Tabel E.1
Nilai Debit Andalan untuk Berbagai Macam Kegiatan
Kegiatan Keandalan
Penyediaan air minum 99 %
Penyediaan air industri 95 – 98 %
Penyediaan air irigasi
Daerah beriklim setengah lembab 70-85 %
Daerah beriklim kering 80-95 %
Pembangkit listrik tenaga air 85-90 %
Gambar
Bagan Alir Model Rainfall-Runoff
A. Water Balance
Dalam siklus hidrologi, penjelasan mengenai hubungan antara aliran
ke dalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) di suatu daerah untuk
suatu perioda tertentu disebut neraca air atau keseimbangan air
(water balance). Hubungan-hubungan ini lebih jelas ditunjukkan oleh
Gambar B.4.
Bentuk umum persamaan water balance adalah:
P = Ea + ∆GS + TRO
dengan:
P = presipitasi.
Ea = evapotranspirasi.
∆GS = perubahan groundwater storage.
C. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi merupakan faktor penting dalam memprediksi
debit dari data curah hujan dan klimatologi dengan menggunakan
Metoda Mock. Alasannya adalah karena evapotranspirasi ini
memberikan nilai yang besar untuk terjadinya debit dari suatu daerah
aliran sungai. Evapotranspirasi diartikan sebagai kehilangan air dari
lahan dan permukaan air dari suatu daerah aliran sungai akibat
kombinasi proses evaporasi dan transpirasi. Lebih rinci tentang
evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi aktual diuraikan di
bawah ini.
1. Evapotranspirasi Potensial
Evapotranspirasi potensial adalah evapotranspirasi yang mungkin
terjadi pada kondisi air yang tersedia berlebihan. Faktor penting yang
mempengaruhi evapotranspirasi potensial adalah tersedianya air yang
cukup banyak. Jika jumlah air selalu tersedia secara berlebihan dari
yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi, maka
2. Evapotranspirasi Aktual
Jika dalam evapotranspirasi potensial air yang tersedia dari yang
diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi berlebihan, maka
dalam evapotranspirasi aktual ini jumlah air tidak berlebihan atau
terbatas. Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang
terjadi pada kondisi air yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi
aktual dipengaruhi oleh proporsi permukaan luar yang tidak
tertutupi tumbuhan hijau (exposed surface) pada musim kemarau.
Besarnya exposed surface (m) untuk tiap daerah berbeda-beda. F.J.
Mock mengklasifikasikan menjadi tiga daerah dengan masing-masing
nilai exposed surface ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel
Exposed surface (m)
D. Water Surplus
Water surplus didefinisikan sebagai air hujan (presipitasi) yang telah
mengalami evapotranspirasi dan mengisi tampungan tanah (soil
torage,disingkat SS). Water surplus ini berpengaruh langsung pada
infiltrasi atau perkolasi dan total run off yang merupakan komponen
debit. Persamaan water surplus (disingkat WS) adalah sebagai
berikut:
WS = (P – Ea) + SS
Asumsi yang dipakai oleh Dr. F.J. Mock adalah air akan memenuhi SMC
terlebih dahulu sebelum water surplus tersedia untuk infiltrasi
dan perkolasi yang lebih dalam atau melimpas langsung (direct run
off). Ada dua keadaan untuk menentukan SMC, yaitu:
E. Limpasan Total
Air hujan yang telah mengalami evapotranspirasi dan disimpan dalam
tanah lembab selanjutnya melimpas di permukaan (surface run off)
dan mengalami perkolasi. Berikutnya, menurut Mock besarnya
infiltrasi adalah water surplus (WS) dikalikan dengan koefisien
Infiltrasi (if), atau:
Infiltrasi (i) = WS x if
Koefisien infiltrasi ditentukan oleh kondisi porositas dan kemiringan
daerah pengaliran. Lahan yang bersifat porous umumnya memiliki
koefisien yang cenderung besar. Namun jika kemiringan tanahnya
terjal dimana air tidak sempat mengalami infiltrasi dan perkolasi ke
dalam tanah, maka koefisien infiltrasinya bernilai kecil.
Infiltrasi terus terjadi sampai mencapai zona tampungan air tanah
(groundwater storage, disingkat GS). Keadaan perjalanan air di
permukaan tanah dan di dalam tanah diperlihatkan dalam Gambar
F.6.
Dalam Metoda ini, besarnya groundwater storage (GS) dipengaruhi
oleh:
a. Infiltrasi (i). Semakin besar infiltrasi maka groundwater torage
semakin besar pula, dan begitu pula sebaliknya.
F. Parameter Mock
Secara umum, parameter-parameter yang dijelaskan berikut ini
mempengaruhi besarnya evapotranspirasi, infiltrasi, groundwater
storage dan storm run off.
a. Koefisien refleksi (r), yaitu perbandingan antara jumlah radiasi
matahari yang dipantulkan oleh suatu permukaan dengan jumlah
radiasi yang terjadi, yang dinyatakan dalam persen. Koefisien
refleksi ini berbeda-beda untuk tiap permukaan bumi. Menurut
Mock, rata-rata permukaan bumi mempunyaiharga koefisien
refleksi sebesar 40%. Mock telah mengklasifikasikan tiap
permukaan bumi dengan nilai koefisien refleksinya masing-
masing. Koefisien refleksi untuk masing-masing permukaan bumi.
b. Exposed surface(m), yaitu asumsi proporsi permukaan luar yang
tidak tertutupi tumbuhan hijau pada musim kering dan
dinyatakan dalam persen.
Besarnya harga m ini, tergantung daerah yang diamati. Mock
a. Proyeksi Kebutuhan
Analisis kebutuhan air yang meliputi kebutuhan air baku, domestik,
non domestik, industri, peternakan, dan perikanan selain dilakukan
untuk kebutuhan air saat ini juga dilakukan untuk kebutuhan air di
masa akan datang dimana faktor-faktor utama yang mempengaruhi
kebutuhan tersebut akan mengalami perubahan. Jumlah dan
penyebaran penduduk menentukan kuantitas kebutuhan air
sedangkan laju perubahan penggunaan lahan juga sangat menentukan
kuantitas kebutuhan air untuk irigasi dan perikanan. Untuk
memproyeksikan jumlah penduduk dan perubahan penggunaan lahan
secara tepat adalah sangat sulit. Banyak pendekatan yang dapat
dilakukan, salah satunya adalah dengan menggunakan metode
pendekatan eksponensial yang telah direkomendasikan di dalam buku
Pedoman Perencanaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang telah
diterbitkan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air tahun 2001. Metode
ini memakai anggapan persentase pertumbuhan penduduk dan
perubahan lahantiap-tiap tahun adalah konstan. Persamaannya dapat
dituliskan sebagai berikut:
Pt = P(1 + r)t
dimana:
Pt = populasi atau luas lahan t tahun yang akan datang (orang atau
ha),
P = populasi atau luas lahan waktu dasar yang ditinjau (orang atau
ha),
r = perkembangan penduduk atau perubahan luas lahan tiap tahun
(%),
t = banyaknya tahun yang diproyeksikan.
METODE
ARITMATIK
LUAS WILAYAH
KOTA
METODE
GEOMETRIK
POTENSI METODE
POLA
EKONOMI PROYEKSI
PERTUMBUHAN
PENDUDUK
PENDUDUK
METODE
REGRESI
POTENSI
PERKEMBANGAN
KOTA
METODE TREND
LOGISTIK
2. Metoda Geometrik
Pada dasarnya metoda geometrik ini adalah suatau rumus eksponsial.
Trend Eksponsial sering digunakan untuk meramal data/kejadian lain
yang perkembangan atau pertumbuhannya sangat cepat (berkembang
secara geometrik). Untuk keprluan proyeksi jumlah penduduk,
metoda ini digunakan bila data jumlah penduduk menunjukan
peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu (pertumbuhan bersifat
eksponensial).
n. X.Y - X . Y
b = -------------------------------
n. X2 - (X)2
4. Trend Logistik
Trend ini biasanya digunakan untuk mewakili data yang
menggambarkan perkembangan yang mula-mula tumbuh dengan
cepat sekali akan tetapi lambat laun kecepatan pertumbuhannya
makin berkurang sampai mencapai titik jenuh (saturation point).
Untuk diperlukan data lengkap, yang lebih banyak agar diperoleh
gambaran mengenai perkembangan jumlah penduduk dengan jelas.
Pertumbuhan seperti ini terjadi pada Kota besar yang telah mencapai
kondisi jenuh. Kurva logistik ini disebut juga Pearl and Read curve.
Ada beberapa buah metode statistik yang menggambarkan
pertumbuhan kurva seperti ini, seperti : Decreasing Rate Of Increase,
Gomperz Model Curve.
Bentuk persamaan trend logistik adalah:
Bila harga X menjadi sangat besar (tak terhingga), yang berarti pada
tahun tertentu di masa datang, jumlah penduduk akan mencapai
asymtot ( batas atas ).
C. Kebutuhan Air Rumah Tangga
Kebutuhan air rumah tangga atau domestik adalah kebutuhan air
untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Kebutuhan air
rumah tangga tersebut antara lain:
• Minum.
• Memasak
• Mandi, cuci, kakus (MCK).
• Lain-lain seperti cuci mobil, menyiram tanaman dan sebagainya.
Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air domestik saat ini dan di
masa yang akan datang dihitung berdasarkan jumlah penduduk,
tingkat pertumbuhan penduduk dan kebutuhan air perkapita.
Kebutuhan air perkapita dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan
kebiasaan atau tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, dalam
memperkirakan besarnya kebutuhan air domestik perlu dibedakan
antara kebutuhan air untuk penduduk daerah urban (perkotaan) dan
daerah rural (perdesaan). Adanya pembedaan kebutuhan air
dilakukan dengan pertimbangan bahwa penduduk di daerah urban
cenderung memanfaatkan air secara berlebih dibandingkan
penduduk di daerah rural. Besarnya konsumsi air dapat mengacu
pada berbagai macam standar yang telah dipublikasikan.
Besarnya kebutuhan air untuk tiap orang per hari berdasarkan
3) Pengumpulan data.
Pengumpulan data penunjang untuk perhitungan ketersediaan
dan kebutuhan air ini hanya meliputi data sekunder, sedangkan
data primer sebatas diperlukan untuk pengecekan lapangan di
lokasi-lokasi tertentu untuk penempatan bangunan-bangunan
pengambilan air utama. Selain pengumpulan data dari instansi-
instansi terkait juga dilakukan wawancara dengan para pelaksana
di lapangan dan masyarakat tersebut guna mendukung perolehan
informasi kondisi pelayanan air bersih di wilayah studi.
Secara rinci peta-peta yang dikumpulkan untuk melakukan
perhitungan ketersediaan dan kebutuhan air meliputi:
1. Peta Topografi
Peta topografi dapat diperoleh dari Bakosurtanal (Badan
Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional). Ada 2 macam peta
topografi yang diperoleh. Yang pertama adalah peta dengan
skala 1 : 250.000 dalam format digital, sedangkan yang kedua
adalah peta dengan skala 1 : 25.000 dalam format cetakan/hard
2. Peta Prasarana
Peta prasarana diperoleh dari Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah. Berhasil diperoleh peta prasarana dalam
tingkat Kabupaten. Dalam peta tersebut dicantumkan
prasarana-prasarana utama yang terdapat di suatu kabupaten
termasuk juga prasarana sumberdaya air yang meliputi
bendung, bendungan, embung, maupun waduk. Dengan bantuan
peta ini dapat ditentukan titik-titik pengambilan dengan lebih
tepat sesuai dengan kondisi di lapangan.
4. Peta Administrasi
Peta batas-batas wilayah administrasi diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS). Dengan peta ini maka diperoleh batas-
batas wilayah yang administrasi sesuai dengan
perkembangannya. Batas-batas ini sangat berguna karena
kebijakan biasanya lebih mudah dilaksanakan apabila dibuat
sesuai dengan wilayah administrasi yang jelas.
Sedangkan data-data sekunder pendukung lainnya yang
dikumpulkan meliputi:
5. Data Kependudukan
Untuk dapat melakukan proyeksi pertumbuhan kebutuhan air
untuk masing-masing daerah. Untuk itu digunakan data statistik
dari Propinsi Dalam Angka yang juga oleh dikeluarkan Badan
Pusat Statistk (BPS). Buku Propinsi dalam Angka menyajikan
data statistik dari berbagai sektor yang berasal dari instansi
pemerintah maupun swasta propinsi yang terkait serta
beberapa data dari sensus dan survei yang dilakukan oleh BPS.
Metode Pengukuran :
Pengukuran kerangka daerah pemetaan situasi meliputi
pengukuran kerangka horizontal (poligon), pengukuran kerangka
vertikal (waterpass), pengukuran penampang melintang dan
memanjang.
Pengukuran Kerangka Horizontal (Poligon)
Pengukuran ini untuk mendapatkan data data koordinat pada
Control Point maupun Bench Mark serta titik kontrol lainnya
agar nantinya dapat dipergunakan untuk referensi selanjutnya.
Sistem pengukuran menggunakan sistem 1 seri, yaitu Biasa
dan Luar Biasa (B, LB)
Dengan Ketelitian pengukuran Loop/Kring, Ukuran sudut 8 √
S dimana S adalah jumlah titik yang diukur. Sedang untuk
kesalahan Linier adalah dengan berbanding 1 : 10.000.
Peralatan E.D.M adalah alat ukur jarak elektrik dengan
ketelitian jarak 1 : 40.000.
Pengukuran Kerangka Vertical (WaterPass)
Peralatan yang dipergunakan :
Project
Completion Report
tiap Provinsi
Benefit Monitoring
and Evaluation
Menyiapkan
Laporan
Kemajuan SPAM
tiap Provinsi
Rencana Penyediaan
Membantu Komisioning
Persiapan Air Minum pada Masa
dan Penyelesaian
Pemrograman Rehabilitasi dan
Pelaksanaan Pekerjaan
Rekonstruksi
Persiapan dan
Pelaksanaan Proses Pra
Kontrak dan Kontrak