Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara bangsa
Indonesia melaksanakan pembangunan Nasional. Hla ini sebagai perwujudan praksis dal;am
meningkatkana harkat dan martabatnya. Tujuan negara yang tertuang dalam UUD 1945 yang
rinciannya adalah sebagai berikut : “ melindungi segenap bangsa dan tumpah darah
Indonesia.” hal ini dalam kapasitasnya tujuan negara hukum formal atau rumusan “
memjaukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa “ hal ini dalam pengertian
negara hukum material. Yang secara keseluruhan sebagi menifestasi tujuan khusus atau
nasional. Adapun selain tujuan nasional juga tujuan internasional (tujuan umum) “ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial”. Hal ini diwujudkan dalam tata masyarakat internasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian paradigma ?
2. Mengapa pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama ?
3. Mengapa pancasila sebagai paradigma penyeimbang iptek dan imtaq ?
4. Mengapa pancasila sebagai paradigma membangun politik berperadaban?
5. Mengapa Pancasila sebagai paradigma membangun ekonomi berkeadilan?
6. Mengapa Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya yamg humanis ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian paradigma.
2. Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai paradigma pengembang kehidupan
beragama.
3. Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai penyeimbang iptek dan imtaq.
4. Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai paradigma membangun politik
peradaban.
5. Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai paradigma membangun ekonomi
berkeadilan.
6. Agar mahasiswa mnegetahui bahwa pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial
budaya yang humanis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paradigma
Beragam definisi tentang definisi paradigma yang dikemukakan para tokoh-tokoh
ilmuwan dunia. George Ritzer mmeberikan pengertian bahwa paradigma adalah suatu
pandangan fundamental tentang pokok persoalan dalam suatu cabang ilmu pengetahuan.
Paradigma membantu merumuskan apa yang harus di pelajari, persoalan apa yang harus di
jawab, dan aturan apa yang harus diikuti dalam mengintrepretasikan jawaban yang di peroleh.
Paradigma adalah suatu kesatuan konsesus yang terluas dalam suatu cabang ilmu
pengetahuan dan yang membantu membedakan antara satu komunitasilmuwan (atau sub-
komunitas) dari komunitas lainnya.
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara bangsa
Indonesia melaksanakan pembangunan Nasional. Hal ini sebagai perwujudan praksis dalam
meningkatkana harkat dan martabatnya. Tujuan negara yang tertuang dalam UUD 1945 yang
rinciannya adalah sebagai berikut : “ melindungi segenap bangsa dan tumpah darah
Indonesia.” hal ini dalam kapasitasnya tujuan negara hukum formal atau rumusan “
memjaukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa “ hal ini dalam pengertian
negara hukum material. Yang secara keseluruhan sebagi menifestasi tujuan khusus atau
nasional. Adapun selain tujuan nasional juga tujuan internasional (tujuan umum) “ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial”. Hal ini diwujudkan dalam tata masyarakat internasional.
Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional
kita harus mnedasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila pancasila. Oleh karena hakikat nilai
sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai pendukung pokok
negara. Hal ini berdasarkan pada kenyataan objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negara
adalah organisasi (persekutuan hidup) manusia. Oleh kerena itu negara dalam rangka
mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuannya melalui
pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya harus dikembalikan pada
dasar-dasar hakikat manusia “monopluralis”. Unsur-unsur hakikat manusia “monopluralis”
meliputi susunan kodrat manusia. Rokhani (jiwa) dan raga sifat kodrat manusia manusia
makhluk individu dan makhluk sosialserta kedudukan manusia sebagai makhluk pribadi
berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena pembangunan
nasional sebagai upaya peraksis untuk mewujudkan tujuan tersebut. Maka pembangunan
haruslah mendasarkan pada paradigma hakikat manusia “”monopluralis” tersebut.
Konsekuensinya dalam relisasi pembangunan nasional dalam berbagai bidang untuk
mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten berdasarkan pada
nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut. Maka pembangunan nasional harus meliputi
aspek jiwa (rokhani) yang mencakup akal, rasa, dan kehendak aspek raga (jasmani), aspek
individu aspek makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan ketuhanannya.
Kemudian pada gilirannya di jabarkan dalam berbagai bidang pembangunan antara lain,
politik, ekonomi, hukum, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta
bidang kehidupan agama.
C. Pancasila Sebagai Paradigma Membagun Masyarakat Madani
Pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat madani pada hakikatnya telah
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari dua tujuan utama, yaitu tujuan
kedalam dan tujuan keluar. Tujuan kedalam antara lain:
1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah darah Indonesia.
2. Memajuakn kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan kedalam diatas merupakan tujuan negara hukum material, yang secara
keseluruhan sebagai tujuan khusus atau nasional. Sedangkan tujuan keluar yang merupakan
tujuan umum atau internasional adalah “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma membangun
masyarakat madani mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan
nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai Pancasila yang lahir dari hasil
eksplorasi kebiasaan hidup bangsa Indonesia yang teruji oleh perjalanan sejarah yang sangat
panjang. Alhasil, Pancasila adalah bentuk miniatur sejarah hidup bangsa indonesia yang di
terima oleh seluruh bangsa yang majemuk.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat kemanusiaan. Hakikat
menusia menurut pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia minopluralis
tersebut memiliki bebrapa ciri, antara lain:
1. Susunan kodrat manusia terdidri atas jiwa dan raga.
2. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
3. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan.
Berdasarkan konteks diatas, maka pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya
meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial,
dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya memajukan
Indonesia secara komprehensif. Pengembangan sosial harus mampu mengembangkan harkat
dan martabat manusia secara keseluruhan.1[1]
Namun banyak juga di antara rakyat sederhana dan tak berkuasa acap kali harus
mngalami bagaiman pembangunan merampas tenaga, tanah, rumah dan lain harta bendanya
yang sederhana saja dan menghilangkan pencarian nafkahnya. Contoh akan ketidak adilan
dan kesewenang-wenangan itu itu mengakibatkan rakyat banyak menjadi curiga dan sinis
terhadap pembangunan.2[2]

D. Pancasila Sebagai Paradigama Pengembangan Kehidupan Beragama


Pancasila terutama pancasila yang petama menegaskan bahwa Indonesia adalah
negara yang beragama bukan negara agama. Setiap warga negara harus beragama dan
memiliki kewajiban menjalankan keberagamaannya secara konsisten (taat). Ini berarti seluruh
warga negara diberi kebebasan seluas-luasnya menganut agama dan menjalankan berbagai
kegiatan agama dan ibadahnya. Sebaliknya, negara tidak menjamin warga negara yang tidak
beragama untuk hidup dan berkembang di bumi Indonesia.
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi bangsa indonesia
untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara Indonesia. Dalm pengertian
ini maka menegaskan dalam UUD 1945 bahwa “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa”, ini berarti bahwa kehidupan yang ada dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai
ketuhanan.
Para penganut agama di jamin oleh negara untuk melakukan kegiatan-kegiatan
keagamaan sebagai bentuk implementasi ritual dan ibadahnya. Sebagai bentuk tanggung
jawab negara, pemerintah bahkan telah mengagendakan secara proporsional seluruh kegiatan
mereka dalam jadwal kalender nasional setiap tahun.
E. Pancasila Sebagai Paradigma Penyeimbang IPTEK dan IMTAQ
Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil
kreatifitas rohani manusia, unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal, rasa, dan
kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam hubungannya dengan
intelektualitas, rasa dalam bidang etnis, dan kehendak dalam bidang moral (etika). Tujuan
yang esensialdari iptek adalah demi kesejahteraan manusia, sehingga iptek pada hakikatnya
tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai.pengembangan iptek sebagai hasil budaya manusia
harus didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya
semua upaya peningkatan nilai keimanan dan ketakwaan (IMTAQ) kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Pancasila juga merupakan pegangan dan pedoman dalam usaha ilmu pengetahuan,
yang telah mulai pula dipikirkan tentang arti dari nilainya dipandang dari sudut ilmu
pengetahuan, lagi pula telah di mulai ditinjau dalam bentuk serta cara yang bagaimana untuk
dapat dipergunakan dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berilmu
pengetahuan, dalam hal mana, perlu diulangi lagi yang dalam uraian tadi telah dikemukakan,
dipegang teguh unsur kenyataan, syarat mutlak bagi usaha ilmu pengetahuan.3[3]
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan pemahaman bahwa ilmu pengetahuan adalah
menciptakan keseimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan kehendak.
Berdasarkan sila ini ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya memikirkan apa yang
ditemukan tetapi juga memikirkan apa manfaat serta dampaknya di lingkungan sekitar.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar nilai morallitas bahwa
manusia dalam mengembangkan iptek harus memiliki sikap sopan santun (Akhlaqul
Karimah), rendah hati dan tidak sombong serta berpola pikir (mind-sett) untuk kemajuan
peradaban bangsa Indonesia.
3. Sila persatuan indonesia, memberikan makna universitas dan internasionalisme
(kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Artinya pengembangan iptek hendaknya tetap dapat
ditumbuhkembangkan rasa nasionalisme, kebanggaan dan kebesaran hati menjadi bagian dari
dari bangsa Indonesia serta menjaga keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di
dunia.
4. Ila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.mendasari pengembangan iptek secar demikratis. Artinya setiap
ilmuan memiliki kebebasan mengembangkan iptek, namun juga harus menghormati dan
menghargai kebebasan dan karya orang lain serta harus memiliki sikap yang terbuka untuk
dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan penemuan ilmuwan lain.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, memberikan arti bahwa pengembangan
iptek haruslah menjaga keseimbangan dan berkeadilan dalm kehidupan kemanusiaan.
Artinya, keseimbangan dan berkedilan tersebut dimasukkan dalam hubungannya dengan diri
sendiri, manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan
masyarakat bangsa dan negara serta dengan alam lingkungannya.
F. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik
Pembangunan dan pengembangan di bidang politik harus mendasarkan dasar
ontologis manusia.hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai
objek negara, oleh karena itu kehidupan politik dalam negara harus benar- benar
merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada tuntunan hak dasar kemanusiaan
yang didalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan disebut hak asasi manusia. Hal ini sebagai
perwujudan hak atas martabat kemanusiaan sehingga sistem politik negara harus mampu
menciptakan sistem yang menjamin atas hak-hak tersebut.
Dalm sistem politik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang bersumber pada
penjelmaan hakikat manusia sebagai individu-makhluk sosial yang terjelma sebagai rakyat.
Maka rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Oleh karena itu kekuasaan negara harus
berdasarkan kekuasaan rakyat bukannya kekuasaan perseorangan atau kelompok.
Selain sistim politik negara Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas politik
negara. Telah diungkapkan oleh para pendiri Majelis Permusyawaratan Rakyat, misalnya
Drs. Moh. Hatta, menyatakan bahwa “ negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Atas
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab” . hal ini menurut Moh. Hatta agar memberikan
dasar-dasar moral supaya negara tidak berdasarkan kekuasaan, oleh karena itu dalam politik
negara termasuk para elit politik dan para penyelenggara negara untuk memegang budi
pekerti kemanusiaan serta memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
G. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi
Dalam dunia ekonomi jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan pemikiran
pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan ketuhanan. Sehingga lazim
nya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah
yng menang. Hal ini sebagai implikasi dari perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke
18 menimbulkan ekonomi kapitalis. Atas dasr kenyataan objektif inilah maka di eropa pada
awal abad ke -19 muncullah pemikiran sebagai reaksi atas perkembangan ekonomi tersebut
yaitu sosialisme komunisme yang memeperjuangkana nasib proletar oleh kaum kapitalis.
Oleh karenanya itu kiranya menjadi sngat penting bahkan mendesak untuk dikembangkan
sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas humanistik, ekonomi yang
berkemanusiaan.
Atas dasar kenyataan tersebut oleh karena itu mubyarto kemudian mengembangkan
ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistik yang mendasarkan pada tujuan demi
kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi
humanistik yang mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas.
Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja namun demi
kemanusiaan, dan demi kesejahteraan seluruh bangsa. Maka sistem ekonomi Indonesia
mendasarkan pada kekeluargaan seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi tidak bisa
dipisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan (Mubyarto,1999).hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa tujuan ekonomi adalah untuk kesejahteraan kemanusiaan.
H. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak dari
hakikat dan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang pada sila kemanusiaan
yang adila dan beradab. Oleh karena itu, pembngunan sosial budaya harus mampu
meningkatkan harkat dan martabat manusia, yakni menjadi manusia berbudaya dan beradab.
Pembnagunan sosial budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan
bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan berdab.
Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu meningkatkan derajat
kemanusiaannya. Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi
human. Manusia akan memiliki kehormatan, jika mampu menempatkan kemanusiaannya
dalam seluruh aspek kehidupannya secara proporsional.
Berdasarkan sila perstuan Indonesia, pembngunan sosial budaya dikembangkan atas
dasar penghargaan terhadap nilai sosial budaya yang beragam di seluruh wilayah nusantara
menuju tercapainya rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa yang Bhineka Tunggal Ika.
Oleh karena itu dalam implementasinya perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap
seluruh aset budaya kehidupan sosial yang ada dalam berbagai kelompok suku, agama, ras,
dan antar golongan (SARA) di Indonesia. Aset budaya kelompok satu dengan budaya yang
lainnya memiliki kedudukan yang sama dalam aspek apapun. Denagn pembagunan sosial
budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan ketidak adilan
sosial.
Bentuk aktualisasi pncasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya yang
humanis adalah baha setiap individu bangsaharus menyadari sepenuhnya bahwa manusia di
mata Tuhan adalah sama.
I. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya
hak-hak warga Negara maka diperlukan peranturan perundang-undangan Negara, baik dalam
rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya.
Oleh karena itu Negara bertujuan melindungi segenap wilayah Negara dan bangsanya. Atas
dasar pengertian demikian ini maka keamanan merupakan syarat ,mutlak tercapainya
kesejahteraan warga Negara. Adapun demi tegaknya integritas seluruh masyarakat Negara
diperlukan suatu pertahanan Negara. Untuk itu diperlukan aparat keamanan Negara aparat
penegak hokum Negara.
Oleh karena Pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai
kemanusiaan monopluralis maka pertahan dan keamanan Negara harus dikembalikan pada
tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok Negara. Dasar-dasar
kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas pertahanan dan keamanan Negara.
Dengan demikian pertahanan dan keamanan Negara harus berdasarkan pada tujuan demi
terjaminnya harkat dan martabat manusia, terutama secara rinci terjaminnya hak-hak asasi
manusia. Pertahan dan keamanan bukanlah untuk kekuasaan sebab kalau demikian sudah
dapat dipastikan akan melanggar hak asasi manusia.
Demikian pula pertahan dan keamanan Negara bukanlah hanya untuk sekelompok
warga ataupun kelompok politik tertentu, sehingga berakibat Negara menjadi totaliter dan
otoriter. Oleh karena itu pertahan dan keamanan Negara harus dikembangkan berdasarkan
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Pertahanan dan keamanan Negara harus
mendasarkan pada tujuan demi tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk
Tuhan yang Maha Esa (Sila Indonesia dan 11). Pertahanan dan keamanan Negara haruslah
mendasarkan pada tujuan demi kepentingan warga dalam seluruh warga sebagai warga
Negara (Sila 111). Pertahanan dan keamanan harus mampu menjamin hak-hak dasar,
persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (Sila 1V) dan akhirnya pertahanan dan
keamanan haruslah diperuntukan demi terwujudnya keadilan dalam hidup masyarakat
(terwujudnya suatu keadilan social) agar benar-benar Negara meletakkan pada fungsinya
yang sebenarnya sebagai suatu Negara hukum dan bukannya suatu Negara yang berdasarkan
atas kekuasaan.

BAB III
KESIMPULAN
- George Ritzer mmeberikan pengertian bahwa paradigma adalah suatu pandangan
fundamental tentang pokok persoalan dalam suatu cabang ilmu pengetahuan. Paradigma
membantu merumuskan apa yang harus di pelajari, persoalan apa yang harus di jawab, dan
aturan apa yang harus diikuti dalam mengintrepretasikan jawaban yang di peroleh
- Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional
mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus
mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila pancasila. Oleh karena hakikat nilai sila-sila
Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai pendukung pokok negara.
Hal ini berdasarkan pada kenyataan objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negara adalah
organisasi (persekutuan hidup) manusia. Oleh kerena itu negara dalam rangka mewujudkan
tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuannya melalui
pembangunan nasional.
- Pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat madani pada hakikatnya telah
terkandung dalam pembukaan UUD 1945.
- Pancasila terutama pancasila yang petama menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang
beragama bukan negara agama. Setiap warga negara harus beragama dan memiliki kewajiban
menjalankan keberagamaannya secara konsisten (taat).
- Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreatifitas
rohani manusia, unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak. Akal
merupakan potensi rohaniah manusia dalam hubungannya dengan intelektualitas, rasa dalam
bidang yang adil dan beradab. Artinya semua upaya peningkatan nilai keimanan dan
ketakwaan (IMTAQ) kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Pembangunan dan pengembangan di bidang politik harus mendasarkan dasar ontologis
manusia.hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai objek
negara, oleh karena itu kehidupan politik dalam negara harus benar- benar merealisasikan
tujuan demi harkat dan martabat manusia.
- Dalam dunia ekonomi jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan pemikiran
pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan ketuhanan. Sehingga lazim
nya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah
yang menang.
- Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak dari
hakikat dan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang pada sila kemanusiaan
yang adila dan beradab. Oleh karena itu, pembngunan sosial budaya harus mampu
meningkatkan harkat dan martabat manusia, yakni menjadi manusia berbudaya dan beradab.
Pembnagunan sosial budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan
bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan berdab.
- Oleh karena Pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai
kemanusiaan monopluralis maka pertahan dan keamanan Negara harus dikembalikan pada
tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok Negara. Dasar-dasar
kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas pertahanan dan keamanan Negara.

Anda mungkin juga menyukai