Anda di halaman 1dari 188

BAB 4

RENCANA KERJA

Air minum adalah air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, meliputi
air untuk memasak dan minum, air mandi, air cuci serta untuk membersihkan rumah.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengolahan adalah usaha – usaha teknis yang
dilakukan untuk mengubah sifat – sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air minum,
karena dengan adanya pengolahan ini maka akan di dapatkan suatu air minum yang
memenuhi standar air minum yang telah ditentukan.
Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang
akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut
berasal dari air sungai. Pengolahan yang dimaksud bisa dimulai dari yang sangat sederhana
sampai dengan pengolahan yang moderen dan lengkap, sesuai dengan tingakat kekotoran
dari sumber air tersebut. semakin kotor maka semakin berat pula pengolahan yang
dibutuhkan, dan semakin banyak ragam zat pencemar akan semakin banyak pula teknik –
teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut, agar bisa dimanfaatkan sebagai air
minum.
Peningkatan kuantitas air minum adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena
semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan
dari masyarakat tersebut. Rata - rata konsumsi setiap orang 80 ltr s/d 150 ltr per hari. Jadi
untuk negara – negara yang sudah maju kebutuhan air pasti lebih besar dari kebutuhan
negara – negara yang sedang berkembang.
Dengan dilaksanakannya “Pekerjaan : Lanjutan Perencanaan Sarana Air Bersih IKK
Kecamatan Biduk - Biduk”, diharapkan mampu mewujudkan usaha pemerintah dalam
peningkatan pelayanan pada masyarakat Kecamatan Biduk - Biduk pada umumnya.
Untuk Perencanaan teknis pada program dan pekerjaan lainnya, perlu dibuat suatu sistem
kordinasi dan hubungan kelembagaan yang baik antara pihak pengguna sarana setempat
(pemerintah daerah setempat) dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum & Penataan Ruang,
Bid. Cipta Karya, Kab. Berau dan Instansi lain yang terkait di dalam kegiatan / proyek ini,
sehingga akar semua masalah dalam proyek ini terselesaikan dengan keputusan terbaik dan
tepat sasaran / tujuan dapat tercapai nantinya.

IV - 1
Dalam suatu perencanaan air bersih perlu direncanakan dengan baik dan tertata rapi,
sehingga menghasilkan suatu perencanaan yang memenuhi standar – standar dan peraturan
yang berlaku, dan akhirnya menghasilkan perencanaan yang baik dan benar serta efesiensi
dari segi waktu dan biaya.
Untuk menyelesaikan pekerjaan ini dan memperoleh hasil yang optimal, maka disusun
suatu metodologi pelaksanaan, Dalam hal ini konsultan melakukan metodologi dengan
pendekatan umum dan kelembagaan teknis.

4.1. PENDEKATAN UMUM


 Memahami latar belakang, tujuan dan sasaran pekerjaan dan kondisi setempat, hal
ini penting untuk menyusun rencana kerja.
 Menyusun metode kerja, menyiapkan struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan
dan persiapan perlengkapan dan peralatan kerja.
 Membuat jadwal pelaksanaan perkerjaan untuk digunakan sebagai acuan
pelaksanaan pekerjaan.

4.2. PENDEKATAN KELEMBAGAAN


Pendekatan kelembagaan yang dilakukan meliputi :
 Membentuk struktur organisasi konsultan sehingga terdapat garis intruksi yang
jelas antara kepala tim dan tenaga ahli serta garis kordinasi antar tenaga ahli.
 Melakukan kordinasi dengan instansi terkait dan pemerintah daerah setempat.
 Pengendali Anggaran
Dalam hal ini penggunaan kualitas & kuantitas yang tersedia harus betul – betul
dicermati sehingga bisa efektif
 Pengendalian Progress Peencanaan
Yaitu pengarahan metode dan teknik penjadwalan yang tepat perlu diberikan
kepada personil.
 Pengendalian rencana mutu
Rencana mutu pekerjaan secara aktual dibuat dengan persyaratan yang tercantum
dalam kontrak yaitu spesifikasi teknis
 Koordinasi dan Kerja Sama
Konsultan senantiasa mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan Dinas
Pekerjaan Umum serta menjalin hubungan yang baik dengan semua pihak yang
terkait dalam struktur organisasi proyek
 Penugasan Personil
Personil yang akan ditempatkan di lokasi proyek harus mempunyai kualitas dan
loyalitas tinggi.

IV - 2
4.3. PENDEKATAN SECARA TEKNIS
Pendekatan secara teknis yang dilakukan antara lain :
 Observasi data, baik teknis maupun non teknis yang berkaitan dengan proyek
 Pembuatan laporan dan penyelenggaraan administrasi teknis proyek
 Kegiatan teknis lainnya yang berkaitan dengan layanan Jasa Konsultan Peencana
(DED) sebagaimana ketentuan dokumen kontrak.

4.4. STANDAR, PEDOMAN DAN PERATURAN


 Pengendalian rencana mutu pekerjaan
Rencana mutu pekerjaan secara aktual dibuat dengan persyaratan yang tercantum
dalam kontrak yaitu spesifikasi teknis dan Standar revisi dari SNI 19-6773-2002,
Spesifikasi unit paket instalasi penjernihan air system konvensional.
Persyaratan yang diatur dalam spesifikasi unit paket meliputi persyaran umum
dan khusus. Persyaratan teknis yang diatur meliputi :
1) Kualitas air baku,
2) Alat ukur aliran,
3) Ukuran koagulasi/koagulator, unit flokulator , unit sedimentasi, dan unit
filtrasi, harus sesuai dengan revisi SNI 19-6774-2002.
Bahan dan peralatan yang digunakan :
1) Pelat baja,
2) Fiber glas reinforce plastic (FPR),
3) Pelat pengedap dari bahan fiber glas, PVC dan stanles steel dengan lendutan
(defleksi) tidak melebihi 5% pada beban 1.285 N/m,
4) Perpipaan dan perlengkapan yang digunakan, pipa PVC mengacu SNI 06-
0084-2002 dan SNI 06-0162-1987, pipa baja saluran air sesuai SNI 07-2225-
1991, katup pintu sesuai SNI 05-0166-1998, katup searah horisontal mengacu
SNI 05-0168-1998,
5) Tangki pembuluh dan pengaduk, sesuai SNI 19-6774-2002,
6) Peralatan pelengkap,
7) Diesel generator set,
8) Pengkabelan dan metode instalasi mengacu pada PUIL 2000 SNI 04-0225-
2000,
9) Pembumian, sesuai SNI 04-0225-2000, PUIL 2000, dan
10) Lemari hubung bagi.
Struktur paket unit instalasi air harus memenuhi ketentuan a.l. : Sambungan
system las sesuai SNI 07-0071-1987, sambungan antara profil dengan profil
menggunakan system las atau baut, sesuai SNI 07-2295-1988, dan dinding baja

IV - 3
sesuai SNI 07-0070-1987, standar ini mengatur tentang pabrikasi, kinerja dan
umur pakai.
Selain kriteria umum diatas untuk Pekerjaan Perencanaan berlaku pula
ketentuan-ketentuan seperti standar, pedoman dan peraturan yang
berlaku antara lain :
a) Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 – 2034.
b) Peraturan-peraturan dari Departemen / Instansi terkait
c) Undang – undangan tahun 1945 pasal 33 ayat 1, 2 & 3, Lahan milik negara
dan dikelola untuk kepentingan hajat hidup masyarakat
d) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pasal 34
Ayat 1 yaitu Pengembangan Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai
ditujukan untuk peningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air guna
memenuhi kebutuhan air baku untuk rumah tangga, pertanian, industri,
pariwisata, pertahanan, pertambangan, ketenagaan, perhubungan, dan untuk
berbagai keperluan lainnya. Pasal 40 yaitu Pemenuhan Kebutuhan Air Baku
untuk Air Minum Rumah Tangga sebagaimana dimaksud Pasal 34 Ayat (1)
Dilakukan dengan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
e) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 16 Tahun 2005 Pasal 7
tentang Unit Air Baku, Pasal 8 tentang Penggunaan Air Baku, Pasal 9 Unit
produksi Air Baku dan Pasal 14 tentang Perlindungan Air Baku.
f) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air.
g) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
h) SNI 2847:2013, Tentang Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung
i) Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 1/PRT/M/2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum.
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 13/PRT/M/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Wilayah Sungai.
l) Peraturan Menteri Pkerjaan Umum Nomor : 2/PRT/M/2010 tentang Rencana
Strategis Nasional Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 – 2014.
m) Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 83/PMK.06/2016, Tata Cara
Pelaksanaan Pemusnahan Dan Penghapusan Barang Milik Negara.
n) Undang – Undang Jasa Konstruksi No. 02, Tahun 2017.
4.5. STANDAR PENGOLAHAAN AIR BERSIH

IV - 4
Berbicara mengenai standar kualitas air minum , saat ini dikenal beberapa jenis
standar kualitas air minum, baik yang bersifat nasional maupun internasional.
Standar kualitas yang bersifat nasional hanya berlaku bagi suatu negara yang
menetapkan standar tersebut sedangkan yang bersifat internasional berlaku standar
kualitas secara tersendiri. Negara – negara tersebut terakhir ini dapat menetapkan
standar kualitas dengan berpedoman pada standar internasional, serta
menyesuaikannya dengan kondisi dan situasi negara yang bersangkutan.
Standar kualitas air minum bagi negara Indonesia terdapat dalam Peraturan Menteri
Kesehatan R.I. No. 01/BIRUKHUMAS/I/1975, tentang syarat – syarat dan
pengawasan kualitas air minum.
Adapun parameter penilaian kualitas air minum yang tercantum pada berbagai
peraturan tentang standar kualitas air minum tersebut diatas khususnya tertera pada
Per.Men.Kes.R.I. No. 01/ BIRUKHUMAS / I / 1975, yaitu :
 Pengaruh adanya unsur – unsur tersebut dalam air.
 Sumber asal unsur - unsur tersebut.
 Beberapa sifat yang perlu diketahui dari unsur tersebut.
 Efek yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan manusia.
 Alasan mengapa unsur tersebut dicantumkan dalam standar kualitas.
Berikut standar kualitas air minum di berbagai negara serta kualitas standar air
minum negara Indonesia :

IV - 5
Tabel 4.1.
Standar Kualitas Air Minum Di Negara Indonesia

Standar Indonesia
Maksimum
No Unsur Satuan Minimum Yang Maksimum Yang Uraian
Yang
Diperoleh Dianjurkan
Diperbolehkan
1 2 3 5 6 7 9

1). Peraturan Mentri Kesehatan R.I. 01


I. Fisika
1 Temperatur ºC Udara
2 Warna Pt - Co 5 50
3 Bau Tidak Bau

/ Birukhumas / I / 1975
4 Rasa Netral
5 Kekeruhan Silika 5 25

II. Kimia

Sumber :
1 Nitrogen Mg /Ltr 0
(Sbg Amoniak)
2 Nitrogen Mg /Ltr 0

IV - 6
( Sbg NO2 )
3 Nitrogen Mg /Ltr 45 20
( Sbg NO3 )
4 Ion klorida Mg /Ltr 200 600
5 Zat Organik Mg /Ltr 10
( Sbg KMnO4 )
6 Ion Sianida Mg /Ltr 0,05
7 Air Raksa Mg /Ltr 0,001
8 Fosfor Organik Mg /Ltr
9 Tembaga Mg /Ltr 0,05 1,5
1 1,5
10 Besi Mg /Ltr 0,1 1
11 Mangan Mg /Ltr 0,05 0,5
12 Seng Mg /Ltr 1 15
13 Timah Hitam Mg /Ltr 0,1
14 Kroium valensi -6 Mg /Ltr 0,05
15 Arensik Mg /Ltr 0,05
16 Florida Mg /Ltr 1 2
17 Zat Padat Sisa Penguapan Mg /Ltr 500 1500
18 Phenolik Mg /Ltr 0,001 0,002

IV - 7
19 Ainoik Aktif Mg /Ltr
( Sbg CaCo3 )
20 Kadmium Mg /Ltr 0,01
21 Selenium Mg /Ltr 0,01
22 Magnesium Mg /Ltr 30 150
23 Ion Blerang Mg /Ltr 200 400
( Sbg SO4 )
24 Sulfida Mg /Ltr 0
( Sbg H2S )
25 Karbon Agresif Mg /Ltr 0
( Sbg CO2 )
26 Kalsium Mg /Ltr 75 200
(Sbg Ca)
27 Oksigen (Larut) Mg /Ltr
28 Berilium Mg /Ltr
29 Molibdenum Mg /Ltr
30 Poli-akriloamida Mg /Ltr
31 Strontium Mg /Ltr
32 Alumunium (Sisa) Mg /Ltr
33 Asam Heksa Metafosforik Mg /Ltr

IV - 8
34 AsamTriPolofosforik Mg /Ltr
35 Minyak Mineral Mg /Ltr
36 Perak Mg /Ltr
37 Belium Mg /Ltr
38 Derajad Keasaman pH 6,5 9,2
39 Kesadahan Derajad 5D 10 D
40 Kromatisitas Derajat.

III Radioaktifitas
1 Sinar Alfa uc / ml 0,000000001
2 Sinar Beta uc / ml 0,00000001
3 Uranium alami dan U-238
4 Radium 226

5 Strontium 90
6 Tritium

IV Mikrobiologik
1 Kuman Parasitik / 100 Ml 0
2 Kuman Pategonik / 100 Ml 0

IV - 9
3 Bakteri Koli / 100 Ml 0
4 Bakteri, umum / 100 Ml

Sofyan Moh. Noerbambang & Takeo Morimura, " Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing"

Tabel 4.2.
Standar Kualitas Air Minum Diberbagai Negara

WHO Standar Standar


Standar
No Unsur Satuan Standar Standar Amerika Uni Uraian
Jepang
Eropa Internasional Serikat Soviet
1 2 3 4 5 6 7 8 9
I. Fisika Sumber :
1 Temperatur ºC 1). City Water Service Law, Section 4

IV - 10
2 Warna Pt - Co
3 Bau Netral
4 Rasa Netral
Bulanan 2). European Standards For Drinking
5 Kekeruhan Silika <2 Derajat 5 Derajat 1.5 mg // Water (WHO 1970, 2nd edition)
:

II. Kimia
1 Nitrogen Mg /Ltr 0,05
3). International Standards For Drinking
(Sbg Amoniak)
Water (WHO 1971, 3rd edition)
2 Nitrogen Mg /Ltr 10
( Sbg NO2 )
3 Nitrogen Mg /Ltr 10 45 10 10 4). National Interim Primary Drinking
Water Reuglations EPA - 570/9-76-003
( Sbg NO3 ) (1975)

4 Ion klorida Mg /Ltr 200 200 200 -250 350


-600 -600
5 Zat Organik Mg /Ltr 10 5). Drinking Water Standards Public
Health Service 1962 ( Angka Mines )
( Sbg KMnO4 )
6 Ion Sianida Mg /Ltr 0 0,05 0,05 -0,01
7 Air Raksa Mg /Ltr 0 0,001 0,002

IV - 11
8 Fosfor Organik Mg /Ltr 0 6). USRR National Standards 2874 - 73
9 Tembaga Mg /Ltr 1 0,05 0,05 -1 1 Drinking Water (1973)
-1,5
10 Besi Mg /Ltr 0,3 0,1 0,1 -0,3 0,3
-1
11 Mangan Mg /Ltr 0,3 0,05 0,05 -0,05 0,1
-0,05
12 Seng Mg /Ltr 1 5 5 -5 5
-1,5
3 Timah Hitam Mg /Ltr 0,1 0,19 0,19 0,05 0,05
14 Kroium valensi -6 Mg /Ltr 0,05 0,05 0,05
15 Arensik Mg /Ltr 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
16 Florida Mg /Ltr 0,8 0.7 - 1.7 0.6-1.7 1.4-2.4 0.7-1.5
Zat Padat Sisa
17 Mg /Ltr 500
Penguapan
18 Phenolik Mg /Ltr 0,005 0,001 0,001 -0,001
19 Ainoik Aktif Mg /Ltr 0,5 0,02 0,2 0,5
20 Kadmium Mg /Ltr 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
21 Selenium Mg /Ltr 0,01 0,01 0,01 0,01
22 Magnesium Mg /Ltr 300 30 -150
23 Ion Blerang Mg /Ltr 250 200 -250 500
( Sbg SO4 )

IV - 12
24 Sulfida Mg /Ltr 0,05
( Sbg H2S )
25 Karbon Agresif Mg /Ltr 0 -0,2
( Sbg CO2 )
26 Kalsium Mg /Ltr 75
(Sbg Ca)
27 Oksigen (Larut) Mg /Ltr 5
28 Berilium Mg /Ltr 0,0002
29 Molibdenum Mg /Ltr 0,5
30 Poli-akriloamida Mg /Ltr 2
31 Strontium Mg /Ltr 2
32 Alumunium (Sisa) Mg /Ltr 0,5
Asam Heksa
33 Mg /Ltr 3,5
Metafosforik
34 AsamTriPolofosforik Mg /Ltr 3,5
35 Minyak Mineral Mg /Ltr 0,01
-0,3
36 Perak Mg /Ltr 0,05
37 Belium Mg /Ltr 1
38 Derajad Keasaman pH 5.8 -8.6 7.0-8.5

IV - 13
(6.5 - 9.2)
39 Kesadahan Derajat. 300 100-500 100-500 7 Derajat
Mg /Ltr Mg /Ltr Mg /Ltr
CaCo3 CaCo3 CaCo3
40 Kromatisitas Derajat. 5 7 Derajat
III Radioaktifitas
1 Sinar Alfa pCi / Ltr 15
2 Sinar Beta pCi / Ltr
Uranium alami dan U-
3 Mg /Ltr 1,7
238
4 Radium 226 pCi / Ltr 5 1,2
(dan
Ra228)
5 Strontium 90 pCi / Ltr 8
6 Tritium pCi / Ltr 2000
IV Mikrobiologik
1 Kuman Parasitik / 100 Ml
2 Kuman Pategonik / 100 Ml
3 Bakteri Koli / 100 Ml 0 1
4 Bakteri, umum / 100 Ml 1 1 10000

IV - 14
Sofyan Moh. Noerbambang & Takeo Morimura, " Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem
Plambing

IV - 15
Kriteria pemilihaan sumber air baku yang dipergunakan dalam suatu perencanaan
sistem penyediaan air bersih ialah harus mencari alternative sumber air baku
yang paling dekat dengan daerah pelayanannya, serta kualitas yang diberikan
kepada konsumen harus memenuhi standar kualitas menurut departemen
Republik Indonesia dan kapasitas / debit air yang tersedia sepanjang musim
kontinu / tetap.
Dalam standar persyaratan fisis air minum tampak adanya lima unsur
persyaratan meliputi ;
4.5.1.1. Suhu
Temperatur dari air akan mempengaruhi penerimaan (Acceptane)
masyarakat akan air tersebut dan dapat memepengaruhi pula reaksi
kimia dalam pengelolaan, terutama apabila temperature tersebut
sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah 50º F - 60º F atau
10º C - 15º C, tetapi iklim setempat, kedalaman pipa – pipa saluran
air, dan jenis – jenis dari sumber air akan mempengaruhi temperatur
ini. Disamping itu, temperature pada air mempengaruhi secara
alngsung toksitas banyak bahan kimia pencemar, pertumbuhan
mikrorganisme dan virus.
4.5.1.2 Warna
Banyak air permukaan khususnya yang berasal dari daerah rawa –
rawa, seringkali berwarna sehingga tidak dapat diterima oleh
masyarakat baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk
keperluan industri, tanpa dilakukanya pengolahaan untuk
menghilangkan warna tersebut.
Bahan – bahan yang menimbulkan warna tersebut dihasilkan dari
kontak antara air dengan reruntuhan organis seperti daun, duri pohon
jarum dan kayu, yang semuanya dalam berbagai tingkat – tingkat
pembusukan.
Warna yang disebabkan oleh bahan – bahan yang tersuspensi
dikatakan sebagai “apparent color”, yang disebabkan oleh
kekentalan organis tumbuh – tumbuhan yang merupakan kolodial
yang disebut sebagai ‘true color”. Dalam analisis air, penting untuk
untuk membedakan antara “apparent color” dengan “true color”.
4.5.1.3. Bau dan Rasa
Seperti halnya pada unsur warna, adanya bau dan rasa pada air
minum akan mengurangi penerimaan masyarakat terhadap air
tersebut. Bau dan rasa biasanya terjadi bersama – sama dan biasanya
disebabkan oleh bahan – bahan organik yang membusuk, tipe – tipe

IV - 16
tertentu organisme mikroskopik, serta persenyawaan – persenyawaan
kimia seperti phenol. Bahan – bahan yang menyebabkan bau dan
rasa ini dari berbagai sumber. Intensitas bau dan rasa dapat
meningkat, bila terhadap air dilakukan khlorinasi. Karena
pengukuran individual, maka hasil yang dilaporkan adalah tidak
mutlak. Intensitas bau dilaporkan sebagai berbanding berbalik
dengan ratio pencemaran bau sampai pada keadaan yang nyata tidak
berbau.
Standar persyaratan air minum yang menyangkut bau dan rasa ini
baik ditetapkan oleh WHO maupun U.S. Public Health Service
menyatakan bahwa dalam air minum tidak boleh terdapat bau dan
rasa yang tidak diinginkan.
4.5.1.4. Kekeruhan
Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak
partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna / rupa
yang berlumpur dan kotor. Bahan – bahan yang menyebabkan
kekeruhan ini meliputi : tanah liat, Lumpur, bahan – bahan organik
tersebar secara baik dan partkel - partikel kecil yang tersuspensi
lainnya. Nilai numerik yang menunjukan kekeruhan didasarkan pada
turut campurnya bahan bahan tersuspensi pada jalannya sinar
melalui sample.
Nilai ini tidak secara langsung menujukan banyaknya bahan
tersuspensi, tetapi ia menunjukan kemungkinan penerimaan
konsumen terhadap air tersebut. Kekeruhan tidak merupakan sifat
dari air yang membahayakan, tetapi ia tidak menjadi disenangi
karena rupanya. Untuk membuat air memuasakan untuk penggunaan
rumah tangga, usaha penghilangan secara hampir sempurna bahan -
bahan yang menyebabkan kekeruhan adalah penting.

IV - 17
4.5.2. Proses Pengolahan Air Bersih
Sampel Kualitas Air
Pengolahan lengkap atau Complete Treatment Process, yaitu air akan
mengalami pengolahan lengkap, baik physicis, kimiawi dan bakterilogik.
Pada pengolahan cara ini biasanya dilakukan terhadap air sungai yang kotor /
keruh.
Pada hakekatnya, pengolahan lengkap ini dibagi dalam tiga tingkatan
pengolahaan, yaitu :
1. Pengolahan Physicis ; Yaitu suatu tingkat pengolahaan yang bertujuan
untuk mengurangi / menghilangkan kotoran – kotoran yang kasar,
penyisihaan Lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar zat - zat organik
yang ada dalam air yang akan diolah.
2. Pengolahan Kimia ; Yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan
zat – zat kimia untuk membantu proses pengolahaan selanjutnya.
Misalnya, dengan pembubuhan kapur dalam proses pelunakan dan
sebagainya.
3. Pengolahan Bakterilogis ; Yaitu suatu tingkat pengolahan untuk
membunuh / memusnahkan bakteri – bakteri yang terkandung dalam air
minum yakni dengan cara / jalan membubuhkan kaporit (zat desinfektan).

IV - 18
4.5.3. Unit – Unit Pengolahaan & Pendistribusian Air Bersih
4.5.3.1. Bangunan Penangkap Air ( Intake ).
Bangunan penangkap air ini merupakan suatu bangunan untuk
menangkap / mengumpulkan air dari suatu sumber asal air, untuk
dimanfaatkan.
Adapun bentuk dan konstruksi ini bergantung kepada jenis dan
macam sumber air baku yang kita tangkap. Fungsi dari bangunan
penangkap air ini sangat penting artinya untuk menjaga kontinuitas
pengairan.
Air yang masuk dan tertampung dapat langsung dipompakan ke pipa
transmisi dengan waktu beroperasi selama 15 jam dengan waktu
yang bergantian, sehingga sistem dapat beroperasi selama 24 jam
dan kondisi mesin pompa tidak berkerja keras dalam memenuhi
kapasitas yang dinginkan.

Bangunan Intake Permanen

4.5.3.2. Pipa Transmisi.


Pipa Transmisi adalah sebuah pipa pembawa air dari Intake menuju
Water Treatment Plant (bangunan pengolah air), dengan dimensi

IV - 19
Pipa menyesuaikan dengan perhitungan debit air serta kapasitas
produksi, adapun jenis pipa yang digunakan biasanya adalah jenis
pipa baja galvanis/GIP (Galvanized Iron Pipe) atau menyesuaikan
dengan peruntukan dan kebutuhan dilapangan.

Pipa Transmisi Dari Intake Menuju WTP

4.5.3.3. Water Threatmen Plant (WTP).


Untuk dapat memenuhi syarat kualitas air bersih yang telah
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI, maka air yang diambil
dari sungai Mahakam melalui pipa Transmisi ditampung dan diolah
pada bangunan pengolahaan air. Pengolahan yang dilakukan adalah
pengolahaan lengkap.
Dalam unit – unit pengolahaan tersebut dilakukan pendistribusian
Koagulant. Koagulant adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air
untuk membantu proses pengendapan partikel – partikel kecil yang
tidak dapat mengendapkan dengan sendirinya (secara gravitimetris).
Sesuai dengan nama dari unit ini, maka unit ini mendistribusikan
Koagulant secara teratur sesuai dengan kebutuhan (dengan dosis
yang tepat).
Alat pembubuh Koagulant yang banyak kita kenal sekarang dapat
dibedakan dari cara pembubuhanya :

IV - 20
1. Secara Gravitasi, dimana bahan / zat kimia (dalam bentuk
larutan) mengalir dengan sendirinya karena gravitasi.
2. Memakai Pompa (Dosering Pump), dimana pembubuhan bahan /
zat kimia dengan bantuan pemompaan.
Pada perencanaan ini penyusun menggunakan sistem Dosering
Pump. Disini perlu diperhatikan pada pendistribusian Koagulant,
adalah perpipaan yang mengalirkan bahan / zat kimia supaya tidak
tersumbat. Maka perlu pemeriksaan secara teliti terhadap peralatan –
peralatanya.
Adapun bahan / zat kimia yang dipergunakan sebagai koagulant,
adalah :
 Alumunium Sulfat (Tawas), berfungsi sebagai zat yang
menghilangkan kekeruhan pada air, batas maksimal 10 ppm
dengan skala silikat, tetapi dalam praktek angka standar ini tidak
memuaskan. Kebanyakan bangunan pengolah modern
menghasilkan air dengan kekeruhan 1 ppm atau kurang.
 Kapur, berfungsi sebagai zat yang dapat menurunkan pH atau
keadaan keasaman dari air. Pengaruh yang menyangkut aspek
kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum
dalam hal pH ini yakni bahwa pH ini yang lebih kecil dari 6.5 dan
lebih besar dari 9.2 akan dapat menyebabkan korosi pada pipa –
pipa air, dan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia
berubah menjadi racun yang menggangu kesehatan.
 Kaporit / Chlor, berfungsi sebagai zat pembunuh kuman
(Gercimedia/ Desinfektan).
Kadar / volume pendistribusiaan Kogulant bervariasi terhadap
kualitas air baku yang diolah, karena semakin kotor air yang kita
gunakan sebagai air baku maka semakin berat pula pengolahan yang
dibutuhkan, dan semakin banyak ragam zat pencemar akan semakin
banyak pula teknik – teknik yang diperlukan untuk mengolah air
tersebut, agar bisa dimanfaatkan sebagai air minum.
A. Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air
i. Umum
Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air
merupakan revisi dari SNI 19-6774-2002, Tata cara
perencanaan unit paket instalasi penjernihan air dan disusun
kembali dengan penambahan hasil-hasil penelitian di dalam
negeri yang telah digunakan oleh

IV - 21
masyarakat secara luas.
Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air ini
disusun oleh Panitia Teknik Bahan Konstruksi Bangunan dan
Rekayasa Sipil melalui Gugus Kerja Lingkungan Permukiman
pada Sub Panitia Teknis Perumahan, Sarana dan Prasarana
Lingkungan Permukiman.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman BSN Nomor 8
Tahun 2000 dan dibahas dalam forum konsensus yang
diselenggarakan pada tanggal 30 November 2006 oleh Sub
panitia Teknis yang melibatkan para nara sumber, pakar dan
lembaga terkait.
Standar ini merupakan kaji ulang serta revisi kedua SNI 19-
6774-2002, Tata cara perencanaan unit paket instalasi
pengolahan air, yang selama ini telah dijadikan sebagai
rujukan dalam penilaian proses sertifikasi sistem Unit IPA
yang dibuat oleh produsen.
Adapun perubahan dan atau penambahannya antara lain :
• Kriteria perencanaan unit flotasi;
• Perencanaan tapak;
• Istilah dan definisi. Antara lain untuk air baku dan air minum
yang mengacu pada PP 16 tahun 2005;
Sistem Unit IPA ini telah banyak digunakan oleh Pemerintah
maupun badan-badan usaha dalam proyek-proyek penyediaan
air minum. Sehingga dengan adanya standar ini akan
memberikan kemudahan bagi perencana dan jaminan mutu
bagi para produsen, pengguna dan pengelola Unit Paket IPA.
a. Perencanaan unit paket instalasi pengolahan air
1) Ruang lingkup
Standar ini mencakup ketentuan-ketentuan mengenai
kriteria perencanaan, air baku, kapasitas instalasi, unit
operasi, struktur dan bahan serta cara pengerjaan dalam
merencanakan unit paket instalasi pengolahan air agar
diperoleh unit IPA yang optimal dengan kapasitas
maksimum 50 L/detik.
2) Acuan normatif
SNI 19–6773–2002, Spesifikasi intalasi pengolahan air
3) Istilah dan definisi

IV - 22
air baku adalah air yang berasal dari sumber air
permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang
memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku
untuk air minum.
4) Air Minum
Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
5) Back Wash
sistem pencucian media filter dengan aliran air yang
berlawanan arah dengan aliran air pada saat penyaringan.
6) Beban Pelimpah
Debit air yang diolah persatuan panjang pelimpah dalam
bak pengendap.
7) Beban Permukaan
Debit air yang diolah persatuan luas permukaan.
8) Clarifier
Gabungan pengaduk lambat (flokulator) dan pengendap.
9) Desinfeksi
Proses pembubuhan bahan kimia untuk mengurangi zat
organik pada air baku dan mematikan kuman/organisme.
10) Desinfektan
Bahan (kimia) yang digunakan untuk mematikan bakteri
pathogen dan memperlambat pertumbuhan lumut.
11) Ekspansi
Penambahan panjang lapisan media berbutir/penyaring
(Le) yang terangkat ke atas pada waktu pencucian media
karena penambahan tekanan.
12) Filtrasi
Proses memisahkan padatan dari supernatran melalui
media penyaring.
13) Flok
Gumpalan lumpur yang dihasilkan dari proses koagulasi
dan flokulasi.
14) Flokulasi
Proses pembentukan partikel flok yang besar dan padat
agar dapat diendapkan.

IV - 23
15) Flotasi
Proses pemisahan padatan dan air berdasarkan perbedaan
berat jenis dengan cara diapungkan.
16) Kapasitas Produksi
Volume air hasil olahan persatuan waktu.
17) Koagulan
Bahan (kimia) yang digunakan untuk pembentukan flok
pada proses pencampuran.
18) Koagulasi
Proses pencampuran bahan kimia (koagulan) dengan air
baku sehingga membentuk campuran yang homogen.
19) Manifold
Pipa utama yang dipasang pada dasar saringan pasir
sebagai pipa pipa air masuk.
20) Netralisan
Bahan kimia yang digunakan untuk menyesuaikan
derajat keasaman (pH) pada suatu proses tertentu.
21) Netralisasi
Proses untuk menyesuaikan derajat keasaman (pH) pada
air.
22) Nilai Gradien Kecepatan, G
Laju penurunan kecepatan persatuan waktu (/detik).
23) Nozzle
Perlengkapan yang dipasang pada dasar saringan pasir
untuk meratakan aliran air.
24) Sedimentasi
Proses pemisahan padatan dan air berdasarkan perbedaan
berat jenis dengan cara pengendapan.
25) Surface Wash
Sistem pencucian dengan menyemprotkan air pada
permukaan media saringan.
26) Unit Paket Instalasi Pengolahan Air
Unit paket instalasi pengolahan air yang selanjutnya
disebut unit paket IPA adalah unit paket yang dapat
mengolah air baku melalui proses fisik, kimia dan atau
biologi tertentu dalam bentuk yang kompak sehingga
menghasilkan air minum yang memenuhi baku mutu
yang berlaku, didesain dan dibuat pada suatu tempat

IV - 24
yang selanjutnya dapat dirakit di tempat lain dan
dipindahkan, yang terbuat dari bahan plat baja, dan
plastik atau fiber.
27) Waktu Tinggal, td
Waktu yang diperlukan oleh air selama proses tertentu
berlangsung
28) Persyaratan
Perencanaan dan produk unit paket IPA harus mendapat
sertifikat dari instansi/lembaga yang berwenang.
29) Kriteria Kualitas Air Baku Dan Pompa Air Baku :
1. Kualitas air baku
Air baku yang dapat diolah dengan Unit Paket IPA
harus memenuhi ketentuan baku mutu yang berlaku.
2. Pompa air baku
a) Kriteria kapasitas dan cadangan pompa air baku
harus memenuhi ketentuan berikut :
1. kapasitas pompa air baku (10–20) % lebih besar
dan kapasitas rencana unit paket IPA;
2. pompa cadangan minimal 1buah;
3. masing-masing pompa cadangan harus
mempunyai jenis, tipe, dan kapasitas yang sama.
b) Jenis dan tipe pompa air baku yaitu:
1. Jenis sentrifugal dari jenis aliran axial atau
aliran campuran, tipe tidak mudah tersumbat
(non clogging) dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Memperhitungkan jarak dari sumbu pompa
terhadap muka air terendah harus lebih kecil
dari NPSH yang tersedia (net positif suction
head).
b. Pompa air baku sampai tekanan 30 m harus
mempunyai impeller tunggal (singlestage);
c. Tumpuan putaran pompa menggunakan
pelumas.
2. Jenis pompa benam (submersible pump) dengan
persyaratan:
a. Dilengkapi dengan sistem guiding bar dan
pipa untuk discharge lengkap denganfitting

IV - 25
dan bend 90º medium untuk sambungan ke
pipa tranmisi air baku;
b. Menyediakan kabel khusus pompa benam
yang sesuai dengan uluran dan daya motor
pompa terpasang. Bila memerlukan
penyambungan dalam air, harus diberi isolasi
khusus;
c. Dilakukan pengamanan pompa sekurang-
kurangnya pengamanan terhadap kelembaban
ruang dalam pompa dan suhu tinggi.
3.Kapasitas, unit operasi dan proses
a. Kapasitas
Kapasitas unit paket IPA harus memiliki besaran
debit (1 - 50) Liter/detik.
b. Unit operasi dan proses
Unit operasi dan proses per unit paket IPA dapat
berupa :
1. Unit operasi dan proses koagulasi;
2. Unit operasi dan proses flokulasi;
3. Unit operasi dan proses flotasi;
4. Unit operasi dan proses sedimentasi;
5. Unit operasi filtrasi,
6. Unit proses desinfeksi
4.Kriteria perencanaan unit paket
a. Kriteria perencanaan unit koagulasi (pengaduk
cepat)
Kriteria perencanaan untuk Unit koagulasi
(pengaduk cepat) dapat dilihat Tabel 43, berikut :

Tabel 4.3
Kriteria Perencanaan Unit Koagulasi (Pengaduk Cepat)

Unit Kriteria

Pengaduk cepat Hidrolis:

• Tipe - terjunan
- saluran bersekat

IV - 26
- dalam pipa bersekat
- Perubahan phasa pengaliran(NRe)
Mekanis:
- Bilah (Blade), pedal (padle) Kipas
- Flotasi
• Waktu pengadukan (detik) 30 – 120
> 750
• Nilai G/detik
5. Kriteria perencanaan unit flokulasi (pengaduk lambat)
Kriteria perencanaan untuk unit flokulasi (pengaduk
lambat) dapat dilihat pada Tabel 4.4, Berikut :

Tabel 4.4
Kriteria Perencanaan Unit Flokulasi (Pengaduk Lambat)

6. Kriteria perencanaan unit flotasi (pengapungan)


Kriteria perencanaan untuk unit flotasi (pengapungan)
dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut :

IV - 27
Tabel 4.5
Kriteria perencanaan unit flotasi (pengapungan)

7. Kriteria perencanaan unit sedimentasi (pengendap)


Kriteria perencanaan untuk unit sedimentasi
(Pengendap) dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6
Kriteria Unit Sedimentasi (Bak Pengendap)
Bak Persegi Bak
Bak
Bak Persegi Aliran Vertikal Bundar
Kriteria Bundar
(Aliran (Menggunakan (Aliran Clarifier
Umum (Kontak
Horizontal) Pelat/Tabung Vertikal –
Padatan)
Pengendap) Radial)
Beban
permukaan 0,8 – 2,5 3,8 – 7,5*) 1,3 – 1,9 2–3 0,5 – 1,5
(m3/m2/jam)
Kedalaman
3–6 3–6 3–5 3–6 0,5 – 1,0
(m)
Waktu retensi
1, 5 – 3 0,07**) 1–3 1–2 2 – 2,5
(jam)

IV - 28
Lebar /
> 1/5 - - - 7,2 – 10
panjang
Beban
pelimpah < 11 < 11 3,8 – 15 7 – 15 < 2000
(m3/m/jam)
Bilangan
< 2000 < 2000 - - -
Reynold
Kecepatan
pada
pelat/tabung max 0,15 - - -
pengendap
(m/menit)
Bilangan
> 10- > 10-5 - - > 10-5
Froude
Kecepatan
vertikal - - <1 <1
(cm/menit)
Sirkulasi 3 – 5% dari
- - - -
Lumpur input
Kemiringan
dasar
45o – 60o 45o – 60o 45o – 60o > 60o 45o – 60o
bak (tanpa
scraper)
Periode antar
pengurasan
12 – 24 8 – 24 12 – 24 Kontinyu 12 – 24 ***
lumpur
(jam)
Kemiringan
30o / 60o 30o / 60o 30o /60o 30o /60o 30o /60o
tube/plate

Catatan :
*) luas bak yang tertutupi oleh pelat/tabung pengendap
**) waktu retensi pada pelat/tabung pengendap
***) pembuangan lumpur sebagian

8. Kriteria perencanaan unit filtrasi (saringan cepat)


Kriteria Perencanaan untuk Unit Filtrasi (Saringan
Cepat) dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut

IV - 29
Tabel 4.7
Kriteria Perencanaan Unit Filtrasi (Saringan Cepat)
Jenis Saringan
Saringan Dgn
No Unit Saringan Biasa Saringan
Pencucian
(Gravitasi) Bertekanan
Antar Saringa
1 Jumlah bak saringan N = 12 Q 0,5 *) minimum 5 bak -
Kecepatan penyaringan
2 6 – 11 6 – 11 12 – 33
(m/jam)
Tanpa/dengan Tanpa/dengan Tanpa/dengan
Pencucian: blower & atau blower & atau blower & atau
 Sistem pencucian surface wash surface wash surface wash
 Kecepatan (m/jam)
36-50 36-50 36-50
 lama pencucian
3
 (menit)
10-15 10-15 -
 periode antara dua
 pencucian (jam) 18-24 18-24 -
 ekspansi (%)
30-50 30-50 30-50

Media pasir: 300-700 300-700 300-700


 tebal (mm) 600-700 600-700 600-700
 singel media 300-600 300-600 300-600
0,3-0,7 0,3-0,7 -
 media ganda
 Ukuran efektif,ES (mm)
4 1,2-1,4 1,2-1,4 1,2-1,4
 Koefisien
Keseragaman, UC 2,5-2,65 2,5-2,65 2,5-2,65
 Berat jenis (kg/dm3)
 Porositas 04 04 04
 Kadar SiO2 >95 % >95 % >95 %

5 Media antransit :
 tebal (mm) 400-500 400-500 400-500
 ES (mm) 1,2-1,8 1,2-1,8 1,2-1,8

IV - 30
1,5 1,5 1,5
 UC
1,35 1,35 1,35
 berat jenis (kg/dm3)
 porositas 0,5 0,5 0,5

Filter botom/dasar
Saringan

1)Lapisan penyangga
6 dari atas ke bawah 80 – 100 80 – 100 -
2–5 2–5 -
 Kedalaman (mm)
Ukuran butir (mm)
80-100 80-100 -
 Kedalaman (mm)
5-10 5-10 -
Ukuran butir (mm)
 Kedalaman (mm) 80-100 80-100 -
Ukuran butir (mm) 10-15 10-15 -
 Kedalaman (mm)
Ukuran butir (mm) 80-150 80-150 -
15-30 15-30 -
2)Filter Nozel
 Lebar Slot
nozel (mm)
< 0,5 < 0,5 < 0,5
7  Prosentase
luas slot nozel >4% >4% >4%
terhadap luas
filter (%)

Catatan :
*) untuk saringan dengan jenis kecepatan menurun
**) untuk saringan dengan jenis kecepatan konstan (constan filtration rate), harus dilengkapi
dengan pengatur aliran (flow controller) otomatis.:

9. Kriteria perencanaan pembubuhan bahan kimia


a. Koagulan
1. Kriteria koagulan
a) Jenis koagulan yang digunakan;
1) Aluminium sulfat, Al2(SO4)3 .l4(H2O)
diturunkan dalam bentuk cair konsentrasi
sebesar (5 — 20) % untuk instalasi dengan
kapasitas lebih kecil dari 20 L/detil, dan

IV - 31
konsentrasi larutan sampai dengan 20%
untuk instalasi lebih besar dari 20 L/detik.
2) PAC, Poly Aluminium Chloride
(Al10(OH)15Cl15) Kualitas PAC
ditentukan oleh kadar aluminium oxide
(Al2O3) yang terkait sebagai PAC dengan
kadar (10 — 11)%.
b) Dosis koagulan ditentukan berdasarkan hasil
percobaan jar test terhadap air baku .
c) Pembubuhan koagualan ke pengaduk cepat
dapat dilakukan secara gravitasi atau
pemompaan
b. Bak koagulan
a) Bak koagulan harus dapat menampung larutan
selama 24 jam;
b) Diperlukan 2 buah bak yaitu 1 buah bak
pengaduk manual atau mekanis dan 1 buah bak
pembubuh;
c) Bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan
tahan terhadap bahan koagulan.
c. Netralisan
1. Kriteria netralisan
a) Harus berupa bahan alkalin;
1) Kapur (CaO), dibubuhkan dalam bentuk
larutan dengan konsentrasi larutan 5 %
sampai dengan 20%;
2) Soda abu (Na2CO3) dibubuhkan dalam
bentuk larutan, dengan konsentrasi larutan
5% sampai dengan 20%;
3) Soda api (NaOH), dibubuhkan dalam
bentuk larutan, dengan konsentrasi larutan
maksimum 20%;
b) Dosis bahan alkalin ditentukan berdasarkan
percobaan;
c) Pembubuhan bahan alkalin secara gravitasi
atau pernompaan, dibubuhkan sebelum dan
atau sesudah pembubuhan koagulan
d. Bak netralisan

IV - 32
1. Bak dapat menampung larutan selama 8 sampai
dengan 24 jam;
2. Diperlukan 2 buah bak yaitu 1 buah bak
pengaduk manual atau mekanis dan 1buah bak
pembubuh
3. Bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan
tahan terhadap beban alkalin

e. Desinfektan
1. Kriteria desinfektan
a) Jenis densifektan yang digunakan :
1) gas klor (Cl2), kandungan Klor aktif
minimal 99%;
2) kaporit atau kalsium hipoklorit (CaOCl2 ) x
H2O kandungan Klor aktif (60 — 70) %;
3) sodium hipoklorit (NaOCl), kandungan
Klor aktif 15%;
b) Dosis klor ditentukan berdasarkan DPC yaitu
jumlah Klor yang dikonsumsi air besarnya
tergantung dari kualitas air bersih yang di
produksi serta ditentukan dari sisa Klor di
instalasi (0,25 – 0,35) mg/L.
2. Pembubuhan desinfektan
a) Gas Klor disuntikan langsung ke pipa air
bersih, pembubuhan gas menggunakan
peralatan tertentu yang memenuhi ketentuan
yang berlaku;
b) Kaporit atau sodium hipoklorit dibubuhkan ke
pipa air
3. Keperluan perlengkapan desinfeksi
a) Pembubuhan gas Klor
1) peralatan gas Klor disesuaikan minimal 2,
lengkap dengan tabungnya;
2) tabung gas Klor harus ditempatkan pada
ruang khusus yang tertutup;
3) ruangan gas Klor harus terdapat peralatan
pengamanan terhadap kebocoran gas Klor;

IV - 33
4) Alat pengamanan adalah pendeteksi
kebocoran gas Klor dan sprinkler air
otomatik atau manual.
5) harus disediakan masker gas pada ruangan
gas Klor.
b) Bak kaporit
1) bak dapat menampung larutan selama 8
sampai dengan 24 jam;
2) diperlukan 2 buah bak yaitu bak pengaduk
manual/mekanis dan bak pembubuh;
c) Bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan
tahan terhadap kaporit.
f. Pompa pembubuh dan motor pengaduk
Jumlah pompa pembubuh larutan kimia dan motor
pengaduk unit koagulasi maupun flokulasi paket
IPA minimal 2 buah berkapasitas sama.
10. Kriteria bak penampung air minum
Bak penampung air minum diberi sekat-sekat yang
dilengkapi dengan :
a. Ventilasi;
b. Tangga;
c. Pelimpah air;
d. Lubang pemeriksaan dan perbaikan;
e. Alat ukur ketinggian air;
f. Pipa penguras.
11. Kriteria perencanaan perlengkapan unit paket IPA
Kriteria perencanaan untuk perlen4.8gkapan unit paket
IPA dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4.8
Kriteria perencanaan perlengkapan unit IPA
No Unit Kriteria Keterangan

1 Alat Ukur debit (%) 2-5 Akurasi Alat


Bak penampung air
2 minum - - - -
- Waktu tinggal (menit)
3 Alat pembubuh < 30 -

IV - 34
Penguras bak Gravitasi atau
4 -
sedimentasi pompa
Bak pengendapan
lumpur (drying
5 Pengolahan lumpur -
bed)
dan filter press
Pengendalian suhu,
Bangunan
6 cahaya -
pelindung/shelter
matahari
12. Catu daya
a. Penyediaan daya listrik
Penyediaan daya listrik terdapat 2 sumber, yaitu :
a) PLN
b) Genset.
Pemilihan sumber daya sesuai Tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9
Alternatif pemilihan sumber daya listrik
Gambaran Situasi
Alternatif Pemilihan
Lapangan
Ada jaringan distribusi
PLN dengan jarak yang
menguntungkan dari unit Gabungan pelayanan
dan masih mencukupi PLN dan 1 unit genset
permintaan daya serta sebagai cadangan
sesuai dengan
direncanakan
Tidak ada jaringan
distribusi atau tidak ada 2 unit genset dimana
rencana 1unit sebagai
perluasan jaringan PLN cadangan
dalam waktu dekat

b. Penyediaan bahan bakar


Penyediaan bahan bakar harus memenuh kebutuhan
operasi harian dan bulanan. Penempatan tangki
bahan bakar harus da!am rumah genset dan bakar
harus dapat mengalir secara gravitasi.
Tangki bahan bakar bulanan boleh ditempatkan di
bawah atau di permukaan tanah dan dapat dilengkapi

IV - 35
dengan pompa agar dapat mengalirkan bahan bakar
ke tangki harian.
c. Kriteria panel
Diesel generator, pompa air baku, pompa pembubuh,
pengaduk cepat dan lambat harus dilengkapi panel
yang sesuai kebutuhan.
13. Kriteria struktur bangunan
a. Jenis bangunan
Jenis Bangunan yang diperlukan adalah :
a) Bangunan IPA;
b) Bangunan penunjang IPA;
1) ruang pembubuh;
2) ruang jaga;
3) ruang pompa; ruang genset,
4) ruang laboratorium;
5) ruang gudang;
6) ruang penyimpan bahan kimia
c) Sarana pembuangan lumpur dari hasil pengurasan
bak pengendap dan pencucian saringan.
b. Bahan dan bangunan pelengkap
Bahan dan bangunan pelengkap harus memenuhi
ketentuan berikut :
a) Struktur bangunan IPA dan bangunan penampung
air minum dari beton bertulang, baja atau bahan
lainnya berdasarkan pertimbangan kondisi
lapangan.
b) Ruang genset harus kedap suara, tahan getaran
dan tidak mudah terbakar, dilengkapi dengan
peralatan perneliharaan yang memenuhi
ketentuan yang berlaku;
c) Ruang pembubuh dan penyimpan bahan kimia
dilengkapi exhaust fan, drainase dan
perlengkapan pembersihan;
d) Bangunan penunjang lainnya menggunakan
bahan bangunan yang memenuhi ketentuan yang
berlaku;

IV - 36
e) Pondasi bangunan sesuai dengan kondisi
setempat yang memenuhi ketentuan yang
berlaku.
14. Rencana tapak dan sarana pelengkap
a. Rancangan tapak harus mengikuti peraturan
mendirikan bangunan yang berlaku setempat
b. Apabila tidak ditentukan oleh peraturan setempat
yang ada, untuk kemudahan operasi dan
pemeliharaan , jarak bagian terluar IPA paket
terhadap bangunan lain disekitarnya yang terdekat
sekurang-kurangnya sebagai berikut:
1) 3, 0 meter untuk IPA dengan Kapasitas sampai
dengan 20 L/detik
2) 4,0 meter untuk IPA dengan kapasitas diatas 20
L/detik
c. Luas rencana tapak dan pelengkap bangunan harus
memenuh ketentuan luas berikut;
1) kapasitas sampai dengan 5 L/detik, luas minimal
2000 m2
2) kapasitas (10-30) L/detik, luas minimal 2400
m2
3) kapasitas (40-80) L/detik, luas minimal 3000
m2
d. Tata letak bangunan penunjang IPA berdasarkan
mudah operasi, sirkulasi dan efisien , dilengkapi
tempat parkir, pagar, kamar mandi, toilet dan
fasilitas penerangan;
e. Untuk kebutuhan operasi dan pemeliharaan paket
unit IPA harus dilengkapi dengan lantai
pemeriksaan.
f. Jalan masuk dari jalan besar menuju ke tapak IPA
lebarnya harus mencukupi untuk dilalui kendaraan
roda empat.
g. Jalan dan tempat parkir harus diberikan perkerasan
yang memadai;
h. Tapak IPA haruas bebas banjir
15. Dokumen perencanaan

IV - 37
Dokumen Perencanaan untuk IPA paket sekurang-
kurangnya terdiri dari :
a. Diagram alir proses
b. Diagram perpipaan dan Instrumentasi
c. Perhitungan unit proses dan operasi
d. Profil hidrolis
e. Perhitungan mekanikal dan elektrikal
f. Perhitungan struktur
g. Gambar perencanaan dengan skala yang memadai
B. Spesifikasi unit paket instalasi pengolahan air
i. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan mengenai komponen, ukuran, bahan,
peralatan, struktur dan kinerja dari paket unit instalasi
pengolahan air minum untuk kapasitas maksimum 50 l/det.

ii. Acuan normatif


 SNI 06-0112-1987, Pipa polister serat gelas untuk saluran
air bertekanan dan saluran air buangan
 SNI 06-0162-1987, Pipa PVC untuk saluran air buangan di
dalam dan di luar bangunan
 SNI 07-0070-1987, Mutu dan cara uji baja siku sama kaki
bertepi bulat canai panas hasil reroling
 SNI 07-0071-1987, Mutu dan cara uji pipa baja las spiral
 SNl 07-2295-1988, Sambungan profil dengan profil
menggunakan sistem las atau baut
 SNl 07-2225-1991, Pipa baja saluran air
 SNI 04-0225-2000, Persyaratan umum instalasi listrik 2000
(PUIL 2000)
 SNI 06-0084-2002, Pipa PVC untuk saluran air minum
 SNI 19-6774-2002, Tata cara perencanaan paket unit
instalasi pengolahan air
 SNI 07-0308-1989, Cara uji komposisi kimia baja karbon
iii. Istilah dan definisi
1) Ambang bebas
Jarak antara tinggi bangunan unit paket instalasi pengolah
air dengan muka air maksimum.
2) Corrugated

IV - 38
Bentuk kontruksi dinding bak pada unit proses pada
Instalasi Pengolahan Air
3) Kabel berisolasi
Kabel yang terdiri atas pelindung rakitan/satu inti/selubung
individual
4) Pelat baja
Plat dari bahan baja yang digunakan untuk konstruksi
umum
5) Pipa baja saluran air
Pipa baja dengan proses kampuh lurus lasan tumpul (butt-
welded strightseam) atau kampuh spiral (spiral seam) dan
pipa baja tanpa kampuh (seamless) dengan ukuran diameter
nominal 152,4 mm atau lebih yang digunakan untuk
penyaluran air
6) Unit paket instalasi pengolahan air selanjutnya disebut Unit
Paket IPA
Unit paket instalasi pengolahan air yang selanjutnya disebut
unit paket IPA adalah unit paket yang dapat mengolah air
baku melalui proses fisik, kimia dan atau biologi tertentu
dalam bentuk yang kompak sehingga menghasilkan air
minum yang memenuhi baku mutu yang berlaku, didesain
dan dibuat pada suatu tempat yang selanjutnya dapat dirakit
di tempat lain dan dipindahkan, yang terbuat dari bahan plat
baja, dan plastik atau fiber.
7) Ambang bebas
Jarak antara tinggi bangunan unit paket instalasi pengolah
air dengan muka air maksimum.
iv. Komponen IPA
Komponen paket unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) sesuai
diagram proses sebagai berikut :

IV - 39
Tabel 4.10
Komponen paket unit pengolahan air

No Komponen Jenis
1 Komponen Utama
Unit pengambil air
Air Permukaan, Air Tanah
baku
Ambang tajam, turbin, pitot,
Pengukur aliran Air
elektromagnetik dan ultrasonik
Pembubuh Larutan
Pompa dosing, gravitasi
Kimia
Mixer Mekanis, hidrolis, in line dan kompresor
Koagulasi Hidrolis, mekanis
Flokulasi Hidrolis, mekanis
Sedimentasi/ klarifikasi Gravitasi, floating
Filtrasi Saringan pasir cepat
Desinfeksi Pompa dosing
2 Komponen Penunjang
Penampung Reservoar
Distribusi Gravitasi, Pemompaan

v. Persyaratan
a. Persyaratan umum
1. Produk unit paket IPA harus mendapat pengesahan dari
instansi/lembaga yang berwenang,
2. Unit paket IPA harus mampu mengalirkan air sebagai air
minum, sesuai Permenkes RI No
907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Kualitas Air
Minum
3. Harus dipasang di atas tanah yang stabil,
4. Permukaan bagian luar dan dalam tidak cacat dan kedap
air.
5. Pemilihan jenis proses pengolahan berdasarkan kualitas
air baku terutama kekeruhan dan warna.
b. Persyaratan teknis

IV - 40
1. Kualitas air baku
Kualitas air baku yang dapat diolah dengan IPA paket
adalah sebagai berikut :
a) Kekeruhan, maksimum 600 NTU atau 400 mg/L
SiO2,
b) Kandungan warna asli (appearent colour) tidak
melebihi dari 100 Pt Co dan warna sementara
mengikuti kekeruhan air baku,
c) Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat baku air baku
sesuai Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2000
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
d) Dalam hal air sungai daerah tertentu mempunyai
kandungan warna, besi dan atau bahan organik
melebihi syarat tersebut di atas tetapi kekeruhan
rendah (< 50 NTU) maka digunakan IPA sistem DAF
(Dissolved Air Flotation) atau sistem lainnya yang
dapat dipertanggungjawabkan.
2. Alat ukur aliran
Unit paket instalasi pengolahan air dilengkapi alat ukur
aliran untuk mengukur debit air baku dan air minum,
yang dapat berupa :
a) water meter
b) Vnotch
c) flowmeter
d) floating meter
3. Ukuran
a) Unit koagulasi/koagulator
Ukuran unit koagulasi (Koagulator) harus sesuai
dengan perhitungan berdasarkan SNI 19-6774-2002,
Tata cara perencanaan paket unit IPA.
b) Unit flokulator
Ukuran panjang, lebar, diameter dan tinggi unit
flokulasi (Flokulator) harus sesuai dengan
perhitungan berdasarkan SNI 19-6774-2002, Tata cara
perencanaan paket unit IPA.
c) Unit sedimentasi

IV - 41
Ukuran panjang, lebar, diameter dan tinggi Bak
Sedimentasi harus sesuai denganperhitungan
berdasarkan SNI 19-6774-2002, Tata cara
perencanaan paket unit IPA.
1) Bentuk dinding
Unit sedimentasi mempunyai 2 bentuk dinding
yaitu :
 Dinding rata.
Pelat IPA dengan dinding rata mempunyai
ketebalan dinding yang berbeda dan
tergantung pada kapasitas IPAnya, seperti pada
Tabel 2 berikut ini.
 Dinding corrugated.
Pelat IPA dengan dinding corrugated
mempunyai ketebalan dinding yang sama untuk
kapasitas IPA 1L/detik - 50 L/detik, seperti pada
Tabel 4.11.
Tabel 4.11
Tebal pelat dinding IPA

Baja Fiber
Ketebalan
Kapasitas Ketebalan
pelat
No IPA pelat Ketebalan
dinding
(Lt/Dtk) dinding (mm)
corrugated
rata (mm)
(mm)
1 1 4 5
2 2.5 5 5 5
3 5 6 5 8
4 10 6 5 12
5 20 8 5 15*
6 30 15*
7 40 15*
8 50 Min. 10 5 15*
Catatan : * dalam penelitian

2) Bentuk bak pengendap


Bentuk bak pengendap pada unit sedimentasi ada 2
(dua) macam yatu: bentuk bundar dan
persegi/persegi panjang.

IV - 42
Tinggi bebas di unit Sedimentasi pada setiap
kapasitas IPA ditentukan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12
Ambang bebas di unit sedimentasi dan kapasitas IPA
Ambang Bebas di
No Kapasitas IPA (Lt/Dtk) Unit sedimentasi
(CM)
1 1 15
2 5 20
3 10 20
4 20 25
5 50 30

3) Bentuk dan jenis pengendap


Bentuk dan jenis pengendap ada 2 (dua) macam
yaitu :
 Bentuk Pelat
Pengendap berbentuk pelat datar, dengan bahan
terbuat dari baja tahan karat atau baja digalbani
(galvanis) atau serat kaca (fiber glkass) atau
PVC. Tinggi tegak pelat pengendapan
disesuaikan dengan kapasitas IPA dan bentuk
dinding rata, sesuai Tabel
4 berikut ini. Lebar pelat disesuaikan dengan
lebar bak pengendap, jarak antar pelat dan
kemiringan sesuai dengan SNI 19-6774-2002,
Tata cara perencanaan paket unit IPA.

Tabel 4.13
Tinggi tegak pelat pengendap dan kapasitas IPA
No Kapasitas IPA Tinggi tegak pelat Tinggi tegak
(Lt/Dtk) pengendap dinding pelat
rata pengendapan

IV - 43
dinding
(Cm) corrugated
(Cm)
1 1 60 80
2 5 80 80
3 10 80 80
4 20 90 80
5 50 100 80

 Bentuk tabung pengendap (Tube Settler)


Selain bentuk pelat, pengendap pada unit
sedimentasi dapat juga digunakan tube settler
dengan ketentuan lebar tube disesuaikan dengan
lebar bak pengendap, jarak antar pelat dan
kemiringan sesuai dengan SNI 19-6774-2002,
tata cara perencanaan paket unit IPA.
Bentuk tube settler yang bisa digunakan:
bundar, segi empat segi-enam, segi-delapan.
Diameter tube setller tergantung pada besarnya
kapasitas IPA seperti pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14
Diameter Tube Settler dan kapasitas IPA
Ambang Bebas di
No Kapasitas IPA (Lt/Dtk) Unit sedimentasi
(CM)
b 1-10 4
2 20 5
3 50 5-6

c. Unit filtrasi
Ukuran panjang, lebar, diameter dan tinggi harus sesuai
dengan perhitungan berdasarkan SNI 19-6774-2002, Tata
cara perencanaan paket unit IPA.
1. Media penyaring

IV - 44
Media penyaring menggunakan pasir silika dengan
ketentuan sesuai dengan SNI 19- 6774-2002, Tata cara
perencanaan paket unit IPA.
2. Media penyangga
Media penyangga berupa kerikil dengan ketentuan sesuai
dengan SNI 19-6774-2002, Tata cara perencanaan paket
unit IPA.
d. Bahan dan peralatan
1. Pelat baja
Pelat Baja harus memenuhi ketentuan berikut :
a) Semua permukaan pelat baja Mild Steel SS-400, harus
dibersihkan dengan pasir bertekanan (sand blasting)
sesuai ketentuan yang berlaku dengan disaksikan oleh
pejabat yang berwenag.
b) Permukaan yang telah dibersihkan haryus segera
ditutup dengan pelapisan (pengecatan), Pelapisan
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Pelapisan bagian dalam
Pelapisan ini menggunakan jenis epoxy yang
diperuntukan untuk air minum (food grade)dengan
ketebalan lapisan epoxy, minimal 100 mikron.
2) Pelapisan bagian luar
 pelapisan yang digunakan adalah cat dasar
zinchromat dengan ketebalan 50 mikron,
 pelapisan akhir (Finished coat) menggunakan
email coat dengan ketebalan 50 mikron dan
diwarnai biru.
2. Fibreglass Reinforce Plastic (FRP)
Pelat Fibreglass harus memenuhi ketentuan berikut :
1) Menggunakan bahan dan material sebagai berikut
(acuan komposisi bahan yang diuji laboratorium
terakreditasi harap dilampirkan):
1) Material Utama
 Polyester Resin Unsaturated Tipe ORTHO dan
ISO (atau setara)
 Chopped Strand Mat
 Roving Cross Mat
2) Material Pendukung

IV - 45
 Pasta pigment/warna
 Filler
 Katalisator
 Cobalt
3. Pelat pengendap
Pelat pengendap dari bahan fiber glass, PVC dan
stainless steel dengan lendutan (defleksi) tidak
melebihi 5 % pada beban 1285 N/m2 .
4. Perpipaan dan perlengkapan
Perpipaan dan Perlengkapan vang digunakan :
a) Pipa PVC, harus sesuai SNI 06-0084-2002
tentang Pipa PVC untuk saluran air minum, SNI
06-0162-1987 tentang Pipa PVC untuk saluran
air buangan di daiam dan di luar bangunan;
b) Pipa baja saluran air, harus sesuai SNl 07-2225-
1991 dan harus di finished print;
c) Katup terdiri dari :
1) Butterfly valve
Butterfly valve harus digunakan untuk
mengatur debit. Untuk ukuran butterfly valve
> Ф 100 mm, harus menggunakan 2 piringan
(flen).
2) Katup pintu (Gate valve)
Katup pintu sebagai katup isolasi, harus
sesuai dengan SNI 05-01666-1990.
3) Katup searah horizontal (Check valve)
Katup searah horisontal harus sesuai SNI 05-
0168-1998.
d) Tangki pembubuh dan pengaduk
Tangki pembubuh dan pengaduk dari baja
dengan pelindung dalam tahan bahan kimia atau
fiberglass atau sejenisnya yang tahan terhadap
larutan kimia. Dimensi, kapasitas dan bentuk
sesuai dengan SNI 19-6774-2002, Tata cara
perencanaan paket unit IPA
e) Peralatan pelengkap
1) Pompa air baku dengan ketentuan sebagai
berikut:

IV - 46
 Pompa air baku bisa dipilih dari
jenisaliran axial, aliran campuran (mixed
flow), centriofugal yang tidak mudah
tersumbat (non clogging);
 Bila menggunakan pompa centrifugal
harus memperhitungkan jarak dari
sumbu pompa terhadap muka air
terendah harus lebih kecil dari NPSH
yang tersedia (net positif suction head).
 Pompa air baku sampai head 30 m harus
mempunyai impeller tunggal (single
stage);
 Bearing pompa menggunakan pelumas
(lubrication air);
 Elektromotor yang dapat dipakai dalam
air dengan ketentuan sebagai berikut ini :
 Dapat dioperasikan dengan daya yang
tersedia 220/380 volt, 3 phase, 50 Hz;
 Pole : 2 atau 4 pole;
 Putaran maksimal 2900 rpm.;
 Mesin listrik minimal 5 HP dengan
starting sistern Start Delta dan
mampu bekerja selama 15 jam per
hari dengan suhu lingkungan
(ambient temperatur) 50º C.
 Bahan pompa air baku terdiri dari :
 Casing terbuat dari cast iron;
 Kipas (Impeller) pompa terbuat dari
stainless steel, high crome steel, cast
iron special dan bronze;
 As pompa ( shaft) terbuat dari
stainless steel;
 Perlengkapan pompa air baku terdiri
atas:
 Satu set pressure gauge, 0,50 kg/cm2;
 Perlengkapan pompa air baku ada 2
tipe yaitu :

IV - 47
1. Tipe 1, pompa air baku dilengkapi
dengan rantai dan pipa discharge
flexible lengkap dengan fitting
untuk sambungan ke pipa tranmisi
air baku;
2. Tipe 2, pompa air baku dengan
jenis pompa benam (submerbsible)
dilengkapi dengan sistem guiding
bar dan pipa untuk discharge
lengkap dengan fitting dan bend
90º medium untuk sambungan ke
pipa tranmisi air baku;
 Harus menyediakan kabel khusus
pompa submersible yang sesuai
dengan uluran dan daya motor pompa
terpasang. Bila memerlukan
penyambungan dalam air , harus
diberi isolasi khusus.
2) Pompa Distribusi
Pompa distribusi dengan ketentuan sebagai
berikut:
 Pompa air baku harus dipilih dari jenis
centrifugal horizontal dengan sumbu
horizontal atau vertikal;
 Dapat dipakai single stage atau multi
stage dengan casing dari besi tuang (cast
iron) dan kipas dari kuningan atau baja
tahan karat;
 Ball bearing memakai bahan pelumas
dari gemuk;
 Dapat dioperasikan dengan daya yang
tersedia 220/380 Volt, 3 phase, 60 Hz;
 Pole : 2 atau 4 pole;
 COS phi : 0,80
 Putaran maksimal 2900 rpm.;
 Mesin listrik diatas 5 HP dengan starting
sistern Start Delta dan mampu bekerja

IV - 48
selama 15 jam per hari dengan
temperatur ambien 50º C.
 Mesin listrik minimal 5 HP dengan
starting sistern Start Delta.
3) Perlengkapan pompa Air Minum
 Satu set pressure gauge, sampai 10,0
kg/cm2 dilengkapi dengan three way
valve;
 Float level control valve dan pressure
switch;
 Reducer, gate valve, non return valve, air
valve, riser pipe untuk pipa discharge;
 Fitting pipa terrmasuk steel bend untuk
pipa discharge dan support kabel;
 Kabel dan alat sambungnya dari motor
ke panel pompa;
 Brosur/ buku mengenai:
 Petunjuk operasi dan pemeliharaan;
 Kurva Kinerja.
4) Pompa pembubuh, yaitu :
Pembubuh larutan kimia harus menggunakan
pompa dengan ketentuan sebagai berikut :
 Stroke dapat diatur;
 Jenis piston atau membrane, bila dengan
membran harus sesuai dengan bahan
kimia yang dipompakan;
 Pompa dapat bekerja baik dan terus
menerus pada beban penuh;
 Ketentuan lain mengikuti spesifikasi
pabrik.
5) Bordes dan tangga
Instalasi Pengolahan Air harus dilengkapi
dengan bordes dan tangga untuk operasi dan
pemeliharaan. Tangga bordes terbuat dari
bahan baja yang dicat anti karat.
f) Diesel generator set
Diesel generator set terdiri dari :
1) Mesin penggerak dan generator yaitu :

IV - 49
 Mesin diesel, pendingin air (radiator)
atau udara;
 Sistem ini dihidupkan dengan dynamo
starter yang mendapat power supply dari
batere 12 - 24 Volt;
 Putaran maksimum 1500 rpm, baik
dengan atau tanpa beban;
 Pengkopelan antara mesin diesel dengan
generator harus compartible;
 Suara yang keluar dari perendaman,
suara tidak boleh melebihi 70 dB pada
jarak 1meter di luar dinding;
 Pemasangan harus memakai vibration
mounting dan harus dilengkapi dengan
Automatic Voltage Regulator (AVR);
 Kapasitas generator sampai 40 KVA,
tidak menggunakan turbo charger;
 Mesin diesel harus mampu dibebani
melampaui batas kapasitas sebesar 10%
selama 2 jam dalam setiap periode 24
jam, tanpa ada gangguan mekanik dan
kenaikan temperatur yang tinggi.
2) Perlengkapan standar untuk generator set:
 Satu buah batere 12 volt
 Satu buah tangki bahan bakar, kapasitas
minimal 100 Liter
 Satu buah buku petunjuk operasi dan
pemeliharaan generator set
3) Panel kontrol mesin harus mempunyai:
 Satu panel untuk mati hidup switch;
 Satu panel untuk pengukur tekanan oli;
 Satu panel untuk pengukur temperatur
air;
 Satu panel darurat untuk mematikan
mesin, bilamana temperatur air
pendingin naik, tekanan oli turun,
voltage naik berlebihan, putaran naik;
 Satu panel tekanan bahan bakar;

IV - 50
 Satu panel ammeter arus pengisi accu:
 Satu panel penunjuk jam operasi mesin;
 Satu panel penunjuk putaran ( tacho
meter);
 Satu set panel indikator kerja ;
4) Panel generator harus mempunyai:
 Satu panel Volt meter;
 Satu tombol pemilih tegangan (selector
switch);
 Satu tombol pengatur tegangan;
 Satu panelWatt meter;
 Satu panel frekuensi meter;
 Satu tombol, reset lampu panel.
g. Pengkabelan dan metode instalasi
Kabel berisolasi PVC, memenuhi ketentuan:
1) Jenis kabel terdiri dari NYA, kabel berisolasi karet dan
NYA, kabel berisolasi PVC;
2) Shaft terbuat dari baja
3) Perlengkapan Listrik :
 Main Swicth Gear (ECI)
Terletak dipower house dan tenaga listrik yang
diperoleh dari tenaga diesel genset diatur dan
dimonitor didistribusikan melalui main switch
charger, dialirkan ke panel EC2, box lampu
penerangan luar, box lampu penerangan dalam dan
sekaligus untuk panel penggerak pompa air bersih.
Main swicth gear ini dilengkapi dengan automatic
triping device untuk under voltage, under frequency,
theonal dan single phasing. Resisting dilakukan
dengan manual. Panel free standing.box yang berisi
bus bar.
 Panel Pompa Air Baku (WC2)
Masing-masing terletak di intake dan berisi antara
lain:
 Ampere meter
 Volt meter
 Tombol untuk menjalankan pompa
 Relay non bimetal

IV - 51
 On/Off swicth
 Lampu indikator untuk run, ready dan trip
 Fuse dan MCB
 20 watt heater
 Grounding masing-masing panel
 Penerangan di dalam Ruangan
Penerangan secukupnya untuk di dalam bangunan
pelengkap, lighting fixture disediakan lampu-lampu
T.L dilengkapi dengan stop kontak, receptacle dan
normal standardaccessories.
 Penerangan di luar ruangan
Untuk penerangan halaman dan bangunan instalasi
pengolahan air bersih serta intake harus disediakan
lamou luar dengan tiang lampu, masing-masing tiang
dibuat dari steel pipe. Lampu yang dipasang dan jenis
yang tahan terhadap pengaruh panas dan hujan.

 Kabel-kabel
Semua kabel harus memenuhi 7.10 PUIL 2000 SNI
04-0225-2000; dan pemasangannya harus dilindungi
dengan konduit. Untuk kabel yang ditanam langsung
harus dari jenis NYF GBY sedangkan kabel yang
terpasang dalam air harus jenis submerine. Rekanan
harus menghitung sendiri ukuran kabel yang
dipergunakan dan sebelum dipasang harus ada
persetujuan terlebih dahulu dari petugas proyek.
h. Pembumian
Pembumian terdiri dari :
1) Panel, transformator, generator dan elektromotor perlu
pembumian;
2) Tahanan tanah tidak boleh dari 5 Ohm;
3) Persyaratan harus sesuai dengan SNI 04-0225- 2000,
PUIL 2000.
i. Lemari hubung bagi
Panel harus merupakan jenis indoor, dapat berdiri tegak
tanpa penopang, dengan penghantar bagi daya jenis
penampang persegi empat (bush bar);

IV - 52
1) Jumlah phase: 3 (tiga) phase, 4 (empat) kawat;
2) Frekuensi : 50 Hz;
3) Kapasitas isolasi untuk Voltage penghantar utama:
600 V AC; dan untuk Voltage penghantar
kontrol :250 V AC;
4) Voltage kerja untuk penghantar utama : 380 V AC;
dan untuk penghantar kontrol :220 V AC dan 100 V
DC;
5) Pabrikasi, dibuat oleh pabrik yang mempunyai
sertifikat PLN;
6) Tebal pelat baja, 2,0 mm untuk dinding dan 3,0 mm
untuk pintu;
7) Pada sisi penghantar masuk minimal harus dipasang
satu pengaman arus yang tidak kurang dari arus
nominal penghantar masuk tersebut dan minimal 10
A;
8) Sakelar masuk pada MDP (Main Distribution Panel)
harus diberi tanda pengenal khusus, sehingga mudah
dikenal dan dibedakan dari sakelar lain;
9) Pada sisi penghantar keluar harus dipasang sakelar
keluar, bilamana mensuplai 3 buah atau lebih MDP :
atau 3 atau iebih motor-motor yang dayanya lebih
dari1,5 KW : atau dihubungkan ke tiga atau lebih
kontak-kontak yang masing-masing mempunyai arus
nominal lebih dari I6 A; atau mempunyai arus
nominal 100 A atau lebih;
10) Pada sisi penghantar masuk, dipasang pengaman lebur
sebelum sakelar;
11) Pengaman lebur untuk penerangan harus di pasang
secara terbuka;
12) Dalam pemasangan rel dan penghantar didalam MDP
harus diperhitungkan agar tidak terjadi panas yang
berlebihan;
13) Pemasangan bagian telanjang yakni bagian yang
bersifat penghantar, tetapi tidak termasuk sirkuit arus
atau bagian bertegangan lain dengan polaritas atau
phase berbeda atau sama, harus mempunyai jarak
minimal 5 cm;

IV - 53
14) MDP harus diberi penghantar pembumian tersendiri;
15) Alat ukur dan indikator yang dipasang pada MDP
harus terlihat jelas dan harus ada petunjuk tentang
besaran apa yang dapat diukur dan gejala apa yang
ditunjukan;
16) Penghantar rel
17) Penghantar rel harus terbuat dari tembaga yang
memenuhi pesyaratan sebagai penghantar listrik;
18) Besar arus yang mengalir diperhitungkan sesuai
kemampuan rel dan tidak akan menyebabkan suhu
lebih dari 65°C. Ukuran rel pada 35°C menurut Table
6.6-1, Tabel pembebanan penghantar yang
diperbolehkan untuk tembaga, PUIL 2000, SNI 04-
0225-2000;
19) Komponen gawai kendali seperti tombol, sakelar,
lampu sinyal, sakelar magnit dan kawat penghubung
harus mempunyai kemampuan yang sesuai
denganpenggunaannya dan harus mempunyai tanda
atau warna yang memudahkan operator untuk
melayaninya.
 Perangkat kendali
 Setiap motor harus dilengkapi dengan kendali
tersendiri;
 Tiap kendali motor arus bolak-balik harus
mampu memutuskan arus motor macet;
 Sarana pemutus arus harus dapat memutuskan
hubungan antara motor serta kendali dan semua
penghantar suplai yang dibumikan, sehingga
tidak ada kutub yang dapat dioperasikan
tersendiri;
 Pemutus arus harus mempunyai kemampuan
sekurang-kurangnya 115% dari jumlah arus
beban penuh;
 Peralatan laboratorium minimal harus tersedia
peralatan untuk pemeriksaankekeruhan, pH, sisa
Chlor, direkomendasikan untuk dilengkapi dengan
pemeriksaan : warna, jar test, tabung Imhoff,
kepekatan Iarutan, timbangan danperalatan gelas.

IV - 54
vi. Struktur
Struktur paket unit instalasi pengolahan air harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
a. Pondasi dari beton bertulang, beton tumbuk atau pasangan
batu belah sesuai dengan daya dukung tanah setempat
dimana IPA akan diletakan;
b. Sambungan sistem las sesuai dengan SNI 07-0071-1987
tentang mutu dan cara uji pipa baja las spiral;
c. Sambungan antara profil dengan profil menggunakan
sistem las atau baut sesuai dengan SNI 07-2295-1988;
d. Dinding baja harus diperkuat dengan baja siku sesuai
dengan SNI 07-070-1987 tentang baja siku sama kaki
bertepi bulat, canai panas hasil rerolling, mutu dan cara uji
yang sesuai dengan desain pabrikan IPA.
vii. Pabrikasi
a. Umum
Semua pabrikasi harus dikerjakan di workshop, hanya
pemasangan unit-unit seperti pengelasan dan
penyambungan joint (sambungan) yang disetujui oleh
pengguna barang/jasa dapat dilaksanakan di lokasi
pemasangan.
b. Persyaratan umum workshop
1. Memiliki bangunan standard workshop dengan fasilitas
minimal:
a) Gantry, dilengkapi dengan crane minimal
berkekuatan 5 ton
b) Mesin potong besi
c) Mesin las listrik
d) Genset
e) Mesin untuk fabrikasi peralatan IPA lainnya
f) Tukang las yang berpengalaman
g) Tukang pipa yang berpengalaman
2. Fasilitas untuk sand blasting (khusus untuk IPA baja)
3. Fasilitas pengecatan dengan sistem semprot
c. Persyaratan pekerjaan di lapangan
1. Harus tersedia fasilitas sand blasting (khusus untuk IPA
baja)

IV - 55
2. Harus tersedia fasilitas pengecatan dengan sistem
semprot
3. Tersedia mesin las dengan genset
4. Jika sand blasting tidak tersedia maka lempengan plat
harus di sand blasting di workshop, dan setelah di
sambung di lapangan, maka semua sambungan harus di
wire brush lalu dilindungi dengan anti karat
viii. Kinerja
Paket Unit IPA harus mempunyai kinerja untuk kualitas,
kuantitas air baku dan air yang diolah, memenuhi ketentuan
yang berlaku.
ix. Umur pakai
Umur pakai paket Unit IPA minimal selama 10 (sepuluh)
tahun.

Tabel 4.15
Simbol Pipa & Acessories

IV - 56
IV - 57
IV - 58
C. Tata cara commissioning instalasi pengolahan air
i. Ruang lingkup
Tata cara ini meliputi istilah dan definisi, persyaratan yang
berlaku untuk semua kapasitas Instalasi Pengolahan Air (IPA)
dan cara pengerjaan.
Commissioning IPA merupakan uji coba terhadap kinerja
masing-masing unit dan terhadap keseluruhan proses IPA dari
mulai air baku sampai menjadi air minum yang
dilaksanakanoleh tim yang ditetapkan.
ii. Acuan normatif
SNI 19-6777-2002, Metode pengujian kinerja unit paket
instalasi penjernihan air kapasitas di bawah 5 liter/detik.
SNI 19-6774-2002, Tata cara perencanaan unit paket instalasi
penjernihan air.
iii. Istilah dan definisi
a. Commissioning
Proses penilaian kinerja IPA oleh suatu tim yang dibentuk
khusus setelah selesai dibangun dan sebelum
diserahterimakan dari penyedia jasa kepada pengguna jasa.
b. Contoh uji
Unit IPA yang dipilih dapat mengolah air dengan kondisi
air baku yang mempunyai kuantitas dan kualitas, sesuai
ketentuan untuk diuji
c. Nilai gradien kecepatan ,G
Laju penurunan kecepatan persatuan waktu (/detik).
d. Profil hidrolis
Gambaran yang menunjukkan garis ketinggian muka air
bebas dalam tiap unit paket IPA ketika proses berlangsung
e. surface wash
Sistem pencucian dengan menyemprotkan air pada
permukaan media saringan.
f. Waktu tinggal, td
Waktu yang diperlukan oleh air selama proses tertentu
berlangsung.
iv. Persyaratan
a. Umum
Persyaratan commissioning instalasi pengolahan air
meliputi :

IV - 59
1) IPA yang baru selesai dibanguni dan akan mulai
dioperasikan dan atau difungsikan ;
2) tersedianya standar untuk pengujian ;
3) tersediannya alat ukur debit ;
4) hasil uji commissioning ditandatangani oleh tim
commissioning yang ditetapkan oleh pengguna jasa ;
5) pengujian kualitas air baku dan air minum lengkap
menggunakan laboratorium yang telah diakreditasi atau
yang mendapat rekomendasi dari Balitbang PU ;
6) dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut ;
diagram alir proses;
diagram perpipaan dan instrumentasi;
perhitungan proses dan operasi dan atau kriteria
perencanaan yang digunakan;
profil hidrolis;
spesifikasi teknis;
gambar perencanaan dengan skala yang memadai dan;
gambar nyata laksana terbangun (as built drawing)
dengan skala yang memadai.
7) tersedianya air baku yang memenuhi ketentuan kuantitas
dan kualitas ;
8) adanya calon penanggung jawab pengoperasian IPA ;
9) tersedianya bahan kimia selama pelaksanaan
commissioning 5 x 24 jam., oleh penyedia barang/jasa.
b. Teknis
1) Kriteria pengoperasian selama commissioning
Kriteria pengoperasian adalah :
 tersedia data hasil pemeriksaan air baku pada saat
musim hujan dan kemarau ;
 pengoperasian ditujukan untuk menilai keandalan
kinerja IPA sesuai perencanaan dengan fleksibilitas
kinerja memenuhi syarat keamanan dan keselamatan
kerja ;
 apabila terjadi penyimpangan pada kualitas air baku
untuk parameter kekeruhan, pH dan warna sehingga
tidak sesuai dengan perencanaan maka
pengoperasian dihentikan.

IV - 60
2) Bahan
Bahan kimia yang disiapkan untuk proses pengolahan air
 Bahan kimia yang digunakan dalam commissioning
harus memenuhi ketentuan berikut :
 harus sesuai dengan bahan kimia (bahan koagulan,
netralisan dan desinfektan) yang akan digunakan
dalam operasi yang direncanakan, jumlahnya harus
mencukupi untuk 5 hari operasi.
 bahan kimia untuk pemeriksaan kualitas air di
laboratorium ;
3) Bahan lainnya
Bahan lain yang digunakan adalah sebagai berikut :
 pelumas dengan jumlah yang cukup selama
commissioning
 bahan bakar dengan jumlah yang cukup selama
commissioning.
4) Peralatan uji
Peralatan uji yang digunakan terdiri dari :
 pemeriksa kualitas air
 penguji pompa dan genset
 alat ukur
 stopwatch
 jar test
 pemeriksa pH, kekeruhan ,warna dan sisa khlor
 tabung Imhoff
 timbangan
 gelas ukur
 pemeriksaan Daya Hantar Listrik.
 peralatan mekanikal dan elektrikal yang terdiri dari:
1) Phase Meter
2) Ampere Meter
3) Avometer
4) Meger
5) Tachometer
 peralatan bengkel yang terdiri dari :
1) Kunci Pas
2) Tang
3) Obeng

IV - 61
4) Sney
5) Tracker
 perlengkapan keselamatan kerja yang terdiri dari :
1) masker ;
2) helm pengaman ;
3) sarung tangan plastik ;
4) sepatu boot.
 suku cadang
suku cadang harus memenuhi ketentuan yang
berlaku dengan jumlah yang mencukupi untuk
kegiatan commissioning
5) Penyediaan tenaga commissioning
Tenaga comissioning terdiri dari tenaga ahli dengan latar
pendidikan dan pengalaman yang sesuai, sebagai
berikut :
 unsur pihak pengguna jasa
 unsur pihak penyedia jasa
 unsur perencana
 unsur pengawas dan
 tim penguji yang ditetapkan oleh pengguna jasa
c. Cara pengerjaan
1) Prinsip commissioning
Commissioning dilakukan dengan mengamati dan
menilai kinerja IPA pada titik pengendalian proses dan
operasi pada kapasitas tertentu, dengan indikator kinerja
seperti yang disajikan pada tabel 4.16.

Tabel 4.16
Metode commissioning proses dan operasi IPA

Operasi Alternatif Metoda


No Indikator Kinerja
Dan Proses Penilaian
1 Air baku Parameter fisika, kima dan Pemeriksaan lengkap di
biologi laboratorium
Debit air baku Pengamatan visual melalui
pengukuran
kecepatan air dan luas
penampang

IV - 62
saluran atau sungai
Pengamatan visual melalui
Debit air baku yang pengukuran
digunakan kecepatan air dengan luas
IPA penampang
di saluran atau Flow meter
pH Comparator atau pH
pH
meter
Perhitungan bahan kimia
Konsentrasi bahan kimia yang
dilarutkan
Dosis koagulan Jar test
Pengamatan visual
2 Koagulasi menggunakan alat
ukur volume pada satuan
Debit pembubuhan waktu tertentu
Stroke pompa dosing
(diperlukan spesifikasi
pompa)
Gradient kecepatan Perhitungan
Td (waktu tinggal) Perhitungan
Gradient kecepatan Perhitungan
3 Flokulasi Td (waktu tinggal) Perhitungan
Diameter flok Pengamatan visual
Kecepatan pengendapan Perhitungan
Td (waktu tinggal) Perhitungan
4 Sedimentasi
Kekeruhan Turbidimeter
Warna Komparator
Kecepatan pengendapan Perhitungan
Kecepatan pencician Perhitungan
Pengamatan/pengukuran
5 Filtrasi Tinggi ekspansi pencucian
visual
Kekeruhan Turbidimeter
Warna Komparator
6 Desinfeksi Td (waktu tinggal) Pengamatan/perhitungan
Pemeriksaan DPC (Daya
Dosis desinfektan Pengikat
Chlor) pada air baku
Debit desinfektan Pengamatan visual
menggunakan alat
ukur volume pada satuan
waktu tertentu
Stroke pada pompa

IV - 63
pembubuh
Pemeriksaan laboratorium /
Sisa Chlor pada reservoar Chlor
comparator
Pemeriksanaan Pemeriksanaan laboratorium
laboratorium lengkap lengkap

d. Persiapan pelaksanaan
Persiapan pelaksanaan terdiri dari :
1) pengkajian dokumen perencanaan ;
2) orientasi dan pengenalan sistem instalasi pengolahan air ;
3) penyusunan rencana commissioning ;
4) penyediaan bahan kimia ;
5) penyediaan tenaga listrik dan/atau bahan bakar minyak ;
6) penyediaan peralatan penunjang ;
7) menyiapkan bosur pompa : pompa intake, pompa dosing
dan motor pengaduk sesuai dokumen perencanaan dan
membuat kurva sesuai dengan brosur untuk melakukan
analisa kesesuaian spesifikasinya.
e. Pengujian di lapangan
Pengujian di lapangan terdiri dari pengujian sarana
penunjang dan pengujian proses dan operasi IPA.
1) Pengujian sarana penunjang
 Pengujian tenaga pembangkit terdiri dari :
1. Diesel generator
Periksa dan pastikan hal-hal sebagai berikut :
 kencangkan semua ekrup dan baut ;
 jumlah bahan bakar solar tangki harian.
 jumlah minyak pelumas cukup setiap kali akan
menjalankan mesin, dan setiap 10 jam operasi.
apabila kurang tambahkan dan catat
penambahannya dan jam operasinya ;
 oli dalam governor dan dalam saringan udara
cukup sesuai dengan ketentuan untuk mesin
yang menggunakan oli dalam governor dan
saringan udara ;
 air radiator penuh ;

IV - 64
 tidak ada benda-benda yang merintangi aliran
udara, untuk mesin dengan
 pendingin udara ;
 baterai kondisinya baik ;
 hubungan listrik dari baterai ke motor stater
dalam kondisi baik ;
 mesin tidak dibebani ;
 v-belt tegangannya cukup.
2. PLN
Periksa dan pastikan hal-hal sebagai berikut :
 tegangan listrik sesuai ketentuan yang berlaku ;
 arus listrik sesuai dengan keperluan ;
 kedudukan sakelar utamanya pada posisi ”off”;
 Sarana pengolahan lumpur
1. periksa dan pastikan semua katup pada pipa dari
bak sedimentasi dan saringan pasir cepat menuju
pengolahan lumpur terbuka penuh ;
2. periksa dan pastikan katup/pintu air pada
pipa/saluran pembuang ke badan air tertutup.
2) Pengujian proses dan operasi IPA
 Unit penyadap air baku
1. Pemeriksaan air baku :
 apabila terdapat skala penduga muka air baku maka catat
dalam buku log ;
 periksa saringan penyadap, apabila terdapat kotoran atau
benda yang mengganggu
 harus dibersihkan ;
 ambil contoh air baku secukupnya untuk diperiksa pH,
kekeruhan, warna dan untuk keperluan jar test ;
 pabila terdapat sarana pengambilan contoh air baku di
laboratorium maka pengambilan contoh bisa dilakukan di
laboratorium.
2. Pompa air baku
 apabila menggunakan pompa sentrifugal maka periksa dan
pastikan pompa sentrifugal sebagai berikut:
a) kebersihan saringan pipa hisap dan katup ;
b) pipa hisap selalu berisi air dan tidak ada udara;

IV - 65
c) poros pompa dapat berputar bebas ;
d) dudukan pompa harus datar ;
e) keadaan tumpuan putar pompa harus bersih dan
dilumasi;
f) penekan paking tidak terlalu kencang ;
g) sakelar otomatis harus bekerja baik .
 apabila menggunakan pompa submerrsibel maka periksa
dan pastikan pompa submerbsibel sebagai berikut :
a) kebersihan saringan pompa ;
b) tinggi muka air di atas pompa minimal 1,0 meter ;
c) sakelar otomatis yang bekerja berdasarkan muka air
masih bekerja baik ;
d) pengujian debit air baku yang memasuki unit IPA .
3. Pengukuran debit air baku dengan alternatif sebagai berikut;
 meter air yang terpasang ;
 lat pengukur debit lainnya, seperti Thompson, V-notch atau
Cipoletti, dengan mengamati kenaikan air pada bak
penampung atau bak koagulasi ;
 menggunakan meter air jinjing ultra sonik (portable ultra
sonic flow meter) .
4. Operasi penyadapan air baku sebagai berikut :
 awal pengoperasian buka semua katup pada jalur pipa
transmisi yang menuju ke unit IPA dan tutup semua katup
yang ada di unit IPA ;
 nyalakan pompa intake yang dimulai dari debit kecil
disesuaikan dengan spesifikasi pompa yang diijinkan,
bukaan katup pompa dimulai dari 30% total debit selama 5
menit, ditingkatkan secara bertahap hingga 100% total debit
dari kapasitas pengolahan ;
 Isi semua unit IPA sampai penuh dan biarkan aliran
melimpah (overflow) selama 2 jam, buka semua katup
pembuangan yang ada dan matikan pompa intake ;
 setelah Unit IPA bersih dari kotoran, isi kembali dengan
cara seperti di atas, alirkan air sesuai dengan kapasitas
perencanaan 100%.
 semua prosedur buka tutup dapat dilakukan secara otomatis
dan atau manual

IV - 66
5. Pipa transmisi
 apabila pada pipa transmisi terdapat sarana pengurasan
maka lakukan pengurasan terlebih dahulu. Lakukan
pembuangan air sampai terlihat kekeruhan air tidak berubah
lagi, kemudian hentikan pengujian dengan menutup katup
penguras ;
 apabila pada pipa transmisi terdapat katup pembuang udara,
pastikan perlengkapan ini bekerja dengan baik ;
 untuk pipa transmisi yang berfungsi sebagai injeksi bahan
kimia, pastikan bahwa check valve bekerja baik guna
mencegah aliran ke unit pembubuhan bahan kimia pada saat
pengurasan.
f. Unit koagulasi
1) pembubuhan bahan kimia
 jar test
1. ukur pH air baku ;
2. lakukan jar test dengan beberapa alternatif
konsentrasi koagulan dan bahan bantu koagulan
(apabila diperlukan) serta berbagai variasi pH,
untuk menentukan dosis yang paling optimum.;
3. amati bentuk dan diameter flok, pembentukan flok
yang paling besar mengindikasikan dosis dengan
pH dan konsentrasi koagulan (ditambah bahan
bantu koagulan) yang paling optimum .
 percobaan pengendapan menggunakan kerucut Imhoff
1. lakukan percobaan pengendapan menggunakan
kerucut Imhoff, dengan dosis optimum yang telah
ditetapkan pada jar test ;
2. amati pembentukan endapan setiap 1 menit, pada
10 menit pertama, kemudian setiap 5 menit pada
110 menit berikutnya;
3. Pembentukan endapan pada kerucut Imhoff ini
digunakan untuk;
 memperkirakan kecepatan pengendapan pada
bak sedimentasi;
 menilai apakah volume kantong lumpur pada
bak sedimentasi mencukupi, dan;

IV - 67
 menentukan frekwensi pengurasan lumpur pada
bak sedimentasi.

 pembubuhan bahan koagulan :


1. bahan koagulan sesuai dengan dokumen
perencanaan ;
2. bahan bantu koagulan atau polimer apabila
diperlukan, sesuai dengan dokumen perencanaan ;
3. dosis koagulan ditentukan berdasarkan hasil
percobaan jar test terhadap air baku;
4. larutkan sejumlah berat/volume koagulan sehingga
didapatkan konsentrasi yang dikehendaki ;
5. jalankan peralatan pengadukan mekanis/pneumatis
sehingga larutan homogen ;
6. apabila tidak terdapat peralatan mekanis/pneumatis
untuk pengadukan, lakukan pengadukan secara
manual sehingga larutan homogen.
 pembubuhan netralisan.
1. dosis bahan alkalin ditentukan berdasarkan
percobaan;
2. larutkan sejumlah berat/volume netralisan sehingga
didapatkan konsentrasi yang dikehendaki
3. jalankan peralatan pengadukan mekanis/pneumatis
sehingga larutan homogen.
4. apabila tidak terdapat peralatan mekanis/pneumatis
untuk pengadukan, lakukan pengadukan secara
manual sehingga larutan homogen.
 pengaturan pembubuhan bahan kimia
Secara umum terdapat 2 (dua) cara pembubuhan
bahan kimia yaitu secara gravitasi atau menggunakan
pompa pembubuh.
1. pembubuhan gravitasi
 debit pembubuhan bisa diketahui dengan
mengamati volume larutan yang keluar pada
ujung pipa pembubuhan dengan menampung
pada gelas ukur persatuan waktu.

IV - 68
 atur katup pembubuhan berulang-ulang
sehingga diperoleh debit pembubuhan yang
dikehendaki.
2. pompa pembubuh
 debit pembubuhan bisa diketahui dengan
mengamati volume larutan yang keluar pada
ujung pipa pembubuhan dengan menampung
pada gelas ukur atau wadah lain yang bisa
diukur volumenya persatuan waktu ;
 apabila cara di atas tidak mungkin dilakukan,
karena menggunakan koagulasi dalam pipa
maka hubungkan pipa suction pompa pembubuh
dengan wadah yang diketahui volumenya
kemudian hitung volume larutan/cairan yang
berkurang persatuan waktu ;
 atur stroke pompa pembubuh berulang-ulang
sehingga diperoleh debit pembubuhan yang
dikehendaki serta nilai pH yang dikehendaki
sesuai dokumen perencanaan.
2) proses dan operasi unit koagulasi.
Terdapat dua sistem kogulasi, yaitu sistem hidrolis
(terjunan, hydraulic jump, pipa, static mixer) dan sistem
mekanis (baling-baling/propeller, pedal/paddle).
 sistem hidrolis
pada umumnya tidak diperlukan pengaturan apapun.
 sistem mekanis
1. apabila terdapat sarana pengatur putaran maka atur
putaran baling-baling atau pedal sesuai dengan
dokumen perencanaan ;
2. apabila tidak terdapat sarana pengatur putaran
maka tidak perlu dilakukan pengaturan apapun.
3) penilaian kinerja unit koagulasi
Penilaian kinerja unit koagulasi bisa diperkirakan dengan
menghitung nilai gradien kecepatan (G) dan Td (waktu
tinggal).
 sistem hidraulis
1. unit koagulasi yang menggunakan terjunan

IV - 69
 ukur beda tinggi terjunan dengan muka air pada
bak koagulasi ;
 hitung G ;
 Td (waktu tinggal) bisa dihitung dengan
membagi volume bak koagulasi dengan debit
operasi .

 unit koagulasi menggunakan pipa


1. hitung panjang pipa mulai dari titik pembubuhan
sampai ke bak koagulasi ;
2. hitung H menggunakan rumus Hazen Williams,
atau DarceyWeisbach ;
3. hitung G ;
4. td(waktu tinggal) bisa dihitung dengan membagi
panjang pipa dari titik
5. pembubuhan ke bak flokulasi dengan kecepatan air
pada pipa .
 unit koagulasi menggunakan static mixer
1. hitung panjang pipa mulai dari titik pembubuhan
sampai ke bak koagulasi, tidak termasuk panjang
static mixer ;
 hitung HP menggunakan rumus Hazen
Williams, atau rumus Darcy
 Weisbach ;
 upayakan untuk mengukur tekanan pada titik
sebelum dan sesudah static
 mixer, bisa menggunakan manometer ;
 hitung HST, kemudian hitung HTOTAL = HP +
HST ;
 hitung G ;
 Td (waktu tinggal) bisa dihitung dengan
membagi panjang pipa dari titik
 pembubuhan ke bak flokulasi dengan kecepatan
air pada pipa.
 sistem mekanis
Unit koagulasi menggunakan baling-baling atau pedal

IV - 70
1. hitung P(enerji), dari pengamatan dan pengukuran
pemakaian enerji melalui ampere meter yang
tersedia ;
2. apabila tidak tersedia ampere meter, amati dan
ukur pemakaian enerji
3. menggunakan tang clamp atau avometer. ;
4. ukuran pedal bisa dilihat pada dokumen
perencanaan ;
5. ukuran baling-baling bisa dilihat pada dokumen
perencanaan atau brosur pabrik;
6. hitung G ;
7. Td (waktu tinggal) bisa dihitung dengan membagi
volume bak koagulasi dengan debit operasi ;
 Muka air pada unit koagulasi
1. untuk unit koagulasi yang menggunakan terjunan,
hydraulic jump, baling-baling dan pedal, amati dan
ukur tinggi muka air terhadap dasar yang tetap,
dimana selanjutnya dasar tetap ini akan digunakan
untuk mengukur tinggi muka air pada unit
pengolahan lainnya ;
2. untuk unit koagulasi yang menggunakan pipa dan
static mixer, tidak diperlukan pengamatan tinggi
muka air.
g. Unit flokulasi
Secara garis besar terdapat 3 (tiga) jenis flokulasi, yaitu,
sistem hidrolis, mekanis dan kontak padatan (solid
contact/sludge blanket )
1) proses dan operasi unit flokulasi
 sistem hidrolis ;
Pada umumnya sistem ini terdiri dari 3 (tiga) jenis,
yaitu; saluran dengan baffle (vertikal atau
horISOntal), bak berpintu, dinding berlubang
(perforated wall).
1. saluran dengan baffle (vertikal atau horISOntal),
Tidak diperlukan pengaturan apapun pada sistem
flokulasi jenis ini, enerji untuk flokulasi dihitung
dari kehilangan tekanan (head loss) pada saluran
antara awal dan akhir flokulasi.

IV - 71
2. bak berpintu
enerji untuk flokulasi dihitung dari kehilangan
tekanan (head loss) pada pintu untuk setiap bak.
 atur bukaan pintu sorong sedemikian rupa
sehingga kehilangan tekanan (head loss) sesuai
dengan dokumen perencanaan.
 kehilangan tekanan (head loss) bisa diamati dan
diukur dari perbedaan muka air pada bak
flokulasi yang berurutan.
3. dinding berlubang (perforated wall).
Tidak diperlukan pengaturan apapun pada sistem
flokulasi jenis ini, enerji untuk flokulasi dihitung
dari kehilangan tekanan (head loss) pada setiap
lubang/celah pada dinding bak flokulasi.
 sistem mekanis ;
Pada umumnya terdapat 2 (dua) jenis sistem flokulasi
mekanis,yaitu; menggunakan pedal (vertikal atau
horISOntal) dan baling-baling.
1. apabila terdapat sarana pengatur putaran maka atur
putaran baling-baling atau pedal sesuai dengan
dokumen perencanaan ;
2. apabila tidak terdapat sarana pengatur putaran
maka tidak perlu dilakukan pengaturan apapun.
 sistem kontak padatan (solid contact/sludge blanket) ;
terdapat 2 (dua) jenis sistem flokulasi kontak padatan,
yaitu; sludge blanket dan sludge blanket dengan
sirkulasi lumpur. Kedua jenis sistem flokulasi ini
umumnya terpasang menjadi satu dalam bak
sedimentasi.
1. sludge blanket
Flokulasi dengan memanfaatkan proses hidrolis
dengan pengaliran ke atas (upflow).
 atur posisi ketinggian kerucut (hopper)
pembuang flok sedemikian rupa pada zona
sludge blanket sehingga terdapat pembuangan
lumpur/flok sesuai dokumen perencanaan dan
tidak banyak lumpur/flok yangmengendap di
bawah bak ;

IV - 72
 atur katup pembuangan lumpur sedemikian rupa
sehingga terdapat pembuangan lumpur/flok
sesuai dokumen perencanaan.
2. sludge blanket dengan sirkulasi lumpur (reaktor)
proses flokulasi menggunakan pedal/baling-baling
sumbu vertikal, dimana untuk sirkulasi lumpur
menggunakan pompa lumpur.
 apabila terdapat sarana pengatur putaran maka
atur putaran baling-baling atau pedal sesuai
dengan dokumen perencanaan ;
 apabila tidak terdapat sarana pengatur putaran,
tidak perlu dilakukan pengaturan apapun;
 atur katup sirkulasi pompa lumpur sedemkian
rupa, sehingga diperoleh debit sirkulasi sesuai
dengan dokumen perencanaan;
 apabila sirkulasi lumpur tidak menggunakan
pompa, tidak diperlukan
 pengaturan apapun (sirkulasi memanfaatkan
proses hidrolis) .
2) penilaian kinerja unit flokulasi
penilaian kinerja unit koagulasi bisa diperkirakan dengan
menghitung nilai gradien kecepatan (G) dan Td (waktu
tinggal), dan besarnya flok yang terbentuk.
 sistem hidrolis
1. saluran dengan baffle (vertikal atau horISOntal),
enerji untuk flokulasi dihitung dari kehilangan
tekanan (head loss) pada saluran antara awal dan
akhir flokulasi.
 amati dan ukur perbedaan tinggi muka air awal
dan akhir saluran, pengukuran bisa
menggunakan waterpass, atau cara-cara lain
yang lebih sederhana ;
 hitung H ;
 hitung Td (waktu tinggal), bisa dihitung dengan
membagi panjang keseluruhan dengan
kecepatan air pada saluran ;
 hitung G ;

IV - 73
 ambil contoh air pada akhir saluran
menggunakan gelas baker, dengan hatihati
sedemikian rupa sehingga flok dalam gelas
baker tidak teraduk kembali dan pecah ;
 amati bentuk dan diameter flok, gunakan
gambar terlampir.

2. bak berpintu
enerji untuk flokulasi dihitung dari kehilangan
tekanan (head loss) pada pintu untuk setiap bak.
 amati dan ukur perbedaan tinggi muka air pada
bak flokulasi yang berurutan, pengukuran bisa
menggunakan mistar ;
 hitung H ;
 hitung Td (waktu tinggal) ;
 hitung Td (waktu tinggal), bisa dihitung dengan
membagi volume bak koagulasi dengan debit
operasi ;
 hitung G ;
 lakukan kegiatan diatas untuk setiap bak
flokulasi yang ada ;
 ambil contoh air pada bak flokulasi terakhir
menggunakan gelas baker, dengan hati-hati
sedemikian rupa sehingga flok dalam gelas
baker tidak teraduk kembali dan pecah ;
 amati bentuk dan diameter flok, gunakan
gambar terlampir.
3. dinding berlubang (diffuser wall).
 enerji untuk flokulasi dihitung dari kehilangan
tekanan (head loss) pada
 setiap lubang/celah pada dinding bak flokulasi ;
 amati dan ukur perbedaan tinggi muka air pada
bak flokulasi yang
 berurutan, pengukuran bisa menggunakan
mistar;
 hitung H ;

IV - 74
 hitung Td (waktu tinggal), bisa dihitung dengan
membagi volume bak
 koagulasi dengan debit operasi ;
 hitung G ;
 lakukan kegiatan di atas untuk setiap bak
flokulasi yang ada ;
 ambil contoh air pada bak flokulasi terakhir
menggunakan gelas baker,
 dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga flok
dalam gelas baker tidak
 teraduk kembali dan pecah ;
 amati bentuk dan diameter flok, gunakan
gambar terlampir.
 sistem mekanis
1. unit flokulasi menggunakan baling-baling atau
pedal, pada umumnya cara menilai kinerja sistem
ini, baik menggunakan baling-baling maupun
pedal sama, yaitu :
2. hitung P(enerji), dari pengamatan dan
pengukuran pemakaian enerji melalui ampere
meter yang tersedia ;
3. apabila tidak tersedia ampere meter, amati dan
ukur pemakaian enerji
4. menggunakan tang clamp atau avometer ;
5. ukuran pedal bisa dilihat pada dokumen
perencanaan ;’
6. ukuran baling-baling bisa dilihat pada dokumen
perencanaan atau brosur pabrik;
7. hitung G ;
8. Td (waktu tinggal) bisa dihitung dengan membagi
volume bak koagulasi dengan debit operasi ;
9. ambil contoh air pada bak flokulasi terakhir
menggunakan gelas baker, dengan hati-hati
sedemikian rupa sehingga flok dalam gelas baker
tidak teraduk kembali dan pecah ;

IV - 75
10. apabila zona flokulasi terletak pada bak yang
tertutup, pengambilan sampel dilakukan
menggunakan peralatan khusus ;
11. amati bentuk dan diameter flok.
 sistem kontak padatan
1. sludge blanket
sistem ini umumnya menggunakan aliran keatas,
dimana proses flokulasi terjadi pada bak
sedimentasi. Umumnya terdapat zona flokulasi,
dan zona sludge blanket (lapisan lumpur).
 hitung H, dengan mengukur tinggi zona
flokulasi;
 hitung Td (waktu tinggal), bisa dihitung dengan
membagi volume bak koagulasi dengan debit
operasi ;
 hitung G ;
 ambil contoh air pada kerucut lumpur (hopper)
menggunakan gelas baker, dengan hati-hati
sedemikian rupa sehingga flok dalam gelas
baker tidak teraduk kembali dan pecah ;
 amati bentuk dan diameter flok.
2. sludge blanket dengan sirkulasi lumpur (reaktor)
proses flokulasi menggunakan pedal/baling-baling
sumbu vertikal, dimana untuk sirkulasi lumpur
menggunakan pompa lumpur atau tanpa pompa.
 hitung P(enerji), dari pengamatan dan mengukur
pemakaian enerji melalui ampere meter yang
tersedia ;
 apabila tidak tersedia ampere meter, amati dan
ukur pemakaian enerji menggunakan tang clamp
atau avometer ;
 ukuran pedal atau baling-baling bisa dilihat
pada dokumen perencanaan atau brosur pabrik ;
 hitung G ‘
 Td(waktu tinggal) bisa dihitung dengan
membagi volume bak flokulasi dengan debit
operasi ;

IV - 76
 ambil contoh air pada bak flokulasi
menggunakan gelas baker, dengan hatihati
sedemikian rupa sehingga flok dalam gelas
baker tidak teraduk kembali dan pecah ;
 apabila zona flokulasi terletak pada bak yang
tertutup, pengambilan sample dilakukan
menggunakan peralatan khusus ;
 amati bentuk dan diameter flok, gunakan
gambar terlampir.

3. muka air pada unit flokulasi


 sistem hidrolis
(a) saluran dengan baffle (vertikal atau
horISOntal),
amati dan ukur tinggi muka air pada awal
dan akhir saluran.
(b) bak berpintu
amati dan ukur tinggi muka air pada bak
flokulasi berturut-turut dari bak pertama
sampai terakhir.
(c) dinding berlubang (diffuser wall)
amati dan ukur tinggi muka air pada bak
flokulasi berturut-turut dari bak pertama
sampai terakhir.
 sistem mekanis
(a) amati dan ukur tinggi muka air pada bak
flokulasi berturut-turut dari bak pertama
sampai terakhir.
 sistem kontak padatan
untuk sistem flokulasi kontak padatan, baik
sistem sludge blanket, maupun sistem sludge
blanket dengan sirkulasi lumpur, umumnya
sistem flokulasi menjadi satu kesatuan dengan
sistem sedimentasi, sehingga tinggi muka air
yang diukur adalah muka air pada unit
sediemntasi.
h. Unit sedimentasi
Terdapat beberapa jenis sedimentasi, sebagai berikut:

IV - 77
1) sistem sedimentasi dengan aliran horISOntal
a) horIsontal memanjang
b) bak dengan inlet dipusat (bundar atau persegi)
c) bak dengan inlet ditepi (bundar)
2) sistem sedimentasi dengan aliran vertikal (upflow
clarifier)
3) reaktor (reactor clarifier)
4) sistem sedimentasi dengan pelat/tabung pengendap

 proses dan operasi unit sedimentasi


secara garis besar, proses sedimentasi adalah proses
pemisahan antara padatan dan cairan menggunakan
perbedaan berat jenis. Lumpur yang mengendap
dikumpulkan pada dasar bak yang memiliki
kemiringan yang curam, atau menggunakan penyapu
lumpur (scrapper), kemudiam dibuang.
1. sistem sedimentasi dengan aliran horIsontal
 operasi bak sedimentasi secara umum :
(1) pastikan katup pipa inlet bak sedimentasi
berjalan dengan baik, dan katup terbuka
sehingga menghasilkan debit operasi 100%,
sesuai dokumen perencanaan ;
(2) seharusnya pengendapan berjalan pada
rezim aliran yang laminer, perhatikan pada
bagian-bagian tertentu pada bak
sedimentasi apakah terdapat alirah
turbulen ;
(3) untuk menjamin aliran secara merata pada
setiap bagian bak sedimentasi, amati dan
pastikan bahwa talang (launder), terpasang
secara horISOnal, dengan tinggi
pelimpahan air yang sama pada setiap
bagian talang ;
(4) pada talang yang dilengkapi dengan Vnotch
kecil berjumlah banyak pada sisinya, tinggi
air diatas Vnotch seharusnya sama semua ;

IV - 78
(5) pada talang yang dilengkapi lubang bundar
berjumlah banyak pada sisinya, umumnya
lubang direncanakan terbenam dalam air.
 pengurasan
(1) pastikan, katup penguras dalam keadaan
tertutup pada saat operasi ;
(2) buka katup penguras, pastikan air
bercampur lumpur terbuang dengan baik,
sampai air nampak lebih jernih
(kekeruhannya lebih rendah) dan konstan ;
(3) lakukan beberapa kali untuk memastikan
operasi pembuangan lumpur berjalan baik;
(4) amati dan ukur/perkirakan air yang terbuang
pada saat pengurasan.
 penyapu lumpur (scrapper)
Terdapat beberapa macam penyapu lumpur,
seperti penyapu dengan rantai, jembatan
bergerak, jembatan bergerak dengan pompa atau
mekanisme siphon, wadah terapung dengan
mekanisme siphon ditarik kawat, dan lain
sebagainya.
(1) pastikan kecepatan penyapu lumpur pada
lantai dasar bak sedimentasi, maximum 0,3
m/menit, untuk mencegah tidak tergerusnya
endapan didasar bak;
(2) apabila kecepatan melebihi nilai diatas,
lakukan penyesuaian ;
(3) Jalankan penyapu lumpur, amati selama 30
menit, pastikan bahwa jalannya penyapu
lumpur tidak terhambat, atau terdapat
bagian-bagian yang tidak rata pada dasar
bak sedimentasi, sehingga mengganggu
penyapuan lumpur.
2. sistem sedimentasi dengan aliran vertikal (upflow
clarifier)
Sistem ini umumnya menggunakan bak berbentuk
kerucut terbalik, dengan inlet dari bawah. Proses
flokulasi bisa disatukan dalam unit sedimentasi,

IV - 79
atau terpisah diluar unit sedimentasi. Pada bagian
atas bak, terbentuk satu lapisan lumpur (sludge
blanket) yang berfungsi menahan flok yang
terbawa aliran dari bawah keatas.
 operasi bak sedimentasi secara umum
(1) pastikan katup pipa inlet bak sedimentasi
berjalan dengan baik, dan katup terbuka
sehingga menghasilkan debit operasi 100%,
sesuai dokumen perencanaan ;
(2) pastikan talang yang terpasang pada tepi
bak terpasang horISOntal, dengan tinggi
pelimpahan air yang sama pada setiap
bagian talang, apabila tidak horISOntal
akan mengakibatkan aliran tidak merata ;
(3) pada talang yang dilengkapi dengan Vnotch
kecil berjumlah banyak pada sisinya, tinggi
air diatas Vnotch seharusnya sama semua ;
(4) Lapisan lumpur yang terbentuk pada bagian
atas bak harus sedemikian rupa posisinya,
tidak terbawa oleh aliran keatas karena
lapisan lumpur/flok terlalu ringan, atau
mengendap semuanya dibawah karena
terlalu berat ;
(5) untuk menjaga posisi lapisan lumpur,
umumnya dipasang sarana “sludge
bleeding”, untuk membuang flok
sedemikian rupa sehingga berat lapisan
lumpur sesuai ;
(6) apabila sarana “sludge bleeding”, terpasang
tetap pada bagian tertentu didinding bak
sedimentasi, atur pembukaan katup pada
pipa “sludge bleeding” sehingga debit
lumpur/flok yang terbuang mengakibatkan
posisi dan berat lapisan lumpur konstan;
(7) apabila sarana “sludge bleeding”,
ketinggiannya bisa diatur, atur sedemkian
rupa sehingga posisi dan berat lapisan

IV - 80
lumpur konstan. Atur pula katup seperti
pada butir (5) diatas.
 pengurasan
(1) bagian-bagian flok yang mempunyai
kecepatan pengendapan lebih besar dari
aliran keatas akan terkumpul pada bagian
bawah bak, sehingga terjadi penumpukan;
(2) pastikan, pada awal operasi katup penguras
dalam keadaan tertutup;
(3) buka katup penguras, pastikan air
bercampur lumpur terbuang dengan baik,
sampai air nampak lebih jernih
(kekeruhannya lebih rendah) dan konstan;
(4) lakukan beberapa kali untuk memastikan
operasi pembuangan lumpur berjalan baik;
(5) amati dan ukur/perkirakan air yang
terbuang pada saat pengurasan.
 reactor clarifier
Proses pengendapan umumnya disertai dengan
proses flokulasi pada satu bak. Proses flokulasi
menggunakan sistem mekanis, memanfaatkan
baling-baling atau pedal. Untuk membentuk
yang berat dan padat, digunakan sirkulasi
lumpur menggunakan pompa atau tanpa pompa.
(a) operasi bak sedimentasi secara umum
(1) pastikan katup pipa inlet bak
sedimentasi berjalan dengan baik, dan
katup terbuka sehingga menghasilkan
debit operasi 100%, sesuai dokumen
perencanaan;
(2) pastikan talang yang terpasang pada
tepi bak terpasang horISOntal, dengan
tinggi pelimpahan air yang sama pada
setiap bagian talang, apabila tidak
horISOntal akan mengakibatkan aliran
tidak merata;
(3) pada talang yang dilengkapi dengan
Vnotch kecil berjumlah banyak pada

IV - 81
sisinya, tinggi air diatas Vnotch
seharusnya sama semua.
(4) apabila terdapat sarana pengatur
putaran, atur putaran baling-baling atau
pedal sesuai dengan dokumen
perencanaan;
(5) apabila tidak terdapat sarana pengatur
putara n, tidak perlu dilakukan
pengaturan apapun;
(6) Atur katup sirkulasi pompa lumpur
sedemkian rupa, sehingga diperoleh
debit sirkulasi sesuai dengan dokumen
perencanaan;
(7) Apabila sirkulasi lumpur tidak
menggunakan pompa, tidak diperlukan
pengaturan apapun (sirkulasi
memanfaatkan proses hidrolis).
(b) pengurasan
(1) pastikan, pada awal operasi katup
penguras dalam keadaan tertutup.
(2) buka katup penguras, pastikan air
bercampur lumpur terbuang dengan
baik,
sampai air nampak lebih jernih
(kekeruhannya lebih rendah) dan
konstan.
(3) lakukan beberapa kali untuk
memastikan operasi pembuangan
lumpur berjalan baik.
(4) amati dan ukur/perkirakan air yang
terbuang pada saat pengurasan.
 sistem sedimentasi dengan pelat/tabung
pengendap
Operasi sistem sedimentasi dengan pelat/tabung
pengendap sama dengan sistem sedimentasi
dengan aliran horisontal.
 penilaian kinerja unit sedimentasi

IV - 82
Penilaian kinerja unit sedimentasi bisa dinilai dari
parameter kecepatan pengendapan (Vs), waktu tinggal
(Td), dan kemampuan sistem sedimentasi untuk
menyisihkan kekeruhan dan warna.
1. sistem sedimentasi dengan aliran horisontal
 ukur dimensi bak sedimentasi, informasi
dimensi bak sedimentasi bisa diperoleh dalam
dokumen perencanaan, kecuali terdapat
perubahan pada waktu konstruksi;
 kemudian hitung luas potongan melintang, luas
area dan volumenya;
 hitung Vs ;
 hitung Td (waktu tinggal), bisa dihitung dengan
membagi volume bak koagulasi dengan debit
operasi ;
 ambil contoh air pada outlet sedimentasi,
periksa tingkat kekeruhan dan warna.;
 hitung efisiensi penyisihan kekeruhan, dengan
rumus;
Efisiensi penyisihan kekeruhan = (kab – ksed)/kab) x 100%
Dengan : kab = kekeruhan air baku
Ksed = kekeruhan pada outlet
sedimentasi
 dengan cara yang sama, hitung efisiensi
penyisihan warna.
2. sistem sedimentasi dengan aliran vertikal (upflow
clarifier)
penilaian kinerja sistem sedimentasi dengan aliran
vertikal sama dengan penilaian kinerja sistem
sedimentasi dengan aliran horisontal.
3. reactor clarifier
Penilaian kinerja sistem klarifier reaktor sama
dengan penilaian kinerja sistem sedimentasi
dengan aliran horisontal.
4. sistem sedimentasi dengan pelat/tabung pengendap
(a) ukur dimensi bak sedimentasi, informasi
dimensi bak sedimentasi bisa diperoleh dalam

IV - 83
dokumen perencanaan, kecuali terdapat
perubahan pada waktu konstruksi;
(b) kemudian hitung luas potongan melintang,
luas area dan volumenya.
(c) hitung Vs external, untuk bak secara
keseluruhan ;
(d) hitung Td (waktu tinggal), bisa dihitung
dengan membagi volume bak koagulasi
dengan debit operasi ;
(e) ukur dimensi dan kemiringan pelat/tabung
pengendap, informasi ini bisa diperoleh dalam
dokumen perencanaan, kecuali terdapat
perubahan pada waktu konstruksi;
(f) kemudian hitung luas potongan melintang dan
luas areanya ;
(g) hitung Vs internal, untuk aliran dalam
pelat/tabung pengendap;
(h) hitung Td (waktu tinggal), untuk aliran dalam
pelat/tabung pengendap;
(i) ambil contoh air pada outlet sedimentasi,
periksa tingkat kekeruhan dan warna.
(j) hitung efisiensi penyisihan kekeruhan, dengan
rumus;
efisiensi penyisihan kekeruhan = ((kab –
ksed)/kab) x 100%
dimana; kab = kekeruhan air baku
ksed = kekeruhan pada outlet sedimentasi
(k) dengan cara yang sama, hitung efisiensi
penyisihan warna.
 muka air unit sedimentasi
1) amati dan ukur tinggi muka air pada permukaan
bak sedimentasi ;
2) amati dan ukur tinggi air pada awal dan akhir
talang (launder) .
i. Unit filtrasi
Pada umumnya terdapat 2 (dua) jenis sistem saringan pasir
cepat, yaitu saringan gravitasi dan saringan bertekanan.

IV - 84
Keduanya secara prinsip tidak memiliki perbedaan proses
dan operasi yang berarti.
Berdasarkan cara pencucian balik (back washing), terdapat
4 (empat) jenis, yaitu; menggunakan menara air,
pemompaan langsung, pencucian antar saringan (inter filter
back washing / self back washing) dan pencucian kontinyu
(continous back washing). Jenis pencucian kontinyu tidak
termasuk lingkup tata cara ini, karena jarang digunakan dan
merupakan paten penyedia jasa/barang tertentu.
Dalam operasi pencucian balik, selain menggunakan
pencucian balik menggunakan air saja, saringan bisa
dilengkapi dengan perlengkapan agitasi pada media filter,
seperti; agitasi pada permukaan media saringan
menggunakan udara, agitasi di bawah permukaan media
saringan dengan udara dan agitasi dari dasar saringan
menggunakan udara (air scouring).
a) proses dan operasi unit filtrasi.
1) proses dan operasi penyaringan
(a) saringan dengan kecepatan penyaringan menurun
(declining rate filtration)
(1) pastikan semua katup bisa dioperasikan
dengan baik ;
(2) tutup semua katup pencucian, katup
pembuangan dan katup udara;
(3) buka katup dari sedimentasi/clarifier yang
menuju saringan dan katup outlet saringan ke
reservoar dalam posisi tertutup ;
(4) isi masing-masing bak saringan pasir secara
berurutan ;
(5) buka katup outlet saringan ke reservoar .
(b) saringan dengan kecepatan penyaringan konstan
(constant rate filtration)
Untuk mempertahankan kecepatan penyaringan,
dilakukan dengan dua indikator, pertama
mengendalikan beda muka air pada saringan dan
reservoar, kedua mengendalikan aliran air (debit)
yang masuk kereservoar, umumnya mengunakan

IV - 85
katup pengendali (control valve), yang bekerja
secara elektris atau pneumatis.
(1) pastikan semua sensor dan indikator untuk
ketinggian berjalan baik;
(2) pastikan sensor/pengukur aliran (flow meter)
bekerja dengan baik;
(3) untuk sistem katup pneumatis, pastikan
tabung pneumatis sudah terisi udara
bertekanan, dengan tekanan yang sesuai
dengan dokumen perencanaan, dan katup
pengendali bekerja baik;
(4) untuk sistem katup elektris, pastikan motor
dan katup pengendali bekerja baik;
(5) pastikan semua katup bisa dioperasikan
dengan baik;
(6) tutup semua katup pencucian, katup
pembuangan dan katup udara;
(7) buka katup dari sedimentasi/clarifier yang
menuju saringan dan katup outlet saringan ke
reservoar dalam posisi tertutup;
(8) isi masing-masing bak saringan pasir secara
berurutan;
(9) buka katup outlet saringan ke reservoar .
2) proses dan operasi pencucian balik
Operasi pencucian balik bisa direncanakan secara
manual atau otomatis/semi otomatis. Operasi
pencucian otomatis/semi otomatis umumnya
menggunakan timer, berdasarkan umur saringan atau
berdasarkan parameter tertentu seperti perbedaan
tekanan antara permukaan dan dasar
saringan(pressure differential) atau tinggi muka
air pada saringan saja. Pencucian efektif dilakukan
apabila kehilangan tekanan (head loss) pada saringan
maximum, ditandai dengan naiknya muka air pada
saringan.
(a) saringan dengan pencucian manual :
(1) pencucian menggunakan air saja

IV - 86
 Pastikan semua katup bisa dioperasikan
dengan baik;
 Tutup semua katup inlet pada saringan,
buka katup pembuangan dan setelah itu
buka katup pencucian;
 Pada saat pencucian , katup yang menuju
reservoar ditutup;
 Lakukan pencucian selama 15 menit
sampai semua kotoran pada filter
terbuang;
 Amati apakah terdapat media penyaring
(pasir) yang terbawa aliran pencucian,
yang menandakan kecepatan pencucian
terlalu besar atau pasir terlalu kecil
ukurannya;
 Amati apakah terdapat penerobosan
(breaktrough) aliran yang besar pada
media penyaring, yang menandakan aliran
atau ”underdrain system” tidak terpasang
sempurna;
 Amati apakah terdapat penerobosan
(breaktrough) aliran yang besar pada
media penyaring, yang menandakan aliran
yang tidak merata atau ”underdrain
system” tidak terpasang sempurna;
 Tutup kembali katup pembuangan dan
katup pencucian;
 Buka katup menuju reservoar dan katup
inlet saringan;
 Lakukan pencucian saringan satu persatu;
 Pencucian saringan selesai.
(2) pencucian menggunakan air dan udara dari
dasar saringan
 pastikan semua katup bisa dioperasikan
dengan baik;

IV - 87
 hidupkan kompresor, pada saringan
tertentu kompresor akan hidup secara
otomatis ketika katup udara dibuka;
 tutup semua katup inlet pada saringan,
buka katup pembuangan dan setelah itu
buka katup udara bersamaan dengan katup
pencucian;
 pada saat pencucian , katup yang menuju
reservoar ditutup;
 pada menit ke 5 (lima), tutup katup
pencucian;
 pada menit ke 7 (tujuh), tutup katup udara
dan buka kembali katup pencucian;
 lakukan pencucian dengan air sampai
menit ke 16 (enambelas), sampai semua
kotoran pada filter terbuang;
 amati apakah terdapat media penyaring
(pasir) yang terbawa aliran pencucian,
yang menandakan kecepatan pencucian
terlalu besar atau pasir terlalu kecil
ukurannya;
 amati apakah terdapat penerobosan
(breaktrough) aliran yang besar pada
media penyaring, yang menandakan aliran
yang tidak merata atau ”underdrain
system” tidak terpasang sempurna;
 amati apakah terdapat penerobosan
(breaktrough) aliran yang besar pada
media penyaring, yang menandakan aliran
yang tidak merata atau ”underdrain
system” tidak terpasang sempurna;
 tutup kembali katup pembuangan dan
katup pemcucian;
 buka katup menuju reservoar dan katup
inlet saringan;
 lakukan pencucian saringan satu persatu;
 pencucian saringan selesai.

IV - 88
(3) pencucian menggunakan air dan agitasi udara
pada permukaan media
 pastikan semua katup bisa dioperasikan
dengan baik;
 hidupkan kompresor, pada saringan
tertentu kompresor akan hidup secara
otomatis ketika katup udara dibuka;
 tutup semua katup inlet pada saringan,
buka katup pembuangan dan setelah itu
buka katup udara;
 pada saat pencucian , katup yang menuju
reservoar ditutup;
 pada menit ke 2 (dua), buka katup
pencucian;
 lakukan pencucian air dan agitasi udara
pada permukaan media saringan sampai
menit ke 4 (empat);
 pada menit ke 4 (empat), tutup katup
udara;
 lakukan pencucian dengan air saja sampai
menit ke 10 (sepuluh), sampai semua
kotoran pada saringan terbuang’
 amati apakah terdapat media penyaring
(pasir) yang terbawa aliran pencucian,
yang menandakan kecepatan pencucian
terlalu besar atau pasir terlalu kecil
ukurannya’
 amati apakah terdapat penerobosan
(breaktrough) aliran yang besar pada
media penyaring, yang menandakan aliran
yang tidak merata atau ”underdrain
system” tidak terpasang sempurna’
 amati apakah terdapat penerobosan
(breaktrough) aliran yang besar pada
media penyaring, yang menandakan aliran
atau ”underdrain system” tidak terpasang
sempurna’

IV - 89
 pada menit ke 10 (sepuluh) tutup kembali
katup pembuangan dan katup pencucian’
 buka katup menuju reservoar dan katup
inlet saringan’
 lakukan pencucian saringan satu persatu’
 pencucian saringan selesai.
(b) saringan dengan pencucian otomatis
Pastikan terdapat sistem “interlock”, sehingga
dalam satu saat hanya satu saringan saja dalam
keadaan operasi pencucian.
(1) Pengaturan (setting) waktu pencucian
Pengaturan waktu pencucian secara otomatis
untuk pencucian saringan, pada saat ini
banyak menggunakan “programable logic
controller” (PLC) atau komputer, yang secara
otomatis memerintahkan saringan dalam
mode pencucian. Teknologi yang lama
menggunakan “timer” atau “cam-shaft”, yang
saat ini sudah jarang ditemukan.
 Apabila parameter untuk penentuan waktu
pencucian menggunakan perbedaan
tekanan antara muka air diatas saringan
dan didasar saringan (pressure
differential), pastikan indikator/sensor
tekanan berjalan baik, atur beda tekanan
sesuai dokumen perencanaan;
 Apabila parameter untuk penentuan waktu
pencucian menggunakan tinggi muka air
diatas saringan, pastikan indikator/sensor
ketinggian (level sensor/indicator)
berjalan baik, atur tinggi muka air sesuai
dokumen perencanaan;
 Apabila parameter untuk penentuan waktu
pencucian berdasarkan umur saringan,
pastikan “timer” berjalan baik, atur umur
saringan (umumnya 24 jam) sesuai
dokumen perencanaan.

IV - 90
(2) Saringan dengan pencucian air saja
Pengaturan yang perlu dilakukan adalah
untuk sekwen (sequen) buka-tutup katup
inlet, buka-tutup katup pencucian, buka-tutup
katup pembuangan dan buka-tutup katup
kearah reservoar.
 pastikan semua katup dan penggeraknya
(elektrik/pneumatik) berjalan baik;
 waktu – 0, tutup katup inlet, buka katup
pembuangan, tutup katup kearah
reaservoar, buka katup pencucian;
 amati apakah terdapat media penyaring
(pasir) yang terbawa aliran pencucian,
yang menandakan kecepatan pencucian
terlalu besar atau pasir terlalu kecil
ukurannya;
 amati apakah terdapat penerobosan
(breaktrough) aliran yang besar pada
media penyaring, yang menandakan aliran
yang tidak merata atau ”underdrain
system” tidak terpasang sempurna;
 waktu – 15 menit, tutup katup pencucian,
buka katup kearah reservoar, tutup katup
pembuangan, dan buka katup inlet.
(3) Saringan dengan pencucian air dan udara
Pengaturan yang perlu dilakukan adalah
untuk sekwen (sequen) buka-tutup katup
inlet, buka-tutup katup pencucian, buka-tutup
katup udara, buka-tutup katup pembuangan
dan buka-tutup katup kearah reservoar.
 pastikan semua katup dan penggeraknya
(elektrik/pneumatik) berjalan baik;
 waktu – 0, tutup katup inlet, buka katup
pembuangan, tutup katup ke arah
reaservoar, buka katup udara, dan buka
katup pencucian;
 waktu – 5 menit, tutup katup pencucian;

IV - 91
 waktu – 7 menit, tutup katup udara, dan
buka katup pencucian;
 amati apakah terdapat media penyaring
(pasir) yang terbawa aliran pencucian,
yang menandakan kecepatan pencucian
terlalu besar atau pasir terlalu kecil
ukurannya;
 amati apakah terdapat penerobosan
(breaktrough) aliran yang besar pada
media penyaring, yang menandakan aliran
yang tidak merata atau ”underdrain
system” tidak terpasang sempurna;
 waktu – 16 menit, tutup katup pencucian,
buka katup ke arah reservoar, tutup katup
pembuangan dan buka katup inlet.
(4) Saringan dengan pencucian air dan agitasi
udara pada media penyaring.
Pengaturan yang perlu dilakukan adalah
untuk sekwen (sequen) buka-tutup katup
inlet, buka-tutup katup pencucian, buka-tutup
katup udara, buka-tutup katup pembuangan
dan buka-tutup katup kearah reservoar.
 pastikan semua katup dan penggeraknya
(elektrik/pneumatik) berjalan baik;
 waktu – 0, tutup katup inlet, buka katup
pembuangan, tutup katup ke arah
reaservoar, dan buka katup udara;
 waktu – 2 menit, buka katup pencucian;
 waktu – 4 menit, tutup katup udara;
 amati apakah terdapat media penyaring
(pasir) yang terbawa aliran pencucian,
yang menandakan kecepatan pencucian
terlalu besar atau pasir terlalu kecil
ukurannya;
 amati apakah terdapat penerobosan
(breaktrough) aliran yang besar pada
media penyaring, yang menandakan aliran

IV - 92
yang tidak merata atau ”underdrain
system” tidak terpasang sempurna;
 waktu – 10 menit, tutup katup pencucian,
buka katup ke arah reservoar, tutup katup
pembuangan dan buka katup inlet;
(c) saringan dengan pencucian semi otomatis
Penentuan waktu pencucian menggunakan
perbedaan tekanan antara muka air diatas
saringan dan didasar saringan (pressure
differential), atau menggunakan tinggi muka air
diatas saringan, atau berdasarkan umur saringan,
selanjutnya akan memberikan peringatan (alarm)
bisa berupa sirene atau sinyal lampu, kemudian
operator memerintahkan saringan dalam mode
pencucian, dengan menekan tombol.
(1) pastikan bahwa sistem alarm bekerja dengan
baik, uji sistem alarm dengan mengubah-
ubah parameter waktu pencucian;
(2) pengaturan (setting) operasi dan sekwen
penyaringan/pencucian sama dengan operasi
dan sekwen saringan dengan pencucian
otomatis;
d) Penilaian kinerja unit fitrasi
Proses dan operasi saringan pada saat
penyaringan dan pencucian untuk sistem yang
dioperasikan manual dan otomatis/semi otomatis
pada prinsipnya sama.
1) kinerja penyaringan
(a) ukur dimensi unit saringan, informasi
dimensi bak saringan bisa diperoleh dalam
dokumen perencanaan, kecuali terdapat
perubahan pada waktu konstruksi;
(b) hitung luas saringan;
(c) hitung kecepatan penyaringan, bisa
dihitung dari debit operasi dibagi luas
saringan;
(d) kecepatan penyaringan bisa juga diamati
dengan mengamati debit penyaringam dari

IV - 93
alat ukur vnotch atau meter air (flow-
meter), kalau memang ada. apabila tidak
ada, bisa dipasang portable ultra sonic
flow meter (usfm);
(e) ambil contoh air pada outlet sedimentasi,
periksa tingkat kekeruhan dan warna.
(f) hitung efisiensi penyisihan kekeruhan,
dengan rumus;
efisiensi penyisihan kekeruhan = ((ksed –
kfil)/ksed) x 100%
dengan: ksed = kekeruhan pada outlet
sedimentasi
Kfil = kekeruhan pada outlet saringan
(g) dengan cara yang sama, hitung efisiensi
penyisihan warna.;
(h) apabila terdapat stok pasir saringan yang
tidak terpasang, ambil contoh pasir
secukupnya, untuk dilakukan analisis
ayakan (sieve analysis) dan analisis
kualitas pasir.
2) kinerja pencucian balik
(a) hitung kecepatan pencucian, bisa dihitung
dari debit pencucian dibagi luas saringan,
atau dengan menghitung bertambahnya
volume air pada bak saringan persatuan
waktu, dengan mengamati kenaikan muka
air pada bak saringan;
(b) pada saringan dengan jenis pencucian
antar saringan, kecepatan pencucian hanya
bisa diperkirakan dengan menghitung
bertambahnya volume air pada bak
saringan persatuan waktu, dengan
mengamati kenaikan muka air pada bak
saringan, seperti butir (a) diatas;
(c) kecepatan pencucian bisa juga diamati
dengan mengamati debit pencucian dari
alat ukur vnotch atau meter air (flow-
meter), kalau memang ada. apabila tidak

IV - 94
ada, bisa dipasang portable usfm pada
pipa pencucian;
(d) perkirakan pemakaian air untuk pencucian,
bisa diperkirakan dengan mengamati
waktu pencucian dikalikan dengan debit
pencucian.;
(e) amati dan ukur ketinggian ekspansi;
(f) hitung persen (%) ekspansi, dengan
rumus;
e (ekspansi) = ((le + li)/li ) x 100%
dengan: li = tebal media penyaring (cm)
le = tinggi ekspansi dihitung dari media
pasir paling atas (cm)
e) muka air unit fitrasi
1) penyaringan
(a) amati dan ukur tinggi muka air pada bak
saringan;
(b) amati dan ukur tinggi muka air pada bak
penampung air filtrat.

2) pencucian
(a) amati dan ukur tinggi muka air pada bak
saringan
j. Unit desinfeksi
Terdapat beberapa jenis disinfektan yang biasa digunakan
dalam penyediaan air minum, yaitu; chlor, ozon dan ultra
violet. Pada tata cara ini hanya dipertimbangkan
penggunaan
chlor saja, mengingat penggunaannya yang luas.
Terdapat 2 (dua) jenis pembubuhan chlor yaitu berbentuk
serbuk dan berbentuk gas.
a) serbuk chlor
1) penentuan dosis chlor
(a) ambil contoh air hasil penyaringan secukupnya;
(b) lakukan pengujian untuk menentukan dpc (daya
pengikat chlor);

IV - 95
(c) dosis chlor = dpc ppm + 0,2 ppm, disarankan
dosis chlor tidak melebihi 1,0 ppm.
2) proses dan operasi sistem desinfeksi
pembubuhan chlor bisa menggunakan sistem gravitasi
atau menggunakan pompa pembubuh.
(a) sistem gravitasi
(1) pastikan terdapat peralatan keamanan seperti
kacamata laboratorium dan sarung tangan
yang tahan bahan kimia;
(2) larutkan sejumlah berat/volume serbuk chlor
sehingga didapatkan konsentrasi yang
dikehendaki (1% s/d 3%);
(3) jalankan peralatan pengadukan
mekanis/pneumatis sehingga larutan
homogen;
(4) apabila tidak terdapat peralatan
mekanis/pneumatis untuk pengadukan,
lakukan pengadukan secara manual sehingga
larutan homogen.
(5) debit pembubuhan bisa diketahui dengan
mengamati volume larutan yang keluar pada
ujung pipa pembubuhan dengan menampung
pada gelas baker persatuan waktu;
(6) atur katup pembubuhan berulang-ulang
sehingga diperoleh debit pembubuhan yang
dikehendaki.
(b) pompa pembubuh
(1) pastikan terdapat peralatan keamanan seperti
kacamata laboratorium dan sarung tangan
yang tahan bahan kimia;
(2) larutkan sejumlah berat/volume serbuk chlor
sehingga didapatkan konsentrasi yang
dikehendaki (1% s/d 3%);
(3) jalankan peralatan pengadukan
mekanis/pneumatis sehingga larutan
homogen;
(4) apabila tidak terdapat peralatan
mekanis/pneumatis untuk pengadukan,

IV - 96
lakukan pengadukan secara manual sehingga
larutan homogen.;
(5) debit pembubuhan bisa diketahui dengan
mengamati volume larutan yang keluar pada
ujung pipa pembubuhan dengan menampung
pada gelas baker atau wadah lain yang bisa
diukur volumenya, persatuan waktu;
(6) apabila cara diatas tidak mungkin dilakukan,
hubungkan pipa suction pompa pembubuh
dengan wadah yang diketahui volumenya,
hitung volume larutan/cairan yang berkurang
persatuan waktu.;
(7) atur stroke pompa pembubuh berulang-ulang
sehingga diperoleh debit pembubuhan yang
dikehendaki, sesuai dokumen perencanaan.
3) penilaian kinerja sistem desinfeksi
kinerja sistem desinfeksi bisa dinilai dari sisa chlor
dan Td (waktu tinggal) setelah proses berlangsung.
Umumnya Td (waktu tinggal) yang dihitung adalah
Td (waktu tinggal) pada reservoar, atau bak kontak
disinfeksi yang memang dibuat khusus untuk itu.
(a) ukur dimensi reservoar atau bak kontak
disinfeksi, informasi dimensi reservoar atau bak
kontak desinfeksi bisa diperoleh dalam dokumen
perencanaan, kecuali terdapat perubahan pada
waktu konstruksi;
(b) hitung td (waktu tinggal), bisa dihitung dengan
membagi volume reservoar atau bak kontak
disinfeksi dengan debit operasi;
(c) ambil contoh air pada outlet reservoar atau bak
kontak disinfeksi, periksa sisa chlor.
b) chlor berbentuk gas pembubuhan sistem ini
menggunakan gas chlor yang dilarutkan dalam air,
kemudian dibubuhkan dengan pompa apabila
dinijeksikan kedalam pipa atau secara gravitasi
kepermukaan air. Gas chlor tersimpan dalam “container”
besi dengan ukuran 85 kg dan 2 ton.
1) penentuan dosis chlor

IV - 97
(a) Penentuan dosis chlor sama dengan diatas.
2) proses dan operasi sistem desinfeksi.
(a) pastikan bahwa ruangan penyimpanan gas chlor
dan chlor evaporator tersimpan pada ruangan
tertutup;
(b) pastikan ruangan gas chlor memiliki peralatan
pengamanan terhadap kebocoran gas chlor,
sekurang-kurangnya alarm dan sistem sprinkler;
(c) pastikan terdapat peralatan keamanan seperti
kacamata laboratorium dan sarung tangan yang
tahan bahan kimia, dan masker gas;
(d) atur dosis pada chlor evaporator sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan dokumen perencanaan.
3) kinerja sistem desinfeksi
penilaian kinerja sistem disinfeksi sama dengan
diatas.
k. Penilaian kinerja elektrikal dan mekanikal
Pengujian elektrikal dan mekanikal dilakukan sebagai
berikut:
a) cek semua putaran valve dengan cara buka tutup, dapat
dengan menggunakan otomatis dan atau manual
b) cek frekuensi generator, apakah sudah mencapai 50 hz
c) periksa voltage pada generator
d) periksa tegangan generator dengan batasan 380 – 400
volt (rs,rt, ts) dan untuk batasan tegangan 220 volt (ro,
so, to).
4.5.3.4. Reservoir
Air yang telah melalui proses Water Thereatment Plant melalui
system filterisasi sudah dapat dipakai unutk air minum. Air tersebut
telah bersih dan bebas dari bakterilogis dan ditampung pada bak
reservoir (tendon), untuk diteruskan pada konsumen.
Sistem Reservoir yang akan dibangun pada perencanaan ini adalah
Ground Reservoir, dengan kapasitas yang akan disesuaikan pada
kebutuhan perencanaan pendistribusian. Reservoir dalam hal ini
dimaksudkan untuk membantu dalam melancarkan penyaluran air
kekonsumen pada saat pemakaiaan puncak. Reservoir akan berfungsi
sebagai Equalizing Reservoir, dimana pengisian berlangsung pada

IV - 98
waktu pemakaian minimum (malam hari), dan mengalirkan
kekonsumen pada pemakaian maksimum (siang hari).

Reservoir Jenis Fiber

Reservoir Jenis Beton


4.5.3.5. Pipa Distribusi
Mengingat jumlah penduduk di Desa Mandu Dalam yang relatif
masih sedikit, maka kami menganggap perlu pengkajian terhadap
dimensi pipa distribusi yang akan dipasang. Berdasarkan
pengalaman kami., biasanya standar pipa yang digunakan untuk
pedesaan sebagai pipa distribusi minimal berdimensi ø 200 mm
dengan asumsi apabila terjadi perkembangan terhadap jumlah
penduduk di tahun berikutnya, maka ditingkatkan kembali dengan
menambah/mengganti dengan dimensi pipa yang lebih besar .
Pipa distribusi pelayan pelanggan direncanakan menggunakan jenis
Pipa PVC RRJ S -10 / HDPE 100 dengan dimensi ø 200 mm, ø
150 mm & ø 75 mm.
4.5.3.5.1. Pipa PVC dan Fitting

IV - 99
Material yang digunakan adalah yang memenuhi standard
dengan panjang efektif tidak lebih dan 6 meter.
Pipa yang ditawarkan harus buatan pabrik yang telah
mendapat izin untuk penggunaan SNI yang dikeluarkan
oleh Departemen Perindustrian. Setiap pipa harus
mempunyai tanda/cap pada bagian luar yang menunjukkan
diameter nominal, kelas, nama pabrik pembuat dan trade
mark.

Pipa PVC (Poly Vinil Chloride)

Standar lain yang digunakan sesuai peruntukannya


adalah :
 SNI 06-2548-1991 Metode Pengujian Diameter
Luar Pipa PVC untuk Air
Minum dengan Jangka Sorong.

 SNI 06-2549-1991 Metode Pengujian Kekuatan


Pipa PVC untuk Air Minum
terhadap Hidrostatik.
 SNI 06-2550-1991 Metode Pengujian Ketebalan
Dinding Pipa PVC untuk Air
Minum.
 SNI 06-2551-1991 Metode Pengujian Bentuk dan
Sifat Tampak Pipa PVC untuk
Air Minum
 SNI 06-2552-1991 Metode Pengambilan Contoh
Uji Pipa PVC untuk Air Minum
 SNI 06-2553-1991 Metode Pengujian Perubahan

IV - 100
Panjang Pipa PVC untuk Air
Minum dengan Uji Tungku
 SNI 06-2554-1991 Metode Pengujian Ketahanan
Pipa PVC untuk Air Minum
terhadap Metilen Khlorida
 SNI 06-2555-1991 Metode Pengujian Kadar PVC
pada Pipa PVC Air Minum
dengan THF
 SNI 06-2556-1991 Metode Pengujian Diameter
Luar Pipa PVC untuk Air
Minum dengan Pita Meter
 SNI 06-2558-1991 Spesifikasi Simbol Gambar
Sistem Penyediaan Air dan
Sistem Drainase di dalam tanah.
 SNI 03-6419-2000 Spesifikasi Pipa PVC
bertekanan berdiameter 110 -
315 mm untuk Air Bersih.
 SK SNI S-20-1990-03 Spesifikasi Pipa PVC untuk Air
Minum
 RSNIT-17-2004 Tata Cara Pengadaan,
Pemasangan dan Pengujian
Pipa PVC untuk Penyediaan Air
Minum.

b) Kelas
Bila tidak disebutkan dalam Volume Pekerjaan (Bill of
Quantity), yang digunakan adalah jenis pipa PVC
dengan tekanan nominal 10 kg/cm2 menurut standard
SHI yang berlaku dan mempunyai panjang efektif 6
meter.
Ketebalan minimum dinding pipa dan outside diameter
mengikuti tabel berikut :

Tabel 4.17
Diameter Luar Pipa Polyvinyl Chloride (PVC)

IV - 101
Nominal Diameter Rata-rata Diameter Luar
( mm ) ( mm )

50 63
65 75
80 90
100 110
125 140
150 160
200 200
250 250
300 315

Tabel 4.18
Diameter Luar dan Ketebalan Dinding
Pipa Polyvinyl Chloride (PVC)
Seri Pipa
Nominal Diameter
Tebal Dinding Nominal (mm)
( mm )
S 10 S12,5
50 2.4 2.0
75 3.6 2.9
90 4.3 3.5
110 5.3 4.2
125 6.0 4.8
160 7.7 6.2
200 9.6 7.7
250 11.9 9.9
315 15.0 12.1

c) Sambungan
1. Push On Rubber Ring Joint
Sambungan harus dari jenis push-on rubber ring.
Pipa tersebut harus mempunyai bell pada satu
ujungnya dan polos pada ujung yang lain dibavel
dengan sudut kurang lebih 15 derajat. Pipa harus

IV - 102
diberi tanda garis petunjuk pemasangan pada
permukaan luarnya.
Fitting harus dari jenis yang dispesifikasikan dan
mempunyai ujung jenis beil.
2. Sleeve Coupling
Sleeve coupling dan adaptor harus didesain khusus
untuk penyambungan pipa PVC dan cocok dengan
diameter luar pipa PVC.
3. Ring Karet dan Gasket
Ring karet yang digunakan untuk sambungan push-
on dan gasket untuk penyambungan mekanikal
fitting dari ductile iron atau besi tuang dan untuk
sambungan flange harus dari styrene butadiene
rubber atau karet sintetis lain yang tepat untuk pipa
air minum.
4. Sambungan Solvent Cement
Kecuali ditentukan lain, pipa PVC dengan diameter
nominal 40 mm dan lebih kecil dapat disambung
dengan menggunakan pelarut sebagai perekat sesuai
dengan standar pabrik. Bila digunakan sambungan
solven cement ini, Penyedia Jasa Pengadaan harus
menyediakan solvent cement sesuai dengan
rekomendasi pabrik ditambah dengan imbuhan 10%.
5. Sambungan tersebut harus mampu menahan
resultante pergerakan memanjang akibat dari
perubahan suhu pipa sebesar 50°C tanpa
mengganggu kekedapan terhadap air.

6. Adaptor
Adaptor harus terbuat dari ductile iron atau dari besi
tuang dan terdiri atas flange pada satu ujungnya dan
socket (atau bell) pada sambungan fleksibel baik
dengan mekanikal maupun push-on.
7. Fitting
Fitting sambungan harus sesuai dengan standar SNI-
0084-1987 dan bila tidak disebutkan dalam Volume

IV - 103
Pekerjaan (Bill of Quantity) maka sistem sambungan
menggunakan sistem rubber ring joint.
Semua fitting direncanakan mempunyai tekanan
kerja 1.23 mpa (12.4 kg/cm2)
Kecuali ditentukan lain, semua fitting harus dari
jenis injection molded atau heat process (pencetakan
atau proses panas) dan didesain dengan karakteristik
dan kekuatan yang sama dengan pipa yang
disambung.
Bila fitting yang dispesifikasikan bukan terbuat dari
PVC maka harus dari besi tuang ductile (Ductile Cost
Iron). Bell and Flange yang dispesifikasikan harus
mempunyai flange pada satu ujungnya dan push-on bell
satu sambungan jenis mekanikal pada ujung yang lain.
Tee dengan cabang flange, jika dispesifikasikan, harus
berupa ujung-ujung dengan push-on dan ujung pipa
cabang dengan flange. Permukaan luar fitting tersebut
harus dilapisi lapisan pelindung dari bahan bitumen,
yaitu coal tar atau aspheltic base, yang mempunyai
ketebalan kering tidak kurang dari 0,3 mm. Permukaan
dalam dari fitting tersebut harus dilapisi epoxy atau
coal tar epoxy yang dipakai untuk lining harus dari
bahan yang tepat untuk pipa air minum dan dilengkapi
sertifikati dari instansi yang berwenang (pblic health
authorities).
Baut dan mur yang akan dipakai untuk flange dan
sambungan mekanikal harus dari baja yang digalvanis.
d) Pengujian "Quality Assurance" (Jaminan Kualitas)
Pengujian quality assurance sesuai dengan persyaratan
berikut harus cukup mewakili unit yang disuplai sesuai
kontrak. Pengguna harus diijinkan untuk mengunjungi
tempat pembuatan untuk menyaksikan test/pengujian
tersebut.
e) Pengujian Tekanan Hidrostatis
Pengujian tekanan harus dilakukan pada semua pipa
dan fitting dan memenuhi standar SNI 06-2549-1991.

IV - 104
Setiap pipa harus diuji untuk dapat menahan tekanan
pengujian hidrostatis pada tekanan paling sedikit 42
N/mm1
e) Pengujian Lain
Pengujian lainnya seperti flattering test, toksisitas,
tekanan terus menerus dan lain-lain harus dilakukan
sesuai dengan standar yang berlaku.
4.5.3.5.1.1. Pemasangan Pipa PVC (Poly Vinil
Chloride)
Pemasangan pipa dilakukan di area bahu jalan
dan disesuaikan dengan gambar kerja yang ada
serta dengan dimensi pipa yang akan dipasang.
Jenis bahan pelicin (lubrican) yang digunakan
untuk sambungan "Push-On Raubbering" dan
"solvencement" untuk sambungan
"Solvencement" adalah Mentega atau Minyak
Goreng yang ada dipasaran.
Penyambungan pipa dengan sambungan
"Push-On Rubbering" "Socket" dan "Spigot"
pipa harus dibersihkan dengan seksama
sebelum cincing karet (rubbering) dipasang
ditempatnya.
"Spigot" kemudian dilumuri secara merata
dengan bahan peticin yang tetah disetujui dan
pipa ditekan masuk ke "Socket".
Penekanan pipa "Socket" harus dilakukan
dengan menekan ujung lain pipa yang sedang
dipasang.
Blok kayu atau alat lainnya yang memadai
harus diguanakan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya kerusakan "Socket'
tersebut pada mana batang tersebut ditekan.
Tidak boleh ada ganjal dibawah pipa dan pipa
harus terletak merata diatas bahan atasnya
(Badding material).
Bila diperlukan sekali untuk pembelokkan
pipa dengan sambungan "Push-on" agar
membentuk lengkungan dengan jari-jari yang

IV - 105
panjang, besarnya belokan harus sesuai dengan
petunjuk pabrik.
Setelah pemasangan dan galian pipa telah
selesai digali maka pada dasar galian diberi
pasir, pasir yang dipergunakan pada dasarnya
adalah pasir pasangan. Fungsi pasir yang
menyelimuti pipa adalah apabila ada tekanan /
beban dari permukaan tanah pada jalur
pemasangan pipa, maka penekanan beban
tersebut tidak langsung bekerja pada pipa.
Pipa yang telah terpasang dimasukkan
kedalam galian dan kemudian diberi pasir serta
diurug kembali dengan tanah yang telah digali.
Kondisi bekas galian pada pipa harus sejajar
dengan tanah yang exist, dengan terlebih
dahulu telah dipadatkan agar kondisi pipa yang
telah terpasang menyatu dengan galian.

Pemasangan Pipa PVC (Poly Vinil Chloride)

4.5.3.5.2. Pipa HDPE - SDR 17 ( PN 10/PE100 )


Pipa HDPE adalah pipa plastik bertekanan yang banyak
digunakan untuk pipa air dan pipa gas. Disebut pipa
plastik karena material HDPE berasal dari polymer

IV - 106
minyak bumi. Oleh karenanya harga material PE
dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak bumi.
Keunggulan pipa HDPE adalah tahan terhadap korosi (anti
karat). Pipa HDPE tahan terhadap korosi karena pipa
HDPE terbuat dari plastik.
HDPE memiliki percabangan yang sangat sedikit, hal ini
dikarenakan pemilihan jenis katalis dalam produksinya
(katalis Ziegler-Natta) dan kondisi reaksi. Karena
percabangan yang sedikit, HDPE memiliki kekuatan
tensil dan gaya antar molekulyang tinggi. HDPE juga
lebih keras.dan.bisa.bertahan.pada.temperatur.tinggi.
(120 C).
o

HDPE sangat tahan terhadap bahan kimia sehingga


memiliki aplikasi yang luas.
Pipa HDPE dipakai untuk :
1. Pipa air
2. Pipa gas
3. Pipa zat kimia
4. Pipa air kotor
5. Pipa biogas
6. Aplikasi lainnya diluar fungsi pipa.

Pipa HDPE - SDR 17 ( PN 10/PE100 )

4.5.3.5.2.1. Pemasangan Pipa HDPE/Polyethyline (PE).

IV - 107
Dalam spesifikasi dan dokumen ataupun
gambar, Pipa 'POLYETHYLINE" disingkat
dengan nama "PE" termasuk jenis
thermoplastik. Untuk air minum spesifikasi
pipanya adalah PE 50 yang diproduksi dari
jenis HOPE atau MDPE.
1. Penurunan Pipa Kedalam Galian.
Pipa PE diameter kecil diproduksi dalam
bentuk roll. Penurunan kedalam galiannya
dapat dengan 2 cara : baik dilepas dulu dari
gulungannya baru diturunkan atau
diturunkan dulu kedalam galian dalam
bentuk roll baru dilepas. Pipa PE diameter
besar diproduksi dalam bentuk batang.
Semua pipa, "Fitting" dan "Valve" harus
diturunkan kedalam galian satu persatu,
dengan menggunakan derek, tali/tambang,
atau dengan perkakas atau peralatan lainnya
yang sesuai sedemikian rupa untuk
mencegah kerusakan pada bahan tersebut
maupun lapisan pelindung luar dan
dalamnnya. Bahan tersebut dengan alasan
apapun tidak boleh dijatuhkan atau
dilemparkan ke dalam galian.
2. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan.
Pipa, "Valve" dan "Fitting" harus diperiksa
dengan seksama dari kerusakan pada saat
pemasangannya. Bahan yang rusak yang
ditemukan sebelum, selama atau sesudah
pemasangan pada kedududkan akhir, pipa
harus diperiksa secara seksama dari retakan
dan kerusakan.
3. Pembersihan Pipa dan Fitting.
Bagian luar dan dalam ujung pipa harus
dibersihkan dengan kain kering dan bersih,
dikeringkan dan bebas dari minyak, lemak
sebelum dipasang.

IV - 108
Bila ada profil pengaku badan (stiffeners)
guna melindungi pipa, semua profit
pengaku tersebut harus disingkirkan sampai
bersih demikian pula benda asing lainnya
dalam pipa.
4. Perletakan Pipa
Tindakan pencegahan harus dilakukan
untuk mencegah benda asing masuk
kedalam pipa pada saat pipa diletakan pada
jalur.
Selama berlangsungnya peletakan, tidak
boleh ada kotoran, perkakas, kain, ataupun
benda-benda lainnya ditempatkan dalam
pipa.
Saat satuan panjang pipa dalam galian,
setiap ujung pipa harus dipasang
berhadapan dengan pipa yang sebelumnya,
pipa dipasang dan ditempatkan pada jalur
dan ketinggian yang benar. Pipa
dimantapkan ditempatkan dengan bahan
urugan yang telah disetujui dan dipadatkan
dengan ketinggian yang sama kecuali pada
ujung pipa. Tindakan pencegahan perlu
dilakukan untuk mencegah tanah atau
kotoran lainnya masuk ke sambungan.
Setiap saat bila pemasangan pipa sedang
berlangsung, ujung pipa harus
ditutup/disumbat dengan bahan yang
memadai.
5. Pemotongan Pipa
Pemotongan pipa untuk menyisipkan "Tee",
"Bend" atau "Valve" atau tujuan lainnya,
harus dilakukan dengan mesin potong yang
sesuai dengan cara yang rapih dan baik,
tanpa menyebabkan kerusakan pada pipa
maupun lapisan pelindung dalamnya dan
menghasilkan ujung yang halus pada sudut
yang tepat terhadap sumbu pipa.

IV - 109
Pemotongan pipa besi harus dikerjakan
dengan mesin pemotong yang sesuai
menghasilkan potongan yang halus pada
sudut yang benar atau sudut yang diminta
terhadap sumbu pipa.
Pemotongan perlu dijaga agar jangan
sampai merusak lapisan pelindung luar
maupun lapisan pelindung pipa dalam.
Ujung potongan pipa yang dipotong
tersebut, harus dipotong serong (Beveled)
dengan ukuran yang sama sebagaimana
yang ditentukan dalam spesifikasi.
Tidak boleh ada "fitting" seperti "Bend",
"Tee", dan "flange dan spigot" dipotong
untuk pekerjaan pemasangan pipa.
6. Jenis sambungan pipa Polyetheline adalah
sebagai berikut :
a) Sambungan mekanis :
Pipa dimasukkan kedalam sambungan
lalu mur penekannya dikencangkan.
Penyambungan sistem mekanik lainnya
juga sama seperti halnya
penyambungan-penyambungan yang
biasa dilakukan.
 Mechanical-join: sambungan plastik,
injection
(20 mm - 63 mm) imulded, tipe push-
in dengan 0-ring dan ulir
 Sambungan dari metal
b) Welding (heat fusion):
 But welding ( 63 mm - 250 mm).
Pipa diklem pada alat penekan. Kedua
permukaan pipa harus dibersihkan
dan diratakan dengan pengetap.
Setelah alat pengetap dilepaskan, plat
pemanas dijepit diantara kedua
permukaan pipa dengan sedikit
tekanan untuk beberapa detik.

IV - 110
Kemudlan plat pemanas dilepaskan.
Tekan kedua pipa dengan tekanan
tertentu sampai mendapatkan lebar
yang dikehendaki dari bagian yang
menyatu. Hilangkan tekanan untuk
beberapa saat, setelah dingin klem
dapat dibuka.

 Socket welding (20 mm - 125 m).


Pipa dipotong tegak lurus dengan
sumbunya. Permukaan luar pipa dan
bagian dalam socket harus
dibersihkan dengan cairan pembersih
khusus. Jepit bagian ujung pipa yang

IV - 111
sebelumnya telah diukur dengan mall
yang sudah ditentukan. Masukkan
ujung pipa dalam socket pemanas dan
socket sambungan ke dalam spigot
pemanas untuk beberapa detik.
Keluarkan alat pemanas dan bagian
pipa harus segera dimasukkan
kedalam socket sambungan. Biarkan
beberapa saat sampai dingin.
 Saddle welding
Mula-mula kedua permukaan yang
akan di las harus dibersihkan dengan
cairan pembersih. Taruh piringan
pemanas diantara pipa sudle dengan
tekanan tertentu untuk beberapa saat.
Lepaskan piringan pemanas dan
sambung segera pipa dengan sudle
tersebut dengan tekanan tertentu
untuk beberapa saat. Setelah
sambungan dingin baru pipa
dilubangi dengan alat yang biasanya
sudah ada pada sambungannya.
c) Electro welding (25 mm - 125 mm).
Kontraktor harus menyediakan
KONTROL BOX khusus dengan
tegangan yang harus sama dengan
tegangan dari spesifikasi sambungan
yang ditentukan oleh produsen
sambungan tersebut. Mula-mula kedua
permukaan yang akan disambung harus
dibersihkan dengan cairan pembersih.
Sambung pipa dengan sambungan yang
akan dilas. Kemudian kabel dari kontrol
box disambung kedalam sambungan
yang tersedia. Hidupkan kontrol box dan
secara otomatis akan berhenti sendiri
bila proses penyambungan selesai.
Sebagai kontrol, material dari dalam

IV - 112
akan keluar dari lubang indikator pada
sambungan.
 Las otomatis dari fitting PE yang
sudah ada kumparan pemanas.
d) Penyambungan Pipa Jenis Sambungan
Flens (flanged)
Setelah membersihkan seluruh
permukaan flens bahan sambungan harus
dikencangkan dengan kunci puntir yang
sesuai.
Sekrup yang terpisah dalam sudut 180
derajat satu sama lain harus
dikencangkan bergantian agar diperoleh
tekanan yang merata diseluruh
permukaan flens.
Semua baut dan mur untuk flens harus
dilumuri gemuk (grease) dengan merata.
Semua mur benar-benar dikencangkan
dengan puntiran yang telah ditentukan
menggunakan kunci puntir sebagaimana
yang diperlihatkan berikut ini :

Tabel 4.19
Standar Momen Puntir Berdasarkan Ukuran Baut
Standar
Ukuran Baut Diameter Nominal Momen
(mm) Pipa (mm) Puntir (kg-m)
16 75 - 200 6
20 200 - 300 9
22 350 - 400 12
24 450 - 600 18
30 700- 1200 33
36 1350- 1800 50
42 2000 - 2400 58
48 2600 70

IV - 113
e) Penyambungan dengan Sambungan
Penahan (restraint joint)
1) Umum
Sambungan penahan untuk pipa jenis
sambungan mekanik dan fitting
sebagaimana ditentukan atau
diperlihatkan dalam gambar untuk
mencegah kemungkinan pipa dan
fitting lepas dari sambungan akibat
dorongan (thrust) atau pergerakan
(movements)
2) Pemasangan
Pipa yang berdekatan dikedua ujung
fitting seperti tee, cross, bend dan
reducer pada umumnya harus
disambung tanpa pemotongan
sehingga tidak mengurangi pengarah
sambungan penahan.
Tambahan sambungan penahan harus
dipasang pada sambungan dengan
fitting tersebut bila pipa dipotong
untuk penyesuaiannya atau untuk
menjaga alinyamen pada fitting
tersebut.
Jumlah set sambungan penahan untuk
berbagai macam fitting yang akan
dipasang, kecuali diperlihatkan lain
dalam gambar harus sebagai berikut
tetapi tidak terbatas pada :
Tee ..........3
set untuk semua ukuran Tee pada
socket dan ujung spigot dan
brach's socket end.
Reducer ....2
set untuk semua ukuran reducer pada
socket dan ujung spigot
Bend ........2

IV - 114
set untuk ukuran berikut ini dan sudut
belokan pada socket dan ujung spigot.
Semua ukuran bend dengan sudut
betokan 90 derajat dan 45 derajat
- Bend dengan diameter 200
mm dan yang lebih besar
mempunyai sudut belokan 22 1/2
derajat
- Bend dengan diameter 300
mm dan yang lebih besar
mempunyai sudut belokan 11 ¼
derajat.
Blow off ...1
set untuk semua ukuran blow off
branch pada ujung cabang socket
f) Pemasangan Sambungan Fiexibel dan
Coupling
1) Umum
Semua sambungan flexible dan
coupling harus dipasang dengan benar
pada jalur dan ketinggian
sebagaimana diperlihatkan dalam
gambar.
Ujung flange atau coupling
sambungan tersebut harus dibersihkan
sebelum pemasangan. Semua ujung
flange harus dipasang dan
dikencangkan sebagaimana telah
ditentukan. Penyambungan coupling
harus sesuai dengan petunjuk pabrik.
2) Sambungan Flexible
Semua sambungan flexible harus
dipasang dibawah tanah untuk
penyambungan pipa yang terpendam
dan pipa yang terbungkus dalam
bangunan beton.
Tekukan, kontraksi, ekspansi ataupun
transformasi lainnya pada sambungan

IV - 115
tersebut harus dihindari sebelum
pemasangan.
Perhatian perlu diperhatikan selama
transportasi, penurunan dan
pemasangan guna menghindari
kemungkinan terjadinya transformasi
yang disebutkan tadi pada sambungan
flexible. Oleh karenanya, kontraktor
tidak boleh melepas rusuk (ribs),
pelindung atau perlengkapan lain
yang disertakan pada sambungan
sebebelum pekerjaan penyambungan
selesai.
3) Sleeve Coupling
Semua steeve coupling harus
dipasang dan memberi jarak bersih
3,0 cm atau sesuai standar pabrik
antara dua ujung pipa yang akan
dipasangkan oleh sambungan
tersebut.
a) Penyambungan Pipa Jenis
Sambungan Mechanical
Semua pipa yang ditentukan dalam
bagian ini, mencakup pipa fitting
dari jenis sambungan yang
sama/sejenis.
1) Pemasangan Perlengkapan
Di bagian luar spigot dan di
bagian dalam bell jenis pipa
dengan sambungan mekanik
(mechanical joint) ini harus
dibersihkan dengan kain yang
bersih agar bebas dari kotoran.
Bis - tekan (gland) dan cincin
karet ductile iron selanjutnya
disisipkan diujung spigot
dengan bibir bis-tekan

IV - 116
menghadap kearah ujung bell
atau socket.
2) Pembautan Sambungan
Seluruh bagian pipa harus
ditekan/didorong masuk guna
menempatkan ujung spigot pada
bell. Cincin karet sedemikian
harus ditekan keposisinya
dalam bell, perhatian perlu
diberikan untuk menempatkan
cincin karet secara merata
disekeliling sambungan.
Bis-tekan ductile iron harus
digeser sepanjang pipa sampai
pada posisi untuk pembautan,
semua baut dimasukan dan
sekrup diputar dengan tangan.
Semua sekrup dikencangkan
dengan kunci puntir (wrench)
yang sesuai.
Sekrup yang terpisah dalam
sudut 180 derajat harus
dikencangkan bergantian agar
diperoleh tekanan yang
seimbang diseluruh bis-tekan.
Akhirnya semua sekrup harus
dikencangkan dengan kunci
puntir dan pastikan bahwa
semua sekrup telah
dikencangkan dengan puntiran
(torque) yang telah ditentukan.
Puntiran baut bagi setiap ukuran
baut harus sesuai dengan
standar pabriknya tetapi secara
umum adalah sebagai berikut :

IV - 117
Tabel 4.20
Standar Momen Puntir Berdasar Diameter Nominal Pipa
Ukuran Sekrup Diameter Nominal Pipa Standar Momen
(mm) (mm) Puntir (kg-m)

16 75 6
20 100-600 10
24 700 - 800 14
30 900 atau lebih besar 20

c) Sudut Belokan yang diperbolehkan


untuk Pipa dengan Sambungan
Mekanik
Bilamana diperlukan untuk
membelokan pipa dengan
sambungan mekanik agar supaya
membentuk lengkungan berjari-jari
panjang.
4.5.3.5.3. Pipa Baja dan Fitting
Semua pipa dan alat penyambung harus didisain untuk
menerima tekanan kerja minimum sebesar 0.98 Mpa (10.0
kg/cm2) kecuali ditentukan lain.
Standar lain yang digunakan adalah :
 SNI 07-0068-1987
Pipa Baja untuk konstruksi umum, mutu dan cara uji.
 SNI 0039-1987
Pipa Baja Bergalvanis
 SNI 07-0242-1989
Pipa Baja tanpa kambuh, mutu dan cara uji.
 SNI 07-0822-1989
Baja Karbon strip canai panas untuk pipa.

IV - 118
 SNI 07-1338-1989
Baja karbon tempa.
 SNI 07-0949-1991
Pipa Baja coal-tar enamel lapis lindung bagian luar
 SNI 07-1769-1990
Penyambung pipa air minum bertekanan dari besi yang
kelabu.
 SNI 07-1969-1991
Pipa air minum bertekanan besi tuang kelabu,
penyambung.
 SNI 07-2255-1991
Pipa Baja saluran air.
 SNI 07-2195-1991
Permukaan pipa flens, dimensi.
 SNI 07-2196-1991
Flensa pipa, toleransi dimensi.
 SNI 07-3080-1991
Pipa spigot dan socket dari besi tuang modular
untuk jaringan pipa bertekanan, bagian 2.
 SNI 07-3025-1992
Persyaratan las- Ketentuan Umum, Persyaratan servis
untuk sambungan las.
 SNI 07-3026-1992
Las, untuk pertimbangan untuk menjamin mutu
struktur las.
 SNI 07-3027-1992
Faktor-faktor yang harus di pertimbangkan dalam
penilaian perusahaan yang menggunakan las sebagai
cara utama pabrikasi.

IV - 119
 SNI 07- 3078-1992
Flensa logam - flensa besi tuang.
 SNI 07-3073-1992
Penyambung pipa baja tanpa pasuan berulir.
 SNI 07-6398-2000
Tata cara pelapisan epoksi cair untuk bagian dalam dan
luar pada pelapisan air dari baja
 SNI 07-3360-1994
Penyambung pipa baja & baja paduan dengan las
tumpu.
 SII 2527-90
Water Supply Steel Pipe
 ISO 7/1
Pipe Threads Where Pressuretight Joins are Made on
The Threads
 ISO 1459
Metalic creating - Protection Against Corrosion by Hot
Dip Galvanzing Guilding Principles
 ISO 1461 Metalic
Coating Hot-Dip Galvanized Coating on
Fabricated Ferrous Products Requirements
 ASTM A 283F
Flow and Intermediate tensile Strenght Carbon Steel
Plates, Shapes and Bars
 ASTM A 570
Steel, Sheet and Strip, Carbon, Hot Rolled Structural
Quality
 AWWA C 200
Steel Water Pipe 6 Inches and Larger

IV - 120
 AWWA C 203
Coal-Tar Protective Coatings and Linings for Steel
Water Pipelines Enamel and Tape Hot Applied
 AWWA C 205
Cement Mortar Protective Lining and Coating for
Steel Water Pipe 4 Inches and Larger Shop Applied
 AWWA C 208
Dimensions for Steel Water Pipe Fittings.
 AWWA Manual M11
Stell Pipe Design and Installation
 WWA C 210
Liquid Epoxy Coating System for he Interior and
Exterior Steel Water Pipe.
 JISG 3101
Rolled Steel for General Structure.
 JIS G 3452
Carbon Steel Pipes for Ordinary Piping
 JIS G 3457
Arc Welded Carbon Steel Pipe.
 JIS 8 2311
Steel Butt-Welding Pipe Fitting for Ordinary Use.
 JISG 3451
Fitting of Coating Steel Pipes for Water Service.
 JIS G 550
Spheroidal Graphite Iron Castings
 JIS G 5702
Blackheart Malleable Iron Castings
 JIS G 3445
Carbon Steel Tubes for Machine Structures Purposes

IV - 121
 JIS G 3454
Carbon Steel Pipes for Pressure Service

 JIS K 6353
Rubber Goods Pipes for Water Works.
1. Material dan Fabrikasi
Pipa baja/steel harus dibuat dari pelat atau lembaran
baja dan sambungannya menggunakan pengelasan
tumpul (arc-welded) atau pengelasan listrik, dikerjakan
di pabrik, dites dan dibersihkan.
Lembaran atau pelat-pelat baja harus mempunyai batas
keruntuhan minimum tidak kurang dari 226 N/mm2
(2300 kg/cm2) dan harus memenuhi standard berikut :
 SNI 07-0949-1989 Pelat baja carbon untuk uap dan
bejana tekan.
 SNI 07-0822-1989 Baja karbon strip canai panas
untuk pipa
 SNI 07-1338-1989 Baja karbon tempa.
 ASTMA283, Grade D
 ASTMA570, Grade 33
 JISG 3101, Class 2
 JISG 3452, SGP
 JIS G 3457, STPY
Pabrikasi pipa baja harus sesuai dengan AWWA C 200
atau SNI-07-0822-1989 atau Sll 2527-90 atau JIS G
3452 dan JIS G 3457. Ketebalan dan lebar pengelasan
harus cukup merata pada seluruh panjang pipa dan
dibuat secara otomatis, kecuali atas persetujuan
Pengguna Barang boleh dilakukan pengelasan manual

IV - 122
dengan prosedur yang sesuai oleh tukang yang
berpengalaman.
Semua sambungan memanjang atau spiral dan
sambungan las keliling yang dibuat dipabrik harus
dengan pengelasan sudut (butt welded). Banyaknya
pengelasan pabrik maksimum yang diizinkan adalah
satu pengelasan memanjang dan tiga pengelasan
keliling untuk setiap batang pipa. Panjang setiap batang
pipa adalah 6 (enam) meter atau kurang, kecuali
ditentukan lain.
Pengelasan memanjang harus dipasang berselang-seling
pada sisi yang berlawanan untuk bagian yang
berurutan. Tidak diizinkan adanya ring, pelat ataupun
pelana (saddle) penguat baik pada bagian luar maupun
pada bagian dalam pipa.
2. Dimensi Pipa
Kecuali ditentukan lain, pipa dengan ukuran diameter
nominal berikut ini harus mempunyai ukuran diameter
luar dan ketebalan dinding minimum sebelum dilapisi
pelindung dalam dan luar sebagai berikut :
Tabel 4.21
Diameter Luar dan Ketebalan Dinding Pipa Baja
Diameter Nominal Diameter Luar Ketebalan Dinding
(mm) (mm) Minimum (mm)

100 114.3 4.5


150 168.3 5.0
200 219.1 5.8
250 273.0 6.6
300 323.8 6.9
350 355.6 6,0

IV - 123
400 406.4 6.0

3. Fitting
Semua fitting baja/steel harus dari bahan yang sama
dan difabrikasi sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan pada Bagian 3.2 dan harus didisain dengan
kekuatan yang sama dengan pipanya. Ring penguat atau
saddle penguat dapat dipasang pada bagian luar
bilamana perlu, sesuai dengan AWWA Manual M11
atau standar pembuatan yang dapat disetujui. Ketebalan
dinding minimum dan diameter luar dinding fitting
harus sesuai dengan persyaratan yang dispesifikasikan
dalam Bagian 3.2 dan standar berikut ini:
 Fitting dengan diameter 125 mm atau lebih kecil :
JIS B 2311
 Fitting dengan diameter 150 mm atau lebih besar :
JIS B 2311 (sampai dengan 500 mm) dan JIS G
3451. atau AWWA C 208.
"Bend" yang mempunyai sudut defleksi sebesar 22.5
derajat dan lebih kecil harus terdiri dari dua potongan
bend. Bend yang mempunyai sudut defleksi lebih besar
dari 22.5 derajat sampai dengan 45 derajat harus
difabrikasi dengan menggunakan tiga potongan bend.
Bend yang mempunyai sudut defleksi lebih besar dari
45 derajat harus terdiri dari empat potongan bend.
4. Coating dan Linning (Lapisan Pelindung Luar dan
Dalam)
a) Proteksi Bagian Luar

IV - 124
i. Pemasangan Bawah Tanah
Permukaan luar pipa dan fitting untuk
pemasangan di bawah tanah harus dilapisi coal tar
enamel dan dibalut dengan bonded double
asbestos felt sebagaimana dispesifikasikan pada
Appendix A, Sec. A1.2 dalam AWWA C 203.
Lapisan primer dan coal tar enamel adalah
sebagai berikut ;
 Primer :
Type B sesuai dengan bagian A.2.4 dari
AWWA C.203
 Coal Tar Enamel :
Type I sesuai dengan bagian A.25. Table 1
dari AWWA C203
Konstruksi dari proteksi luar seperti diuraikan di
atas harus terdiri dari berikut ini:
 Primer, Type B yang dispesifikasikan di atas
 Coal Tar enamel, Type I yang dispesifikasikan
di atas, ketebalan lapisan kering 2,4 mm +/-
0,8 mm.
 Bonded asbestos felt
 Coal tar enamel, Type I sama seperti di atas,
tebal kering lapisan 0,8 mm minimum.
 Bonded asbestos felt; dan
 Satu lapisan water resistant whitewash
Sistem pelindung luar lainnya yang menjamin
kualitas yang sama atau lebih dari pada yang
dispesifikasikan di atas dapat diterima atas
persetujuan Engineer tetapi segala sistem

IV - 125
proteksi yang menggunakan polyethylene tape
tidak diperkenankan.

ii. Pemasangan di Atas Tanah


Semua pipa dan fitting yang akan digunakan
sebagai jembatan dan terpapar di luar/dapat
terlihat langsung, harus dicat di pabrik dengan
lapisan primer dan lapisan pertama (first coat)
yang sesuai dengan susunan berikut ini :
 Persiapan permukaan : SSPC-SP-6 atau SP-3
 Primer: Etchin primer, ketebalan minimum
lapisan kering 20 mikron.
Lapisan pertama : Read lead atau lead
suboxide primer, ketebalan lapisan kering 35
mikron.
Persiapan permukaan harus dilakukan sesuai
dengan yang diisyaratkan oleh Steel Structure
Painting Council, USA dan kelas yang
disebutkan di atas, Primer dan Etching Primer,
Class 2.
Lapisan pertama harus sesuai dengan JIS K
5622, Read Lead Anticorrosive Paint, Class 1
atau JIS K 5623, Lead-Suboxide Anticorrosive
Paint, Class 1 atau sesuai dengan persetujuan
Pengguna Barang.
5. Lapisan Pelindung Dalam
a) Umum

IV - 126
Semua pipa dan fitting untuk pemasangan dibawah
tanah harus diberi lapisan dalam dan adukan semen
(cement mortar) atau epoxy atau coal tar epoxy
sesuai dengan AWWA C.210. Semua jalur pipa
diatas tanah harus menggunakan epoxy atau coal tar
epoxy sebagai lapisan dalam sesuai dengan AWWA
C.210.
Semua bahan lapisan pelindung luar dan dalam yang
kontak langsung dengan air bersih harus dilengkapi
lengan sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga
kesehatan masyarakat yang berwenang untuk
penggunaan pada air minum. Penyedia Jasa
Pengadaan harus menyerahkan sertifikat cat yang
menjamin persyaratan untuk saluran air minum.
b) Lapisan Adukan Semen (Cement Mortar Lining)
Lapisan adukan semen harus sesuai dengan AWWA
C.205 atau standar internasional lainnya yang
disetujui dengan kualitas yang sama atau lebih tinggi
dari pada standar yang telah disebutkan diatas.
Lapisan adukan semen tersebut harus mempunyai
ketebalan yang sama kecuali pada sambungan atau
pada bagian dinding pipa yang terputus. Ujung dari
lapisan harus dibiarkan menyudut dan lurus kearah
sumbu memanjang pipa. Ketebalan lapisan harus
mengikuti tabel dibawah ini.
Tabel 4.22
Ketebalan Cement Mortar Lining
( mm ) Ketebalan Toleransi
Lining untuk

IV - 127
(m) ujung pipa
100 sampai 250 6 -1.6 to + 3.2
300 sampai 600 8 - 1.6 to + 3.2

c) Sistem Lapisan Epoxy Atau Coal Tar Epoxy


Sistem pelapisan dengan epoxy dan coal tar epoxy
harus sesuai dengan AWWA C.210 dan
dilaksanakan di pabrik.Sistem tersebut terdiri dari
sebagai berikut :
i. Sistem pelapisan dengan epoxy
 Satu lapisan liquid two part chemically cured
rust inhibitive epoxy primer
 Satu lapisan atau lebih liquid two part epoxy
finish coat yang tidak mengandung coal tar.
ii. Sistem pelapisan dengan coal tar epoxy
 Satu lapisan liquid two part chemically cured
rust inhibitive epoxy primer
 Dua lapisan dari two part coal tar epoxy finish
coat.
Primer dan finish coat harus berasal dari
pabrik yang sama.
Sistem pelapisan epoxy ini dapat juga terdiri
dari dua atau lebih lapisan dengan epoxy yang
sama tanpa menggunakan primer tersendiri.
Sistem altematif ini harus memenuhi
persyaratan AWWA C.210 dan lapisan

IV - 128
pertama dan sistem altematif ini dianggap
sebagai lapisan primer.
Ketebalan lapisan kering total dari kedua
sistem pelapisan tidak boleh kurang dari 400
mikron dan lebih kecil dari 600 mikron.

6. Pelapisan Coating dan Lining Pada Ujung Pipa


a) Ujung Rata / Datar
Spesifikasi pelapisan/coating harus dikupas/cutback
sebesar 370 mm, Lining yang sesuai spesifikasi
diperpanjang sampai ujung pipa. Ujung pipa dan
permukaan luar, lebih dari 370 mm dari ujung pipa
harus di cat dengan epoxy atau coal tar epoxy seperti
yang dispesifikasikan pada bagian 7.3.1. Proteksi
Bagian Luar.
Plat baja ringan (mild steel) dari sambungan ikatan
(bonding terminal) pada ujung datar harus dibuat
pada seperti digambarkan. Untuk proteksi katodik
yang dipasang pada perpipaan air bersih dari baja
yang ditanam dalam tanah. Ukuran dari plat adalah
panjang 50 mm, lebar 30 mm dan ketebalan 5 mm.
b) Ujung Bevel
Lining dan coating harus dikupas/cutback seperti
dispesifikasikan di bawah ini :
Tabel 4.23
Spesifikasi Lining dan Coating

Cutback
Nominal Cutback Lining
Tar
(mm) Coating Mortar
Epoxy
(mm)
(mm)

80 – 350 100 80 3 ±1
IV - 129
400 - 700 150 3±1
Bagian yang dikupas harus dicat dengan primer
seperti dispesifikasikan pada sub bagian
sebelumnya. Detail dari coating dan lining pada
ujung bevel.
c) Ujung Flange
Untuk ujung flange tidak perlu pengupasan lining
atau coating. Seluruh permukaan dari flens harus
dicat dengan epoxy atau coal tar epoxy seperti
dispesifikasikan pada 7.3.1 Proteksi Bagian Luar,
Bagian 7.3.2 Lapisan Pelindung Luar dan Lapisan
Dalam.
d) Coating dan Lining Untuk Pipa-Pipa Khusus dan
Fitting
Semua bagian luar dan bagian dalam permukaan dari
pipa dan fitting khusus berikut ini harus dicat
dengan epoxy atau coal tar epoxy seperti
dispesifikasikan pada bagian 7.3.1 Proteksi Bagian
Luar, Bagian 7.3.2 Lapisan Pelindung Luar dan
Lapisan Dalam (Coating & Lining) :
 Double Flange Short Piece digunakan untuk air
valve assembly
 Short Piece digunakan untuk valve assembly

IV - 130
 Flange dan spigot digunakan untuk valve
assembly
 Blank Flange
e) Lapisan Pelindung Sambungan
i. Umum
Lapisan pelindung luar pada sambungan
digunakan sebagai proteksi terhadap korosi pada
semua sambungan pipa dengan pengelasan di
lapangan dan tertanam di dalam tanah dan harus
diselubungi oleh lembaran yang tahan panas-
susut (heat shrinkable sleeve or sheet).
Penyedia Jasa Pengadaan harus menyediakan
lapisan sambungan (coal) sesuai dengan
spesifikasi dan memasukkannya kedalam Bill of
Quantity. Bahan lapisan sambungan kulit ini
harus mencukupi untuk menutup permukaan yang
harus dilindungi dan memasukkan tambahan
(allowance) 20 %. Penyedia Jasa Pengadaan
harus menyerahkan perincian dari volume bahan
tersebut.
ii. Selubung atau Lembaran Tahan Panas-Susut
(Heat Shrinkable Sleeve Or Sheet)
Selubung atau lembaran bahan tahan panas-susut
harus terdiri dari lapisan luar dan dalam. Lapisan
luar menggunakan cross linked polyethylene dan
lapisan dalam butyl rubber based adhesive.
Panjang selubung tersebut tidak boleh kurang dari
600 mm dan ketebalan lapisan minimum luar dan

IV - 131
lapisan dalam sebelum susut adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.24
Ketebalan Minimum Lapisan Luar
dan Lapisan Dalam Pipa

KetebaLan
KarakteKarakteristik Diameter Ketebalan Minimum
Minimum dan
fisik tapisan luar dan Pipa (mm) Lapisan Dalam
Lapisan Luar
(mm)
lapisan dalam adalah (mm)
sebagai berikut : < = 350 0.6 0.6
400 0.9 0.6
450 1.2 0.6

 Karakteristik Fisik Lapisan Luar


 Spesific gravity (min) :
0.91 (JIS K 112)
 Kekuatan Tarik :
- circumferential (Min, N/mm2) :
1 7.7 (JIS K 6760)
- axial (Min., N/mm2) :
14.7 (JIS K 6760)
 Elongasi :
- circumferential (Min.,N/mm2):
250 (JIS K 6760)
- axial (Min.,N/mm2) :
500 (JIS K 6760)
 Identification hardness
(Min.,Shore D) :
43 (JIS K 72150)
 Dielectric Strenght
(Min., kV/mm) : 30 (JIS K6911)

IV - 132
 Volume Resistivity
(Min., Ohm-cm) : 1x10^14
(JISK6911)
 Shrinkage*
- circumferential (Min.,N/mm2) : 40
- circumferential (Min.,N/mm2) : 8
Catatan : (.,) menunjukkan standard dari
metoda pengetesan yang
diterapkan Pada 200 derajad
celcius untuk 20 menit.
Kriteria Fisik Lapisan Dalam
• Spesific Grafity (Min) : 1.0 (JIS K 7112)
• Consistency (Max) : 80 (JIS K
2220)
• Softening Point (Min degrees C) :
60 (JIS K 2207)
• Penetration (Max) : 90 (JIS K
2207)
Catatan : (.,) memperlihatkan standard dari
metoda pengetesan yang
diterapkan.
Penyedia barang harus
menyediakan 6 (enam) set
perlengkapan heat-shrink flame.
Setiap set perlengkapan ini terdiri
dari pembakar dengan nozzle,
bak sebelum pembakaran dan
stop valve, three-layer heavy
duty hose, pengatur tekanan gas

IV - 133
dengan pengukur tekanan dan
lain sebagainya. Tiga (3) set
tambahan dari pembakar dan
pengatur tekanan gas harus juga
disediakan.
f) Pengecatan Tanda (Marking)
Semua pipa baja/steel dan fitting harus diberi tanda
(marking) dengan jelas pada bagian tengahnya.
Bahan cat tersebut harus dari long oil alkyd resin
seperti berikut ini atau dari mutu yang setara.
P.T. Dimet Indonesia VYGARD 260
ICI ICI SUPER
P.T. ICI Paint Indonesia STRUCTURE FINISH
NIPPON PAINT BODELAC
9000
P.T. Nippon Paint Indonesia ALKYD RESIN
g) Perlindungan Korosi Petrolatum (Petrolatum
Corrosion Protection Tope)
Perlindungan Korosi petrolatum harus dari Denso
tape untuk perlindungan korosi dan harus terbuat
dari kain tidak beranyam dari fiber sintetis yang
menyerap dengan kandungan petrolatum, anorgenik
tak aktif dan pengisi organik, serta pengawet
organik. Bahan ini harus didesain untuk
perlindungan korosi tinggi dan tahan lama dengan
mengikat adhesif, insulasi elektris, insulasi air, tahan
cuaca, tahan kimia, anti mikroorganisme dan lain -
lain.

IV - 134
Setelah petrolatum pelindung korosi digunakan,
permukaannya harus dilindungi dengan pita
pembungkus kecuali ditentukan lain. Pita
pembungkus harus berupa PVC adhesif atau
material lain yang disetujui oleh Pengguna Barang.
Pita pembungkus harus dari pabrik yang sama
dengan pelindung korosi petrolatum.
h) Sambungan Fleksible dan Kopling
i. Umum
Semua sambungan fleksibel dan kopling didesain
untuk tekanan kerja maksimum sebesar 0.98 Mpa
(10.0 kg/cm2) kecuali ditentukan lain.
ii. Referensi
Yang dipakai sebagai referensi adalah standar-
standar berikut:
 AWWA C 219 Bolted, Sleeve-Type Coupling
for Plain-End Pipe
 JIS G 3101 Rolled Steel Pipes for Water
Service
 JIS G 3443 Coating Steel Pipes for Water
Service
 JIS G 3445 Carbon Steel Tubes for Machine
Structure Purpose
 JIS G 3454 Carbon Steel Pipes for Pressure
Service
 JIS G 5502 Spheroidal Graphite Iron Castings
 JIS G 5402 Blackheart Malleable Iron
Castings
 JIS K 6353 Rubber Goods for Water Works

IV - 135
Service
7. Sambungan Fleksibel Mekanikal
Sambungan mekanikal fleksibel didesain untuk
menerima gaya atau kombinasi gaya-gaya yang terjadi
akibat pemuaian dan penyusutan, shear deflection,
distorsi dan gaya-gaya lain pada jalur pipa.
Sambungan mekanikal fleksibel harus setara dengan
Closer Joint, Type CL-A yang diproduksi oleh
Victaulic Company Japan Ltd, atau yang setara dan
disetujui.
a) Persyaratan Desain
Sambungan mekanikal fleksibel harus didesain dan
dibuat untuk memenuhi kondisi operasi sebagai
berikut :
i. Pembebanan dari 2 (dua) meter ketebalan tanah
(earth cover) dengan berat jenis 2.0 ton/m3
ditambah sebuah truk berat 20 ton.
ii. Lendutan geser minimum sebesar 100 mm.
iii. Persyaratan-persyaratan lain seperti di bawah ini :
Tabel 4.25
Persyaratan Desain Sambungan Mekanikal Fleksibel
Panjang Minimum Minimum
Diameter Kontraksi
b) Bahan-Bahan Maksimum Ekspansi yang
Nominal yang
dan Peletakan Diizinkan
(mm) Diizinkan
(mm) (mm)
(mm)

300 to 400 1600 230 80


500 a 600 1700 270 80
Konstruksinya

IV - 136
Sambungan fleksibel mekanikal terdiri dari slip
pipes, pipa selubung, 2 (dua) ring karet dan housing
(blok) dan lain lain, dan mempunyai flange pada
kedua ujungnya.
Setiap slip pipe merupakan tipe ring yang menerus
dengan rangka penguat serta ujung flange. Slip pipes
dan pipa selubung harus difabrikasikan dari
lembaran atau pelat baja yang mempunyai batas
keruntuhan sebesar 216 N/mm2 (2200 kg/cm2),
sesuai dengan JIS G 3101 Class, JIS G 3454 STPG
370, atau yang setara.
Rubber ring housing harus dibuat dari besi cor
ductile sesuai dengan JIS G 5502 class 2 FCD 450,
JIS G 5702 class 2 FCMB 310 atau setara. Ring
karet harus dari styrene butadiene rubber (SBR).
Karet bekas tidak boleh digunakan.
c) Coating.
Semua permukaan luar sambungan mekanikal,
kecuali ditentukan lain, harus dilapisi primer seperti
ditentukan dalam 3.5 kecuali permukaan slip pipe
yang kontak langsung dengan air pengecatannya
harus dilakukan sesuai dengan yang dispesifikasikan
disini. Semua permukaan luar dan dalam mechanical
flexible joint harus dilapisi sistem epoxy atau sistem
coal tar epoxy sesuai dengan spesifikasi dalam
7.3.2.3.
8. Sleeve Coupling
a) Umum

IV - 137
Sleeve coupling harus menggunakan sleeve-type
coupling yang dibaut untuk ujung pipa polos dan
terdiri dari center sleeve, 2 (dua) buah gasket, 2
(dua) end ring, dan mur baut untuk pemasangan
coupling. Semuanya harus didesain dan diproduksi
sesuai dengan AWWA C.219 dan sesuai dengan
standar pabrik serta mendapat persetujuan Pengguna
Barang.
b) Bahan-Bahan dan Konstruksinya
i. Center Sleeve
Center sleeve ini harus berukuran sesuai dengan
ukuran pipa dan fitting yang digunakan dan
terbuat dari carbon steel atau besi ductile atau
malleable cast iron (besi tuang) yang sesuai
dengan atau lebih tinggi dari persyaratan dibawah
ini.
 Carbon Steel
ASTM A 283 Grade C
JISG 3101 Class 2
BS4360 Grade 43 A
DIN 17100 RST36
 Ductile Iron
ASTM A 536 Grade 65-45-12
JIS G 5502 Class 2 FCD 45
BS 2789 Grade 420/12
 Malleable Cast Iron
ASTM A 47 Grade 32510 or 35018
JI5 C 57 02 Class 3 FCMB 340
BS 6681 Grade B32-10 or W34-04

IV - 138
DIN 1692 GTS 35 or GTS 4t
Panjang Center Sleeve harus memenuhi
persyaratan berikut ini :
Tabel 4.26
Panjang Center Sleeve
Panjang Min. Center
Diameter Nominal
Sleeve
12.5 – 50 89
65 – 250 102
300 – 450 127

ii. Gasket
Gasket harus terbuat dari karet sintetis, styrene
butadiene rubber (SBR) yang divulkanisir dicetak
(molded) sesuai dengan standar JIS K 6353 atau
nitrile butadiene rubber (NBR) atau ethylene
propylene diene monometer (EPDM). Karet
bekas tidak diperkenankan untuk digunakan.
iii. End Rings / Ring Ujung
End rings harus dibuat dari carbon steel atau besi
ductile atau besi tuang {malleable cast iron) yang
memenuhi atau lebih tinggi dari standar berikut:
 Carbon Steel
ASTMA 576 Grade 1020
JISG 3101 Class 2
BS 6681 Grade 43 A
DIN 17100 RST36
 Ductile Iron dan Malleable Cast Iron

IV - 139
Sama dengan standard yang telah
dispesifikasikan pada bagian sebelumnya
7.5.2.a. Center Sleeve.
iv. Mur dan Baut
Mur dan baut harus dibuat dari carbon steel yang
memenuhi atau lebih tinggi dari persyaratan dari
JIS G B101 Class 2.
9. Lapisan Coating
a. Sarana di bawah tanah
Permukaan luar dan dalam sleeve coupling harus
dilapisi dengan special hot fusion bonded nylon
coating yang memiliki ketebalan lapisan kering
sebesar 150 mikron. Baut dan mur harus di
galvanisir dan ditambah lapisan special nylon
coating tersebut, sehingga ketebalan kering lapisan
mencapai 75 mikron.
b. Sarana di atas tanah
Semua permukaan center sleeve harus dilapisi
lapisan primer pada bagian luarnya dan sistem epoxy
atau coal tar epoxy untuk pelapisan bagian dalamnya
sesuai dengan yang ditentukan pada bagian 7.3.2.3.
Semua permukaan end rings yang terlihat / terpapar
harus dicat dengan lapisan primer seperti yang
dispesifikasikan pada bagian 7.3.7.
Semua mur dan baut harus dilapisi dengan lapisan
galvanis.
10. Special Sleeve Couplings
a) Umum

IV - 140
Special sleeve coupling harus didisain untuk
penyambungan pipa berujung polos dari berbagai
ukuran diameter luar dengan ukuran diameter
nominalnya seperti diberikan dibawah ini, dan harus
terdiri dari center sleeve, 2 (dua) buah end ring, 2
(dua) gasket serta mur dan baut untuk pemasangan
coupling.
Diameter luar yang diizinkan adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.27
Diameter Luar dan Toleransinya
Diameter Range diameter luar (mm)
b) Konstruksi dan Bahan
Nominal dan toleransinya (°I°) Min. -
{mm} Max
50 60.2 + 1.0 – 63.0 + 0.6
80 88.9 + 1.0 – 98.0 + 2,2
100 110.0 + 0.6 – 118.0 + 1.7
150 160.0 + 0.6 – 170.0 + 1.2
200 200.0 + 0.6 – 222.0 + 0.9
250 250.0 + 0.6 – 273.0 + 0.7

Center sleeve dan end ring harus dibuat dari


malleable cast iron (besi tuang yang bisa ditempa)
yang mengikuti standar JIS G 5702 Class 3 FCMB
340 atau BS 6681 Grade B32-10 atau bahan lain
yang disetujui oleh Pengguna Barang. Mur dan baut
harus dibuat dari carbon steel yang memenuhi atau
lebih tinggi dari standar JISG 3101 Class 2.
Gasket harus terbuat dari karet sintetis, styrene
butadiene rubber (SBR) yang di vulkanisir dicetak

IV - 141
(molded) sesuai dengan standar JiS K 6353 atau
nitrile butadiene rubber (NBR) atau ethylene
propylene diene monometer (EPDM). Karet bekas
tidak diperkenankan untuk digunakan.
Mur dan baut harus terbuat dari carbon steel yang
memenuhi atau lebih dari persyaratan JIS G 3101
class 2.
Permukaan luar dan dalam dari special sleeve
coupling harus dilapisi dengan special hotfusion
bonded nylon coating yang mempunyai ketebalan
kering lapisan minimum sebesar 150 mikron. Mur
dan baut harus diberi pengerjaan akhir (finish)
dengan lapisan galvanis ditambah special nylon
coating tersebut yang mempunyai ketebalan kering
lapisan minimum sebesar 70 mikron.
11) Flange Insulasi
Flange insulasi harus dipasang pada jalur pipa pada
bagian dari jalur pipa yang bersebelahan dan terisolasi
secara elektris, dan atau menyediakan alat untuk
menjaga agar bagian yang bersebelahan pada potensial
yang berbeda.
Flange insulasi berkaitan dengan pengetesan tekanan
hidrostatis yang dispesifikasikan untuk pipa. Ketahanan
elektris diseberang sambungan insulasi tidak boleh
kurang dari 50 megohms sebelum dan sesudah
pekerjaan pengetesan hidrostatis.
Range insulasi harus terdiri dari gasket dengan insulasi
penuh baut serta mur yang diinsulasi oleh lapisan teflon

IV - 142
dengan jumlah yang cukup, pembersih insulasi dan
pencuci logam.
Penyedia Jasa Pengadaan harus menyediakan pelindung
korosi petrolatum dengan kuantitas yang cukup untuk
digunakan pada semua Flange insulasi.

4.5.3.5.3.1. Pemasangan Pipa Baja / Pipa Galvanized


(GIP).
Singkatan GIP yang digunakan dalam
spesifikasi dan dokumen ataupun gambar
berarti Galvanized Iron Pipe.
Cara pemasangan pipa dan penggunaan
perkakas serta peralatan harus sesuai dan
memahami petunjuk dari pabrik
Penyambungan pipa galvanized dilakukan
dengan memakai sok seperti yang ditentukan
sebelum pipa disambung, maka bagian ulir
dari sok atau ujung-ujung pipa harus
dibersihkan dari kotoran-kotoran. Setelah itu
pada ulir pipa dipasang serat nanas dan baru
dimasukan secara hati-hati pada sok dan
diputar sampai kencang betul.
1) Umum
Pengelasan pipa galvanized di lapangan
harus disesuaikan dengan persyaratan yang
ditentukan berikut ini. Hal-hal yang tidak
dijelaskan dalam spesifikasi ini, mengacu
pada standar ataupun pedoman (code)
berikut ini :

IV - 143
 Codes of Japanese Waterworks Steel
Pipes Manufactures' Association (WSP)
 Codes of Welding Engineering Standard
(WES), Japan
Bila pengelasan dilakukan dalam galian,
galian harus dilebarkan dan dibuat lebih
dalam agar memungkinkan pengelasan
sebagaimana diminta.
Jumlah pipa yang akan menjadi satu,
dengan panjang yang sesuai yang dilakukan
diatas permukaan tanah, serta cara
perletakannya ke posisi yang sesuai.
Untuk jembatan pipa, harus diuji sepanjang
seluruh pinggiran setiap sambungan,
dengan cara pengujian radiografi kecuali
ditentukan lain.
Penyambungan dengan pengelasan harus
dilakukan baik dengan sambungan dengan
las tumpul tunggal (singgle-welded butt
joint) atau las-tumpul ganda (double-
welded butt joint) sesuai yang ditentukan.
2) Pemasangan Pipa
i. Penurunan Pipa ke Dalam Galian
Peralatan, perkakas, dan fasilitas yang
memuaskan direksi harus disediakan
dan digunakan oleh kontraktor untuk
keamanan dan kenyamanan pekerjaan.
Semua pipa, fitting dan valve harus
diturunkan secara hati-hati kedalam

IV - 144
galian, satu persatu dengan batasan
diameter memakai crane, derek, tali
atau dengan mesin perkakas atau
peralatan lainnya yang sesuai dengan
cara sedemikian rupa agar mencegah
kerusakan terhadap bahan lapisan
pelindung luar (protective coating)
serta lapisan pelindung dalam (lining).
Bahan tersebut sama sekali tidak
diperkenankan dijatuhkan atau
dilemparkan kedalam galian.
ii. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
Semua pipa dan fitting harus diperiksa
secara hati-hati dari kemungkinan
kerusakan pada saat berada diatas
bagian sesaat sebelum dipasang pada
posisi akhir.
Setiap ujung pipa harus diperiksa
dengan secara khusus, karena daerah
ini paling mudah mengalami kerusakan
dalam penanganannya. Pipa atau fitting
yang rusak/cacat harus diletakan
terpisah untuk pemeriksaan oleh
direksi yang menentukan perbaikan
yang diperlukan ataupun menolaknya.
iii. Pembersihan Pipa dan Fitting
Bagian luar dan dalam ujung pipa
harus dibersihkan dengan kain kering

IV - 145
dan bersih, dikeringkan dan bebas dari
minyak, lemak sebelum dipasang.
Bila ada profil pengaku badan
(stiffeners) guna melindungi pipa,
semua profit pengaku tersebut harus
disingkirkan sampai bersih demikian
pula benda asing lainnya dalam pipa.
iv. Perletakan Pipa
Tindakan pencegahan harus dilakukan
untuk mencegah benda asing masuk
kedalam pipa pada saat pipa diletakan
pada jalur.
Selama berlangsungnya peletakan,
tidak boleh ada kotoran, perkakas,
kain, ataupun benda-benda lainnya
ditempatkan dalam pipa.
Saat satuan panjang pipa dalam galian,
setiap ujung pipa harus dipasang
berhadapan dengan pipa yang
sebelumnya, pipa dipasang dan
ditempatkan pada jalur dan ketinggian
yang benar. Pipa dimantapkan
ditempatkan dengan bahan urugan
yang telah disetujui dan dipadatkan
dengan ketinggian yang sama kecuali
pada ujung pipa. Tindakan pencegahan
perlu dilakukan untuk mencegah tanah
atau kotoran lainnya masuk ke
sambungan.

IV - 146
Setiap saat bila pemasangan pipa
sedang berlangsung, ujung pipa harus
ditutup/disumbat dengan bahan yang
memadai.
v. Pemotongan Pipa
Pemotongan pipa untuk menyisipkan
"Tee", "Bend" atau "Valve" atau tujuan
lainnya, harus dilakukan dengan mesin
potong yang sesuai dengan cara yang
rapih dan baik, tanpa menyebabkan
kerusakan pada pipa maupun lapisan
pelindung dalamnya dan menghasilkan
ujung yang halus pada sudut yang tepat
terhadap sumbu pipa.
Pemotongan pipa besi harus dikerjakan
dengan mesin pemotong yang sesuai
menghasilkan potongan yang halus
pada sudut yang benar atau sudut yang
diminta terhadap sumbu pipa.
Pemotongan perlu dijaga agar jangan
sampai merusak lapisan pelindung luar
maupun lapisan pelindung pipa dalam.
Ujung potongan pipa yang dipotong
tersebut, harus dipotong serong
(Beveled) dengan ukuran yang sama
sebagaimana yang ditentukan dalam
spesifikasi.
Tidak boleh ada "fitting" seperti
"Bend", "Tee", dan "flange dan spigot"

IV - 147
dipotong untuk pekerjaan pemasangan
pipa.
3) Batang Las dan Mesin Las
Batang las harus sesuai persyaratan yang
ditentukan dalam JIS Z 3211 dan 3212 atau
yang memiliki kuat tarik yang setara atau
lebih baik dari logam dasar bahan pipa.
Batang las yang menyerap lengas
(moisture) tidak boleh digunakan dan
tingkat lengas harus lebih kecil dari 2,5 %
untuk batang yang diiluminasi (illuminated
rod) dan 0,5 % untuk batang yang
hydrogennya rendah (low hydrogenous rod)
Mesin las, harus mesin pengelasan busur
nyala (Arc Welding Machine) dengan arus
AC atau pengelasan busur nyala DC.
4) Penyiapan Ujung Pipa
Ujung pipa seluruhnya harus mempunyai
alur menyudut/serong (bewel) yang sesuai
sebelum pengelasan. Kecuali ditentukan
lain atau disetujui oleh Direksi, alur
tersebut harus dibuat pada bagian
permukaan luar (exterior) untuk pipa
dengan diameter 700 mm dan yang lebih
kecil dan pada permukaan dalam (interior)
untuk pipa dengan diameter 800 mm dan
yang lebih besar.
Pipa yang mempunyai ketebalan dinding 16
mm atau lebih, harus alur dikedua sisi pipa

IV - 148
agar dapat dilakkan sambungan las tumpul
ganda (double welded butt joint). Bentuk
dan ukuran celah yang terbentuk oleh alur
menyudut tersebut, harus sesuai dengan JIS
G-3443.
5) Pengelasan
Sebelum pengerjaan pengelasan,
permukaan alur harus dibersihkan dan
debu, tanah dan karat dengan menyikat dan
mengasah (grinding).
Bila pipa akan dipotong di lapangan,
lapisan pelindung dalam maupun lapisan
pelindung luar pada kedua ujung pipa,
harus dikupas minimum 10 cm, kemudian
ujung pipa dibuat alur sebagaimana yang
ditentukan. "Fitting" tidak boleh dipotong
di lapangan.
Kualitas pengelasan dan kecepatan harus
dijaga selama pekerjaan pengelasan, harus
terus menerus (berlanjut) dari bagian dasar
ke bagian atas pinggiran pipa.
Permukaan hasil pengelasan harus seragam
tanpa ada sempalan yang bertebihan,
tumpang tindih dan ketidak rataan.
4.5.3.5.3.2. Pipa Baja dan Fitting Pengujian Tanpa
Merusak pada Pipa dengan Sambungan
Pengelasan di Lapangan.
i. Umum

IV - 149
Bagian ini dipakai untuk pengujian tanpa
merusak sambungan dengan pengelasan
setelah pemasangan pipa. Bagian pipa baja
bawah tanah, semua pengelasan di lapangan
harus diuji dengan cara uji cairan penembus
dengan pewarna (dye penetrant test).
Pengujian harus dilakukan oleh Lembaga
Pemeriksa yang independen yang memiliki
sertifikat dari badan yang berwenang.
ii. Pemeriksaan dengan Pengamatan Mata
(visual inspection)
Pengelasan alur dan pengelasan kedua
harus diperiksa secara amatan. Kerusakan
berikut ini dapat menyebabkan ditolaknya
hasil pengelasan :
 Adanya lubang (pit) di permukaan
 Adanya potongan berlebih (undercut)
dengan kedalaman 1 mm atau lebih
 Adanya potongan berlebih (undercut)
dengan kedalaman lebih dari 0,5 mm dan
kurang dari 1,0 mm dan lebih dari
ketebalan dinding.
 Adanya tumpang tindih (overlap)
 Adanya penguatan berlebihan
 Butiran yang tidak merata (unven
beads), dan
 Adanya kerusakan akibat nyala (are
strike)
Tabel 4.26

IV - 150
Maximum Reinforcement Berdasarkan Ketebalan Dinding
Ketebalan Dinding (mm) Maximum Reinforcement (mm)

12,1 atau lebih kecil 3,2


Lebih besardari 12,7 4,8

iii. Uji Cairan Penembus Dengan Warna


Penetrasi warna harus dipakai pada
pengelasan terakhir dan prosedur
pelaksanaan harus memenuhi rekomendasi
pabrik.
1) Lapisan Pelindung Luar (Protective
Coating) dan Lapisan Pelindung
Dalam (Linning).
a) Umum
Bilamana perlu atau ditetapkan semua
sambungan pipa baja dan "fitting"
termasuk "coupling"; sambungan
"flexible" harus dilindungi sesuai
dengan persyaratan yang
dicantumkan dalam spesifikasi.
Bahan pelindung yang dipakai untuk
pekerjaan, harus produk pabrik yang
menghasilkan produksi bahan
tersebut dalam jumlah besar.
b) Pelapisan Pipa Baja dan "Fitting"
1. Pipa Baja yang Terekspos
Seluruh permukaan pipa baja dan
"fitting" yang terekspos udara,

IV - 151
harus diberi tiga lapisan cair
sebagai tambahan pada lapisan
primer dan lapisan pertama dari
pabrik, dan dilakukan setelah
pembersihan dan pengeringan
permukaan lapisan tersebut.
Jika ditemui kerusakan sebelum
pelapisan di lapangan, kerusakan
tersebut harus diperbaiki
sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi. Pelapisan tersebut
harus dilakukan sesuai dengan
urutan sebagai berikut :
 Lapisan Pertama Meni besi,
total minimum ketebalan
lapisan kering, 35 microns.
 Lapisan Kedua Cat dasar,
total minimum ketebalan
lapisan kering 25 microns.
 Lapisan Ketiga Dua lapis cat
akhir, masing-masing 20
microns.
Lapisan pertama harus memenuhi
"JIS K5622, Red-Lead
Anticorrosive Paint. Class 2" atau
"JIS K5523 Lead Suboxide
Anticorrosive Paint. Class 2" atau
yang setara.

IV - 152
Lapisan pertama, kedua dan ketiga,
jika dimungkinkan haruslah
produk dari pabrik yang sama
sebagaimana pula lapisan primer
dan lapisan pertama dari pabrik.
Produk tersebut haruslah produk
terdaftar.
Semua penopang, angker dan
perlengkapan lainnya harus dicat
sebagaimana ditentukan untuk pipa
dan "fitting".
2. Pipa Baja yang Terendam
Lapisan pelindung digunakan pada
pipa baja yang akan dipendam,
dalam proyek terdiri dari :
 "Head-Shrinkable Sleeve" atau
"Sheet System" (untuk
sambungan dengan pengelasan)
Semua sambungan yang
dilas yang dipendam di
bawah tanah harus dilindungi
dengan "Head-shrinkable
sleeve" atau "sheet".
Pemasangan "Sleeve"
Panjang tumpang tindih
(overlapping) antara lapisan
dari pabrik dan lapisan yang
dipasang di lapangan harus
lebih dari 50 mm pada kedua

IV - 153
sisinya. Sebelum pekerjaan
pengelasan sambungan,
sejumlah sleeve yang
diperlukan harus dipotong
dengan panjang yang sesuai,
dan disisipkan ke pipa sebelum
ditempatkan dalam galian.
"Sleeve" tersebut harus berada
di tempat yang tidak
terpengaruh oleh panas
pengelasan. Penanganan
Pendahuluan Permukaan Pipa
Semua percikan, butiran dan
lain sebagainya yang timbul di
daerah pengelasan harus
disingkirkan dengan alat
pembersih yang memadai, dan
setiap permukaan pipa yang
akan ditutup dengan "sleeve"
harus dihaluskan terlebih
dahulu.
Pemanasan Pendahuluan pada
Pipa
Area yang akan ditutupi dengan
"wrapping", harus dipanasi
dahulu dengan pembakar
(burner) sampai kurang lebih 60
derajat, dan "wrapping" harus
diletakkan ditempatnya untuk

IV - 154
menutupi daerah sambungan,
setelah menyingkirkan lapisan
pemisah dari "wrapping".
Panjang tumpang tindih antara
lapisan dari pabrik dan lapisan
yang dipasang di lapangan
harus lebih besar dari 50 mm.
Pemanasan dan Pengerutan
"Sleeve"
Pemanasan "sleeve" harus
dilakukan dengan pembakar
yang disetujui oleh Direksi dan
dilakukan mulai dari bagian
tengah "sleeve". Udara yang
berada di antara "sleeve" dan
pipa, harus disingkirkan seluruh
secara perlahan dan pasti.
Pengerutan akan berlanjut
secara merata, sampai sifat
adhesive "sleeve" timbul.
Pemanasan Pendahuluan Pipa
Bagian yang akan ditutup
dengan "sheet", harus
dipanaskan dahulu dengan
pembakar sampai kurang lebih
60 derajat. Panjang tumpang
tindih antara pelapisan dari
pabrik dan pelapisan di
lapangan harus lebih darl 50

IV - 155
mm, dan tumpang tindih untuk
"sheet" itu sendiri harus lebih
dari 100 mm.
Pemanasan dan Pengerutan
"Sheet"
Setelah melakukan "sheet" pada
pipa, "sheet" tersebut harus
dikerutkan dengan pembakar,
secara merata, dan udara yang
berada diantara “sheet" dan pipa
harus disingkirkan seluruhnya
secara perlahan tapi pasti.
Pengerutan harus dilanjutkan
sampai bahan perekatnya timbul
dari "sheet".
 "Epoxy Lining" atau "Coal
Tar Epoxy Lining System"
(untuk "Sleeve Coupling”)
"Sleeve coupling" yang
disediakan oleh Pemilik harus
dilindungi dengan bahan
khusus. Kontraktor harus
menangani bahan tersebut
dengan sangat hati-hati jangan
sampai merusak ataupun
menggores permukaan bahan
pelapis.
Semua bagian yang rusak atau
tergores dan bagian sekitarnya

IV - 156
pada permukaan lapisan
pelindung "sleeve coupling"
harus diberi lapisan kembali
sebagaimana berikut ini.
Semua biaya bagi bahan
pelapisan "epoxy” atau
pelapisan "coal tar epoxy",
tenaga kerja, peralatan dan
perkakas harus ditanggung oleh
Kontraktor.
Kontraktor harus memasukan
data teknis dan contoh (sample)
bahan pelapisan tersebut untuk
persetujuan Direksi.
1. Pelapisan "Epoxy"
 Satu (1) lapisan dari
cairan epoxy primer.
 Satu (I) atau lebih lapisan
cairan finish coat.
2. Pelapisan "Coal Tar Epoxy"
 Satu (1) lapisan "epoxy
primer',
 Dua (2) lapisan "epoxy
finish coat".

 Petrolatum Corrosin Protective


Tape S- Nsteni" (untuk
sambungan expansi) (expansion
joints).

IV - 157
Pembungkusan pita pelindung
oleh bahan tersebut, harus
dilanjutkan ke bagian beton
tidak kurang dari 15 cm sesuai
dengan petunjuk dari pabrik.
Permukaan yang akan dilapisi
dengan pelindung korosi
"petrolatum" harus dibersihkan.
Karat, kotoran dan debu, air,
minyak dan lemak harus
disingkirkan seluruhnya dari
permukaan yang akan dilapisi.
Setelah membersihkan
permukaan, permukaan tersebut
harus ditutup dengan pasta.
Cekungan harus diisi dengan
bahan pengisi (fifter) sampai
permukaan rata dan halus. Pasta
tersebut dan bahan pengisi
harus produk yang disuplai oleh
pabrik, pita pelindung korosi
"petrolatum".
Pita pelindung korosi
"petrolatum" harus ditarik
dengan tegangan yang cukup
agar cukup merenggangkan pita
tersebut. Paling sedikit 150 mm
permukaan pita harus ditekan
dengan tangan agar dapat

IV - 158
mengikatnya dengan baik dan
mantap.
Spesifikasi ini hanya mencakup
hal-hal yang bersifat dasar dan
hal-hal yang tak dapat
dihindarkan. Semua rincian cara
pemasangan mengikuti
sebagaimana yang
ditunjukkan/direkomendasikan
oleh pabrik.
4.5.3.6. Sambungan Dan Meteran
Sambungan ke tiap – tiap kosumen direncanakan dilengkapi masing
– masing pelanggan dengan meteran air. Meteran ini berfungsi
sebagai media guna mengetahui jumlah pemakaian air bersih pada
pelanggan dengan menggunakan type yang menggunakan rol angka
sebagai pembaca pemakaian air bersih.

Water flow meter

4.5.3.7. Pekerjaan Listrik


Pekerjaan listrik yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah seluruh
sistem listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja
dengan sempurna dan aman.

IV - 159
Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan ini merupakan satu
kesatuan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatu
bagian pekerjaan atau bahan atau peralatan yang diperlukan agar
instalasi ini dapat bekerja dengan baik dan hanya dinyatakan dalam
salah satu gambar perencanaan atau spesifikasi perencanaan.
a. Panel Tegangan Rendah
1) Type dan Macam Panel
Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua
komponen yang harus ada seperti yang ditunjukkan dalam
gambar. Panel-panel yang dimaksud untuk beroperasi pada
220/380 V, 3 phase, 4 kawat, 50 Hz dan Solidly Grounded
dan harus dibuat mengikuti standard IEC, VDE/DIN, BS,
NEC, PUIL dan sebagainya.
i. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah tipe tertutup
(Metal enclosed), free standing untuk pasangan dalam
(indoor use) lengkap dengan semua komponen-komponen
yang ada :
 SDP-P
ii. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup
(metal enclosed), Coulomb/Wall mounting untuk pasangan
dalam (indoor use) lengkap dengan semua komponen-
komponen yang ada :
 P-1
 P-2
iii. Panel-panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi
teknis ini, tetapi tercantum dalam gambar rencana sebagai
panel yang masuk dalam lingkup pekerjaan.
2) Karakteristik Panel
 Tegangan kerja : 400 volt

IV - 160
 Tegangan uji : 3.000 volt
 Tegangan uji impulse : 20.000 volt
 Frekwensi : 50 Hz
3) Persyaratan-persyaratan Kerja Starter Motor Y – D
Kerja starter motor Y-D adalah Automatic starter motor Y-D
dan harus dapat dihidupkan secara manual atau remote.
Masing-masing starter motor Y-D terdiri dari :
 3 buah kontaktor daya
 1 thermal overload relay
 1 motor timer
 1 tombol start stop
 1 selector switch 3 posisi (local, stop, remote)
 3 indicator lamp :
 Merah : Fault
 Hijau : Stop
 Orange : Start
 Khusus untuk peralatan chiller digunakan solid state dan
inverter untuk peralatan-peralatan yang memerlukan
pengaturan variable speed atau pun pengaturan starting.
4) Konstruksi Panel
a. Switchgear tegangan rendah harus dapat dioperasikan
dengan aman oleh petugas, misalnya seperti pengoperasian
pemutus tenaga (MCCB), pemutus tenaga mini (MCB),
pemasangan kembali indikator-indikator, pengecekan
tegangan, pengecekan gangguan dan sebagainya.
b. Switchgear tegangan rendah terdiri dari lemari-lemari yang
digunakan untuk pemasangan peralatan-peralatan atau
penyambungan-penyambungan.

IV - 161
c. Peralatan yang merupakan bagian dari sistem
pengamanan/interlock harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga tidak mungkin terjadi kecelakaan akibat
kesalahan-kesalahan operasi yang dibuat oleh petugas.
d. Panel/kubikel dibuat dari pelat baja tebal tidak kurang dari
2,00 mm dan diberi penguat besi siku atau besi kanal
dengan ukuran standard, sehingga dapat dipertukarkan dan
diperluas dengan mudah dan masing-masing terpisah satu
sama lain dengan alat pemisah.
e. Tiap kubikel terdiri dari bagian sebagai berikut :
 Ruangan busbar disebelah atas dilengkapi dengan
penutup yang dapat dilepaskan dengan baut setelah
switchgear dimatikan.
 Ruangan peralatan dilengkapi dengan pintu di sebelah
muka, yang dihubungkan dengan sebuah handel
pembuka peralatan sedemikian rupa, sehingga hanya
dapat dibuka bila bagian dalam ruangan tersebut telah
off/mati.
 Letak engsel maupun handel dan kunci dari pintu harus
disesuaikan ketinggiannya.
 Finishing dari panel harus dilaksanakan sebagai
berikut :
 Semua mur dan baut harus tahan karat, dilapisi
Cadmium
 Semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted
setelah pengelasan, kemudian secepatnya harus
dilindungi terhadap karat dengan cara galvanisasi atau
"Chromium Plating" atau dengan "Zinc Chromate
Primer".

IV - 162
 Pengecatan finish dilakukan dengan empat lapis cat
oven atau cat “Powder Coating”, warna abu-abu.
5) Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini
Circuit Breaker (MCB) dengan breaking capacity minimal 8 -
10 KA simetris.
Circuit Breaker lainnya harus dari type Moulded Case
Circuits Breaker (MCCB) atau No Fuse Breaker (NFB),
sesuai dengan yang diberikan pada gambar rencana dengan
breaking capacity seperti ditunjukkan dalam gambar rencana.
Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) harus dari type
automatic trip dengan kombinasi thermal dan instantaneous
magnetic unit.Main MCCB dari setiap panel daya (power
panel) harus dilengkapi dengan “Phase Failure Relay” dan
kabel control harus tahan api.
6) Main busbars dalam panel harus dipasang horizontal
dibagian bawah/ atas dan mempunyai kemampuan hantar arus
kontinu minimal sebesar 1,5 (satu setengah) kali dari rating
ampere frame main pemutus tenaga.
Busbars dari bahan tembaga murni dengan minimum
konduktivitas 99,99% .
Busbars harus dicat sesuai code warna dalam PUIL 2000;
Phasa : Merah, kuning, hitam
Netral : Biru
Ground : Hijau - Kuning.
7) Magnetic Contactor harus dapat bekerja tanpa getaran
maupun dengan kumparan contactor harus sesuai untuk
tegangan 220 Volt, 50 HZ dan tahan bekerja kontinu pada
10% tegangan lebih dan harus pula dapat menutup dengan

IV - 163
sempurna pada 85% tegangan nominal. Magnetic Contactor
harus dari Telemekanik dan yang setaraf.
8) Pemberian Tanda Pengenal.
Tanda pengenal harus dipasang, yang menunjukkan hal-hal
berikut:
 Fungsi peralatan dalam panel
 Posisi terbuka atau tertutup
 Arah putaran dari handel pengontrol dari switch
 Dan lain-lain.
Tanda pengenal ini harus jelas dan tidak dapat hilang.
9) Pengujian
Pengujian ini perlu dilakukan bila pabrik tidak menunjukkan
sertifikat pengujian yang diakui oleh PLN (LMK) :
 Test kekuatan tegangan impuls
 Test kenaikan temperatur
 Test kekuatan hubung singkat
 Test untuk alat-alat pengaman
 Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang
dimaksud
 Pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handel-
handel
 Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat
interlock
 Pemeriksaan kontinuitas rangkaian
b. Kabel Daya Tegangan Rendah
Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-
macam ukuran dan type yang sesuai dengan gambar rencana

IV - 164
(NYY,NYFGBY,NYM,06/1 KV) kabel daya tegangan rendah
ini harus sesuai dengan standard SII atau S.P.L.N.
1) Bahan
Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi peraturan PUIL 2000/LMK. Semua kabel/ kawat
harus baru dan harus jelas ditandai dengan ukurannya, jenis
kabelnya, nomor dan jenis pintalannya.
Semua kawat dengan panampang 6 mm² keatas haruslah
terbuat secara dipilin (stranded). Instalasi ini tidak boleh
memakai kabel dengan penampang lebih kecil 2,5 mm²
kecuali untuk pemakaian remote control.
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari
type :
 Untuk instalasi penerangan adalah NYM dengan conduit
Hight Impact uPCV
 Untuk kabel distribusi NYY, NYFGbY, dan penerangan
luar/jalan dengan menggunakan kabel NYFGbY.
 Untuk kabel-kabel dari diesel genset menuju ke LVMDP
menggunakan kabel jenis NYY.
 Untuk kabel-kabel dari LVMDP menuju ke panel-panel
hydrant, pressurization fan, panel lift menggunakan kabel
jenis FRC.
 Untuk FRC digunakan merk : Radox, Elcuflamex, Wilson,
Fuji, Pirelli IKI Sumindo.
Semua kabel NYY yang ditanam didalam perkerasan
(tembok, jalan, beton, dll) harus berada di dalam conduit
Galvanis yang disesuaikan dengan ukurannya.

IV - 165
2) "Splice" / Pencabangan.
Tidak diperkenankan adanya "Splice" ataupun sambungan-
sambungan baik dalam feeder maupun cabang-cabang,
kecuali pada outlet atau kotak-kotak penghubung yang bisa
dicapai (accessible).
Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara
mekanis dan harus teguh secara electric, dengan cara-cara
"Solderless Connector". Jenis kabel tekanan, jenis
compression atau soldered.
Dalam membuat "Splice" konector harus dihubungkan pada
konductor-konduktor dengan baik, sehingga semua konductor
tersambung, tidak ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan
dan tidak bisa lepas oleh getaran.
Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel
ataupun tempat lainnya harus mempergunakan connector
yang terbuat dari tembaga yang diisolasi dengan porselen atau
bakelite ataupun PVC, yang diameternya disesuaikan dengan
diameter kabel.
3) Bahan Isolasi
Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain
seperti karet, PVC, asbes, tape sintetis, resin, splice case,
compostion dan lain-lain harus dari type yang disetujui, untuk
penggunaan, lokasi voltage dan lain-lain tertentu itu harus
dipasang memakai cara yang disetujui menurut anjuran
perwakilan Pemerintah dan atau Manufacturer.
1. Semua penyambungan kabel harus dilakukan
dalam kotak-kotak
penyambung yang khusus untuk itu (misalnya junction
box dan lain-lain). Pemborong harus memberikan brosur-

IV - 166
brosur mengenai cara-cara penyambungan yang dinyatakan
oleh pabrik kepada Perencana.
2. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna
atau nama-namanya masing-masing, dan harus diadakan
pengetesan tahanan isolasi sebelum dan sesudah
penyambungan dilakukan. Hasil pengetesan harus tertulis
dan disaksikan oleh Konsultan Pengawas.
3. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan
penyambungan-penyambungan tembaga yang dilapisi
dengan timah putih dan kuat. Penyambungan-
penyambungan harus dari ukuran yang sesuai.
4. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi
dengan pipa PVC / procelen yang khusus untuk listrik.
5. Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila perlu
untuk menjaga nilai isolasi tertentu.
6. Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus
diikuti, misal temperatur-temperatur pengecoran dan
semua lobang-lobang udara harus dibuka selama
pengecoran.
7. Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka,
maka harus dilindungi dengan pipa baja dengan tebal 3
mm ..... minimal 2,5 mm.
4) Saluran Penghantar dalam Bangunan
1. Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan
ceiling gantung, saluran penghantar (conduit) ditanam
dalam beton.
2. Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan
ceiling gantung saluran penghantar (conduit) dipasang

IV - 167
diatas kabel tray dan diletakkan di atas ceiling dengan
tidak membebani ceiling.
3. Untuk instalasi saluran penghantar diuar bangunan,
dipergunakan saluaran beton, kecuali untuk penerangan
taman, dipergunakan pipa galvanized dengan diameter
sesuai standarisasi. Saluran beton dilengkapi dengan hand-
hole untuk belokan-belokan.
4. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa
conduit minimum 5/8" diameternya. Setiap pencabangan
ataupun pengambilan keluar harus menggunakan junction
box yang sesuai dan sambungan yang lebih dari satu harus
menggunakan terminal strip di dalam junction box.
Junction box yang terlihat dipakai junction box ex. Jerman
Eropa, tutup blank plate stainless steel, type "star point".
5. Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction
box harus dilengkapi dengan "Socket / lock nut", sehingga
pipa tidak mudah tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan
lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian muka
lantai sampai dengan 2 m, harus dimasukkan dalam pipa
PVC dan pipa harus diklem ke bangunan pada setiap jarak
50 cm.
5) Pemasangan Kabel dalam Tanah
1. Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80
cm.
2. Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi
dengan bata merah, dan diberi pasir, ditanam minimal
sedalam 80 cm.

IV - 168
3. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan
dilindungi dengan pipa Galvanized dengan diameter
minimum 2 kali. .
4. Kabel-kabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi
dengan pipa galvanized atau pipa beton yang dilapisi
dengan pipa PVC type AW, kabel harus berjarak tidak
kurang dari 30 cm dari pipa gas, air dan lain-lain.
5. Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam
tanah harus bersih dari bahan-bahan yang dapat merusak
isolasi kabel, seperti : batu, abu, kotoran bahan kimia dan
lain sebagainya. Alas galian (lubang) dilapisi dengan pasir
kali setebal 10 cm. kemudian kabel diletakkan, diatasnya
diberi bata dan akhirnya ditutup dengan tanah urug.
6. Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan
secara langsung, harus mempergunakan peralatan khusus
untuk penyambungan kabel dalam tanah.
7. Penanaman dan penyambungan kabel harus diberikan
marking yang jelas pada jalur-jalur penanaman kabelnya.
Agar memudahkan didalam pengoperasian, pengurutan
kabel dan menghindari kecelakaan akibat
tergali/tercangkul.
6) Pengujian & Testing
a. Factory Test
 Pengetesan Individuil
Pengetesan ini dilakukan pada setiap potong kabel dan
terdiri dari pengetesan sebagai berikut :
 Pengetesan ukuran tahanan hantaran
 Pengetesan dielektrik
 Pengukuran loss factor

IV - 169
 Pengetesan Khusus
Pengetesan ini dilakukan terhadap sample dari kabel
yang akan dipakai. Pengetesan tersebut terdiri dari test
sebagai berikut :
 Test tegangan impuls
 Mekanikal test
 Pengukuran loss factor pada bermacam-macam
temperature
 Pengetesan dielektrik
 Pengetesan perambatan (Creep Test)
b. Site Test
Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel
ditanam, penyambungan-penyambungan dan pemasangan
kotak akhir, maka dilakukan pengetesan
dielektrik/insulation test.
7) Penerangan Dan Stop Kontak
a. Lampu dan Armaturenya
Lampu dan armaturenya harus sesuai dengan yang
dimaksudkan, seperti yang dilukiskan dalam gambar-
gambar elektrikal.
 Semua armatur lampu harus mempunyai terminal
pentanahan (grounding).
 Semua lampu Fluorescent dan lampu gas discharge
lainnya harus dikompensasi dengan "power factor
correction capasitor" yang cukup kuat terhadap
kenaikan temperatur dan beban mekanis dari louver.
 Reflector terutama untuk ruangan office harus memakai
bahan tertentu, sehingga diperoleh derajat pemantulan
yang sangat tinggi.

IV - 170
 Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan
terminal block harus cukup besar dan dibuat sedemikian
rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak
mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis
komponen lampu itu sendiri.
 Ventilasi di dalam box harus dibuat dengan sempurna.
Kabel-kabel dalam box harus diberikan saluran atau
klem-klemn tersendiri, sehingga tidak menempel pada
ballast atau kapasitor.
 Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,8 mm,
diproses anti korosi proses “posphating”, dicat dasar
tahan karat, kemudian di finish dengan cat akhir dengan
powder coating warna putih.
 Box terbuat dari glass - fibre reinforced polyster dengan
brass insert harus tahan terhadap bahan kimia, maupun
gas kimia serta cover dari clear polycarbonate harus
tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia.
 Pelat sisi dari armatur lampu tipe surface mounted harus
mempunyai ketebalan minimum 0,7 mm.
 Ballast untuk lampu TL harus dari jenis "Low Loss
Ballast" dan harus pula dipergunakan single lamp
ballast (satu ballast untuk satu lampu fluorescent).
 Tabung Fluorescent harus dari type TLD.
 Armatur Down Light terdiri dari dudukan dan diffuser,
dimana dudukan harus dari bahan aluminium silicon
aloy atau dari moulded plastic. Diffuser harus dari
bahan gelas susu atau satin etached opal plastic.
Armatur down ligh tersebut harus tahan terhadap bahan
kimia maupun gas kimia.

IV - 171
 Skedul Lampu Penerangan, harus mengacu ke gambar
rencana dan desain Perencana.

b. Kotak Kontak Biasa


 Kotak kontak dinding yang dipakai adalah Kotak
kontak industrial 1 phasa + N + E, rating 250 Volt, 16
Ampere, untuk pemasangan di dinding / kolom.
 Kotak kontak industrial yang dipakai adalah Kotak
kontak industrial 1 phasa dengan 3 pin, untuk
pemasangan pada dinding/kolom dengan ketinggian 80
cm di atas lantai dan harus mempunyai terminal phasa,
netral dan pentanahan.
c. Kotak Kontak Industrial, 3 phasa + N + E
 Kotak kontak industrial 3 phasa yang dipakai adalah
Kotak kontak industrial 3 phasa dan harus mempunyai
terminal phasa, netral dan pentanahan. Rating 3 Phasa,
415 Volt, 32 A yang dilengkapi switch.
d. Isolating Switches / cam switch atau rotary switch
 Isolating switches harus dipasang pada panel dan
dilengkapi dengan indicating lamp.
Rating isolating switch harus lebih tinggi dari rating
MCB / MCCB pada feeder di panelnya.
Rating tegangan adalah untuk 1 fasa 250 Volt, 3 phasa,
415 Volt.
 Switches harus dipasang pada box.
e. Box untuk Saklar dan Kotak Kontak

IV - 172
 Box harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan
kedalaman tidak kurang dari 35 mm.
Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan
saklar atau Kotak kontak dinding terpasang pada box
harus menggunakan baut, pemasangan dengan cara
yang mengembang tidak diperbolehkan.
f. Kabel Instalasi
 Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi
Kotak kontak harus kabel inti tembaga dengan insulasi
PVC, satu inti atau lebih (NYM, NYY).
Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5
mm² kode warna insulasi kabel harus mengikuti
ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut :
Fasa R : merah
Fasa S : kuning
Fasa T : hitam
Netral : biru
Grounding : hijau/kuning
g. Pipa Instalasi Pelindung Kabel
 Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai
adalah conduit uPVC high impact. Pipa, elbow, socket,
junction box, clamp dan accessories lainnya harus
sesuai yang satu dengan lainnya, yaitu tidak kurang dari
diameter 19 - 25 mm.
 Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel
antara kotak sambung (T-Junction box) dan armature
lampu.

IV - 173
 Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan Kotak
kontak dengan pipa conduit uPVC, high impact conduit-
heavy gauge, minimum diameter 19 - 25 mm.
h. Rak Kabel
Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik
digunakan jenis cable ladder yang terbuat dari plat Mild
Steel dengan ketebalan min. 2,0 mm, dan difinishing Hot
Dip Galvanis dilapisi oleh Zinchromate harus tahan
terhadap bahan kimia dan gas kimia.
Demikian pula untuk cable tray yang berfungsi sebagai
jalur kabel NYM untuk penerangan dan Kotak kontak,
yang terbuat dari sheet steel dengan ketebalan min. 2,0 mm
dengan difinishing hot dip galvanized.
i. Testing / Pengujian
Testing dilakukan dengan disaksikan oleh pengawas
lapangan yang disahkan oleh lembaga yang berwenang
pengujian meliputi :
1. Test ketahanan isolasi
2. Test kekuatan tegangan impuls
3. Test kenaikan temperatur
4. Continuity test.
8) Persyaratan Teknik Khusus Elektrikal
a. Umum
Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua
bahan, peralatan dan tenaga kerja, pemasangan instalasi,
pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan dan
training bagi calon operator, sehingga seluruh sistem
elektrikal dapat beroperasi dengan benar dan baik.
b. Lingkup Pekerjaan

IV - 174
Lingkup pekerjaan sistem elektrikal :
1) Pengadaan, pemasangan dan penyambungan SDP-P, P-
1 & P-2.
2) Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel daya
tegangan rendah lengkap dengan cable fitting lainnya
(lihat gambar rencana) :
 Dari LVMDP menuju ke SDP-P dan panel-panel
daya dan penerangan, dan panel-panel lainnya.
3) Pengadaan dan pemasangan dan penyambungan
instalasi kabel utama dari panel distribusi menuju ke
ruang pameran lengkap dengan seluruh instalasi
didalam ruang pameran termasuk armature, saklar dan
stop kontak di dinding atau di tranch cable.
4) Pengadaan, pemasangan dan penyambungan satu buah
transformator 160KV/400-240 V, 50 Hz.
5) Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai
type dan ukuran kabel tegangan rendah sesuai dengan
gambar rencana.
6) Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel-
panel tegangan rendah dan panel kapasitor sesuai
dengan gambar rencana.
7) Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak,
meliputi :
 Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur
lampu dan jenis lampu sesuai gambar rencana.
 Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop
kontak biasa dan stop kontak daya.
 Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar,
grid switch dan saklar tukar.

IV - 175
 Pengadaan dan pemasangan berbagai cable ladder,
cable tray dan cable trunking.
 Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa
instalasi pelindung kabel serta berbagai accessories
lainnya seperti : box untuk saklar dan stop kontak,
junction box, fleksibel conduit, bends/elbows, socket
dan lain-lain.
 Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel
instalasi penerangan dan stop kontak.
8) Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem
pentanahan lengkap dengan box kontrol, elektroda
pentanahan dan accessories lainnya.
9) Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang
menunjang sistem ini agar dapat beroperasi dengan
baik (seperti pekerjaan bak kontrol, kabel rack, support
equipment dan accessories lainnya.
c. Koordinasi
1) Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambar-gambar
rencana untuk menggambarkan secara detail tentang
semua masalah dari peralatan-peralatan, dan
sambungan-sambungannya. Pemborong harus
melengkapi dan memasang seluruh peralatan-peralatan
bantu yang dibutuhkan.
2) Gambar-gambar rencana hanya menunjukkan secara
umum tentang posisi dari peralatan-peralatan,
pemipaan, ducting dan lain-lain. Pemborong harus
mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan
yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi bangunan
tanpa tambahan-tambahan biaya.

IV - 176
3) Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak
ditunjukkan pada gambar atau sebaliknya, harus
dilengkapi dan dipasang.

d. Standard
Sebagai dasar perencanaan mengikuti standard dan
peraturan yang berlaku :
1) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun
2000.
2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1978 tentang
Peraturan Instalasi Listrik (PIL) dan tentang Syarat-
syarat Penyambungan Listrik (SPL).
3) Standard Industri Indonesia (SII).
4) Standard PLN dalam wilayah daerah setempat.
5) Keputusan Dirjen Cipta Karya DPU tentang standard
penerangan buatan.
6) Petunjuk pengajuan rencana instalasi dan pelengkapan
bangunan.
7) Standard negara lain yang berlaku di Indonesia seperti :
VDE, DIN, NEMA, IEC, JIS, NFPA, dan lain-lain.
e. Pekerjaan Terkait
Referensi bagi pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan
pekerjaan ini adalah :
 Kabel tegangan rendah
 Panel tegangan rendah.
 Penerangan dan stop kontak
 Panel capasitor bank
 Sistem Pembumian

IV - 177
 Daftar merk/produk material.
f. Gambar-gambar kerja dan petunjuk instalasi
1) Pemborong harus mengirimkan, sebelum instalasi di
pasang hal-hal sebagai berikut :
a. Gambar kerja (Shop Drawing) yang menunjukkan
secara detail tentang pemasangan (instalasi)
peralatan-peralatan serta hubungan-hubungannya
dengan pekerjaan lain.
b. Gambar-gambar kerja yang menunjukkan posisi-
posisi elevasi, pengkabelan serta detail-detail
pemasangan peralatan pada posisinya atau pada
ruangannya.
c. Prosedur pemasangan yang disarankan oleh pabrik
pembuat peralatan.
d. Brosur-brosur/katalog yang lengkap tentang ukuran-
ukuran peralatan, cara- cara pemasangan dan
persyaratannya, serta wiring diagram dari peralatan-
peralatan utama.
2) Pemborong juga diharuskan membuat gambar kerja
pada bagian-bagian tertentu yang dianggap perlu dan
ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.
g. Gambar Instalasi Terpasang dan Petunjuk Operasi
1) Pemborong diharuskan membuat dan menyerahkan
gambar- gambar instalasi terpasang (As Built Drawing)
yang telah disetujui Konsultan pengawas, kepada
Pemberi tugas sebanyak 3 set yang terdiri dari 1 set
transparant dan 2 set cetak biru. Bila pekerjaan telah
selesai dan paling lambat 30 hari kalender setelah serah
terima pertama.

IV - 178
2) Pemborong juga harus menyerahkan 3 set buku yang
berisi petunjuk operasi dan perawatan dari seluruh
instalasi, dan peralatan kepada Pemberi tugas paling
lambat 30 hari kalender setelah serah terima pertama.
3) Pemborong bertanggung jawab untuk mendidik
operator yang ditunjuk Pemberi tugas, sampai yang
bersangkutan terbukti sanggup menjalankan/
mengoperasikan seluruh sistem dengan baik.
h. Masa Pemeliharaan dan Garansi
Setelah serah terima kedua Pemborong/Supplier harus
memberikan garansi terhadap peralatan-peralatan yang
dipasang serta mengadakan service / pemeliharaan selama
masa yang ditentukan yaitu :
 Garansi selama 1 tahun
 Pemeliharaan selama 6 bulan.
i. Persyaratan Bahan/Material
Semua material yang disupply dan dipasang oleh
Pemborong harus baru dan material tersebut harus cocok
untuk dipasang di daerah tropis.
Material-material haruslah dari produk dengan kualitas
baik dan dari produksi yang terbaru. Untuk material-
material yang disebut dibawah ini, maka Pemilik harus
menjamin bahwa barang tersebut adalah baik dan baru
dengan jalan menunjukkan surat order pengiriman dari
dealer/agen/pabrik .
Peralatan panel :
Switch , circuit breaker, meter dan kontaktor serta relay
protection.
Peralatan lampu :

IV - 179
Armature, bola lampu, ballast , dan kapasitor.
Peralatan instalasi :
Stop kontak, saklar, junction box, dan lain-lain.
1) Daftar Merk/Produk Material
1. Panel TR :
EGA, Jefta, SIER, Altrak, Simetri.
2. Kabel TR :
Kabelindo, Kabel Metal, Supreme, IKI Sumindo.
3. Komponen Panel Tegangan Rendah :
 ACB, MCCB, MCB :
ABB, Siemens, Merlin Gerin, AEG,
 Diazed Fuse :
AEG, Siemens, ABB,
 Trafo Arus :
AEG, Siemens, ABB, SEG.
 Peralatan Meter :
 Volmeter :
AEG, Siemens, ABB.
 Ampermeter :
AEG, Siemens, ABB.
 Cos Q-meter :
AEG, Siemens, ABB.
 Frekwensi Meter :
AEG, Siemens, ABB.
 Relay-relay pengaman :
Telemecanique, Omron,Siemens, AEG, SEG.
 Peralatan Accessories : Ex Eropa, Japan.
 Surge arrester/lightning arrester :

IV - 180
OBO Betterman, Dehn.
4. Komponen Lampu :
 Tube :
Phillips, Iwasaki (EYE), General Electric (GE),
Osram, National.
 Capacitor :
Phillips, Notocon, National, Bosch.
 Ballast Type Low Loss :
Phillips, ATCO (Low Loss).
 Fitting :
Phillips, BJB.
 Starter :
Phillips, BJB.
5. Stop Kontak/Switch :
MK, Clipsal, Legrand, (ABB), Berker.
6. Conduit Instalasi :
EGA, Clipsal.
7. Armature Lampu TL :
Artolite, Spectra.
8. Armature Lampu Down Light :
Artolite, Spectra,
9. Rak Kabel :
Nobi, Three stars, Interack, Metosu.
10. Grounding System :
Cadweld, Poly Phase, Term oweld, Ex-Local dengan
conductivity Cu > 99,9%.
11. Fire Resistance kabel :
Radox, Elcuflamex, Wilson,Fuji, Pirelli.

IV - 181
4.6. PROSEDUR PERENCANAAN AIR BERSIH
4.6.1. Fluktuasi Kebutuhan Air Bersih
Terjadinya fluktuasi kebutuhan air bersih ini disebabkan karena adanya
kebiasaan pemakaian air oleh penduduk tidak tetap setiap harinya .
Fluktuasi kebutuhan air bersih ditentukan berdasarkan pemakaiaan hari
maximum dan pemakaian jam puncak pada kondisi hari maximum.
Fungsi dari kebutuhan fluktuasi pada iar minum adalah :
a. Fluktuasi hari maximum ( maximum day )
Berfungsi sebagai bahan pertimbaangan dalam perencanaan dimensi pipa.
b. Fluktuasi kebutuhan jam puncak ( peak hour )
Berfungsi sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dimensi pipa
distribusi.
Fluktuasi kebutuhan air bersih dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Jumlah penduduk
Makin besar jumlah penduduk ,maka keaneka ragaman aktifitas
penduduk juga lebih banyak,sehingga akan lebih berpengaruh terhadap
fluktuasi kebutuhan air bersih yang terjadi.
2. Aktifitas penduduk
Aktifitas penduduk suatu daerah berpengaruh langsung terhadap
fluktuasi kebutuhan air bersih.Makin beraneka ragam aktifitas
penduduk suatu daerah,makin besar pula pengaruhnya terhadap
kebutuhan air bersih dan aktifitas yang paling dominan.
3. Adat istiadat dan kebiasaan penduduk.
Adat istiadat dan kebiasaan suatu penduduk suatu daerah berbeda
dengan daerah lainnya Daerah yang mayoritas penduduknya beragama
Islam akan berbeda dengan daerah yang mayoritas beragama lain tentu
daerah yang penduduknya mayoritas beragama Islam akan mempunyai
tingkat fluktusi yang lebih besar.
4. Pola tata kota
Pengaruh yang ditimbulkan oleh aktifitas penduduk pedesaan dengan
pengaruh yang di timbulkan oleh aktifitas perkotaan akan sangat
berbeda.Pada umumnya pola aktifitas penduduk perkotaan lebih
beraneka ragam dari pada penduduk di pedesaan Sehingga daerah
pedesaan fluktuasi kebutuhan air bersinya lebih besar dibandingkan
penduduk perkotaan
Adapun penentuan fliktuasi air bersih di dasarkan pada :
1) Kebutuhan hari maximum ( Maximum Day )

IV - 182
Yaitu kebutuhan air yang lebih dari kebutuhan rata –rata harian dalam hari
hari tertentu setiap minggu ,bulan,tahun.
Fluktuasi hari maximum = Fhm
2) Kebutuhan jam puncak ( peak hour )
Yaitu kebutuhan air terbesar yang dibutuhkan dalam jam tertentu pada
kondisi hari maximum
Fluktuasi jam puncak = F jp

4.6.2. Proyeksi Penduduk


Proyeksi penduduk adalah suatu metode untuk menentukan atau
memperkirakan jumlah penduduk dimasa mendatang. Dasar perhtunngan
proyeksi penduduk adalah kondisi perkembangan penduduk setempat pada
tahun – tahun sebelumnya. Setelah diketahui prosentase perkembangan
penduduk tiap tahunnya, maka dapat diperkirakan jumlah penduduk untuk
tahun rencana proyeksi.
4.6.3. Kondisi Sosial Ekonomi
Peninjauan keadaan sosial ekonomi dalam studi ini adalah merupakan dasar
perhitungan kebutuhan air bersi pada tahun proyeksi sampai pada tahun 2015.
Disamping itu juga digunakan sebagai pertimbangan tyerhadap banyaknya
sambungan pipa dan prioritas pelayanan. Kondisi sosial ekonomi suatu
daerah dipengaruhi oleh faktor perkembangan penduduk serta sosial
ekonominya.
Berikut tabel dalam perhitungan kebutuhan air bersih pada pemakaian air
rata – rata per orang setiap harinya :

IV - 183
Tabel 4.29
Pemakaian Air Rata Rata Tiap Hari

Jangka Waktu Perbandingan


No Jenis Gedung Pemakaian Air Pemakaian Air Luas Lantai Keterangan
Rata - Rata Sehari Rata - Rata Sehari Efektif / Total
(Liter) ( Jam ) (%)

1 Perumahan mewah 250 8 10 42 - 45 Setiap penghuni


2 Rumah biasa 160 - 250 8 10 50 - 53 Setiap penghuni
3 Apartemen 200 - 250 8 10 45 - 50 Mewah 250 Liter
Menengah 180 Liter
Bujangan 120 Liter
Bujangan
4 Asrama 120 8
5 Rumah Sakit Mewah > 1000
Menengah 500 - 1000 8 10 45 - 48 (Setiap tempat tidur pasien)
Umum 350 - 500 Pasien luar : 8 Liter
Staf/pegawai : 120 Liter
Keluarga pasien : 160 Liter
6 Sekolah Dasar 40 5 58 - 60 Guru : 100 Liter
7 SLTP 50 6 58 - 60 Guru : 100 Liter

IV - 184
8 SLTA lebih tinggi 80 6 Guru / Dosen : 100 Liter
9 Rumah - toko 100 - 200 8 Penghuninya : 160 Liter
10 Gedung kantor 100 8 60 - 70 Setiap pegawai
11 Toserba 3 7 55 - 60 Pemakaian air hanya untuk kakus,
(toko serba ada,
Departmen Store) belum termasuk bagian restoranya
12 Pabrik / industri Buruh Pria : 60 8 Per orang , setiap giliran (kalau kerja
Buruh Wanita : 100 lebih dari 8 jam sehari)
13 Stasiun / terminal 3 15 Setiap penumpang (yang tiba maupun
berangkat)
14 Restoran 30 5 Untuk penghuni 160 Liter
15 Restoran umum 15 7 Untuk penghuni : 160 Liter
Pelayan : 100 Liter
70 % dari jumlah tamu perlu 15 Ltr /
org
untuk kakus, cuci tangan dsb.
16 Gedung pertunjukan 30 5 53-55 Kalau digunakan siang dan malam,
pemakaian air dihitung per penonton.
Jam pemakaian air dalam tabel adalah
untuk satu kali pertujukan
17 Gedung bioskop 10 3 ~ IDEM ~
18 Toko pengecer 40 6 Pedagang besar : 30 Liter / tamu,
150 Liter ; staf atau 5 liter.

IV - 185
Perhari setiap m² luas lantai
19 Hotel / Penginapan 250 - 100 10 Untuk setiap tamu, untuk staf
120 - 150 liter ; penginapan 200 liter
20 Gedung peribadatan 10 2 Didasarkan jumlah jemaah per hari
21 Perpustakaan 25 6 Untuk setiap pembaca yang tinggal
22 Bar 30 6 Setiap tamu
23 Perkumpulan sosial 30 Setiap tamu
24 Kelab malam 120 - 350 Setiap tempat duduk
25 Gedung perkumpulan 150-200 Setiap tamu
26 Laboratorium 100 - 200 8 Setiap staf

Sofyan Moh. Noerbambang & Takeo Morimura, " Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing".

IV - 186
Berikut ini prosedur standar perencanaan atau urutan perencanaan air bersih :

4.6.4. Studi Kelayakan


Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari berbagai
disiplin ilmu dan bertujuan untuk mengetahui apakah layak atau tidak
pembangunan tersebut dilaksanakan dan ditinjau dari aspek – aspek : sosial,
budaya, ekonomi, teknis & lingkungan.

4.6.5. Perencanaan Awal


Adalah perencanaan secara garis besar untuk menentukan jalur pipa distribusi
air bersih. Untuk perencanaan ini diadakan penelitian secara umum. Adapun
bagian – bagian dari perencanaan ini adalah :
- Pengumpulan data – data penunjang : Peta jaringan jalan, peta topografi,
peta geologi serta informasi lainnya.
- Survei topografi : Yaitu pengukuran rote dengan tujuan memindahkan
kodisi permukaan bumi pada kertasgambar. Pengukuran melintang,
memanjang serta detail lainya yang di anggap perlu.
- Survei FS/AMDAL di lakukan dengan maksud memperkecil dampak
negative dari pelaksanaan pekerjaan.
- Survei lalu – lintas untuk mengetahui rutinitas kendaran yang lewat serta
jenisnya, agar dalam pelaksanaan pekerjaan dapat diketahui jarak galian
minimal dari bahu jalan dan kedalaman galian pipa minimal guna
menyesuaikan kondisi lapangan.
- Survei geoteknik : survey geologi, survey material dan investigasi tanah.

4.6.6. Perencanaan Akhir (Final Design).


Di dalam perencanaan akhir ini nantinya dihasilkan suatu produk hasil akhir
berupa perencanaan fisik yang baik dari segi teknis dan efisiensi. Serta sesuai
dengan peraturan – peraturan standar pengolahaan air bersih.
Perencanaan akhir (Final Design) ada dua macam, yaitu :
- Perencanaan struktur bangunan pedukung pengolahaan air bersih adalah
perencanaan yang terdiri dari berbagai tahapan – tahapan pembangunan
yang diperlukan guna mengolah air baku menjadi air bersih, adapun
bangunan pendukung tersebut meliputi :
1. Pembangunan bangunan penangkap air (Intake).
2. Pemasangan jaringan Pipa Transmisi.
3. Bangunan Ruang pompa Injeksi dan Laboratorium.
4. Unit pengolahaan air (Water Treatment Plant).

IV - 187
5. Bak penampungan air bersih (Reservoir).
6. Ruang pendistribusian air bersih.
- Perencanaan jaringan pipa distribusi air bersih, adalah perencanaan yang
terdiri dari tahapan – tahapan pemasangan jaringan pipa dimana dalam
pelaksanaanya menyesuaikan dengan kuat tekananan suplai air, jumlah
penduduk serta pertimbangan – pertimbangan lainnya guna menyesuaikan
dengan kondisi lapangan.
Dari tahapan - tahapan diatas maka suatu desain perencanaan jaringan pipa
distribusi air bersih serta bangunan pendukungnya dapat kita pindahkan
melalui suatu desain gambar baik itu berupa Site plant ataupun pada detail
gambar perencanaan.

IV - 188

Anda mungkin juga menyukai