Bagian Kedelapan
Ventilasi
Pasal 369
Ketentuan Umum
Pasal 370
Standar Ventilasi
(1) Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah harus dipertahankan antara
18 derajat celcius sampai dengan 24 derajat Celcius dengan kelembaban
relatif maksimum 85 persen.
(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, kondisi
ventilasi ditempat kerja harus:
a Untuk rata-rata 8 jam
1) Karbon moniksida (CO) volumenya tidak lebih dari 0,005 persen;
2) Methan (CH2 ) volumenya tidak lebih dari 0,25 persen;
3) Hidrogen sulfida (H2S) volumenya tidak lebih dari 0,001 persen dan
4) Oksida nitrat (NO2) tidak lebih dari 0,0003 persen.
b Dalam tenggang waktu 15 menit
1) Co tidak boleh lebih dari 0,04 persen dan
2) NO2 tidak boleh lebih dari 0,0005 persen
(3) Lampu keselamatan (flame safety lamp) atau alat lain yang sama
peruntukannya harus digunakan untuk menguji kurangnya kandungan oksigen.
(4) Lokasi yang memerlukan ventilasi harus ditutup, atau dirintangi dan dipasang
tanda larangan memasuki lokasi tersebut.
(5) Pada setiap lokasi yang sudah ditutup, dinding penyekatnya harus dipasang
pipa yang dilengkapi katup pengambilan percontoh udara untuk melakukan
pengukuran tekanan dibalik dinding penyekat.
(6) Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus sekurang-
kurangnya 7 meter per menit dan dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan dan setelah peledakan kecepatan
(7) Jalan udara harus mempunyai ukuran yang memadai sesuai dengan jumlah
udara yang dialirkan.
(8) Kepala Teknik Tambang harus menunjuk petugas yang bertanggung jawab
untuk mengawasi ventilasi tambang dan nama yang bersangkutan harus
dicatat dalam Buku Tambang.
(9) Jumlah dan mutu udara yang mengalir pada masing-masing lokasi atau tempat
kerja atau sistem ventilasi harus ditentukan dengan tenggang waktu yang tidak
melebihi satu bulan;
(10) Lokasi pengukuran aliran meliputi;
1) Setiap jalan masuk udara utama sedapat mungkin dekat dengan laan
masuk ke sumuran atau jalan keluar;
2) Setiap tempat terbaginya udara sedapat mungkin dekat dengan
persimpangan;
3) Di tempat kerja yang pertama 50 meter dari mulai masuknya udara dan
ditempat kerja yang terakhir 50 meter dari ujung keluarnya udara;
4) Lokasi udara keluar sedapat mungkin dekat dengan persimpangan jalan
keluar utama dan
5) Tempat lain yang ditetapkan oleh Pelaksanan Inspeksi Tambang.
(11) Pengambilan percontoh untuk mengukur kadar oksigen (O 2), carbon
dioksida (CO2), carbon monoksida (CO), dan oksida nitrat (NO2) yang
terkandung di udara yang dilakukan dalam kondisi kerja normal harus
dilaksanakan setiap selang waktu sebulan pada tempat-tempat berikut ini:
a 30 meter dari permuka kerja terowongan;
b 15 meter dari lubang dan sumuran dan
c pada dasar sumuran buangan udara pada lokasi bukaan produksi yang
mempunyai satu jalan masuk.
(12) Pengambilan percontoh untuk menentukan kandungan karbon moniksida
(CO) dan oksida nitrat (NO2) pada setiap tempat, atau pada setiap ujung jalan
tempat mesin diesel dioperasikan maka harus dilakukan pada selang waktu
yang tidak melebihi tujuh hari.
(13) Laporan hasil pengukuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (11) dan
ayat (12) harus mencatumkan jam dan lokasi pengambilan percontoh serta jam
peledakan terakhir;
(14) Temperatur harus diukur secara berkala pada tempat-tempat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (10) huruf c dan d apabila temperatur efektif meleihi 24C
maka tempat tersebut harus diperiksa setiap minggu.
(15) Pengukuran konsentrasi debu yang berukuran lebih kecil dari 10 micron
harus dilakuakn sesering mungkin, sekurang-kurangnya 3 bulan sekali kecuali
ditetapkan lain Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
(16) Apabila dilakukan perubahan pada arah atau penyebaran aliran udara yang
berakibat mempengaruhi jumlah udara masuk atau keluar maka pengukuran
udara harus dilakukan secepat mungkin setelah perubahan dilakukan.
(17) Hasil pengukuran udara sebagaimana dimaksud dalam ayat (16) harus
dicatat dalam buku ventilasi.
(18) Pengukuran ventilasi harus dilakukan oleh orang yang berkemampuan.
(19) Pengambilan percontoh sebagaimana dimaksud dalam ayat (11) dan ayat
(12) tidak diberlakukan apabila menurut pertimbangan Kepala Pelaksana
Inspeksi Tambang kondisi ventilasi di tambang cukup baik.
Pasal 371
Ventilasi Alam
(1) Pemanfaatan ventilasi alam harus mendapat persetujuan Kepala Pelaksana
Inspeksi Tambang.
(2) Apabila seluruh bagian tambang memanfaatkan ventilasi alam secara terus
menerus, ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 369 dan pasal 370
harus dilengkapi dengan kipas angin mekanis pada permukaan tanah, yang
sewaktu-waktu difungsikan apabila diperlukan.
(3) Pelaksana Inspeksi Tambang berdasarkan besarnya tambang dan kondisi
lingkungan tempat kerja di tambang dapat menetapkan perlunya cadangan
kipas angin mekanis yang berkapasitas sekurang-kurangnya mampu
mengalirkan udara yang cukup untuk kebutuhan pekerja apabila harus
dilakukan evakuasi.
Pasal 372
Kipas Angin
Pasal 373
Sistem Kipas Angin
(1) Sebelum kipas angin tambaan dipasang di bawah tanah maka Kepala
Tambang Bawah Tanah harus yakin bahwa tersedia jumlah udara yang cukup
yang mendekati kipas angin tambahan untuk mencegah terjadinya sirkulasi
udara balik dan udara yang mendekati kipas angin tambahan tersebut tidak
tercemar oleh debu, asap atau gas beracun.
(2) Kipas angin tambahan harus dilengkapi dengan pengaman pembumian
(3) Kipas angin tambahan hanya boleh dihidupkan, dioperasikan, dan dimatikan
oleh petugas yang berwenang.
(4) Kipas angin tambahan harus dipasang pada jarak kurang dari 5 meter dari
tempat terdekat pada jalan masuk ke lokasi yang diberi ventilasi.
(5) Dalam hal 2 buah atau lebih kipas angin dipasang secara seri maka ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) hanya berlaku untuk salah satu dari
kipas angin tersebut.
(6) Kipas angin tambahan tipe hembus harus dipasang pada jalan masuk udara
dan kipas angin tambahan tipe isap harus dipasang pada jalan keluar udara.
(7) Kipas angin tambahan harus dilengkapi dengan alat penyalur udara sampai
jarak 5 kali akar kwadrat dari luas penampang.
(8) Apabila kipas angin tambahan tidak berfungsi maka pekerja dilarang masuk
ke tempat yang ventilasinya bersumber dari kipas angin tambahan tersebut
sampai tempat itu dinyatakan aman setelah diperiksa oleh pengawas
operasional.
(9) Udara yang bertekanan tidak boleh digunakan semata-mata untuk keperluan
ventilasi kecuali pada jalan naik yang curam dan sempit.
(10) Udara untuk ventilasi pada lubang naik harus dilengkapi katup kendali
aliran yang mengalirkan udara dari bagian bawah lubang naik tersebut.
Lubang naik yang sedang dikerjakan harus dipasang dua katup kendali, satu
pada bagian bawah dan satu lagi pada ujung pipa bagian atas.
(11) Pipa ventilasi pada lubang naik harus ditempatkan tersendiri dan bagian
ujung pipa tersebut dilengkapi dengan penyebar arah udarfa (fiffuser).
(12) Apabila udara yang bertekanan digunakan untuk venitlasi maka dalam
selang wakut satu bulan harus diambil percontoh udara untuk mengetahui
kandungan CO2, NO2, dan kabur minyak. Dilarang menggunakan udara yang
bertekanan untuk ventilasi apabila hasil analisisnya melebihi batas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 370 ayat (2).
Pasal 374
Jaringan
Ventilasi
(1) Jalan masuk utama udara dan jalan keluar utama udara harus dibuat dalam
sumuran atau terowongan yang berbeda.
(2) Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang dapat memberikan pengecualian untuk
penyimpangan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan:
(3) Ventilasi pada satu sumuran hanya dapat dilakukan dengan ketentuan:
a Penyalur udara boleh digunakan pada bukaan yang sama pada waktu
pembuatan sumuran tegak atau miring dan
b Jalan masuk udara dan jalan keluar udara pada sumuran tunggal harus
dilengkapi dengan tirai pemisah (curtain wall).
(4) Udara bersih yang masuk melalui sumuran (downcast shaft) harus
didistribusikan dengan baik ke semua tempat kerja sesuai kebutuhan di setiap
tempat kerja.
(5) Apabila ada kelainan pada jaringan ventilasi atau perubahan yang tidak
normal dari aliran udara maka pekerja tambang bawah tanah harus
melaporkan kepada pengawas operasional atau Kepala
(6) Semua jalan udara harus bebas dari rintangan supaya udara dapat mengalir
dengan lancar.
Pasal 375
Pencegahan Kebocoran Udara