Anda di halaman 1dari 9

BAB I

Pendahuluan

Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut, setempat, yang
disebabkan oleh Streptobacillus ducrey ( Haemophilus ducreyi) dengan gejala klinis yang
khas berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulassi, dan sering disertai pembesaran
dan supurasi kelenjar getah bening regional. H.ducreyi merupakan bakteri gram negative,
fakultatif anaerob, berbentuk batang pendek dengan ujung bulat, tidak bergerak, tidak
membentuk spora dan memerlukan hemin untuk pertumbuhannya. Hanya mengenai orang
dewasa yang aktif. Lebih banyak pada pria.

Masa inkubasi penyakit ini adalah 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7 hari.
Gejala biasanya dimulai dari makula kecil berwarna kemerahan, dalam beberapa jam akan
berubah menjadi papula lalu menjadi pustula dan pecah menjadi ulkus (chancroid). Ulkus ini
dapat berbentuk tunggal maupun multipel. Pada perabaan ulkus terasa lunak, dasar ulkus
kotor terisi penuh jaringan nekrotik, dan nyeri tekan disertai pembesaran kelenjar getah
bening regional (inguinal mendial).

1
BAB II
Batasan

Ulkus mole ialah penyakit infeksi genital akut, setempat, dapat inokulasi sendiri
(auto-inoculable), disebabkan oleh Haemophilus ducreyi (Streptobacillus ducreyi), dengan
gejala klinis khas berupa ulkus pada tempat masuk dan seringkali disertai supurasi kelenjar
getah bening regional.

Etiologi

Penyebab ulkus mole ialah Haemophilus ducreyi, merupakan bakteri gram negatif,
anaerobik fakultatif, perlu hemin (faktor X) untuk pertumbuhannya, berbentuk batang kecil
atau pendek dengan ujung bulat, tidak bergerak, tidak membentuk spora dan memerlukan
hemin untuk pertumbuhannya. Sifat lainnya yng khas ialah dapat mereduksi nitrat menjadi
nitrit, memberikan hasil positif pada tes oksidase, negatif katalase, dan menghasilkan
fosfatase alkali.

Hanya mengenai orang dewasa yang aktif. Lebih banyak pada pria.

Faktor resiko

Kulit berwarna lebih sering terkena penyakit ini. Banyak terdapat di daerah tropis dan
subtropis. Kebersihan dan hygiene berperan penting dalam penyebaran penyakit.

Patofisiologi

Penyakit ditularkan secara langsung melalui hubungan seksual. Predileksi pada


genital, jari, mulut, dan dada. Pada tempat masuknya mikroorganisme terbentuk ulkus yang
khas.

Gambaran klinis

Masa inkubasi sekitar 1-5 hari.

Lesi mula-mula berbentuk macula atau papul yang segera berubah menjadi pustule yang
kemudian pecah membentuk ulkus yang khas, antara lain:

 Multiple.
 Lunak.
 Nyeri tekan.
 Dasarnya kotor dan mudah berdarah.
 Tepi ulkus menggaung.

2
 Kulit sekitar ulkus berwarna merah.

Lokasi ulkus pada pria terletak di daerah preputium, glans penis, batang penis, frenulum
dan anus; sedangkan pada wanita terletak di vulva, klitoris, serviks, dan anus. Lokasi
ekstragenital pada lidah, bibir, jari tangan, payudara, umbilicus, dan konjungtiva.

Tempat predileksi lesi ulkus mole di daerah genital

Laki- laki Wanita

Permukaan mukosa preputium bagian dalam Labium mayus

Frenulum Vulva

Sulkus koronarius Klitoris

Batang penis Fourchette

Dalam uretra Vestibuli

Skrotum Uretra

Anus perineum Serviks

Anus

Pembesaran kelenjar limfe inguinal tidak multiple, terjadi pada 30% kasus yang disertai
radang akut. Kelenjar kemudian melunak dan pecah dengan membentuk sinus yang sangat
nyeri disertai badan panas.

Ulkus pada penis

3
Gambaran histopatologi

Bagian ulkus atas dijumpai neutifil, fibrin, dan eritrosit. Bagian tengah dijumpai
pembuluh darah kapiler baru dengan proliferasi endotel. Bagian bawah terdapat sel-sel
radang yang terdiri dari sel plasma dan limfosit.

Variasi bentuk klinis

 Giant chancroid: ulkus hanya satu dan meluas dengan cepat serta bersifat destruktif.
 Transient chancroid: ulkus kecil sembuh sendiri setelah 4-6 hari, disusul perlunakan
kelenjar limfe inguinal 10-20 hari kemudian.
 Ulkus mole serpiginosum: terjadi inokulasi dan penyebaran dari lesi yang konfluen
pada preputium, skrotum, dan paha. Ulkus dapat berlangsung bertahun-tahun.
 Ulkus mole gangrenosum: suatu varian yang disebabkan superinfeksi dengan bakteri
fusosprikhetosis, sehingga menimbulkan ulkus fagedenik. Dapat menyebabkan
destruksi jaringan yang cepat dan dalam.
 Ulkus mole folikularis (follicularis chancroid): timbul pada folikel rambut, terdiri atas
ulkus kecil multiple. Lesi ini dapat terjadi di vulva atau pada daerah genitalia yang
berambut. Lesi ini sangat superficial.
 Ulkus mole popular (ulcus molle elevatum): terdiri atas papul yang berulserasi dan
granulomatosa, dapat menyerupai donovanosis atau kondiloma lata sifilis stadium II.

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan langsung bahan ulkus yang diambil dengan mengorek tepi ulkus yang
diberi pewarnaan gram. Pada sediaan yang positif ditemukan kelompok basil yang tersusun
seperti barisan ikan.

Kultur pada media agar coklat, agar Muller Hinton atau media yang mengandung
serum dengan vancomysin. Positif bila kuman tumbuh dalam waktu 2-4 hari (dapat sampai 7
hari).

4
Tes serologi ito-Reenstierna, caranya 0,1 ml antigen disuntikkan intradermal pada
kulit lengan bawah. Positif bila setelah 24 jam atau lebih timbul indurasi yang berdiameter 5
mm. Hasil positif setelah infeksi berlangsung 2 minggu akan terus positif seumur hidup.

Tes ELISA dengan menggunakan whole lysed H. ducreyi.

Tes lain yang dapat digunakan adalah tes fiksasi komplemen, presipitin, dan agglutinin.

Gambar Haemophilus ducreyi dibawah mikroskop cahaya

Diagnosis banding

 Herpes genitalis; kelainan kulitnya berupa vesikel berkelompok dan jika memecah
menjadi erosi.
 Sifilis stadium I; ulkusnya bersih, indolen, terdapat indurasi, dan tanda-tanda radang akut
tidak ada.
 Limfogranuloma venerium; afek primer tidak spesifik dan ceat hilang. Terjadi
pembesaran kelenjar getah bening inguinal, perlunakannya tidak serentak.
 Granuloma inguinale; ulkus dengan granuloma, tidak tampak badan Donovan.

Diagnosa

Diagnosis ulkus mole ditegakkan berdasarkan riwayat pasien, keluhan dan gejala
klinis, serta pemeriksaan laboratorium untuk menemukan agen penyebabnya. Tes serologi
untuk ulkus mole. Tes fiksasi komplemen, presipitin, dan aglutinin menunjukkan hasil positif
pada pasien dengan ulkus genital karena infeksi H. Ducreyi. Tes ELISA (Enzyme linked
immunosorbent assay) memakai whole lysed H. ducreyi sebagai antigen memiliki spesifitas
dan sensivisitas tinggi.

Cara-cara lain untuk menyokong diagnosis ulkus mole, misalnya reaksi hipersensitivitas tipe
lambat terhadap antigen H. Ducreyi pada tes kulit Ito-Reenstierna, atau tes inokulasi sendiri
untuk menghasilkan ulkus baru, tidak lagi dipergunakan.

5
Komplikasi

 Adenitis inguinal (bubo inflamatorik). Timbul beberapa hari sampai 3 minggu setelah
lesi primer, biasanya unilateral. Kelenjar membesar, nyeri, kemudian bergabung. Bila
tidak diobati, abses akan memecah ke kulit, sehingga membentuk sinus tunggal yang
kemudian berkembang menjadi ulkus chancroid.
 Fimosis atau parafimosis. Dapat terjadi akibat sikatrisasi pada lesi yang mengenai
preputium, perlu sirkumsisi untuk penanganannya.
 Fistel uretra. Sebagai akibat ulkus pada glans penis yang bersifat destruktif. Bila
mengenai uretra akan menimbulkan nyeri hebat pada waktu miksi. Dapat diikuti oleh
striktura uretra.
 Fistel rektovagina. Merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada wanita.

Terapi

 Medikamentosa
 Obat topikal
 Cara pengobatan lain yang dilakukan serentak, misalnya kompres, irigasi, atau
rendam dengan larutan normal salin (NaCl 0,9%) 2 kali sehari selama 15 menit
akan membantu menghilangkan debris nekrotik dan mempercepat penyembuhan
ulkus. Antiseptik lokal merupakan kontraindikasi, karena dapat menganggu
pemeriksaan untuk diagnosis dini sifilis dengan mikroskop lapangan gelap.
 Aspirasi abses transkutaneus dengan jarum dianjurkan untuk bubo yan berukuran 5
cm atau lebih, dengan fluktuasi di bagian tengahnya, untuk mencegah pecahnya
bubo.
 Obat sistemik
Obat pilihan tergantung atas beberapa faktor, misalnya tersedianya fasilitas
kultur H. Ducreyi, hasil tes resistensi antimikrobial terhadap isolat H. Ducreyi
setempat, dan tersedianya atau harga relatif obat antimikroba. Regimen yang optimal
untuk pengobatan ulkus mole harus dapat menyembuhkan semua pasien dengan
ulkus genital dan bubo disertai eradikasi cepat H. Ducreyi. Pada umumnya, obat
dapat menyembuhkan ulkus mole pada penderita normal bila kadar antibakteri
dalam serum melebihi konsentrasi hambat minimal H. Ducreyi selama waktu
minimal 48 jam.
Pada evaluasi ulkus mole di banyak daerah di seluruh dunia, menunjukkan
beberapa regimen yang masih efektif, yaitu :
 Sulfatiazol 4 x 500 mg, selama 10-14 hari.
 Trimetoprim sulfa forte (160/800 mg) dua kali sehari selama 10-14 hari.
 Tetrasiklin 4 x 500 mg member hasil yang baik.
 Azitromycin 1 gr, oral, single dose.
 Seftriakson 250 mg dosis tunggal, injeksi IM.
 Siprofloksasin 2x500 mg selama 3 hari.
 Eritromisin 4x500 mg selama 7 hari.
 Amoksisilin + asam klavunat 3x125 mg selama 7 hari.

6
 Streptomisin 1 gr sehari selama 10 hari.
 Kotrimoksasol 2x2 tablet selama 7 hari.

Pengobatan dengan trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole 400 mg ternyata kini


kurang efektif di beberapa negara di Asia dan Afrika. Sehingga obat ini dipakai hanya bila
didapatkan hasil resistensi in vitro yang rendah dan harus terus dimonitor secara berkala.

 Non medikamentosa
Berikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut :
 Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya.
 Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
 Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat
menghindarkan lagi
 Cara-cara menghindari PMS dimasa datang

Prognosis

Baik.

7
BAB III
Diskusi

Ulkus mole diketahui menyebar dari satu orang ke orang lain melalui hubungan
seksual. Ulkus mole lebih sering menyerang pria terutama yang sering melakukan prostitusi
dibanding wanita. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang berpotensi adalah 10:1,
dan lebih banyak pada laki-laki heterosexual, didapat dari penderita yang asimtomatik,
biasanya pada wanita pekerja seks.

Ciri khas ulkus mole :

 Bentuk bulat / lonjong


 Kecil, multipel
 Dikelilingi halo eritematosa & edematus
 Berbentuk seperti cawan
 Tepi ulkus tidak teratur / tidak rata
 Dinding bergaung
 Dasar ulkus - jaringan granulasi - mudah berdarah, isi sekret keruh, tertutup sekret kotor
berwarna kuning, jaringan nekrotik
 Perabaan ulkus - lunak, tanpa indurasi, mudah berdarah & terasa nyeri.

Variasi bentuk klinis

 Giant chancroid: ulkus hanya satu dan meluas dengan cepat serta bersifat destruktif.
 Transient chancroid: ulkus kecil sembuh sendiri setelah 4-6 hari, disusul perlunakan
kelenjar limfe inguinal 10-20 hari kemudian.
 Ulkus mole serpiginosum: terjadi inokulasi dan penyebaran dari lesi yang konfluen
pada preputium, skrotum, dan paha. Ulkus dapat berlangsung bertahun-tahun.
 Ulkus mole gangrenosum: suatu varian yang disebabkan superinfeksi dengan bakteri
fusosprikhetosis, sehingga menimbulkan ulkus fagedenik. Dapat menyebabkan
destruksi jaringan yang cepat dan dalam.
 Ulkus mole folikularis (follicularis chancroid): timbul pada folikel rambut, terdiri atas
ulkus kecil multiple. Lesi ini dapat terjadi di vulva atau pada daerah genitalia yang
berambut. Lesi ini sangat superficial.
 Ulkus mole popular (ulcus molle elevatum): terdiri atas papul yang berulserasi dan
granulomatosa, dapat menyerupai donovanosis atau kondiloma lata sifilis stadium II.

8
REFERENSI

1. Prof. Dr. R.S. Siregar, Sp.KK (K). 2002. Ulkus Mole. Dalam: Saripati Penyakit Kulit.
edisi kedua hal. 307. EGC, Jakarta.
2. Judanarso, Jubianto. 2002. Ulkus Mole. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
edisi ketiga hal. 396-400. FK UI, Jakarta.
3. Hartadi. Penyakit Hubungan Seksual. FK Undip/RSU Kariadi Semarang.1988
4. Martodiharjo, Sunarko. dkk. 2004. Ulkus Mole (chancroid). Dalam: Pedoman
Diagnosis dan Terapi Lab/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. RSU dr.Soetomo
hal. 203-207. Surabaya.
5. Wartono, JH, dkk. AIDS/HIV Dikenal Untuk Dihindari. Penerbit Lembaga
6. Pengembangan Informasi Indonesia (LEPIN). Jakarta. 1999.
7. Depkes RI. Buku Pegangan Pendidikan Kelompok Sebaya dalam
8. penanggulangan HIV/AIDS dan PMS lainnya di kalangan resiko tinggi.
9. Depkes RI Jakarta. 1996/1997.
10. Wong ML, Chan Roy KW, Koh D. The long term effects of condom promotion
11. programmes for vaginal and oral sex on sexually transmitted infections among
12. sex workers in Singapore, 1990-2002. AIDS 2004; 18:1195-1199.
13. World Health Organization, Regional Office for Western Pacific. Controlling
14. STI and HIV in Cambodia: The Success of Condom Promotion. Manila: World
15. Health Organization, 2001

Anda mungkin juga menyukai