Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD)

“CARA ATAU TEKNIK MENGHILANGKAN ECHOLALIA PADA


ANAK AUTIS”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Gangguan Komunikasi pada
Autism Spectrum Disorder yang diampu oleh:

Arif Siswanto, SST. TW., MPH

Disusun oleh :

Dea Oktarini P27229016 080

Ni Gusti Ayu Dwi K.P P27229016 109

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN TERAPI WICARA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Cara atau
Teknik Menghilangkan Echolalia pada Anak Autis”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Gangguan Komunikasi
pada Autism Spectrum Disorder serta bertujuan mengetahui tentang penanganan echolalia
pada anak autis.

Penulis dalam menyelesaikan makalah ini banyak menerima bantuan dari


berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, dalam
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Arif Siswanto, SST. TW., MPH sebagai dosen pembimbing mata Gangguan
Komunikasi pada Autism Spectrum Disorder
2. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
penulis mengharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian, khususnya
dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman untuk lebih baik di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat.

Surakarta, September 2018

Penyusun
ISI

A. Autis

Setiap orang dengan autisme berbeda. Semua akan memiliki masalah


dengan komunikasi dan keterampilan sosial tetapi tidak dengan cara yang
sama. Autisme adalah gangguan spektrum karena dapat menyebabkan masalah
ringan, masalah berat, atau sesuatu di antaranya.

Orang dengan autisme dapat fokus pada satu topik, seperti kereta atau
acara televisi. Mereka mungkin memiliki beberapa perilaku yang mereka lakukan
berulang-ulang, seperti membalik benda atau mencium benda-benda. Mereka
mungkin tidak menyukai perubahan jadwal atau perubahan makanan yang mereka
makan. Beberapa orang mungkin berbicara dengan baik tetapi tidak dapat
memperoleh teman. Orang lain mungkin tidak berbicara sama sekali.

B. Pengertian Echolalia
Ekolalia adalah pengulangan kata atau frasa tertentu yang diucapkan
seseorang, baik langsung setelah kata diucapkan, maupun nanti kemudian.
Kondisi ini sering diumpamakan dengan mimikri burung beo. Sebagai contoh,
ketika ditanya, “Apa kamu mau minum jus?” anak penderita ekolalia menjawab
“Mau minum jus?” Ekolalia, tingkat tertentu, dianggap sebagai bagian
pembelajaran bahasa pada anak-anak kecil. Namun, anak autis akan sangat
bergantung pada ekolalia dan dapat terus digunakan sampai masa remaja dan
dewasa.
Echolalia adalah pengulangan dari kalimat atau kata-kata yang biasanya
ditemukan di anak usia dini saat dia baru mulai belajar bicara dan biasanya
menghilang dengan sendirinya di usia 30 bulan seiring dengan mahirnya
kemampuan berbahasa anak. Echolalia banyak terjadi di anak autis, bahkan
termasuk salah satu gejala anak terdiagnosa autis berdasarkan DSM-5 (standar
diagnose autisme) walau tidak semua anak autis menunjukkan gejala ini. Karena
perkembangan bahasa dari anak autis kurang baik, banyak anak autis yang terhenti
di echolalia dan kurang bisa menggunakan bahasanya sebagai bentuk komunikasi
yang bermakna. Echolalia, pengulangan kata-kata atau kalimat yang bisa terjadi
langsung setelah mendengar atau bisa berhari-hari, bahkan berminggu-minggu
atau berbulan-bulan sesudah itu, contohnya sering kita mendengar anak autis yang
menirukan kalimat-kalimat di radio, TV atau film.
Pada awalnya echolalia dianggap sesuatu yang kurang baik dan harus
dihilangkan tetapi studi membuktikan bahwa echolalia bisa juga memiliki fungsi
dasar sebagai tanda proses belajar bahasa karena echolalia membuktikan bahwa
anak dapat mengingat sesuatu atau mengingat contoh percakapan sehinga
diharapkan bisa menjadi kekuatan mereka. Echolalia juga menunjukkan masalah
dalam pembelajaran bahasa anak autis, bahwa anak autis belajar bahasa secara
besar (kalimat) bukan per kata-kata dan mereka kesulitan untuk berpikir secara
kreatif dan logis dan mengubah echolalia menjadi bahasa yang fungsional.
Echolalia juga bisa timbul jika anak tidak tahu jawaban dari pertanyaannya
sehingga hanya mengikuti semua kalimat atau kata-kata terakhir yang di ucapkan
oleh penanya. Echolalia juga muncul karena anak stress atau tidak tahu apa yang
dia harus lakukan, disini echolalia berfungsi sebagai ‘stimming’ dan anak sedang
mencari keseimbangan sensorinya. Jadi kita juga harus memperhatikan fungsi dari
echolalia itu sendiri. Biasanya jika kemampuan berbahasa anak ini sudah lebih
kompleks, echolalia akan menurun dengan sendirinya.

C. Tanda-tanda Ekolalia

Tanda-tanda ekolalia yang utama adalah pengulangan. Sebagai contoh,


anak dengan ekolalia akan mengulang pertanyaan yang diajukan dan bukannya
menjawab pertanyaan yang diajukan kepada mereka. Kemungkinan besar
dikarenakan karena mereka tidak mengetahui bagaimana harus menjawab atau
mereka tidak tahu jawabannya. Tanda lain adalah anak tampak frustasi ketika
mereka ditanya di dalam suatu percakapan.

D. Macam Ekolalia

Terdapat 2 macam ekolalia. Ekolalia langsung (Immidiate Echolalia) dan


Ekolalia tertunda (Delayed Echolalia).
1. Ekolali langsung, yaitu jika ucapan orang lain langsung diulangi saat itu juga
setelah ia mendengar. Atau sering orang sebut dengan latah.. Contohnya,
seorang anak ketika ditanya oleh orang tuanya, “Maukah kamu pergi?” Anak
menjawab dengan “Maukah kamu pergi?”, dan bukannya menjawab dengan
jawaban “Mau” atau “Tidak mau”.
2. Ekolali tertunda, jika ucapan orang lain atau yang ia dengar dari televisi
diulangi setelah beberapa jam atau keesokan harinya baik berupa kata atau
kalimat utuh dengan sangat tepat.

E. Cara Membantu Anak Autis Mengatasi Ekolalia


1. Mengajarkan Kata
a. Ketahui tujuan kata. Anak autis dapat bergantung kepada kata untuk
mempermudah komunikasi. Banyak anak autis mengulangi kata-kata dan
frasa (ekolalia) sebagai cara untuk mengatakan “Aku mendengar
perkataanmu dan sedang memikirkan jawabannya.”
 Tetaplah tenang dan sabar ketika berinteraksi dengan anak. Jika
Anda mempertimbangkan fakta bahwa ekolalia merupakan
sarana komunikasi bagi anak, dan bukan dimaksudkan untuk
membuat orang lain jengkel, Anda akan bisa melihat sudut
pandang anak dengan lebih baik.
b. Ajarkan kata “Aku tidak tahu”. Bujuklah anak autis mengatakan “Aku
tidak tahu” untuk menjawab pertanyaan yang tidak ia ketahui jawabannya.
Terdapat bukti bahwa anak akan semakin mudah mempelajari dan
menggunakan frasa baru dengan baik jika diajarkan kata “Aku tidak tahu”
untuk menjawab pertanyaan yang tidak diketahui jawabannya.
 Coba tanyakan rangkaian pertanyaan yang Anda tahu anak autis
tidak tahu jawabannya. Sebagai contoh, tanyakan “Di mana
teman-temanmu?” dan minta jawaban dengan berkata “Aku tidak
tahu.” Kemudian, “Apa nama Ibukota Indonesia?” diikuti
dengan, “Aku tidak tahu.” Anda bisa menyiapkan pertanyaan
sebanyak mungkin dan melatih naskah ini setiap kali.
 Salah satu cara alternatif untuk mengajarkan naskah “Aku tidak
tahu” adalah dengan bantuan orang lain yang menjawab
pertanyaan dengan “Aku tidak tahu.”
c. Minta anak merespons dengan benar. Anak-anak mungkin
menggunakan ekolalia ketika tidak tahu cara merespons, atau
mengungkapkan pikiran dengan kata-kata. Berikan kata untuk membantu
mereka memberikan respons yang benar.
 Sebagai contoh, tanyakan “Siapa nama kamu?” dan minta respons
yang benar (nama anak). Ulangi sampai anak mempelajari kata
yang benar. Coba lakukan dengan semua pertanyaan yang
jawabannya sama. “Apa warna rumah kita?” diikuti dengan
“Putih” dan, “Siapa nama anjing kita?” diikuti dengan “Spot.”
Anda harus memberikan jawaban setiap kalinya untuk
mengajarkan kata hingga anak mulai melakukannya sendiri.
 Cara ini hanya ampuh untuk pertanyaan yang jawabannya sama.
Sebagai contoh, pertanyaan "Apa warna baju kamu?” tidak akan
berhasil karena warna baju anak berganti setiap hari.
d. Ajarkan banyak kata kepada anak. Dengan demikian, anak dapat
mengomunikasikan hal-hal dasar dengan benar, bahkan ketika merasa
tertekan.
 Proses bertahap ini dapat menjadi alat untuk membangun
kepercayaan diri, kosa kata, komunikasi, dan interaksi yang benar
bagi anak
e. Ajarkan kata yang berfokus pada kebutuhan. Jika tidak bisa
mengutarakan kebutuhannya, anak autis dapat menjadi frustrasi atau
tertekan, dan kemudian histeris. Kata akan membantu mereka
mengungkapkan kebutuhannya sehingga Anda dapat mengatasi masalah
sebelum anak mencapai batas kesabarannya dan mulai berteriak atau
menangis. Beberapa contoh kata di antaranya:
 ”Aku butuh waktu sendirian.”
 ”Aku lapar.”
 ”Suaranya terlalu keras.”
 ”Tolong berhenti.”

2. Menggunakan Teknik Pemodelan


a. Gunakan kata yang Anda ingin anak pakai secara persis. Pemodelan
harus menggunakan kata-kata dan frasa persis yang ingin dipahami,
dipelajari, dan diutarakan kembali oleh anak. Hal ini akan membantu anak
belajar cara mengucapkan hal-hal yang ingin dikatakan.
 Sebagai contoh: Anda sudah mengetahui bahwa anak tidak suka
bermain dengan mainan tertentu, tetapi supaya bisa diungkapkan
secara lisan, Anda bisa menawarkan mainan dan kemudian terus
menggunakan kata atau frasa, seperti “tidak, terima kasih,” atau
“aku tidak mau.”
 Ketika anak menggunakan frasa yang diinginkan, berikan respons
yang semestinya. Sebagai contoh, jika anak sukses mengatakan
“Aku mau tambah,” isi kembali piringnya.
 Jika Anda mengulangi frasa beberapa kali dan anak tidak
merespons, lakukan tindakan yang diinginkan. Anak akan mulai
mengasosiasikan frasa dengan tindakan. Kemudian, coba lagi.
Seiring waktu, anak akan mulai menggunakan frasa yang
diajarkan.
b. Berikan jeda kosong dalam kalimat dan titik untuk menjawab. Jika
Anda bermaksud memberikan camilan atau sudah waktunya anak minum
susu, Anda bisa menjadi contoh dengan berkata “Aku mau minum ____”
(tunjuk ke susu dan katakan “susu”). Atau katakan, “Aku ingin ____”
(tunjuk ke camilan dan katakan “camilan”). Seiring waktu, anak akan
mengisi jeda kosong dengan sendirinya.
c. Katakan pernyataan kepada anak, alih-alih pertanyaan. Sebaiknya
hindari pertanyaan semacam “Apa kamu mau ini?” atau “Apa kamu perlu
bantuan?” karena mereka akan mengulangi pertanyaan. Lebih baik
katakan apa yang perlu anak katakan.
 Sebagai contoh: jika Anda melihat anak berusaha meraih sesuatu,
daripada bertanya “Apa kamu perlu bantuan?” coba katakan,
“Tolong bantu aku mengambil mainan itu,” atau “Tolong angkat
aku supaya bisa mengambil bukuku.” Bujuk mereka untuk
mengulangi frasa ini. Kemudian, bantulah anak walau frasa Anda
tidak diulang.
d. Jangan ucapkan nama anak di akhir frasa. Maksud anak menjadi
meleceng saat ucapan Anda mulai diulangi. Saat berkata “Hai!” atau
“Selamat malam!” cukup katakan demikian dan jangan akhiri dengan
nama anak. Atau, Anda bisa mengucapkan nama akan terlebih dahulu dan
kemudian berhenti sebentar, lalu akhiri dengan frasa Anda yang ingin
sampaikan
 Ketika anak perlu dipuji karena melakukan sesuatu dengan
sukses, katakan kata selamat tanpa diiringi nama anak. Jangan
katakan “Bagus sekalis, Andi!” tetapi cukup “Bagus sekali!” atau
tunjukkan dengan tindakan, misalnya ciuman di pipi, tepukan di
punggung, atau pelukan.
e. Jaga proses pengajaran tetap menarik dan ceria. Pilihlah waktu ketika
kalian sedang santai, buat pengajaran yang jenaka atau jadi permainan.
Dengan demikian, anak akan antusias untuk belajar, dan kalian
berkesempatan mempererat hubungan dan bersenang-senang.
 Pengajaran tidak boleh menyakitkan dan bersifat memaksa. Jika
salah satu dari kalian menjadi terlalu frustrasi, berhenti dan coba
lagi nanti.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://rurysoeriawinata.com/memahami-echolalia/
https://apraksia.com/2015/02/27/ekolalia-echolalia/
https://id.m.wikihow.com/Membantu-Anak-Autis-Mengatasi-Ekolalia?amp=1
http://dedenzoo.blogspot.com/2014/03/ekolalia.html

https://hanyasa.blogspot.com/2013/02/memahami-echolalia.html

https://www.asha.org/public/speech/disorders/autism/

Anda mungkin juga menyukai