i
Pembuatan Hub and Spoke (Pengempul dan Pengumpan) Bandar
Udara untuk Penurunan Disparitas Harga Logistik di Papupa
Bab IV : Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dan Rencana Kerja
Merupakan target waktu pelaksanaan pekerjaan disertai matrik jadwal
kegiatan pekerjaan.
Kami berharap Laporan Pendahuluan ini akan menjadi pegangan
Konsultan untuk pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Kritik serta saran
yang membangun kami harapkan untuk penyempurnaan Laporan ini.
Ucapan terima kasih atas perhatian, dukungan dan kerjasama dari
berbagai pihak terutama kepada Badan Penelitian dan Pengembangan
Transportasi Udara Kementerian Perhubungan.
Jakarta, 2017
PT Beutari Nusakreasi
ii
Daftar Isi
iii
BAB 3 Metodologi................................................................3-1
3.1 Pola Pikir ...................................................................... 3-1
Latar Belakang ................................................... 3-2
Formulasi Masalah .............................................. 3-3
Peraturan Perundangan (Instrumental Input) ......... 3-4
Lingkungan Strategis ........................................... 3-4
Proses Analisis ................................................... 3-4
Keluaran Studi .................................................... 3-7
Manfaat Studi ..................................................... 3-7
3.2 Bagan Alir Studi............................................................. 3-7
Tahap Persiapan............................................... 3-10
Tahap Survey ................................................... 3-12
Tahap Analisis Data .......................................... 3-13
Tahap Perumusan Rekomendasi dan Pelaksanaan
FGD ................................................................ 3-14
Tahap Diskusi dan Pembahasan ........................ 3-15
BAB 4 Jadwal Pelaksanaan dan Rencana Kerja.....................4-1
4.1 Struktur Organisasi ........................................................ 4-1
4.2 Struktur Organisasi Pelaksanaan Kegiatan Studi .............. 4-1
4.3 Tugas dan Tanggung Jawab Personil .............................. 4-3
Ketua Tim (Team Leader) .................................... 4-3
Ahli Manajemen Transportasi Udara ..................... 4-4
Ahli Keselamatan Operasi Penerbangan ............... 4-5
Ahli Angkutan Udara ........................................... 4-6
Ahli Bandar Udara ............................................... 4-6
Ahli Pesawat Udara ............................................. 4-7
Ahli Statistik ........................................................ 4-8
Asisten Tenaga Ahli ............................................ 4-9
4.4 Jadwal Kegiatan .......................................................... 4-10
4.5 Rencana Survey. ......................................................... 4-13
iv
Daftar Gambar
Gambar 1-1. Gambaran Kondisi Lingkungan dan Jalan Darat di wilayah
Pegunungan Kabupaten Jaya Wijaya......................................... 1-3
Gambar 1-2. Barang-Barang Kargo Udara ............................................ 1-4
Gambar 2-1 Lokasi Bandar Udara di Provinsi Papua............................ 2-20
Gambar 2-2. Lokasi Bandar Udara di Provinsi Papua dan papua Barat.. 2-21
Gambar 2-3. Bandar Udara Sentani Jayapura ..................................... 2-23
Gambar 2-4. Bandar Udara Senggeh dan Dabra di Tol laut Biak ........... 2-24
Gambar 2-5 Peta Administrasi Kab. Keerom ....................................... 2-28
Gambar 2-8. Bandar Udara Mopah Merauke ....................................... 2-33
Gambar 2-9. Bandar Udara Kimaam dan Tanah Merah di Tol Laut Merauke
............................................................................................ 2-33
Gambar 2-13. Bandar Udara Wamena Jayawijaya ............................... 2-40
Gambar 2-14. Bandar Udara Kiwirok dan Oksibil di Tol Laut Wamena ... 2-41
Gambar 2-23. Bandar Udara Mozes Kilangin ...................................... 2-55
Gambar 2-24. Bandar Udara Ewer di Tol laut Timika............................ 2-55
Gambar 2-30. Bandar Udara Nabire ................................................... 2-66
Gambar 2-32. Bandar Udara Nop Goliat Dekai .................................... 2-70
Gambar 2-51. Pesawat yang Melayani Rute Papua dan Papua Barat .... 2-82
Gambar 3-1. Pola Pikir ........................................................................ 3-1
Gambar 3-2. Bagan Alir Studi ............................................................... 3-9
Gambar 3-3. Peta Rencana Identifikasi dan Inventarisasi Bandara ........ 3-13
Gambar 4-1 Struktur Organisasi Proyek ................................................ 4-1
Gambar 4-2 Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan ........................... 4-2
Gambar 5-1 Jadwal Pelaksanaan ....................................................... 4-11
Gambar 5-2 Kurva S Pelaksanaan ..................................................... 4-12
Gambar 5-3 Rencana lokasi survey .................................................... 4-14
Gambar 5-4 Rute Area 1 : Sentani - Oksibil ......................................... 4-15
Gambar 5-5 Rute Area 2 Sentani – Wamena ...................................... 4-16
Gambar 5-6 Rute area 3 Timika ......................................................... 4-17
v
Daftar Tabel
Tabel 2-1. Bandara Pengumpul di Papua ............................................. 2-4
Tabel 2-1. Bandar Udara di Provinsi Papua ......................................... 2-17
Tabel 2-3. Perkembangan Produksi Padi menurut Kabupaten di Provinsi
Papua ................................................................................... 2-73
Tabel 2-4. Perkembangan Produksi Jagung Menurut Kabupaten di Provinsi
Papua, 2014 - 2015................................................................ 2-74
Tabel 2-5. Rata-rata Pengeluaran dan Persentase Rata-rata Pengeluaran
per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Tahun 2015 dan
2016 ..................................................................................... 2-76
Tabel 2-6 Rata-rata Konsumsi per Kapita Sebulan dan Persentase Rata-
rata Pengeluaran Konsumsi Terhadap Beberapa Macam Bahan
Makanan Penting, 2016 .......................................................... 2-77
Tabel 2-7. Persentase Rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut
Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Komoditi Strategis, 2016 ...... 2-78
Tabel 2-12. Total Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat dan
Penumpang di 6 Bandara Utama Provinsi Papua Tahun 2013 - 2015
............................................................................................ 2-80
Tabel 3-1. Kebutuhan dan Sumber Data ............................................. 3-11
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur
Indonesia, khususnya Wilayah Papua, kondisi utama yang dihadapi
adalah masalah aksesibilitas untuk pendistribusian barang dan
kebutuhan pokok lainnya. Kondisi geografis Papua yang bergunung-
gunung dan terbatasnya sarana prasarana transportasi menyebabkan
distribusi logistik tidak mudah disebarkan ke seluruh daerah. Di daerah
pedalaman atau distrik yang letaknya jauh dari pelabuhan-pelabuhan
laut, masyarakat kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan barang dan
kebutuhan pokok yang mereka perlukan. Harga barang menjadi jauh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga-harga di daerah lainnya di
Indonesia. Daya beli masyarakat rendah, pertumbuhan ekonomi
sangat lambat.
Terkait dengan hal tersebut, sudah tentu masyarakat mengharapkan
perhatian pemerintah untuk mencarikan solusi sehingga masalah
aksesibiltas yang telah menyebabkan mereka kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan bahan pokok dan bahan produktif lainnya, dapat
diatasi.
Sehubungan kondisi tersebut, pemerintah memandang bahwa
peningkatan sarana transportasi udara merupakan solusi yang akan
ditempuh karena sarana ini mampu menjangkau daerah pedalaman
yang tidak mudah diakses dengan menggunakan moda transportasi
yang lain. Pada saat ini Kementerian Perhubungan tengah merancang
Program Tol Udara untuk pendistribusian logistik ke daerah-daerah
terpencil, terutama di Papua. Melalui program ini diharapkan disparitas
harga barang dan kebutuhan pokok lainnya yang demikian tinggi dapat
ditekan sehingga masyarakat dapat memperoleh semua kebutuhan
bahan pokok dengan harga-harga yang seimbang dengan wilayah lain
di Indonesia.
Dalam program tol udara di Papua, Pemerintah akan menetapkan
beberapa bandara utama di Papua sebagai Bandara Hub (bandara
pengumpul) untuk pendistribusian logistik. Untuk tahap pertama
1-1
bandara yang disiapkan adalah: Jaya Pura, Timika dan Wamena. Dari
bandara hub tersebut barang-barang logistik disebarkan ke bandara-
bandara Spoke (bandara pengumpan) untuk proses penyebaran lebih
lanjut.
Pemerintah akan melakukan perbaikan infrastruktur bandar udara yang
kondisinya tidak memadai, meliputi, landasan pacu (Runway), fasilitas
sisi darat seperti fasilitas pergudangan untuk menampung pergerakan
barang-barang logistik. Di samping itu juga akan dilakukan peningkatan
sistem pengaturan lalu lintas penerbangan (navigasi penerbangan)
untuk meningkatkan keselamatan penerbangan.
Sejalan dengan kebijakan tol udara tersebut pemilihan tipe dan jenis
pesawat yang sesuai untuk memfasilitasi program tersebut perlu
mendapat perhatian khusus. Hal ini penting dilakukan karena
pelaksanaan lalu lintas penerbangan atau navigasi penerbangan di
kawasan Papua memiliki faktor yang sulit akibat kondisi alam yang
bergunung-gunung dengan kondisi cuaca yang cepat berubah.
Penerbangan hanya dapat dilakukan secara visual.
Studi pemilihan tipe pesawat udara dan pembuatan Hub and Spoke
(pengumpul dan pengumpan) bandar udara untuk penurunan
disparitas harga logistik di Papua ini dimaksudkan untuk memberikan
masukan kepada pemerintah dalam kebijakan pemilihan jenis pesawat
udara yang efektif untuk pengangkutan kargo di kawasan Papua, dan
penetapan bandara hub untuk pendistribusian logistik yang diperlukan.
1.2 Rumusan Permasalahan
Transportasi adalah urat nadi perekonomian. Oleh karena itu untuk
mendukung tingkat perekonomian yang merata di suatu wilayah salah
satu kunci keberhasilannya terletak pada tersedianya sarana dan
prasarana transportasi yang dapat menjangkau setiap titik dalam
wilayah tersebut dengan mudah, efisien dan efektif serta memenuhi
unsur keselamatan dan keamanan bagi penggunanya.
Sebagaimana diuraikan di depan, dengan kondisi alam Papua yang
sebagian besar berupa wilayah yang bergunung-gunung dengan
tingkat kecuraman yang tajam disertai lembah-lembah yang dalam,
menghadapi masalah kesulitan dalam pengembangan jaringan
1-2
transportasi, terutama transpotasi darat. Faktor kesulitan tersebut
menjadi semakin besar karena sebaran penduduk pada umumnya
terdapat di wilayah pegunungan yang tempatnya terpisah-pisah dan
sulit dijangkau. Kondisi yang demikian menyebabkan rendahnya
mobilitas pergerakan orang maupun logistik yang dibutuhkan untuk
kebutuhan sehari-hari untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.
1-3
Di wilayan ini kondisi cuaca sering berubah-ubah dengan cepat disertai
kabut sehingga sangat mempengaruhi operasional penerbangan.
Masalah disparitas harga yang tinggi di pedalaman Papua
sesungguhnya dapat dikatakan berhubungan dengan masalah
pendistribusian logistik secara efektif, lancar dan kontinyu Dalam studi
ini akan dilakukan suatu pengkajian untuk melihat lebih jauh
peningkatan peranan transportasi udara dan infrastruktur
pendukungnya untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dan
memberikan rekomendasi yang diperlukan.
1-4
udara untuk kemudahan distribusi logistik di Papua, sehingga
dapat menekan disparitas harga yang tinggi saat ini.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a) Identifikasi Bandara Hub di Propinsi Papua;
b) Identifikasi Bandara Spoke di Propinsi Papua;
c) Identifikasi Lapangan Terbang di distrik-distrik Propinsi Papua;
d) Identifikasi tipe dan jenis pesawat kargo udara yang sesuai
dengan kondisi Papua;
e) Inventarisasi komoditi bahan pokok dan bahan lain yang
dibutuhkan masyarakat Papua;
f) Inventarisasi komponen biaya pengangkutan kargo udara
(standar perhitungan);
g) Identifikasi skema subsidi pengangkutan kargo udara;
h) Inventarisasi Depo Pengisian Pesawat Udara (DPPU)
Pertamina di Papua;
i) Melakukan analisis prasarana fasilitas bandar udara Hub and
Spoke (pengumpul dan pengumpan) serta lapangan terbang;
j) Melakukan analisis pengoperasian pesawat udara terhadap
Bandar Udara Hub and Spoke, serta Lapangan Terbang yang
didarati;
k) Melakukan analisis rute dan jaringan kargo udara sesuai dengan
hasil pemilihan tipe pesawat dan pemilihan bandara Hub and
Spoke;
l) Melakukan analisis jumlah frekuensi penerbangan yang
dibutuhkan terhadap pengoperasioan pesawat udara
(kemampuan mengangkut/payload) dan kebutuhan
barang/komoditas untuk masing-masing wilayah di Papua.
1.5 Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah:
1-5
a) Output
Sebagai output dari terlaksananya studi ini adalah dihasilkannya
sebuah Laporan Penelitian yang berisi tentang “Studi Pemilihan
Tipe Pesawat Udara Dan Pembuatan Hub and Spoke
(Pengumpul Dan Pengumpan) Bandar Udara Untuk Penurunan
Disparitas Harga Logistik Di Papua”.
b) Outcome
Sebagai outcome dari hasil studi ini adalah, dalam jangka
panjang diharapkan adanya peningkatan peran transportasi
udara dalam upaya penurunan disparitas harga di Papua,
melalui terbentuknya sistem Hub and Spoke Bandar Udara
untuk transportasi logistik yang efektif, disertai penggunaan
jenis-jenis pesawat udara yang tepat untuk melayani
penerbangan di Papua yang memiliki kondisi alam yang
dipenuhi pegunungan.
1-6
BAB 2
Tinjauan Pustaka/Literatur
2.1 Tinjauan Peraturan dan Dasar Hukum
Dasar/Acuan perundang-undangan dalam penyusunan Studi
Pemilihan Tipe Pesawat Udara Dan Pembuatan Hub and Spoke
(Pengumpul Dan Pengumpan) Bandar Udara Untuk Penurunan
Disparitas Harga Logistik Di Papua, sebagaimana disebut dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK), antara lain:
a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001
tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;
c) Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2015 Tentang Rencana
Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara Di Provinsi Papua
d) Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Kewajiban Publik untuk Angkutan Barang dan
Dari daerah tertinggal, Terpencil, Terluar dan Daerah
Perbatasan
e) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 79 Tahun 2017 tentang
Kriteria dan Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis dan
Subsidi Angkutan Udara Kargo;
f) Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penetapan
dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang
Penting
g) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 18 tahun 2017 tentang
Formulasi Biaya Operasi Penerbangan Angkutan Udara Perintis
dan Tarif Penumpang Angkutan Udara Perintis Tahun 2017;
h) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 155 tahun 2016 tentang
Batas Usia Pesawat Udara Yang Digunakan Untuk Kegiatan
Angkutan Udara Niaga;
i) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 tahun 2016 tentang
Kriteria Dan Penyelenggaraan Kegiatan Angkutan Udara
Perintis;
j) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 tahun 2015 tentang
Standarisasi Dan Sertifikasi Fasilitas Bandar Udara;
2-1
k) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 55 Tahun 2015 Tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil
Aviation Safety Regulations Part 139) Tentang Bandar Udara
(Aerodrome) ;
l) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 21 tahun 2015 tentang
Standar Keselamatan Penerbangan;
m) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 69 Tahun 2013
tentang Tantanan Kebandarudaraan Nasional;
n) Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara nomor KP
233 Tahun 2017 tentang Rute Dan Penyelenggara Angkutan
Udara Perintis Kargo Dan Subsidi Angkutan Udara Kargo Serta
Penyelenggara Subsidi Angkutan Bahan Bakar Minyak (Bbm)
Pesawat Udara Untuk Angkutan Udara Perintis Kargo, Sebagai
Pelaksanaan Program Jembatan Udara Tahun Anggaran 2017
o) Ketentuan/persyaratan teknis yang dikeluarkan oleh ICAO
(International Civil Aviation Organization),
1. Annes 2 (Rules of the Air)
2. Annex 6 (Operation of Aircraft)
3. Annex 4 (Aerodrome)
4. Annex 15 (Aeronautical Information Services)
5. Doc-8168 (Aircraft Opperations)
2-2
komprehensif, menciptakan konektivitas nasional dan pertumbuhan
ekonomi. Fokus pembangunan Papua ada dalam bingkai Nawacita
keenam, meningkatkan produktivitas rakyat Indonesia dan daya saing
di pasar internasional. Caranya dengan membangun infrastruktur mulai
dari jalan raya penghubung berbagai daerah di Papua, pelabuhan dan
bandara baru yang semua itu kini sedang dilakukan. Proyek Jalan
Trans Papua yang terhubung dengan tol laut bisa memperkuat
kawasan terdepan Indonesia. Terkait dengan pembangunan bandara
di Papua, Presiden telah meresmikan Bandara Dekai di Ibu Kota
Kabupaten Yakuhimo
2-3
Berdasarkan PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraa
Nasional yang termasuk dalam hierarki bandara pengumpul di provinsi
Papua, terdapat enam bandar udara, yaitu :
1.Wamena / Jayawijaya
2.Sentani / Jayapura
3.Frans Kaisiepo / Biak
4.Mopah / Merauke
5.Moses Kilangin / Timika
6.Doun Aturure / Nabire
Hierarki bandara
No. Bandara
Thn 2020 Thn 2030
1 Wamena/Kab. Jayawijaya PT PT
2 Sentani/Jayapura PS PS
3 Frans Kasiepo/Biak PT PT
4 Mopah/Merauke PS PS
5 Moses Kilangin/Timika PT PS
6 Doun Aturure/Nabire PT PT
Catatan
PT = Pengumpul Tersier
PS = Pengumpul Sekunder
2-4
b) Terpenuhinya persyaratan teknis operasi penerbangan dan
fasilitas bandar udara;
c) Fasilitas bandar udara yang sesuai dengan ketentuan
keselamatan dan keamanan penerbangan;
d) Terlayaninya semua daerah yang memiliki bandar udara;
e) Pusat kegiatan operasi penerbangan masing-masing badan
usaha angkutan udara niaga berjadwal;
f) Keterpaduan rute dalam negeri dan luar negeri.
3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2015 Tentang Rencana Tata
Ruang Kawasan Perbatasan Negara Di Provinsi Papua
2-5
1. Pelabuhan Jayapura di Distrik Jayapura Utara, Kota
Jayapura;
2. Pelabuhan Amamapare di Distrik Mimika Timur Jauh,
Kabupaten Mimika;
3. Pelabuhan Sarmi di Distrik Sarmi Kota, Kabupaten Sarmi;
4. Pelabuhan Demta di Distrik Demta, Kabupaten Jayapura
5. Pelabuhan Agats di Distrik Agats, Kabupaten Asmat.
2-6
5. Pos Angkatan Laut (Posal) Pulau Mapia di Distrik Supiori
Barat, Kabupaten Supiori;
6. Posal Sarmi di Distrik Sarmi Kota, Kabupaten Sarmi;
7. Posal Skow Sae di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura; dan
8. Posal Agats di Distrik Agats, Kabupaten Asmat.
2-7
a. Bandar Udara Sentani, Distrik Sentani, Kabupaten
Jayapura;
b. Bandar Udara Mopah, Distrik Merauke, Kabupaten
Merauke
Jembatan Udara
Jembatan Udara adalah pelaksanaan angkutan udara kargo dari
bandar udara ke bandar udara lainmya dan/atau dari bandar udara ke
bandar udara di daerah tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan4 .
Selanjutnya di sebutkan bahwa, penyelenggaraan kewajiban
pelayanan publik untuk angkutan udara barang/kargo dilaksanakan
melalui program Jembatan Udara dan wajib memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut :
2-8
a. Melaksanakan angkutan barang / kargo berdasarkan rute yang
ditetapkan oleh Menteri dengan diberikan subsidi operasi
angkutan udara;
b. Memberikan pelayanan bagi pengguna jasa sesuai dengan
standar pelayanan yang ditetapkan oleh Menteri;
c. Melaksanakan angkutan barang/kargo sesuai dengan ketentuan
keselamatan dan keamanan penerbangan; dan
d. Memenuhi standar fasilitas bandar udara yang ditetapkan oleh
Menteri
Program Jembatan Udara merupakan angkutan udara perintis kargo
dan subsidi angkutan udara kargodan penyelenggaraan program
Jembatan Udara di laksanakan oleh pemerintah, melalui :
a. Penugasan kepada Bada Usaha Milik Udara (BUMN) yang
bergerak di bidang angkutan udara untuk subsidi angkutan
kargo, dan/atau
b. Pemilihan penyedia jasa lainnya kepada Badan Usaha
Angkutan Udara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Jembatan Udara dapat merupakan kelanjutan penyelenggaraan
pengangkutan barang di laut di teruskan melalui angkutan jalan
dan/atau angkutan penyeberangan ke bandar udara terdekat menuju
bandar udara yang ditetapkan.
5 Permenhub No.79 Tahun 2017 tentang Kriteria dan Penyelenggaraan Angkutan Udara
Perintis dan Subsidi Angkutan Udara Kargo
2-9
Angkutan Udara Perintis Kargo
Angkutan Udara Perintis Kargo adalah kegiatan angkutan udara kargo
dalam negeri yang melayani jaringan dan rute penerbangan dari dan
ke daerah tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan dengan
diberikan subsidi operasi angkutan udara.
Angkutan udara perintis kargo berdasarkan rute perintis kargo yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal berdasarkan kriteria untuk :
a. mengangkut barang/kargo ke dan dari daerah terpencil dan
daerah tertinggal atau daerah yang belum terlayani oleh moda
transportasi lain; dan / atau
b. mendukung penurunan disparitas harga barang kebutuhan
masyarakat, yaitu mendukung upaya untuk memperkecil
perbedaan harga barang kebutuhan masyarakat antar daerah.
c. Daerah terpencil dan daerah tertinggal atau daerah yang belum
terlayani oleh moda transportasi lain
Jenis barang/kargo yang dapat diangkut melalui angkutan udara
perintis kargo meliputi:
a. barang kebutuhan pokok dan barang penting, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. ternak; dan
c. jenis barang lain sesuai dengan kebutuhan masyarakat daerah
tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan.
2-10
a. usulan rute angkutan udara perintis diajukan oleh Koordinator
Wilayahkepada Direktur Jenderal secara tertulis;
b. usulan rute perintis terdiri dari rute lama (existing) dan rute baru
disampaikan setelah berkoordinasi dengan Kantor Otoritas
Bandar Udara, Unit Pelaksana Bandar Udara cakupan dan
Pemerintah Daerah Setempat;
6 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang
Kebutuhan Pokok dan Barang Penting
2-11
2. Barang Kebutuhan Pokok hasil industri:
a. gula;
b. minyak goreng;
c. tepung terigu.
3. Barang Kebutuhan Pokok hasil peternakan dan perikanan;
a. daging sapi;
b. daging ayam ras;
c. telur ayam ras;
d. ikan segar yaitu bandeng, kembung dan tongkol / tuna /
cakalang.
2-12
perlu dilakukan upaya-upaya untuk mendorong capaian target
dimaksud 7. . Telah ditetapkan, sebagai berikut :
a. rute dan penyelenggara angkutan udara perintis kargo;
b. rute dan penyelenggara subsidi angkutan udara kargo; dan
c. penyelenggara subsidi angkutan Bahan Bakar Minyak (BBM)
pesawat udara untuk angkutan udara perintis kargo.
Rute angkutan udara perintis kargo dan subsidi angkutan udara kargo,
merupakan rute yang ditetapkan dengan target minimal pergerakan
penerbangan dan target minimal kargo yang diangkut per minggu.
Penyelenggara angkutan udara perintis kargo, subsidi angkutan udara
kargo dan subsidi angkutan bahan bakar minyak (BBM) pesawat udara
tahun anggaran 2017 adalah Kepala Unit Penyelenggara Bandar
Udara sebagai Koordinator Wilayah, pada bandara udara yang di lokasi
tersebut tidak tersedia bahan bakar minyak (BBM) pesawat udara.
Dalam rangka peningkatan pemanfaatan angkutan udara perintis kargo
dan subsidi angkutan udara kargo, pada penerbangan dari bandar
udara di daerah terpencil dan daerah tertinggal atau daerah yang belum
terlayani oleh moda transportasi lain ke bandar udara asal
pengangkutan dapat digunakan untuk melakukan pengangkutan hasil-
hasil produksi lokal. Koordinator Wilayah wajib melakukan pengawasan
dan evaluasi angkutan udara perintis kargo dan/atau subsidi angkutan
udara kargo sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketetapan ini mulai berlaku tanggal 11 September 2017.
Disparitas Harga
Disparitas harga secara harafiah dapat diartikan perbedaan,
kepincangan harga suatu barang/jasa di suatu daerah/wilayah dengan
7 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : Kp. 233 Tahun 2017 Tentang
Rute Dan Penyelenggara Angkutan Udara Perintis Kargo Dan Subsidi Angkutan Udara
Kargo Serta Penyelenggara Subsidi Angkutan Bahan Bakar Minyak (Bbm) Pesawat Udara
Untuk Angkutan Udara Perintis Kargo, Sebagai Pelaksanaan Program Jembatan Udara
Tahun Anggaran 2017
2-13
daerah/wilayah yang lain. Masalah harga berhubungan dengan barang
ekonomis, sebab barang akan berguna dan untuk menperolehnya
diperlukan pengorbanan uang dengan bantuan harga. Harga adalah
perwujudan nilai tukar atas suatu banrang/jasa dan nilai tukar obyektif
itu sendiri adalah harga pasar. Harga pasar tidak terbentuk secara
otomatis akan tetapi melalui suatu proses mekanisme pasar yakni tarik
menarik antara kekuatan pembeli dan permintaannya dan kekuatan
penjual dengan penjualannya.
Adanya disparitas harga disebabkan banyak faktor, diantaranya akses
distribusi barang kurang lancar. Disparitas harga di Papua, terutama di
wilayah/distrik pedalaman dengan wilayah pelabuhan/pesisir, pada
dasarnya disebabkan terbatasnya prasarana dan prasarana
transportasi, baik transportasi darat, laut, sungai maupun transportasi
udara. Untuk wilayah yang hanya dapat dijangkau dengan transportasi
udara, disparitas harga semakin tinggi dikarenakan kapasitas daya
angkut pesawat udara terbatas dan sarana prasarana bandar udara
juga tidak memadai.
2-14
2.3 Profil Provinsi Papua
Provinsi Papua
terletak di ujung timur
Indonesia, dengan
ibukota Jayapura.
Secara astronomis,
Papua terletak pada
2025’- 90 Lintang Selatan
dan 1300-1410 Bujur
Timur. Papua di sebelah
utara dibatasi Samudra
Pasifik, sedangkan di
sebelah selatan dibatasi
Laut Arafuru. Di bagian
barat, Papua berbatasan
dengan Provinsi Papua
Barat, sedangkan di
bagian timur berbatasan
dengan Negara Papua
New Guinea. Dengan
luas 316 ribu km2, papua
merupakan provinsi
terluas di Indonesia yang terbagi menjadi 28 kabupaten dan 1 kota.
Kabupaten Merauke merupakan kabupaten terluas yang mencapai
hamper 15 persen dari total luas Papua, sebaliknya Kabupaten Supiori
merupakan kabupaten terkecil dengan luas hanya 634 km 2.
2-15
Kelembaban udara di Papua relative tinggi yaitu bekisar 74%
sampai dengan 87%. Suhu udara suatu tempat ditentukan oleh tinggi
rendahnya tempat tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari
pantai. Suhu udara rata – rata di Provinsi Papua pada tahun 2015
bekisar 21,30C – 27,80C. Selama tahun 2013, Papua mengalami
gempa bumi setiap bulan. Jumlah gempa lokal di Papua selama tahun
2013 sebanyak 753 kali, lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya. Dari
753 kali gempa lokal, hanya sebanyak 40 kali gempa dirasakan.
2-16
Menurut Statistik Perhubungan Provinsi Papua Tahun 2015,
enam bandara utama Provinsi Papua adalah sebagai berikut :
a) Bandara Moppah (Merauke)
b) Bandara Wamena (Jayawijaya)
c) Bandara Sentani (Kabupaten Jayapura)
d) Bandara Nabire
e) Bandara Frans Kaisiepo (Biak Numfor)
f) Bandara Dekai (Yahukimo)
Perbedaan spasial yang ada antara kota – kota besar di Papua dan
daerah pedalaman memberikan hambatan yang cukup besar dalam
proses distribusi tersebut. Perbedaan spasial disamping menyajikan
keberagaman sumber daya antar daerah pedalaman memberikan
hambatan yang cukup besar dalam proses distribusi tersebut.
Perbedaan spasial disamping menyajikan keberagaman sumber daya
antar daerah juga memberikan hambatan spasial yang tidak ringan baik
itu dikarenakan oleh perbedaan topografi, perbedaan kultur, dan
sebagainya. Untuk wilayah dengan sarana bandara yang memadai,
distribusi barang dan jasa dapat dilakukan oleh pesawat sekelas
Boeing 737, namun untuk wilayah yang hambatan spasialnya tidak
dapat diatasi oleh sarana transportasi darat dan laut serta kondisi
bandaranya belum memadai, maka selama ini penerbangan perintis
diandalkan dalam distribusi barang dan jasanya. Berikut merupakan
Nama Bandar Udara serta lokasi di Provinsi Papua :
Tabel 2-2. Bandar Udara di Provinsi Papua
Bandar
No Kota/Lokasi No Bandar Udara Kota/Lokasi
Udara
1 Frans Biak 37 Batom Kab.
Kaisiepo Pegunungan
Bintang
2-17
Bandar
No Kota/Lokasi No Bandar Udara Kota/Lokasi
Udara
2 Sentani Jayapura 38 Bade Kab. Mappi
3 Mopah Merauke 39 Lereh Kab. Keerom
4 Ubrub Kab. Keerom 40 Karubaga Kab. Tolikara
5 Dabra Kab. 41 Obano Kab. Paniai
Mamberamo
Raya
6 Yuruf Kab. Keerom 42 Senggo Kab. Mappi
7 Molof Kab. Keerom 43 Mozes Kilangin Timika
8 Kamur Kab. Asmat 44 Taive II Kab. Tolikara
9 Kimam Kab. Mearuke 45 Yahukimo Kab. Yahukimo
10 Elelim Kab. Yalimo 46 Sudjarwo Tj/Ros Serui Kab.
Bori/ Kamanap Kep. Yapen
Baru
11 Bimakia Kab. Boven 47 Nabire (Douw Kab. Nabire
Digoel Aturure)
12 Senggeh Kab. Keerom 48 Waghete Kab. Deiyai
13 Manggelum Kab. Boven 49 Sinak Kab. Puncak
Digoel Jaya
14 Wamena Kab. 50 Aboyaga Kab. Nabire
Jayawijaya
15 Kelila Kab. 51 Aboy Kab.
Mamberamo Pegunungan
Raya Bintang
16 Kiwirok Kab. 52 Yaniruma Kab. Boven
Pegunungan Digoel
Bintang
17 Bilorai Kab. Intan Jaya 53 Nop Goliath Dekai Kab. Yahukimo
18 Bilai Kab. Intan Jaya 54 Sugapa Kab. Intan
Jaya
19 Kebo Kanb. Paniai 55 Kobakma Kab.
Membramo
Tengah
20 Akimuga Kab. Mimika 56 Apalapsili Kab. Yalimo
21 Enarotali Kab. Paniai 57 Kenyam Kab. Nduga
22 Mararena Kab. Sarmi 58 Mapnduma Kab. Nduga
2-18
Bandar
No Kota/Lokasi No Bandar Udara Kota/Lokasi
Udara
23 Tanah Merah Kab. Boven 59 Mugi Kab. Nduga
Digoel
24 Mulia Kab. Puncak 60 Paro Kab. Nduga
Jaya
25 Oksibil Kab. 61 Fawi Kab. Puncak
Pegunungan Jaya
Bintang
26 Moanamani Nabire 62 Borome Borome
27 Mindip Kab. Boven 63 Boega Kab. Intan jaya
Tanah Digoel
28 Kepi Kab. Mappi 64 Jila Kab. Mimika
29 Kokonau Kab. Mimika 65 Jita Kab. Mimika
30 Bokondini Kab. 66 Potowai Kab. Mimika
Jayawijaya
31 Okaba Kab. Merauke 67 Bilogai Kab. Intan
Jaya
32 Numfor Kab. Biak 68 Tsinga Kab. Mimika
Numfor
33 Illaga Kab. Puncak 69 Alama Kab.
Pegunungan
Bintang
34 Illu Kab. Puncak 70 Wangbe Kab. Puncak
Jaya
35 Tiom Kab. Lanni 71 Waris/Towehitam Kab. Keerom
Jaya
36 Ewer Kab. Asmat
Sumber : PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional
2-19
Gambar 2-1 Lokasi Bandar Udara di Provinsi Papua
2-20
Gambar 2-2. Lokasi Bandar Udara di Provinsi Papua dan papua Barat
2-21
2.7 Penjelasan Moda Transportasi Laut – Udara Papua
Tol Laut
2-22
Gambar 2-3. Bandar Udara Sentani Jayapura
2-23
Gambar 2-4. Bandar Udara Senggeh dan Dabra di Tol laut Biak
Kabupaten Keerom
2-24
Kabupaten Pegunungan Bintang; Sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Jayapura.
Letak Kabupaten Keerom secara geografis berbatasan
langsung dan berada memanjang di daerah perbatasan Republik
Indonesia dengan Negara Papua New Guinea (PNG), sehingga secara
geostrategis posisi daerah ini sangat penting karena merupakan
daerah perbatasan serta pintu masuk dan keluar arus manusia dan
barang antar negara. Kemudian secara Astronomis terletak pada 2 0 37’
00” – 40 0’ 0” LS, dan 1400 15’ 0” – 1410 0’ 0” BT.
2-25
terdapat di sebagian besar Distrik Senggi, Distrik Arso Timur, Distrik
Arso, dan Distrik Skanto.Luas wilayah perbukitan di Kabupaten
Keerom mencapai 522.433,93 ha dengan luas kawasan terbesar
terdapat di Distrik Senggi dengan luas168.652,49 ha dan yang terkecil
berada di Distrik Arso Timur dengan luas 19.741,12 ha. Wilayah
pegunungan terbesar terdapat di Distrik Web dan Distrik Senggi
dengan luas 33.453,99 ha dan 32.929,70 ha. Untuk kawasan dataran
yang paling luas terdapat di Distrik Senggi, yaitu 162,339.33 ha dan
yang terkecil terdapat di Distrik Waris seluas 92.45 ha.
Kabupaten Keerom memiliki curah hujan yang cukup tinggi,
yakni mencapai 1.750 – 3.000 mm/tahun. Wilayah yang memiliki curah
hujan mencapai 3.000 mm/tahun adalah bagian Selatan Kabupaten
Keerom yang meliputi Distrik Senggi, Towe, dan Web. Kemudian
wilayah dengan curah hujan mencapai 2.500 mm/tahun berada di
bagian Tengah yang meliputi sebagian Distrik Arso, sebagian Distrik
Senggi, sebagian kecil Distrik Web, sebagian besar Distrik Waris dan
sebagian besar Distrik Skanto, dan wilayah dengan curah hujan 1.750
mm/tahun terdapat di bagian Utara Kabupaten Keerom yang meliputi
Distrik Arso Timur, sebagian Distrik Arso, dan sebagian kecil Distrik
Skanto dan Distrik Waris. Suhu udara minimum di Kabupaten Keerom
berada pada 230C dan suhu maksimum berada pada 320C. Hal ini
membuat tingkat kelembaban di Wilayah Kabupaten Keerom termasuk
tinggi, yakni di atas 80%dengan intensitaspenyinaran udara mencapai
56,0 persen dan tekanan udarasebesar 1.035,0 mbs.
2-26
perbatasan dan terpencil. Saat ini, masih adadistrik yang sama sekali
tidak bisa diakses lewat jalan darat, yakni Distrik Towe, Kaisenar dan
Yaffi. Distrik Towe selama inihanya dapat diakses melalui sarana
transportasi udara, yakni dengan menyewa Helikopter atau menyewa
pesawat kecil jenis Cesna karena tidak ada penerbangan reguler ke
daerah tersebut. Sebenarnya, telah ada 3 (tiga) buah lapangan terbang
di distrik ini, tetapi belum memenuhi syarat untuk dapat didarati
pesawat jenis Twin Otter, meskipun lokasinya memiliki luas areal yang
cukup untuk perpanjangan landasan. Akibatnya, jika tidak ada
penerbangan, maka masyarakat di wilayah ini terpaksa berjalan kaki
selama beberapa hari untuk mencapai jalan yang bisa diakses dengan
menggunakan kendaraan darat.
2-27
Gambar 2-5 Peta Administrasi Kab. Keerom
2-28
wilayah sebesar 31.136,85 Km2. Keberadaan wilayah administratif
Kabupaten Mamberamo Raya dikukuhkan berdasarkan UU No. 19
tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Mamberamo Raya di
Provinsi Papua pada tanggal 15 Maret 2007. Kabupaten Mamberamo
Raya mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Samudera Pasifik
Selatan : Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Tolikara
Barat : Kabupaten Waropen dan Kabupaten Kepulauan Yapen
Timur : Kabupaten Sarmi
2-29
2.7.2.4.2 Kondisi Transportasi Bandar Udara
2-30
b) Distrik Kelila terdiri dari 19 Kampung dengan luas wilayah 208
Km2
c) Distrik Megambilis terdiri dari 4 Kampung dengan luaswilayah
416 Km2
d) Distrik Eragayam terdiri dari 15 Kampung dengan luas wilayah
228 Km2
e) Distrik Ilugwa terdiri dari 6 Kampung dengan luas wilayah 95
Km2
2-31
Namun Program Tol Laut yang keluar masuk di pelabuhan laut
Merauke yang di programkan Pemerintah Pusat, di nilai belum
maksimal dan tidak Efisien. Kurang maksimalnya program Tol Laut
Merauke di karenakan jumlah muatan kontener dari dan ke Merauke
yang menggunakan jasa kapal Tol Laut masih sangat minim jika di
bandingkan dengan daerah lainya di Indonesia.
Tol laut Merauke mencakup beberapa bandar udara dan kota
disekitar tol laut. Bandar Udara Hub yang berada di kawasan Tol Laut
Merauke adalah Bandar udara Mopah - Merauke dengan 13 bandar
udara spoke dan mencakup 3 kota. Berikut merupakan penjelasan
bandar udara dan kota di kawasan Tol Laut Merauke.
2-32
Gambar 2-6. Bandar Udara Mopah Merauke
Gambar 2-7. Bandar Udara Kimaam dan Tanah Merah di Tol Laut
Merauke
Kabupaten Merauke
2-33
Indonesia. Sebelum pemekaran Kabupaten Merauke memiliki luas
wilayah 119.749 Km2 (29% dari luas wilayah Provinsi Papua). Setelah
pemekaran Kabupaten Merauke saat ini memiliki luas wilayah
46.791,63 Km2 membawahi 20 Distrik, 8 Kelurahan dan 160 Kampung.
Kabupaten Merauke merupakan salah satu dari 29
Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Papua terletak dibagian selatan
yang memiliki wilayah terluas diantara kabupaten/kota di Provinsi
Papua. Secara geografis letak Kabupaten Merauke berada antara 137 0
- 1410 BT dan 50 00’9 00’ LS. Kabupaten Merauke terletak paling timur
wilayah nusantara dengan batas-batas sebagai berikut :
a) Sebelah Utara dengan Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten
Mappi
b) Sebelah Timur dengan Negara Papua New Guinea
c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafura
d) Barat berbatasan dengan Laut Arafura
2-34
terjadi dipengaruhi oleh Angin Muson, baik Muson Barat – Barat Laut
(Angin Muson Basah) dan Muson Timur – Timur Tenggara (Angin
Muson Kering) dan juga dipengaruhi oleh kondisi Topografi dan elevasi
daerah setempat. Suhu udara rata – rata di Kabupaten Merauke
bekisar antara 230 – 320C dengan jumlah curah hujan tertinggi terjadi
pada tahun 2013 yaitu 2.962,3 mm sedangkan jumlah hari hujan
tertinggi yaitu 210 dicapai pada tahun 2013.
2-35
Maskapai Penerbangan: Merpati Nusantara Airlines
3. Bandara Kimaam
Lokasi Bandara: Distrik Kimaan Kabupaten Merauke
Deskripsi: Panjang Landasan: 600 m
Jenis Pesawat yang Bisa Mendarat: DHC-6
Maskapai Penerbangan : Merpati Nusantara Airlines
2-36
Knot pertahun dan termasuk kategori angin teduh. Matahari bersinar
sepanjang tahun dengan intensitas penyinaran rata-rata 35% hingga
45% pertahun.
Kabupaten Mappi
2-37
Merauke
Sebelah Barat : Distrik Pantai Kasuari dan Distrik Fayit,
Kabupaten Asmat dan Laut Arafura
Sebelah Selatan : Distrik Kouh, Distrik Mandobo dan Distrik Jair
Kabupaten Boven Digoel
2-38
Tol Laut Wamena
2-39
Gambar 2-8. Bandar Udara Wamena Jayawijaya
2-40
Gambar 2-9. Bandar Udara Kiwirok dan Oksibil di Tol Laut Wamena
Kabupaten Jayawijaya
2-41
Lembah Baliem dikelilingi oleh Pegunungan Jayawijaya yang
terkenal karena puncak-puncak salju abadinya, antara lain: Puncak
Trikora (4.750 m), Puncak Mandala (4.700 m) dan Puncak Yamin
(4.595 m). Pegunungan ini amat menarik wisatawan dan peneliti Ilmu
Pengetahuan Alam karena puncaknya yang selalu ditutupi salju
walaupun berada di kawasan tropis. Lereng pegunungan yang terjal
dan lembah sungai yang sempit dan curam menjadi ciri khas
pegunungan ini. Cekungan lembah sungai yang cukup luas terdapat
hanya di Lembah Baliem Barat dan Lembah Baliem Timur (Wamena).
Vegetasi alam hutan tropis basah di dataran rendah memberi
peluang pada hutan iklim sedang berkembang cepat di lembah ini.
Ekosistem hutan pegunungan berkembang di daerah ketinggian antara
2.000–2.500 m di atas permukaan laut.
2-42
darat hingga ke Distrik Kurima di Kabupaten Yahukimo juga sudah ada,
namun kendala longsor yang selalu terjadi di Sungai Yetni membuat
bagian jalan ini tidak selalu dapat dilalui dengan kendaraat beroda
empat.
Sebuah ruas jalan yang diharapkan dapat menghubungkan
Wamena dengan Kenyam (Kabupaten Nduga) sedang dibangun,
namun karena jalan ini melintas dalam kawasan Taman Nasional
Lorentz, untuk sementara pembangunan jalan ini sedang ditunda
menunggu kajian lebih lanjut.
2-43
2.7.4.4.2 Kondisi Transportasi Bandar Udara
2-44
infrastruktur yang terdapat pada daerah Kabupaten Pegunungan
Bintang terbagi - bagi menjadi beberapa cakupan dimana cakupan
tersebut mempunyai unsurnya masing - masing, adapun
pembagiannya adalah sebagai berikut :
a) Seluruh wilayah Pegunungan Bintang sangat terisolir, dimana
hubungan antara distrik, dan antara kabupaten Pegunungan
Bintang dengan Kabupaten tetangga dan Provinsi hanya
mengandalkan transportasi udara/pesawat dengan biaya relatif
mahal/tinggi.
b) Atas usaha kerja keras Gereja Khatolik dan Gereja Protestan
(GIDI) sejak tahun 1958 telah dibuka lapangan terbang
sebanyak enam buah.
c) Lapangan terbang yang dapat didarati pesawat Cessna dan
Twin Otter. Lapangan terbang tersebut meliputi lapangan
terbang Oksibil, Batom, yang dapat didarati Twin Otter,
sementara lapangan terbang lainnya hanya bisa didarati
pesawat Cessna.
d) Kondisi jalan yang ada masih berupa jalan tanah, baik jalan
dalam kota kabupaten maupun jalan antardistrik. Khusus untuk
jalan antar distrik dalam keadaan rusak bahkan sebagian sudah
tertutup hutan dan semak belukar.
2-45
Kabupaten Tolikara
Tolikara kaya akan potensi alam dan seni budaya yang patut
dikelola dan dikembangkan. Daerah inii menyimpan berjuta pesona
alam keinda¬han atraksi seni budaya nan khas. Pesona Gunung Biuk
dan Lembah Karubaga berpa¬du keindahan Danau Biuk mengisi
hamparan alam Tolikara. Secara Geografis, wilayah Tolikara berada
pada posisi 138o00”-139o15”BT dan 3o00”-4o00”LS, luas wilayahnya
14.564 Km2. dengan ketinggian rata-rata 1.567 m di atas permukaan
laut,topografi yang bergunung – gunung membuat iklim sub tropis
berada dengan curah hu¬jan rata-rata setiap bulannya sebesar 22-127
/hari, hal ini menunjukkan hujan hampir terjadi setiap hari. suhu rata-
rata yang ada cukup dingin yaitu sebesar antara 19.1 sampai
19.8oC./tahun, Kabupaten Tolikara memiliki potensi unggulan dari
sektor pertanian, perkebunan, pariwisata, perikanan kolam, peter-
nakan dan hasil hutan.
Letak Kabupaten Tolikara sangat strategis, sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Mamberamo Raya dan Kabupaten
Sarmi, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Kabupaten Jayawijaya dan
Kabupaten Lanny Jaya, di sebelah barat Kabupaten Puncak Jaya,
Sebelah Timur Kabupaten Mamberamo tenga.
2-46
pendukung aksesbilitas masih terus ditingkatkan. Terutama jalan antar
Distrik saat inii sudah mencapai 70% sisanya masih dalam program
pengerjaan. Wilayah Tolikara yang memiliki topografi yang bergunung
– gunung membuat pembangunan jalan dan jembatan antar Distrik
masih membutuhkan perhatian besar semua pihak.
Transportasi di Kabupaten Tolikara masih harus terus
dikembangkan. Sampai saat ini akses jalan darat dari Tolikara menuju
kota-kota pelabuhan masih belum ada. Akses jalan yang ada baru
sebatas antar kabupaten di wilayah Pegunungan Tengah, seperti
Kabupaten Jayawijaya. Total panjang jalan di Kabupaten Tolikara
hingga tahun 2013 adalah sepanjang 215,31 km. Pada tahun 2015,
Kabupaten Tolikara memiliki 10 landasan pesawat terbang, yang
berada di Distrik Kanggime, Karubaga, Wunin, Bokondini, Kembu,
Wina, Umagi, Panaga, Egiam, dan Dundu
Kabupaten Sarmi
2-47
2.7.4.6.1 Kondisi Topografi dan Iklim
2-48
Administratif Kabupaten Puncak Jaya memiliki batas-batas sebagai
berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Mamberam
Raya;
Sebelah Timur : berbatasan dengan Distrik Karubaga Kabupaten
Tolikara;
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Distrik Agadugume
Kabupaten Puncak, dan distrik Tiom Kabupaten
Lanny Jaya;
Sebelah Barat : berbatasan dengan Distrik Sinak, Distrik
Pogoma dan Distrik Doufo Kabupaten Puncak.
2-49
2.7.4.7.2 Kondisi Transportasi Bandar Udara
Kabupaten Puncak
2-50
2.7.4.8.2 Kondisi Transportasi Bandar Udara
2-51
Perbedaan yang mencolok terlihat pada keadaan suhu dan kecepatan
angin karena tergantung pada ketinggian wilayah. Berdasarkan hasil
pencatatan Balai Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wamena
Tahun 2013, dilaporkan bahwa suhu udara rata-rata di wilayah
Kabupaten Lanny Jaya selama tahun 2013 mencapai 19,8 C, di mana
suhu minimum tercatat 14,70C sementara suhu maksimum mencapai
26,10C. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ratarata suhu udara
di Lanny Jaya sedikit lebih rendah.
Selama tahun 2013, kelembaban udara rata-rata mencapai 85%
sedangkan rata-rata tekanan udara mencapai 834,61 mb. Curah hujan
di Lanny Jaya cukup bervariasi setiap bulannya. Curah hujan terbesar
terjadi pada bulan Februari (343,4 mm) sedangkan terendah pada
bulan September (93,4 mm). Rata-rata jumlah hari hujan selama 1
bulan ada sekitar 24 hari. Pada bulan Juli dan Desember, hujan hampir
terjadi dalam satu bulan (27 hari). Diperkirakan bahwa di Lanny Jaya
kerap terjadi hujan. Hal ini bisa saja terjadi karena kondisi topografi
yang bergunung-gunung dan masih banyak perbukitan sehingga sulit
dibedakan musim secara jelas.
Kabupaten Yalimo
2-52
Batas Daerah Kabupaten Yalimo adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Airu, sebelah Selatan Berbatasan
dengan Walelagama dan Kurulu, sebelah Barat berbatasan dengan
Kobakma dan Magambilis dan, sebelah timur berbatasab dengan
Anggruk. Luas 1.253 km2 Populasi - Total 34.057 jiwa - Kepadatan
27,18 jiwa/km2
2-53
Tol Laut Timika
2-54
Gambar 2-10. Bandar Udara Mozes Kilangin
Kabupaten Mimika
2-55
melihat kondisi pemerintahan saat itu dengan jumlah pegawai
perwakilan Distrik yang sangat sedikit serta luasnya wilayah pelayanan
pemerintahan, maka Pemerintah Daerah Tingkat II Fak-Fak
memandang perlu untuk melakukan pemekaran wilayah pemerintahan
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan kepada
masyarakat di wilayah Mimika yang tentunya membutuhkan perhatian
dan pelayanan dari Pemerintah. Hal ini di wujudkan dengan
pembentukan Kantor Pembantu Bupati di Timika yang ditetapkan
sebagai Pembantu Bupati Kepala Daerah Tingkat II Fak-Fak wilayah
Mimika oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Fak-Fak. Kabupaten
Mimika adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua, Indonesia. Ibu
kota kabupaten ini terletak di Timika. Di kabupaten ini terletak
Kecamatan Tembagapura di mana tambang emas terbesar di dunia
milik PT. Freeport Indonesia berada. Terdapat sebuah bandar udara
nasional di kabupaten ini, yaitu Bandara Moses Kilangin yang terletak
di Timika. Serta pelabuhan Nasional, di Poumako.
Kabupaten Mimika sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Paniai, Kabupaten Deiyai dan Kabupaten Puncak Jaya,
sebelah Selatan dengan Laut Arafuru, sebelah Timur dengan
Kabupaten Asmat dan Kabupaten Nduga, sedangkan sebelah Barat
dengan Kabupaten Kaimana.
2-56
Kokonao,Jila, Jita, dan Potowaiburu. Saat ini ada beberapa
perusahaan penerbangan yang melayani penerbangan ke Timika
diantaranya Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Airfast dan lain-lain.
Fasilitas transportasi udara yang ada di Kabupaten Mimika adalah
Bandara Udara Moses Kilangin yang merupakan bandar udara khusus
dipergunakan untuk umum di Kota Timika distrik Mimika Baru, serta
oleh pesawat kecil yaitu terdapat di Kokonao di Distrik Mimika Barat,
Jila, Alama, Kilmit Geselema, Hoya di Distrik Jila, Jita di Distrik Jita
Tsinga/Muli di Distrik Tembagapura, Arwanop di Distrik Tembagapura,
Aramsolky di Distrik Agimuga Potowaiburu di Distrik Mimika Barat Jauh
dan Kapiraya di Distrik Mimika Barat Tengah.
Tatanan kebandarudaraan di Kabupaten Mimika, terdiri atas
a. Bandar udara pengumpul skala tersier, adalah bandar udara
Moses Kilangin yang merupakan bandar udara khusus
dipergunakan untuk umum di Kota Timika Distrik Mimika Baru
b. Bandar udara pengumpan, terdiri atas Bandar udara Kokonao
di Distrik Mimika Barat Bandar udara Jila di Distrik Jila Bandar
udara Alama di Distrik Jila Bandar udara Kilmit Geselema di
Distrik Jila Bandar udara Hoya di Distrik Jila Bandar udara Jita
di Distrik Jita Bandar udara TsingaMulu di Distrik Tembagapura
Bandar udara Aramsolky di Distrik Agimuga Bandar udara
Potowaiburu di Distrik Mimika Barat Jauh, dan Bandar udara
Kapiraya di Distrik Mimika Barat Tengah
Kabupaten Asmat
2-57
Kabupaten Asmat memiliki luas 23.746 km2 atau 7,44 persen dari luas
Provinsi Papua. Pada bagian utara, Kabupaten Asmat berbatasan
dengan Kabupaten Nduga dan Kabupaten Yahukimo, sedangkan di
bagian selatan berbatasan dengan Laut Arafuru dan Kabupaten Mappi.
Sebelah barat berbatasan dengan Laut Arafuru dan Kabupaten
Mimika, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Boven
Digoel dan Kabupaten Mappi.
2-58
dengan musim kemarau dan hujan yang tegas. Curah hujan dalam
setahun rata-rata 3.000 - 5.000 milimeter dengan hari hujan sekitar 200
hari setahun. Suhu udara rata-rata pada siang hari 26 derajat celcisus
dan pada malam hari 17 derajat celcius. Curah hujan tertinggi terjadi di
pedalaman, sedangkan curah hujan terendah terjadi di pesisir pantai
selatan tepatnya di Pantai Kasuari. Tingkat kelembaban udara cukup
tinggi karena dipengaruhi oleh iklim tropis basah, kelembaban rata-rata
berkisar antara 78 - 81 persen. Suhu udara rata-rata di siang hari 26 –
29 derajat celcius dan pada malam hari 17 – 20 derajat celcius.
2-59
Bandara Mopah di Kabupaten Merauke dan Bandara Moses Kilangin
di Timika. Pada tahun 2014, jumlah kedatangan dan keberangkatan
dari Bandara Ewer ke Bandara Mopah masing-masing adalah
sebanyak 68 penerbangan dengan jumlah penumpang datang
sebanyak 347 orang dan penumpang berangkat sebanyak 420 orang.
Sementara itu, jumlah kedatangan dan keberangkatan dari Bandara
Ewer ke Bandara Moses Kilangin masing-masing adalah sebanyak 75
penerbangan dengan jumlah penumpang datang sebanyak 826 orang
dan penumpang berangkat sebanyak 837 orang.
2-60
Iklim dan Curah hujan Kabupaten Intan Jaya Curah hujan di
kabupaten Intan Jaya Sangat dipengaharui oleh letak geografisnya
yangb berda di lereng pegunungan. Berdasarkan tabel curah hujan
berikut ini rata rata curah hujan terbesar di bulan September dan
terendah di bulan Desember.
Kabupaten Paniai
2-61
03056' LS. Wilayah Kabupaten Paniai mempunyai luas 18.104,63 Km2.
Adapun batas wilayah Kabupaten Paniai adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Nabire,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Fak-Fak,
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Puncak Jaya,
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Nabire.
Berdasarkan peta fisiografi seluas 14.582,97 Km2 atau sekitar 80,54 %
wilayah Kabupaten Paniai mempunyai ketinggian antara 1000 s/d 3000 meter
di atas permukaan laut.
2-62
Selain sungai-sungai tersebut, terdapat tiga danau yaitu Danau Paniai,
Danau Tage di Paniai Timur serta Danau Tigi di Distrik Tigi.
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Paniai adalah jenis tanah Histosol,
Inceptisol dan Ultisol yang dapat dirinci menurut tinggi rendahnya dataran
seperti :
a. Daerah rawa jenis tanah Histosol yang berwarna kelabu coklat
terdapat di sekitar sekitar aliran sungai dengan kemiringan wilayah 0-
3%.
b. Dataran rendah kering jenis tanahnya Histosol, jenis tanah ini
terbentuk dari bahan organik dan selalu berair, serta jenis tanah
inceptisol.
c. Daerah lereng dan bukit terdapat tanah alfisol dan ultisol, yang
didominasi oleh ultisol, terdapat di lereng bukit sampai ke daerah
pegunungan di pedalaman.
d. Daerah pegunungan secara umum jenis tanahnya ultisol, terdapat di
sebagian besar pegunungan daerah pedalaman.
Kabupaten Nduga
2-63
Undang Nomor 6 Tahun 2008, bersama-sama dengan pembentukan 5
kabupaten lainnya di Papua. Batas Wilayah Kabupaten Nduga adalah :
Utara Kuyawage, Balingga, Pirime dan Makki
Selatan Sawaerma, Asmat
Barat Jila
Timur Pelebaga dan Wamena
2-64
Tol Laut Nabire
Jaringan pelayaran tol laut trayek T-4 yang semula melayani pelayaran
dari Pelabuhan Tanjung Priok-Makassar-Manokwari-Wasior-Nabire-
Serui-Biak (PP), diubah menjadi Makassar-Manokwari-Wasior-Nabire-
Serui-Biak (PP). Sedangkan pada trayek T-6 yang semula melayani
trayek pelayaran dari Pelabuhan Tanjung Priok-Tarempa-Natuna (PP)
diubah menjadi Pontianak-Natuna-Tarempa (PP). Evaluasi terhadap 6
(enam) trayek pelayaran tol laut yang sudah berjalan selama 2 (dua)
tahun, selain untuk efisiensi dan efektivitas kelancaran pelaksanaan
program tol laut juga dalam rangka menunjang pendistribusian barang
dan pengembangan ekonomi di daerah-daerah terpencil, belum
berkembang serta dalam upaya menurunkan disparitas harga antara
wilayah Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur.
Tol laut Nabire mencakup beberapa bandar udara dan kota disekitar
tol laut. Bandar Udara Hub yang berada di kawasan Tol Laut Nabire
adalah Bandar udara Nabire Baru dengan 3 bandar udara spoke dan
mencakup 1 kota. Berikut merupakan penjelasan bandar udara dan
kota di kawasan Tol Laut Nabire.
2-65
Gambar 2-12. Bandar Udara Nabire
Kabupaten Nabire
2-66
2.7.6.3.1 Kondisi Topografi dan Iklim
2-67
tergolong sebagai bandara perintis dengan jenis pesawat yang beroperasi
ATR 72-500 sehingga dianggap perlu untuk ditingkatkan kemampuan
pelayanannya agar dapat memenuhi permintaan masyarakat serta ikut
menunjang pertumbuhan dan perkembangan daerah.Berada tak jauh dari
kantor bupati Nabire, bandara ini masih jadi bandara utama Nabire. Kelak
keutamaannya bakal diganti Bandara Kaladiri, Distrik Wanggara, yang
ditargetkan tampung 2015 ini. Jika Bandara Nabire hanya berlandas pacu
1.400 meter, Bandara Kaladiri bakal punya landasan sepanjang 2.500 meter.
Masih berstatus bandara perintis atau bandara kelas II, Bandara Douw
Aututure terbilang bandara penting karena menjadi titik penghubung ke
berbagai bandara yang ada di berbagai kabupaten di wilayah Pegunungan
Tengah, di bagian tengah Papua. Maskapai yang setia melayani Bandara
Nabire ini adalah Susi Air. Pada 2011, pesawat Cessna Grand Caravan milik
Susi Air yang terbang dari Nabire ke Kabupaten Intan Jaya, jatuh karena
menabrak tebing dekat Bandara Bilogai (Bandara Sugapa). Kopilotnya yang
warganegara Spanyol tewas dan dievakuasi RSUD Nabaire. Sementara sang
pilot, warganegara Selandia Baru, terluka parah dan harus dirawat intensif di
RS Tembaga Pura di Kabuten Mimika. Kabupaten Intan Jaya dan Kabupaten
Mimika merupakan dua kabupaten di Pegunungan Tengah, kawasan gunung
tinggi tempat Puncak Cartenz dan tambang Freeport berada.
2-68
melakukan pengujian di Natuna dan direncanakan bisa beroperasional
bulan depan.
Tol laut Dekai mencakup beberapa bandar udara dan kota disekitar tol
laut. Bandar Udara Hub yang berada di kawasan Tol Laut Dekai adalah
Bandar udara Nop Goliat dengan 4 bandar udara spoke dan mencakup
1 kota. Berikut merupakan penjelasan bandar udara dan kota di
kawasan Tol Laut Dekai.
2-69
Gambar 2-13. Bandar Udara Nop Goliat Dekai
Kabupaten Yahukimo
2-70
Sebelah Selatan :Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Asmat,
Kabupaten Mappi
Sebelah Barat :Kabupaten Nduga, kabupaten Mimika.
Bandara Udara Nop Goliat Dekai adalah salah satu dari tujuh bandara
perintis yang menghubungkan 517 desa di Kabupaten Yahukimo. Tujuan
pembentukan bandara ini yaitu untuk semakin menunjang perekonomian
masyarakat Yahukimo sehingga bisa bersaing dengan daerah maupun
negara lain.
2-71
2.8 Kondisi Tanaman Pangan dan Konsumsi Penduduk
Provinsi Papua
2-72
Tabel 2-3. Perkembangan Produksi Padi menurut Kabupaten di
Provinsi Papua
Perkembangan
No Kabupaten/Kota 2013 2014 2015 2014 - 2015
Absolut %
1 Merauke 144.073 174.617 161.627 -12.990 -7.44
2 Jayawijaya 124 - 252 252 -
3 Jayapura 5.707 3.349 5.837 2.488 74,30
4 Nabire 7.343 8.968 6.184 -2.784 -31,04
5 Kepulauan Yapen 70 - 55 55 -
6 Biak Numfor - - - - -
7 Paniai - - - - -
8 Puncak Jaya - - - - -
9 Mimika 1.595 2.537 1.552 -985 -38,82
10 Boven Digoel 13 119 63 -56 -47,12
11 Mappi - - 1.076 1.076 -
12 Asmat 66 - - - -
13 Yahukimo - - - - -
14 Pegunungan
160 - 696 696 -
Bintang
15 Tolikara - - - - -
16 Sarmi 156 88 - - -
17 Keerom 5.099 3.085 1.458 -1.627 -52,74
18 Waropen 727 0 729 729 -
19 Supiori - - - - -
20 Mamberamo Raya - - - - -
21 Nduga - - - - -
22 Lanny Jaya - - - - -
23 Mamberamo
- - - - -
Tengah
24 Yalimo - - - - -
25 Puncak - - - - -
26 Dogiyai - - - -
27 Intan Jaya - - - - -
28 Deiyai - - - - -
29 Kota Jayapura 4.658 3.253 2.242 -1.011 -31,08
PAPUA 169.791 196.015 181.770 -14.244 -7,27
Sumber :Data BPS Provinsi Papua Tahun 2015
2-73
Tabel 2-4. Perkembangan Produksi Jagung Menurut Kabupaten di
Provinsi Papua, 2014 - 2015
Perkembangan
No Kabupaten/Kota 2013 2014 2015 2014 - 2015
Absolut %
1 Merauke 496 416 751 334 80,3134
2 Jayawijaya 450 817 62.657 -755 -
3 Jayapura 692 1.328 591 -738 -55,5195
4 Nabire 1.308 1.103 991 -112 -10,1164
5 Kepulauan Yapen 252 475 167.242 -308 -64,8026
6 Biak Numfor 521 338 763.839 426 125,8662
7 Paniai 346 629 345.531 -283 -45,0413
8 Puncak Jaya 138 - - - -
9 Mimika 124 144 128 -15 -10,6665
10 Boven Digoel - 27 4.793 -22 -82,0983
11 Mappi 25 - 371 371 -
12 Asmat - - 113.175 113 -
13 Yahukimo 304 266 230.002 -36 -13,6214
14 Pegunungan
34 0 303.383 303 -
Bintang
15 Tolikara 280 0 537.393 537 -
16 Sarmi 220 95 209.442 115 121,2665
17 Keerom 1.102 751 517 -234 -31,1401
18 Waropen 423 15 64.366 50 340,7423
19 Supiori - 9 11.61 2 25
20 Mamberamo Raya - - - - -
21 Nduga - - - - -
22 Lanny Jaya - - - - -
23 Mamberamo
- - - - -
Tengah
24 Yalimo - - - - -
25 Puncak - - 181.997 182 -
26 Dogiyai - - - - -
27 Intan Jaya - - - - -
28 Deiyai - - - - -
29 Kota Jayapura --
319 869 321 -548
63,0873
PAPUA 7.034 7.282 6.666 -616 -8,4
Sumber :Data BPS Provinsi Papua Tahun 2015
2-74
produksi kedelai tahun 2015 relatif besar terdapat di Kabupaten
Waropen, Sarmi dan Mimika sedangkan penurunan terbesar terdapat
do Kabupaten Boven Digoel, Yahukimo dan Kota Jayapura. Namun
Kabupaten Jayapura masih menjadi daerah penghasil kedelai terbesar
dengan produksi mencapai 1,044 ton.
Terdapat pula produksi kacang – kacangan khususnya kacang tanah
yang mengalami peningkatan 538 ton terdapat di Kabupaten Tolikora
dan Waropen serta penurunan di Kabupaten Supoiri, produksi kacang
hijau mengalami peningkatan 134 ton relative besar di Kabupaten Biak
Numfor dan Merauke, serta penurunan di Jayapura. Selain kacang –
kacangan terdapat pula produksi ubi yang terdiri atas ubi kayu dan ubi
jalar.
2-75
persen). Ditinjau dari asal beras yang diperdagangkan, sebagian besar
berasal dari Surabaya Provinsi Jawa Timur yang didatangkan oleh
pedagang besar yaitu 147 pedagang besar (73,50 persen), dari petani
satu pedagang (0,10 persen) dan dari sumber lain 52 pedagang (26,00
persen).
2-76
Pengeluaran Presentase
No Kelompok Barang
2015 2016 2015 2016
Keperluan pesta dan
20 8 034 6 150 1.83 1.49
upacara/ kenduri
Jumlah Bukan Makanan 356 371 411 795 100.0 100.0
Jumlah 829 753 986 387 100.0 100.0
Sumber :Data BPS Provinsi Papua Tahun 2016
2-77
Jenis Bahan Makanan Satuan Banyaknya % Pengeluaran
Daging babi Kg 0.13 1.99
Talas/keladi Kg 1.01 1.91
Mie instan 80 gr 2.99 1.85
Mie bakso/mie rebus/ mie
Porsi 0.68 1.78
goreng
Tongkol/tuna/cakalang Kg 0.28 1.76
Telur ayam ras Butir 3.47 1.74
Bawang merah Ons 1.64 1.72
Bayam Kg 0.82 1.69
Mujair Kg 0.19 1.61
Rokok Putih Batang 7.09 1.58
Kembung Kg 0.24 1.43
Ikan air laut segar lainnya Kg 0.28 1.35
Pisang Kg 0.59 1.26
Sawi hijau Kg 0.47 1.26
Kangkong Kg 0.56 1.21
Cabe rawit Kg 0.17 1.20
Makanan gorengan Potong 4.57 1.08
Sumber :Data BPS Provinsi Papua Tahun 2016
Tipe Daerah
Perkotaan Perdesaan
No % %
Jenis Komoditi Strategis Jenis Komoditi Strategis
Beras (beras local, kualitas 9.28 Ketela rambat/ ubi jalar 21.37
1
unggul, impor)
2 Rokok kretek filter 5.48 Beras 8.84
3 Nasi campur/rames 4.54 Rokok kretek filter 6.58
4 Rokok kretek tanpa filter 3.89 Minyak goreng 3.62
5 Tongkol/tuna/cakalang 3.82 Rokok kretek tanpa filter 3.24
Sumber :Data BPS Provinsi Papua Tahun 2016
2-78
hari, masih di bawah standar kecukupan gizi yang dianjurkan. Sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2013 tentang angka
kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia, rata-rata
kecukupan energi dan protein bagi penduduk Indonesia masing-
masing sebesar 2.150 kilo kalori (kkal) dan 57 gram per orang per hari
pada tingkat konsumsi.
Provinsi Papua
Transportasi Udara
2-79
manusia berjalan sebagaimana mestinya. Namun demikian,
perbedaan spasial yang ada diantara kota – kota besar di Papua dan
daerah pedalaman memberikan hambatan yang cukup besar dalam
proses distribusi tersebut. Perbedaan spasial disamping menyajikan
keberagaman sumber daya antar daerah juga memberikan hambatan
spasial yang tidak ringan baik itu dikarenakan oleh perbedaan
topografi, perbedaan kultur, dan sebagainya. Untuk wilayah dengan
saran bandara yang memadai, distribusi barang dan jasa dapat
dilakukan oleh pesawat sekelas Boeing 737.
Tabel 2-8. Total Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat dan
Penumpang di 6 Bandara Utama Provinsi Papua Tahun 2013 - 2015
Keberangkatan
Kedatangan Penerbangan
Penerbangan
Tahun
Pesawat Penumpang Pesawat Penumpang
(unit) (orang) (unit) (orang)
2013 65 832 1 305 240 67 023 1 379 260
2014 70 432 1 294 136 69 873 1 366 714
2015 68 311 1 276 135 69 236 1 327 193
Sumber :Data BPS Provinsi Papua Tahun 2015
2-80
CASSA
HERCULES C-130
A320
2-81
ATR-72
2-82
2-83
BAB 3
Metodologi
Keberhasilan suatu studi mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh
metodologi yang disusun. Dalam bab ini disampaikan metodologi studi
meliputi pola pikir, metodologi, dan rencana kegiatan untuk pekerjaan
Studi Pemilihan Tipe Pesawat Udara dan Pembuatan Hub and Spoke
(pengumpul dan pengumpan) Bandar Udara Untuk Penurunan
Disparitas Harga Logistik di Papua.
Berkaitan dengan hal tersebut dalam bab ini juga disampaikan
kebutuhan data, sumber data, dan metoda pengumpulan data untuk
mendukung kegiatan ini.
3.1 Pola Pikir
Pola pikir berguna sebagai acuan dalam melakukan penelitian
sehingga penelitian dapat berjalan secara sistematis, tujuan tercapai
dan sesuai dengan waktu yang ditentukan sebelumnya. Pola pikir yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3-1
eksisting lokasi perencanaan. Data sekunder dan primer yang
diperoleh diproses dengan metode analisis yang telah disiapkan baik
dari segi kualitatif maupun segi kuantitatif. Data yang mendukung
untuk proses analisa yang tepat, akan menghasilkan output dan
outcome yang sesuai dan dapat menjawab formulasi masalah yang
terjadi di lokasi perencanaan.
Berikut merupakan penjelasan dari masing – masing tahapan pola pikir
penelitian :
Latar Belakang
Masyarakat Papua memerlukan dukungan subsidi angkutan udara
untuk pendistribusian bahan pokok dan bahan penting lainnya. Bahan
pokok dan bahan penting ini merupakan kebutuhan dasar/minimum
yang harus dipenuhi untuk kehidupan sehari-hari sehingga,
Pemerintah harus menjamin bahwa bahan dan barang tersebut
tersedia dan harganya terjangkau bagi masyarakat. Disparitas harga
kebutuhan pokok dan barang penting yang terjadi di Papua menjadi isu
penting yang harus diselesaikan oleh Pemerintah. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak dari hal tersebut
adalah dengan memilih tipe pesawat yang sesuai untuk memfasilitasi
pengangkutan barang kebutuhan pokok dan barang penting dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat ke wilayah-wilayah terpencil,
pedalaman dan perbatasan. Angkutan udara perintis diperlukan tidak
hanya terbatas pada angkutan orang/ manusia namun juga termasuk
angkutan barang khususnya barang kebutuhan barang pokok dan
barang penting. Angkutan udara perintis kargo sangat diperlukan untuk
mewujudkan stabilitas sosial terkait upaya memperkecil disparitas
harga barang di daerah terpencil dan pedalaman dan perbatasan.
Jenis barang yang dapat diangkut pada kegiatan angkutan udara
perintis kargo disesuaikan dengan barang kebutuhan pokok dan
barang penting yang diatur dalam Perpres nomor 71 tahun 2015.
Rute perintis merupakan bagian tak terpisahkan dari struktur rute
penerbangan bersama rute utama dan pengumpan. Rute tersebut
berfungsi untuk menghubungkan daerah terpencil dan tertinggal atau
daerah yang belum terlayani oleh moda transportasi lain dan secara
3-2
komersial belum menguntungkan. Rute perintis ditetapkan dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut;
a) untuk menghubungkan daerah terpencil atau pedalaman,
b) untuk mendorong pertumbuhan dan pengembangan wialyah dan
untuk mewujudkan stabilitas pertahanan dan keamanan negara.
Dalam mendukung program angkutan udara perintis kargo, diperlukan
sarana dan prasarana yang sesuai dengan kondisi wilayah Papua.
Sarana yang dibutuhkan berupa pesawat yang dapat terbang dengan
kondisi wilayah yang bergunung gunung, kapasitas daya angkut yang
besar serta dapat mendarat di bandar udara dengan lingkungan dan
kondisi yang ekstrim. Dalam hal ini peran Pemerintah adalah
melakukan pemilihan tipe pesawat yang sesuai dengan kondisi
tersebut. Angkutan kargo perintis juga perlu didukung oleh prasarana
berupa Bandar udara yang memadai sehingga perlu dipastikan atau
dipetakan Bandar udara yang dapat dijadikan sebagai Bandar udara
Hub and Spoke (pengumpul dan pengumpan) di Papua.
Formulasi Masalah
Kondisi geografis Papua yang bergunung-gunung, iklim yang cepat
berubah dan keterbatasan sarana prasarana pendukung transportasi
lainnya menyebabkan masyarakat di Papua kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan barang dan kebutuhan pokok lainnya sehingga
harga kebutuhan barang di wilayah Timur Indonesia khususnya Pulau
Papua, lebih tinggi dibandingkan dengan daerah Indonesia lainnya.
Hal ini berdampak sangat significan terhadap daya beli masyarakat.
Angkutan kargo udara merupakan angkutan yang mampu menjangkau
daerah pedalaman yang tidak dapat diakses dengan moda transportasi
darat maupun laut sehingga dapat menjadi alternative untuk
memecahkan masalah tingginya disparitas harga dengan wilayah lain.
Studi ini dilaksanakan dengan untuk melakukan pemilihan tipe
pesawat udara yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan angkut
kargo serta pembuatan jaringan distribusi kargo dengan menentukan
bandar udara pusat penyebaran (hub) serta rute (Spoke) sebagai
akses penghubung logistik kargo udara dalam mendukung
pengurangan disparitas harga di wilayah Papua. Hasil Studi berupa
3-3
rekomendasi bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provindi
Papua untuk dapat meningkatkan perekonomian dan pengembangan
wilayah Papua .
Peraturan Perundangan (Instrumental Input)
Instrumental input merupakan kumpulan peraturan/perundang-
undangan sebagai acuan legalitas yang digunakan dalam penetapan
kebijakan-kebijakan yang berlaku terkait dengan Studi pemilihan tipe
pesawat udara dan pembuatan Hub and Spoke (pengumpul dan
pengumpan) bandar udara untuk penurunan disparitas harga logistik
di Papua.
Lingkungan Strategis
Keberhasilan menurunkan disparitas harga di Papua dipengaruhi oleh
ketersediaan pesawat udara (beserta crew dan dukungan perawatan),
kondisi ketersediaan bandar udara, maupun kondisi rute penerbagan.
Bila sarana maupun prasarana ini tersedia sesuai kebutuhan maka
akan tercipta distribusi logisitik yang efisien.
Kondisi lingkungan strategis yang perlu diperhatikan meliputi kondisi
teknis, operasional, dan bisnis. Kondisi teknis meliputi kondisi
ketersediaan pesawat udara kargo maupun non kargo dan
perkembangannya, serta kondisi bandar udara serta rencana
pengembangannya. Kondisi Operasional meliputi kondisi lingkungan
operasional, ketersediaan layanan bandara dan layanan navigasi.
Kondisi lingkungan bisnis secara umum berupa tingkat persaingan
maupun kondisi pentarifan untuk angkutan kargo.
Proses Analisis
Disparitas harga tidak dapat dihindari mengingat adanya perbedaan
jarak dan pola distribusi dengan sumber asal produk. Didalam proses
analisis meminimalkan Biaya Logistik (Minimize logistic cost) dilakukan
melalui desain ulang jaringan logistik meliputi pola jaringan transportasi
laut dan udara, pengembangan fasilitas bandara, dan pemilihan
pesawat udara yang paling sesuai dengan kebutuhan
Subyek pengamatan meliputi tingkat regulator, Peraturan Perundang-
undangan, AIP, Pemerintah Daerah, dengan obyek pola jaringan
3-4
logistic , tol laut, jembatan udara, bandara hub & spoke, dan lapangan
terbang diwilayah Papua serta jenis pesawat udara .
Metodologi penelitian menggunakan metoda diskriptif dan kualitatif
diawali dengan pengumpulan Data Primer dan Sekunder, selanjutnya
dilakukan pengolahan data dan evaluasi mendapatkan Identifikasi
masalah untuk dicarikan solusinya. Keluaran yang diharapkan meliputi
antara lain :
a) Pembuatan Hub and Spoke Bandar Udara
b) Pemilihan Tipe Pesawat Udara
c) Rekomendasi.
Disparitas harga tidak dapat dihindari mengingat adanya perbedaan
jarak dan metoda distribusi dengan sumber asal produk. Namun
demikian dalam studi ini diupayakan agar disparitas harga akibat unit
biaya logistik udara minimal. Pendekatan yang diambil dalam
menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan mengoptimalkan
Bandar udara/lapter sebagai pusat penyebaran logistic untuk
kabupaten/kota di Papua.melalui jalur penerbangan/angkutan udara.
3-5
Mulai
Pemetaan Distribusi
Pola Jaringan Logistik
logistik eksisting
Analisis Bandara
Lapter Bandara Hub & Spoke
Penentuan rute
distribusi logistik Karakteristik Pesawat Udara
3-6
lingkungan operasi berupa gunung-gunung yang membatasi jumlah
kargo yang bias diangkut.
Keluaran Studi
Dari analisis yang dilakukan pada pekerjaan ini, secara detail akan
menghasilkan :
1. Rekomendasi tentang kebijakan untuk meminimalkan biaya
logistik di propinsi papua sehingga mempercepat pertumbuhan
ekonomi .
2. Desain sistem logistik paling efektif dan efisien untuk Papua.
a) Kebijakan tentang jaringan logistic udara.
b) Kebijakan tentang review tata bandar udara.
c) Kebijakan tentang pengembangan fasilitas bandar udara
d) Rekomendasi pesawat udara yang digunakan
Manfaat Studi
Studi Pemilihan Tipe Pesawat Udara Dan Pembuatan Hub and Spoke
(Pengumpul Dan Pengumpan) Bandar Udara Untuk Penurunan
Disparitas Harga Logistik Di Papua ini diharapkan akan memberikan
manfaat pada :
a) Peningkatan pertumbuhan ekonomi Papua
b) Peningkatan pengembangan wilayah Papua
3.2 Bagan Alir Studi
Dalam melakukan proses analisa dan perencanaan ke depan, perlu
mengkaji peraturan yang berlaku dan melakukan studi literatur
sebelumnya. Hal pertama yang dilakukan adalah studi literatur yang
terkait dengan pemilihan tipe pesawat yang sesuai dengan kondisi
tersebut. Angkutan kargo perintis juga perlu didukung oleh prasarana
berupa Bandar udara yang memadai sehingga perlu dipastikan atau
dipetakan Bandar udara yang dapat dijadikan sebagai Bandar udara
Hub and Spoke (pengumpul dan pengumpan) di Papua. Hal ini
diperlukan untuk mengkaji kendala atau aturan-aturan yang harus
dilakukan dalam pelayanan angkutan barang khususnya di Papua
3-7
yang menggunakan jasa transportasi udara. Baik berupa peraturan
mengenai jenis komoditi dan tonase yang diperbolehkan, juga
menyangkut regulasi kawasan terminal/gudang kargo. Bagan alir studi
dapat dilihat pada bagan diagram alir sebagai berikut.
3-8
LAPORAN PENDAHULUAN
MULAI
TAHAP PERSIAPAN
Asistensi
TAHAP SURVEY
Pelaksanaan ke lapangan
Identifikasi Bandara di Papua
Inventarisasi Bandara
Asistensi
KONSEP
LAPORAN AKHIR Penyusunan Rekomendasi
FGD
Asistensi
LAPORAN AKHIR
Penyempurnaan Laporan Akhir
SELESAI
3-10
a) Aktifitas pengiriman logistic di Papua;
b) Infrastruktur Prasarana dan sarana transportasi darat,laut dan
udara;
c) Proses logistik di Papua ;
d) Sosio ekonomi wilayah;
e) Rencana pengembangan daerah, hinterland;
f) Pengembangan Bandar udara perintis dan lain-lain.
3-11
No Jenis Kebutuhan Data Sumber Data /Literatur
Data pesawat udara yang dilayani
bandara utama & perintis
Proses pengiriman barang/kargo di
Papua
Prasarana dan Sarana bandara
perintis;
Sosio ekonomi wilayah
Rencana pengembangan daerah,
hinterland dan industri
Tahap Survey
Tahap Survey, konsultan akan melakukan kegiatan sebagai berikut :
a) Pelaksanaan ke lapangan;
b) Identifikasi dan Inventarisasi Bandara di Papua.
Tahap survey lapangan adalah kegiatan untuk mendapatkan data
primer dan merupakan kunci keberhasilan studi ini. Persiapan sebelum
survey adalah perijinan, pengumpulan data penerbangan berjadwal
yang ada, pengumpulan data pencapaian lokasi, pengumpulan data
transportasi baik sewa pesawat maupun kemungkinan survey melalui
darat.
3-12
Gambar 3-3. Peta Rencana Identifikasi dan Inventarisasi Bandara
Tujuan survey ini adalah untuk mendapatkan data eksisting sarana dan
prasarana bandara Hub/Spoke dan Lapter khususnya distribusi kargo
di lokasi survey. Konsultan akan melaporkan rencana kerja ini ke
Pemberi kerja untuk dibantu dalam perijinan ke lapangan/lokasi
survey.
Tahap Analisis Data
Pada tahap ini, setelah survey lapangan dijalankan, konsultan akan
mulai melakukan identifikasi, inventarisasi serta analisis data sebagai
berikut.
1. Identifikasi bandara hub di Propinsi Papua
2. Identifikasi bandara spoke di Propinsi Papua
3. Identifikasi lapangan terbang di distrik-distrik Propinsi Papua
4. Identifikasi tipe dan jenis pesawat kargo udara yang sesuai
dengan kondisi Papua
3-13
5. Inventarisasi komoditi bahan pokok dan bahan lain yang
dibutuhkan masyarakat Papua
6. Inventarisasi komponen biaya pengangkutan kargo udara
(standar perhitungan)
7. Inventarisasi skema subsidi angkutan udara penumpang
perintis (saat ini)
8. Inventarisasi pola pengawasan pelaksanaan pemberian subsidi
saat ini.
9. Inventarisasi Depo Pengisian Pesawat Udara (DPPU)
Pertamina di Papua.
10. Melakukan analisis prasarana fasilitas bandar udara hub dan
spoke (pengumpul dan pengumpan) serta lapangan terbang
11. Melakukan analisis pengoperasian pesawat udara terhadap
bandar udara hub and spoke (pengumpul dan pengumpan)
serta lapangan terbang yang didarati
12. Melakukan analisis rute dan jaringan kargo udara sesuai
dengan hasil pemilihan tipe pesawat dan pemilihan bandara hub
and spoke
13. Melakukan analisis jumlah frekuensi penerbangan yang
dibutuhkan terhadap pengoperasioan pesawat udara
(kemampuan mengangkut / payload) dan kebutuhan
barang/komoditas untuk masing-masing wilayah di Papua.
3-14
Studi Pemilihan Tipe Pesawat Udara dan Pembuatan Hub and Spoke
(Pengumpul dan Pengumpan) Bandar Udara untuk Penurunan
Disparitas Harga Logistik di Papua akan melakukan Focus Grup
Discussion dengan mengundang pihak pihak yang berkompeten untuk
menurunkan disparitas harga di papua.
Tahap Diskusi dan Pembahasan
Diskusi dan pembahasan draft laporan pekerjaan pada setiap tahapan
dilakukan bersama tim pengarah untuk mendapatkan masukan dan
perbaikan. Selanjutnya hasil perbaikan laporan tersebut akan di bahas
kembali bersama tim pendamping untuk di finalkan.
3-15
BAB 4
Jadwal Pelaksanaan dan Rencana Kerja
Berdasarkan lingkup pekerjaan yang tertuang dalam Kerangka Acuan
Kerja (KAK), maka disusun struktur organisasi proyek dan struktur
organisasi pelaksana pekerjaan sebagai berikut:
Kelompok Pendamping
KONSULTAN (Tim Teknis)
4-1
yang merupakan suatu kesatuan tim kerja sebagaimana gambar
berikut ini;
TEAM LEADER
(Ahli Teknik
Transportasi/Penerbangan)
AHLI PESAWAT
AHLI STATISTIK
UDARA
4-2
4.3 Tugas dan Tanggung Jawab Personil
4-3
7) Presentasi pada setiap tahap laporan didepan Tim Pendamping
dan Panitia Pengarah, dan hasil pembahasan tersebut
digunakan sebagai penyempurnaan laporan berikutnya.
4-4
5) Presentasi pada setiap tahap laporan didepan Tim Pendamping
dan Panitia Pengarah, dan hasil pembahasan tersebut
digunakan sebagai penyempurnaan laporan berikut
4-5
Ahli Angkutan Udara
Tugas Ahli Angkutan Udara melakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Bersama Tim menetapkan metode dalam menganalisis
permasalahan sesuai dengan spesifikasi keahliannya;
4-6
2) Melakukan pengumpulan data sesuai dengan bidang
penugasannya;
4-7
a) melakukan penelitian pemilihan tipe pesawat udara yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daya angkut kargo;
Ahli Statistik
Tugas Ahli Statisitik melakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Bersama Tim menetapkan metode dalam menganalisis
permasalahan sesuai dengan spesifikasi keahliannya;
2) Melakukan pengumpulan data sesuai dengan bidang
penugasannya;
3) Bersama tim melakukan pengolahan data, perumusan dan
analisis serta evaluasi;
4) Bersama tim melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. melakukan penelitian pemilihan tipe pesawat udara yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daya angkut kargo;
4-8
c. Perumusan dan analisis naskah akademis terkait dengan
studi
4-9
4.4 Jadwal Kegiatan
Dalam bab ini disampaikan Jadwal kegiatan dan form kuesioner untuk
pekerjaan studi pemilihan tipe pesawat udara dan pembuatan hub and
spoke (pengumpul dan pengumpan) bandar udara untuk penurunan
disparitas harga logistik di Papua
4-10
Gambar 4-3 Jadwal Pelaksanaan
4-11
Gambar 4-4 Kurva S Pelaksanaan
4-12
4.5 Rencana Survey.
4-13
Gambar 4-5 Rencana lokasi survey
4-14
Gambar 4-6 Rute Area 1 : Sentani - Oksibil
4-15
Gambar 4-7 Rute Area 2 Sentani – Wamena
4-16
Gambar 4-8 Rute area 3 Timika
4-17