PSIKOLOGI
Sejak pertama kali lahir, manusia telah dikenalkan dengan ajaran agama.
Mereka mulai dikenalkan dengan ajaran-ajaran agama yang mendasar sebagai awal
perkenalan dan membuka wawasan tentang agama. Di dalam agama Islam, setiap
bayi yang lahir akan dilakukan ritual adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga
kiri. Hal itu dilakukan dengan maksud agar kata yang pertama kali didengar adalah
kata pujian untuk Allah SWT. Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian nama yang
baik, karena nama merupakan do’a untuk orang yang dinamai. Mereka diberi
makanan yang bersih dan suci, dilakukan pencukuran rambut dengan tujuan agar
mereka menyukai kebersihan, keindahan, ketampanan yang kesemuanya itu disukai
Allah SWT. Dalam ajaran agama Islam telah dijelaskan hal itu semua mulai dari bayi
sampai ajal tiba.
Ditinjau dari sisi psikologis, bahwa tingkah laku yang dimunculkan manusia
bersumber dari gejala kejiwaan yang mereka alami. Perilaku manusia yang
dimunculkan dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Ketika seorang berjumpa
saling mengucapkan salam, hormat kepada orang tua dan guru, menutup aurat
merupakan gejala keagamaan yang dapat dijelaskan melalui jiwa agama.
Lalu, apa sebenarnya arti dari agama? Menurut Drs. H. Achmad Gholib, MA
dalam bukunya “Studi Islam” menjelaskan bahwa definisi agama adalah suatu
peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal memegang
peraturan Tuhan itu dengan kehendaknya sendiri untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
1. Kekuatan gaib manusia : manusia merasa bahwa dirinya lemah dan berhajat pada
kekuatan gaib itu sebagai temapat meminta tolong dan berlindung. Oleh sebab
itulah manusia mengadakan hubungan baik dengan kekuatan baik tersebut dengan
mematuhi segala perintah dan menjauhi larangan gaib tersebut.
3. Respons yang bersifat emosional dari manusia, seperti perasaan takut dan cinta.
4. Paham adanya yang kudus dan suci dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab
yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan dan dalam bentuk
tempat-tempat tertentu.
Dari pengertian terakhir ini ditegaskan bahwa agama adalah aturan Tuhan,
yang ditujukan bagi manusia, karena manusialah yang dianugerahi akal. Akal yang
dapat menerima peraturan-peraturan Tuhan yang akan membawa manusia kepada
kebaikan, keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
“ Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu “
3. Tantangan manusia
Agama berfungsi untuk membimbing umat manusia agar hidup tenang dan
bahagia di dunia dan akhirat, mempererat hubungan sosial dan kemasyarakatan,
dan penawar bagi tekanan jiwa.
Bagi ahli psikologi bahwa sebagian besar penyakit mental yang disebabkan
oleh kerusakan psikolgi dan kepahitan kehidupan ditemukan diantara orang-orang
yang tidak beragama. Orang-orang yang beragama, bergantung pada seberapa jauh
ketetapan hatinya kepada agamanya, seringkali terlindungi dari penyakit-penyakit
seperti itu. Karenanya salah satu akibat kehidupan kontemporer yang bersumber
dari ketiadaan keyakinan keagamaan adalah meningkatnya penyakit saraf dan
psikologis.(Achmad Gholib, Studi Islam, Faza Media, Jakarta, 2006 )
Referensi :
Nata, Abudin. 1998 . Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kedudukan agama menurut perilaku manusia Kedudukan agama dalam perilaku manusia
bertempat pada hati dan akal, dimana hati sebagai tempat penguat sifat seseorang akan
kebenaran, sedangkan akal adalah tempat untuk barfikir apakah yang diterima benar atau
salah. Hati manusia begitu mudahnya goyah dikarenakan sifat manusia yang berubah ubah.
Maka hati haruslah besrta agama, dan akal haruslah beserta pengetahuan. Ada pepatah bilang
“agama tanpa ilmu baikan orang yang buta, dan ilmu tanpa agama bagaikan orang yang
lumpuh”. Maka dengan kata lain manusia harus bisa menjaga hati dan akal
pikirannya, untuk bisa menerima apa yang ada di alam semesta isi.