubahan lahantiap-tiap tahun adalah konstan. Persamaannya dapat
dituliskan sebagai berikut:
Pt = P(1 + r)t
dimana:
Pt = populasi atau luas lahan t tahun yang akan datang (orang atau
ha),
P = populasi atau luas lahan waktu dasar yang ditinjau (orang atau
ha),
r = perkembangan penduduk atau perubahan luas lahan tiap tahun
(%),
t = banyaknya tahun yang diproyeksikan.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-37
b. Penduduk
Perhitungan proyeksi penduduk pada prinsipnya adalah suatu usaha
perkiraan/ peramalan yang didasrkan pada trend/ kecendrungan
yang dihasilkan dari sejumlah data yang ada pada tahun-tahun
sebelumnya (data berkala). Pola pertumbuhan penduduk secara tidak
langsung dipengaruhi oleh luas wilayah, potensi ekonomi dan
perkembangan kota. Dengan demikian metode proyeksi penduduk
yang akan digunakan metoda yang paling sesuai untuk kondisi kota
tersebut.
Walaupun metoda proyeksi dapat berbeda untuk setiap kasus, akan
tetapi pada akhir pertumbuhan penduduk akan mencapai satu tingkat
jenuh (saturated), dimana tahun-tahun selanjutnya angka
pertumbuhan penduduk menjadi relatif kecil.
Ada beberapa metoda statistik untuk melakukan perhitungan
proyeksi penduduk yaitu
1. Metoda Aritmatik
2. Metoda Geometrik
3. Metoda Regresi Linear ( Least Aquare )
4. Metoda Trend Logostik.
Skema mengenai proyeksi penduduk digambarkan pada gambar
berikut:

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-38
Gambar
Skema Proyeksi Jumlah Penduduk

SKEMA PROYEKSI PENDUDUK

METODE
ARITMATIK

LUAS WILAYAH
KOTA

METODE
GEOMETRIK

POTENSI METODE
POLA
EKONOMI PROYEKSI
PERTUMBUHAN
PENDUDUK
PENDUDUK

METODE
REGRESI

POTENSI
PERKEMBANGAN
KOTA

METODE TREND
LOGISTIK

Proyeksi penduduk dengan masing-masing metode dapat dijelaskan


sebagai berikut :
1. Metoda Arithmatik
Metoda ini biasanya disebut juga dengan rata-rata hitung. Metoda
arithmatik digunakaan apabila data berkala menunjukkan jumlah
penambahan (absolut number) yang relatif sama setiap tahunnya. Hal
seperti itu terjadi pada kota yang luas wilaya yang kecil, tingkat
pertumbuhan ekonomi rendah dan pengembangan (pertumbuhan)
kota yang tidak terlalu pesat.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-39
Alasan penggunaan metoda arithmatik pada jenis kota demikian,
adalah dengan pertimbangan bahwa kota yang memiliki pertumbuhan
ekonomi yang rendah dan potensi pengembangan kota yang tidak
terlalu pesat, akan menghasilkan pertumbuhan penduduk yang kecil
dan lambat.
Metoda proyeksi yang tepat untuk kondisi seperti itu adalah metoda
arithmatik.
Rumus metoda Arithmatik adalah :
Pn = Po + ka (Tn – To)
P2 – P1
Ka = ----------------
T2 – T1
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
Tn = Tahun ke n yang diproyeksikan
To = Tahun dasar
Ka = Konstanta arithmatik
P1 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun pertama.
P2 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
T1 = Tahun pertama yang diketahui
T2 = Tahun terakhir yang diketahui

2. Metoda Geometrik
Pada dasarnya metoda geometrik ini adalah suatau rumus eksponsial.
Trend Eksponsial sering digunakan untuk meramal data/kejadian lain
yang perkembangan atau pertumbuhannya sangat cepat (berkembang
secara geometrik). Untuk keprluan proyeksi jumlah penduduk,
metoda ini digunakan bila data jumlah penduduk menunjukan
peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu (pertumbuhan bersifat
eksponensial).

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-40
Pengujian terhadap sifat eksponensial pada data berkala, adalah
dengan menghitung pebandingan dari data tahun tertentu, terhadap
tahun sebelumnya. Apabila perbandingan tersebut menunjukkan
harga yang relatif konstan, maka metode proyeksi yang tepat adalah
metoda geometrik.
Rumus metoda geometrik adalah :
Pn = Po ( 1 + r )n
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun terakhir
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
r = Tingkat pertumbuhan
n = Jumlah interval tahun

Untuk melakukan peramalan di tahun mendatang, maka persamaan di


atas dapat diubah menjadi :
r = ( Pn / Po ) 1 / n - 1

Metode Geometrik ini akan menghasilkan jumlah penduduk yang


bertambah secara eksponensial. Metode ini tepat untuk diterapkan
pada kasus pertumbuhan penduduk di kota yang pertumbuhan
ekonominya tinggi dan perkembangan kotanya pesat.
3. Metoda Least Square
Salah satu metode peramalan dengan garis regresi sederhana adalah
dengan menggunakan metoda Least Square, persamaan yang
digunakan dalam metode Least Square ini adalah :
y = a + bx
dimana :
y = nilai variabel Y berdasarkan garis regresi
a = Konstanta
b = Koefisien arah regresi linear
x = Variabel independen X

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-41
adapun persamaa a dan b adalah :
Y . (X )2 - X .  XY
a = -------------------------------
n. XY - (X)2

n. X.Y - X . Y
b = -------------------------------
n. X2 - (X)2

bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka koefisien a dapat


ditentukan dengan persamaan lain :
_ _
a =Y–bX

dimana Y dan X masing-masing adalah rata-rata untuk variabel X dan


Y.
Metode ini dapat digunakan apabila diagram pancar dari data jumlah
penduduk yang ada di tahun-tahun sebelumnya, terletak disebuah
garis lurus dan menunjukkan adanya kecenderungan linearitas.
Dengan demikian dapat diduga regresinya demikian.

4. Trend Logistik
Trend ini biasanya digunakan untuk mewakili data yang
menggambarkan perkembangan yang mula-mula tumbuh dengan
cepat sekali akan tetapi lambat laun kecepatan pertumbuhannya
makin berkurang sampai mencapai titik jenuh (saturation point).
Untuk diperlukan data lengkap, yang lebih banyak agar diperoleh
gambaran mengenai perkembangan jumlah penduduk dengan jelas.
Pertumbuhan seperti ini terjadi pada Kota besar yang telah mencapai
kondisi jenuh. Kurva logistik ini disebut juga Pearl and Read curve.
Ada beberapa buah metode statistik yang menggambarkan
pertumbuhan kurva seperti ini, seperti : Decreasing Rate Of Increase,
Gomperz Model Curve.
Bentuk persamaan trend logistik adalah:

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-42
k
Y = --------------
1 – 10 a – bx

Y = Jumlah penduduk pada tahun ke X


k = a dan b : konstanta
x = jumlah tahun proyeksi

Bila harga X menjadi sangat besar (tak terhingga), yang berarti pada
tahun tertentu di masa datang, jumlah penduduk akan mencapai
asymtot ( batas atas ).
C. Kebutuhan Air Rumah Tangga
Kebutuhan air rumah tangga atau domestik adalah kebutuhan air
untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Kebutuhan air
rumah tangga tersebut antara lain:
• Minum.
• Memasak
• Mandi, cuci, kakus (MCK).
• Lain-lain seperti cuci mobil, menyiram tanaman dan sebagainya.
Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air domestik saat ini dan di
masa yang akan datang dihitung berdasarkan jumlah penduduk,
tingkat pertumbuhan penduduk dan kebutuhan air perkapita.
Kebutuhan air perkapita dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan
kebiasaan atau tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, dalam
memperkirakan besarnya kebutuhan air domestik perlu dibedakan
antara kebutuhan air untuk penduduk daerah urban (perkotaan) dan
daerah rural (perdesaan). Adanya pembedaan kebutuhan air
dilakukan dengan pertimbangan bahwa penduduk di daerah urban
cenderung memanfaatkan air secara berlebih dibandingkan
penduduk di daerah rural. Besarnya konsumsi air dapat mengacu
pada berbagai macam standar yang telah dipublikasikan.
Besarnya kebutuhan air untuk tiap orang per hari berdasarkan

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-43
standar dari Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a) Kebutuhan untuk penduduk kota besar sebesar 120
liter/kapita/hari.
b) Kebutuhan untuk penduduk kota kecil sebesar 80
liter/kapita/hari.
c) Kebutuhan untuk penduduk pedesaan sebesar 60
liter/kapita/hari.

D. Kebutuhan Air Perkotaan


Kebutuhan air non domestik atau sering juga disebut kebutuhan air
perkotaan (municipal) adalah kebutuhan air untuk fasilitas kota,
seperti fasilitas komersial, fasilitas pariwisata, fasilitas ibadah,
fasilitas kesehatan dan fasilitas pendukung kota lainnya misalnya
pembersihan jalan, pemadam kebakaran, sanitasi dan penyiraman
tanaman perkotaan. Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat
ditentukan oleh banyaknya fasilitas perkotaan. Kebutuhan ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat dinamika kota dan jenjang suatu kota.
Untuk memperkirakan kebutuhan air perkotaan suatu kota maka
diperlukan data-data lengkap tentang fasilitas pendukung kota
tersebut. Cara lain untuk menghitung besarnya kebutuhan perkotaan
adalah dengan menggunakan standar kebutuhan air perkotaan yang
didasarkan pada kebutuhan air rumah tangga.
Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat diperoleh dengan
prosentase dari jumlah kebutuhan rumah tangga, berkisar antara 25 -
40% dari kebutuhan air rumah tangga. Angka 40% berlaku khusus
untuk kota metropolitan yang memiliki kepadatan penduduk sangat
tinggi seperti Jakarta. Tabel B.6 menampilkan standar yang dapat
digunakan untuk menghitung kebutuhan air perkotaan apabila data
rinci mengenai fasilitas kota dapat diperoleh.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-44
Tabel
Target Konsumsi Kategori Kota
Target
No Kategori Kota Jumlah Populasi Konsumsi Air L
/ Org / Hr
1 Kota >1.000.000 120 – 200
2 Metropolitan 500.000 – 100 – 150
3 Kota Besar 1.000.000 90 – 125
4 Kota Sedang 100.000 – 500.000 60 – 100
5 Kota Kecil 10.000 – 100.000 45 - 60
Desa < 10.000

E5. Metodologi Pekerjaan


Dalam melaksanakan pekerjaan Secara umum di dalam melaksanakan
pekerjaan Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Regional Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi Penyedia Jasa telah
menyusun tahapan pekerjaan sebagai berikut :
A) Tahap Pekerjaan Persiapan
Kegiatan pada Tahap Pekerjaan Persiapan meliputi :
1) Mobilisasi dan Perijinan
Mobilisasi disini meliputi :
- Mobilisasi Personil yaitu mobilisasi personil yang
melaksanakan pekerjaan yang dilakukan secara bertahap
sesuai kebutuhan personil pada tahapan pekerjaan yang
sedang dilaksanakan.
- Mobilisasi Peralatan yaitu penyiapan kantor/ruang kerja
beserta perlengkapannya, komputer dan printer, telpon/fax,
kendaraan roda 4 dan roda 2.
- Mobilisasi Bahan yaitu alat tulis kantor (kertas, tinta, dll).

Perijinan disini meliputi pengurusan semua perijinan yang


diperlukan, diantaranya :
 Ijin operasional pekerjaan survey air baku dan survey
topografi, survey kependudukan dan survey penggunaan air
bersih.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-45
 Ijin untuk pencarian data-data di instansi terkait.

2) Pemahaman KAK dan Identifikasi Pekerjaan


Pemahaman KAK dan Identifikasi Pekerjaan meliputi latar
belakang, maksud dan tujuan, lingkup pekerjaan, lokasi pekerjaan,
jangka waktu pelaksanaan, tenaga ahli yang dibutuhkan, laporan
yang harus diserahkan dan diskusi.
Kemudian dilanjutkan menyusun jadual pelaksanaan pekerjaan
dengan mendasarkan pada alokasi waktu yang telah ditentukan
baik global maupun masing-masing tenaga ahli sesuai dengan
sistematika keterpaduan dalam pelaksanaan pekerjaan studi.
Dengan mengacu pada biaya kontrak maka dibuatkan Kurva “S”
sebagai alat kontrol dalam pencapaian proses pelaksanaan
pekerjaan.

3) Pengumpulan data.
Pengumpulan data penunjang untuk perhitungan ketersediaan
dan kebutuhan air ini hanya meliputi data sekunder, sedangkan
data primer sebatas diperlukan untuk pengecekan lapangan di
lokasi-lokasi tertentu untuk penempatan bangunan-bangunan
pengambilan air utama. Selain pengumpulan data dari instansi-
instansi terkait juga dilakukan wawancara dengan para pelaksana
di lapangan dan masyarakat tersebut guna mendukung perolehan
informasi kondisi pelayanan air bersih di wilayah studi.
Secara rinci peta-peta yang dikumpulkan untuk melakukan
perhitungan ketersediaan dan kebutuhan air meliputi:
1. Peta Topografi
Peta topografi dapat diperoleh dari Bakosurtanal (Badan
Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional). Ada 2 macam peta
topografi yang diperoleh. Yang pertama adalah peta dengan
skala 1 : 250.000 dalam format digital, sedangkan yang kedua
adalah peta dengan skala 1 : 25.000 dalam format cetakan/hard

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-46
copy. Peta ini menjadi peta dasar dalam pekerjaan ini. Dengan
acuan peta ini dilakukan pelacakan terhadap semua daerah
aliran sungai (DAS) untuk setiap sungai yang ada sesuai
dengan letak geografis dan kontur ketinggian di DAS tersebut.

2. Peta Prasarana
Peta prasarana diperoleh dari Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah. Berhasil diperoleh peta prasarana dalam
tingkat Kabupaten. Dalam peta tersebut dicantumkan
prasarana-prasarana utama yang terdapat di suatu kabupaten
termasuk juga prasarana sumberdaya air yang meliputi
bendung, bendungan, embung, maupun waduk. Dengan bantuan
peta ini dapat ditentukan titik-titik pengambilan dengan lebih
tepat sesuai dengan kondisi di lapangan.

3. Peta Tata Guna Lahan dan Penutupan Lahan


Data tata guna lahan dan penutupan lahan sangat penting
sifatnya dalam melakukan analisis terhadap kejadian banjir dan
kekeringan. Agar data tata guna lahan dan penutupan lahan ini
benar-benar sesuai dengan keadaan di Kabuapten Kampar saat
ini.

4. Peta Administrasi
Peta batas-batas wilayah administrasi diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS). Dengan peta ini maka diperoleh batas-
batas wilayah yang administrasi sesuai dengan
perkembangannya. Batas-batas ini sangat berguna karena
kebijakan biasanya lebih mudah dilaksanakan apabila dibuat
sesuai dengan wilayah administrasi yang jelas.
Sedangkan data-data sekunder pendukung lainnya yang
dikumpulkan meliputi:

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-47
1. Data Iklim dan Curah Hujan
Data iklim meliputi data temperatur, kelembaban, kecepatan
angin, penyinaran matahari dan evaporasi yang umumnya
tersedia di BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) yang
memiliki banyak stasiun pengamatan iklim yang tersebar di
Kabupaten Kampar. Data curah hujan selain dapat dikumpulkan
dari BMG dapat juga dikumpulkan dari Dinas Pengairan dan atau
Balai Penyuluh Pertanian. Selain itu tiap balai PSDA biasanya
memiliki bagian hidrologi yang juga mengadakan pengamatan
curah hujan. Data iklim minimal dengan seri data 5 tahun
terakhir dan data hujan dengan seri data minimal 25 tahun
pengamatan.

2. Data Debit Aliran Sungai


Data debit sungai-sungai yang tersebar di Kabupaten Kampar
dan sekitarnya dapat diperoleh dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Air (Pusair) Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah yang mengelola jaringan
pos pengamatan muka air sungai-sungai di Sumatera. Selain itu
data tersebut juga dapat diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat di daerah-daerah. Data ini sangat
diperlukan untuk menghitung ketersediaan air permukaan. Agar
dapat dianalisis debit andalannya maka panjang pengamatan
minimal adalah 5 tahun.

3. Data Pemanfaatan Sumber Air


Data ini meliputi pemanfaatan sumber air seperti air tanah, air
permukaan dan air hujan untuk keperluan domestik (air minum
dan rumah tangga), non domestik (perkantoran, perdagangan,
hidran umum), industri, irigasi, pertanian, peternakan dan lain
sebagainya.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-48
4. Data Potensi Air Tanah
Data ketersediaan air tanah umumnya belum banyak tersedia
dan memerlukan studi lebih lanjut untuk dapat mengetahui
potensi air tanah di tiap-tiap daerah. Untuk dapat menyatakan
ketersediaan air tanah pada suatu daerah maka digunakan peta
cekungan air tanah yang sudah diperoleh dari Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral. Kapasitas aliran tertekan
maupun bebas pada cekungan-cekungan tersebut akan
didistribusikan ke wilayah-wilayah yang ada di atasnya dengan
volume sesuai dengan perbandingan luasnya.

5. Data Kependudukan
Untuk dapat melakukan proyeksi pertumbuhan kebutuhan air
untuk masing-masing daerah. Untuk itu digunakan data statistik
dari Propinsi Dalam Angka yang juga oleh dikeluarkan Badan
Pusat Statistk (BPS). Buku Propinsi dalam Angka menyajikan
data statistik dari berbagai sektor yang berasal dari instansi
pemerintah maupun swasta propinsi yang terkait serta
beberapa data dari sensus dan survei yang dilakukan oleh BPS.

B) Tahap Survey Pengukuran.

Pada tahap survey pengukuran akan dilakukan pekerjaan lapangan


dengan melakukan survey dan pengukuran pada lokasi yang dianggap
perlu untuk diukur terutama guna menentukan lokasi bangunan air
bila diperlukan. Tahap survey pengukuran akan dilakukan pekerjaan-
pekerjaan sebagai berikut :
1) Pekerjaan Pengukuran
Pekerjaan pengukuran (survai topografi) mempunyai maksud dan
tujuan untuk mendapatkan gambaran lokasi koordinat yang
lengkap, jelas dan memenuhi syarat-syarat untuk menentukan
lokasi bangunan pengambilan (intake) air baku.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-49
Pekerjaan pengukuran (survai topografi) meliputi pekerjaan
antara lain:
a. Pengikatan titik referensi (BM) yang ada ke arah lokasi
pengukuran.
b. Pemasangan patok BM
c. Pembuatan peta topografi skala 1 : 2000
d. Pemetaan daerah sumber air.

Pengikatan Titik Referensi :


Titik Referensi sebagai acuan kerangka horizontal dan vertikal
diambil dari titik tetap yang akan ditentukan oleh Pengguna Jasa.
Dimana titik tersebut akan dipergunakan sebagai kerangka dasar
pengukuran dan perhitungan yang selanjutnya dipergunakan
untuk proses penggambaran serta sebagai acuan dari perencanaan
selanjutnya.

Pemasangan Titik Tetap Bench Mark (BM ) dan Control Point


(CP)
Pemasangan titik tetap Bench Mark (BM) dan Control Point (CP)
disepanjang sungai dimaksudkan akan dipergunakan sebagai titik
referensi pengukuran selanjutnya.
Ukuran Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) berbeda yaitu :
- B M, berbentuk bujur sangkar dengan sisi 20 cm X 20 cm tinggi
80 cm. Dipasang muncul diatas muka tanah 20 cm dan dicat dan
diberi nomor.
- C P , berbetuk bulat dengan diameter 3” tinggi 100 cm.
Dipasang muncul diatas muka tanah 20 cm dan dicat dan
diberi nomor.
B M dan C P diberi nomor kode yang jelas sesuai permintaan
Pengguna Jasa, serta dilengkapi foto dan diskripsinya sehingga
mudah untuk dicari bilamana suatu waktu dibutuhkan.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-50
Pemetaan Topografi :
- Pekerjaan pemetaan topografi dimulai dengan melakukan
pengikatan titik tetap, yang diambil dari referensi BM yang
sudah ada dibawa kearah lokasi rencana pemasangan titik tetap
Bench Mark (BM) dan Control Point (CP).
- Gambar peta situasi skala 1 : 2.000 dengan interval kontur 1,0 m
guna mendapatkan data maupun peta yang lebih lengkap dan
akurat.

Pengukuran Penampang Melintang dan Profil Memanjang :


Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengukuran penampang
melintang dan profil memanjang pada setiap jarak 50 m

Metode Pengukuran :
Pengukuran kerangka daerah pemetaan situasi meliputi
pengukuran kerangka horizontal (poligon), pengukuran kerangka
vertikal (waterpass), pengukuran penampang melintang dan
memanjang.
 Pengukuran Kerangka Horizontal (Poligon)
Pengukuran ini untuk mendapatkan data data koordinat pada
Control Point maupun Bench Mark serta titik kontrol lainnya
agar nantinya dapat dipergunakan untuk referensi selanjutnya.
Sistem pengukuran menggunakan sistem 1 seri, yaitu Biasa
dan Luar Biasa (B, LB)
Dengan Ketelitian pengukuran Loop/Kring, Ukuran sudut 8 √
S dimana S adalah jumlah titik yang diukur. Sedang untuk
kesalahan Linier adalah dengan berbanding 1 : 10.000.
Peralatan E.D.M adalah alat ukur jarak elektrik dengan
ketelitian jarak 1 : 40.000.
 Pengukuran Kerangka Vertical (WaterPass)
Peralatan yang dipergunakan :

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-51
Water pass Wild N.AK.1 yang telah dikalibrasi dengan
kesalahan baca 1 mm antara bacaan benang atas dengan
benang bawah. Atau type lain yang mempunyai ketelitian
sama. Sistem pengukuran menggunakan Sistem Loop (Kring).
Dengan ketelitian pengukuran Loop 8 √ S, Dimana S adalah
jumlah panjang jalur Water pass yang diukur.
 Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang
Peralatan yang dipergunakan Theodolite 20” atau type lain
yang sejenis dan mempunyai ketelitian yang sama. Sistem
pengambilan detail disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Hasil dari pekerjaan pengukuran :
- Peta situasi dengan interval kontur 0,5 m
- Gambar potongan melintang dan profil memanjang
- Peta daerah tebing pantai yang kritis
- Penggambaran diatas kertas kalkir ukuran A-1/80 gram
- Proses penggambaran menggunakan Auto Cad

2) Pekerjaan Hidrologi dan Hidrometri


Sumber air yang dapat digunakan sebagai air baku bagi sistim
pelayanan air bersih ada 3 macam sumber air, yaitu :
1. Air permukaan (sungai, danau, rawa)
2. Air Tanah (Sumur Bor, sumur dangkal dan mata air)
3. Air angkasa (air hujan)

Dalam proses pemilihan sumber air yang akan dimanfaatkan


sebagai air baku sangat tergantung dari keberadaan daerah
tersebut yang ditetapkan berdasarkan urutan prioritas dari jenis
sumber air yang ada di daerah tersebut. Dalam hal ini yang
terpenting dalam proses pemilihan sumber air menyangkut aspek
teknis maupun non-teknis (kelembagaan), menyangkut rencana
pendayagunaan sumber terpilih.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-52
Aspek Teknis yang perlu diperhatikan adalah :
 Kuantitas air baku
Dari segi kuantitas sumber air baku, harus dipantau/ diketahui dari hasil
pengamatan sebelumnya atau dilakukan pengukuran langsung
mengenai debit yang layak dimanfaatkan, dioptimasikan mampu
memenuhi kebutuhan air pada harian maksimum di daerah
pelayanan tersebut.
 Kualitas air baku
Dari segi kualitas sumber air baku dipilih alternatif yang terbaik,
sedikitnya dapat memenuhi baku mutu air yang dikeluarkan
Departemen Kesehatan RI dan diharapkan dapat dilakukan proses
pengolahan air sederhana, yaitu pengolahan fisik dan kimiawi
stau pengolahan kimiawi saja.
 Kontinuitas aliran dan fluktuasi
Dari segi kontinuitas aliran dan fluktuasi sumber air, pada saat musim
penghujan dan kemarau sepanjang tahun keadaan sumber air
tersebut harus dalam kondisi normal (tidak mengalami
perubahan yang sangat mencolok).
 Lokasi sumber air dan jarak terhadap daerah pelayanan
Keadaan lokasi sumber air sangat tergantung dari kondisi daerahnya,
diharapkan loaksi sumber air yang dapat dimanfaatkan sedekat
mungkin terhadap daerah pelayanan dan dapat dialirkan secara
gravitasi, kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan
dilakukan pemompaan.
Khusus aspek teknis dapat ditindaklanjuti menyangkut perencanaan
teknis bangunan pengambilan air baku terhadap data-data diatas.
Aspek non-teknis yang perlu diperhatikan adalah :
 Perijinan sumber air baku dan pembebasan lahan sesuai dengan
kapasitas dalam masa perencanaan, termasuk penyuluhan kepada
masyarakat yang terkait.
 Perijinan konstruksi dari instansi terkait.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-53
 Penyuluhan saat pelaksanaan konstruksi dimulai terhadap
partisipasi masyarakat sekitarnya (PCIP : Pre Construction
Improvement Programme).

E6. Metode Pelaksanaan Pekerjaan


Dalam melaksanakan kegiatan Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) Regional Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi , tahapan-
tahapan dilakukan dalam 4 (empat) langkah utama sesuai dengan urutan
pelaksanaan kegiatan sbb :
1. Tahap Persiapan
2. Survey dan Pengumpulan Data
3. Data Processing
4. Perumusan, Rekomendasi dan Pelaporan
Dalam pelaksanaan survey yang terkait dengan pemantauan dan evaluasi
atas kegiatan yang sedang berjalan dilakukan dengan cara:
1. Langsung, melalui tinjauan lapangan.
Pekerjaan ini dilakukan dengan melaksanakan kunjungan langsung
dilokasi masing-masing wilayah SPAM, namun survey ini memerlukan
alat penunjang pelaksanaan survey seperti GPS, kamera digital dan alat
hitung lainnya
2. Tidak langsung melalui laporan harian dan mingguan dari daerah.
Dalam rangka kelancaran pekerjaan di Jakarta dan kunjungan lapangan,
maka

Tim Konsultan membutuhkan dan akan melakukan koordinasi dan


komunikasi intensif dengan Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum masing-masing wilayah
pemantauan, pemerintah daerah setempat, terkait hal-hal sebagai berikut :
a) Database dan informasi lain tentang kondisi lapangan terbaru serta
fasilitas SPAM yang tersedia di lapangan
b) Dokumen pra kontrak dan kontrak dalam SPAM di wilayah yang
dikaji

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-54
c) Rencana K/L atau dokumen perencanaan anggaran lain yang perlu
menjadi acuan dalam pemrograman TA selanjutnya.
d) Informasi tentang teknis, mekanisme, waktu dan tempat yang dituju
serta kontak person terkait perjalanan pemantauan ke masing-
masing provinsi dalam rangka pelaksanaan tugas.
Metode pelaksanaan kegiatan dalam peran dan tugas utama bagi Tim
Konsultan yang kaitannya dengan pemantauan dan evaluasi ialah :
1. Menjalankan manajemen perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi SPAM di wilayah kerja.
2. Memperoleh data lapangan per lokasi secara detil, termasuk foto
kemajuan pekerjaan.
3. Menyusun pelaporan yang berisikan pengolahan data dan
penyusunan informasi yang bisa dilaporkan secara berjenjang dari
level keproyekan, Direktorat PAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum, hingga UKP4R. Oleh sebab itu
pekerjaan ini harus menghasilkan laporan yang sangat berkualitas.
Pelaporan berfungsi sebagai kontrol terhadap kualitas dan kuaktitas
kegiatan yang perlu dilaksanakan oleh Tim Konsultan. Periode
pelaporan dipandang memadai, di mana setiap bulan tersaji Laporan
Bulanan, dan tahapan pelaksanaan pekerjaan dilaporkan dalam
Laporan Pendahuluan, Konsep Laporan Akhir, dan Laporan Akhir,
sementara kegiatan khusus pada wilayah bencana dilaporkan dalam
Laporan Khusus
Tim Konsultan, yang akan berkantor di Jakarta maupun di provinsi,
membantu Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat PAM, Ditjen Cipta
Karya, Kementerian PU dan Satker di Provinsi, dalam melakukan
monitoring, evaluasi pelaksanaan dan pengendalian jalannya pelaksanaan
pembangunan SPAM. Dalam konteks manajemen proyek, Tim Konsultan
melaksanakan pekerjaan dalam bentuk koordinasi dan kerjasama dengan
semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program ini, di antaranya
Direktorat PAM, Satuan Kerja (Satker), Konsultan Supervisi, Konsultan

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-55
Advisori, Konsultan Evaluasi, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kab/Kota.
Metode pelaksanaan pekerjaan disusun sesuai dengan pembagian lingkup
pekerjaan, sebagaimana disampaikan dalam tanggapan KAK. Gambar
berikut menunjukkan sistematika lingkup pekerjaan yang hendak
dilaksanakan.
Gambar
Alur Ruang Lingkup Pekerjaan

Project
Completion Report
tiap Provinsi

Benefit Monitoring
and Evaluation

Menyiapkan
Laporan
Kemajuan SPAM
tiap Provinsi

Rencana Penyediaan
Membantu Komisioning
Persiapan Air Minum pada Masa
dan Penyelesaian
Pemrograman Rehabilitasi dan
Pelaksanaan Pekerjaan
Rekonstruksi

Koordinasi dan Pemberian Arahan


Memantau kepada Tim Advisori, Konsultan
Fasilitasi Air
Persiapan dan Supervisi, dan Konsultan Evaluasi di
Minum pada Masa
Pelaksanaan Fisik Tingkat Provinsi
Tanggap Darurat
di Lapangan

Persiapan dan
Pelaksanaan Proses Pra
Kontrak dan Kontrak

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-56
E7. Kebijakan dan Strategi SPAM
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 122 Tahun 2015, SPAM
diselenggarakan untuk memberikan pelayanan Air Minum kepada
masyarakat untuk memenuhi hak rakyat atas Air Minum. Penyelenggaraan
SPAM tersebut ditujukan untuk pengelolaan dan pelayanan Air Minum yang
berkualitas dengan harga yang terjangkau secara efektif dan efisisen.
SPAM adalah merupakan satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan
Air Minum, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan
kehidupan yang sehat, bersih dan produktif. Penyelenggaraan SPAM adalah
serangkaian kegiatan dalam melaksanakan pengembangan dan pengelolaan
sarana dan prasarana yang mengikuti proses dasar manajemen untuk
penyediaan Air Minum untuk masyarakat. Untuk SPAM jaringan perpipaan,
hal ini meliputi unit air baku, unit produksi, unit produksi dan unit
pelayanan.
Landasan penyelenggaraan SPAM dijabarkan dalam Peraturan Menteri
PUPR No. 27 Tahun 2016. Landasan tersebut terdiri dari Kebijakan dan
Strategi SPAM dan Rencana Induk SPAM.
Kebijakan dan strategi SPAM meliputi:
1. Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan (KSNP) SPAM:
acuan untuk penyusunan Kebijakan dan Strategi Provinsi
Penyelenggaraan SPAM (Jakstra SPAM Provinsi) dan Kebijakan dan
Strategi Kabupaten / Kota Penyelenggaraan SPAM (Jakstra SPAM
Kabupaten / Kota)
2. Jakstra SPAM Provinsi: acuan bagi penyelenggaraan SPAM Provinsi
dan penyusunan Jakstra SPAM Kabupaten / Kota dengan
memperhatikan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat
setempat, serta kondisi lingkungan daerah sekitarnya.
3. Jakstra SPAM Kabupaten/ Kota: acuan bagi penyelenggaraan SPAM
Kabupaten / Kota dengan memperhatikan kondisi sosial, ekonomi,
dan budaya masyarakat setempat, serta kondisi lingkungan daerah
sekitarnya.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-57
Rencana Induk SPAM adalah dokumen perencanaan Air Minum jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan
Air Minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan
memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya.
Rencana Induk ini meliputi: Rencana Induk SPAM Lintas Provinsi; Rencana
Induk SPAM Lintas Kabupaten / Kota; dan Rencana Induk SPAM Kabupaten
/ Kota. Dalam RPJMN 2015-2019, target layanan air minum mencapai 100%
di tahun 2019.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-58
Gambar
Hubungan antara dokumen Jakstra dan Rencana Induk serta rencana dan anggaran pusat maupun daerah. Jakstra memiliki
visi & misi yang ingin dicapai dalam 5 tahun, baik oleh pusat (Jakstra SPAM Nas) maupun daerah (Jakstra SPAM Da).
Berdasarkan misi & visi Jakstra SPAM Da, SKPD melakukan identifikasi dan analisis terhadap: isu strategis, permasalahan
dan tantangan dalam pelaksanaan pengembangan SPAM di daerah yang bersangkutan.

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-59
E8. Aspek-aspek Krusial
Beberapa aspek yang perlu diidentifikasi dan dianalisis adalah:
1. Akses aman penduduk terhadap air minum: seberapa besar prosentase
masyarakat yang mendapatkan air minum perpipaan maupun air
minum bukan jaringan perpipaan; apakah sumber air baku air minum
bukan jaringan perpipaan tersebut merupakan air yang jauh dari
pencemaran atau tidak; bagaimana kuantitas, kualitas, dan kontinuitas
pelayanan air minum perpipaan oleh PDAM; apa permasalahan yang
dihadapi oleh PDAM untuk mencapai standar minimum kuantitas,
kualitas dan kontinuitas air minum.
2. Pendanaan: seberapa besar kemampuan Pemda, PDAM, masyarakat,
maupun kelompok masyarakat membiayai keperluan air minumnya;
analisis akses pendanaan lain yang disediakan Pemerintah Pusat,
lembaga keuangan/perbankan, atau badan usaha swasta; apakah tarif
PDAM telah menggunakan full cost recovery.
3. Kelembagaan: bagaimana keberadaan dan pelaksanaan fungsi
organisasiorganisasi penyelenggara SPAM (UPTD/BLUD, PDAM,
BUMDES, atau Koperasi); apakah manajemen pelaksanaannya telah
berjalan dengan baik.
4. Pengembangan dan penerapan peraturan perundang-undangan:
bagaimana konsistensi dan integrase peraturan daerah dengan
peraturan pusat yang terkait (SPAM, pengelolaan air tanah, pengelolaan
asset, pendanaan, serta kerjasama dengan pihak ketiga)
5. Pemenuhan air baku untuk air minum: bagaimana kondisi air baku yang
digunakan untuk pelayanan air minum saat ini; apakah ketersediaan air
baku memadai hingga 5 tahun ke depan; apakah sudah ada program /
rencana pengelolaan sumber air baku untuk memasok pengembangan
SPAM di daerah yang bersangkutan

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-60
6. Peran Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat: bagaimana kinerja
kemitraan yang ada saat ini; hal-hal apa saja yang menjadi kendala atau
tantangan dalam kemitraan yang telah ada dan yang akan
direncanakan?
7. Inovasi Teknologi: apakah teknologi yang ada sudah sesuai dengan
kearifan lokal, didukung oleh kemampuan sumber daya manusia yang
ada, serta efisien dalam penggunaan energi?

E9. Pengembangan SPAM Regional


Gambar
Rasional Pembentukan SPAM

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-61
Gambar
Alur Pembentukan SPAM Regional
PP No. 50 Tahun 2007 tentang Kerjasama Antar Daerah

Dokumen-dokumen Penyiapan SPAM Regional:


1. Kesepakatan Kerjasama (KSB) antara Pemprov, Pemkab/ Pemkot dan
Pemerintah Pusat
2. Perjanjian Kerjasama (PKS)
3. Rencana Induk SPAM (RISPAM) Regional
4. Studi Kelayakan SPAM Regional
5. Perencanaan Terinci (DED)
 Bagian Hulu (Intake s/d offtake)

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-62
 Bagian Hilir (Distribusi dan pelayanan kab/kota)
6. AMDAL
7. Ijin Penggunaan Air Baku
E10. Pola Inventasi dan Alternatif Pembiayaan

“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional


Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-63
“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional
Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-64
“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional
Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-65
“Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional
Kabupaten Agam-Kota Bukittinggi” E-66

Anda mungkin juga menyukai