Anda di halaman 1dari 6

KEDUDUKAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA DILIHAT DARI ASPEK

PSIKOLOGI

Sejak pertama kali lahir, manusia telah dikenalkan dengan ajaran agama.
Mereka mulai dikenalkan dengan ajaran-ajaran agama yang mendasar sebagai awal
perkenalan dan membuka wawasan tentang agama. Di dalam agama Islam, setiap
bayi yang lahir akan dilakukan ritual adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga
kiri. Hal itu dilakukan dengan maksud agar kata yang pertama kali didengar adalah
kata pujian untuk Allah SWT. Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian nama yang
baik, karena nama merupakan do’a untuk orang yang dinamai. Mereka diberi
makanan yang bersih dan suci, dilakukan pencukuran rambut dengan tujuan agar
mereka menyukai kebersihan, keindahan, ketampanan yang kesemuanya itu disukai
Allah SWT. Dalam ajaran agama Islam telah dijelaskan hal itu semua mulai dari bayi
sampai ajal tiba.

Kehidupan manusia sangatlah kompleks sehingga tidak bisa lepas dengan


agama. Agama berkedudukan sebagai benteng kesehatan mental dan bersikap serta
berperilaku menghapai setiap pelik masalah yang menimpa. Agama merupakan
makanan untuk memenuhi kehausan jiwa, karena antara jiwa dan agama memiliki
korelasi yang kuat. Jika kebutuhan jiwa terpenuhi maka akan tercipta sebuah
perasaan yang tenteram dan damai. Agama berperan dalam mewujudkan kehidupan
manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk
bagaimana seharusnya manusia menyikapi hidup dan kehidupan agar lebih
bermakna dalam arti yang luas.

Ditinjau dari sisi psikologis, bahwa tingkah laku yang dimunculkan manusia
bersumber dari gejala kejiwaan yang mereka alami. Perilaku manusia yang
dimunculkan dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Ketika seorang berjumpa
saling mengucapkan salam, hormat kepada orang tua dan guru, menutup aurat
merupakan gejala keagamaan yang dapat dijelaskan melalui jiwa agama.

Dengan ilmu jiwa, seseorang akan mengetahui seberapa besar tingkat


keagamaan yang mereka hayati, pahami, dan mereka amalkan. Kita semua sepakat
bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna, selalu berpikir, merasa, serta
mempunyai kehendak. Perilaku yang dilakukan merupakan buah dari apa yang
dipikir, dirasa, dan yang dikehendakinya. Manusia juga bisa menjadi subjek dan
objek sekaligus, disamping dia bisa menghayati pengalaman agamanya
sendiri,meraka juga dapat meneliti keberagamaan orang lain. Secara psikolgis
agama mempunyai makna yang berbeda-beda / subjektif, intern dan individual
tergantung kepada seberapa besar amalan dan penghayatannya terhadap agama.
Bagi beberapa orang agama adalah ritual ibadah, seperti shalat, zakat, puasa, bagi
sebagian yang lain agama adalah pengabdian diri kepada sesama manusia dan
makhluk hidup yang lain sehingga mereka akan berperilaku baik. Bagi penulis sendiri
agama merupakan ajaran yang kompleks yang di dalamya berisi aturan-aturan yang
mengarahkan, membimbing, menuntun manusia agar bahagia di dunia dan akhirat.
Tidak hanya itu saja, agama juga memberikan uraian tentang alam dan segala
isinya.

Jadi pengertian agama sangatlah kompleks. Psikologi agama mencoba


menguak bagaimana agama mempengaruhi perilaku manusia. Psikologi mampu
menguak keberagamaan seseorang bergantung kepada paradigma psikologi itu
sendiri. Bagi Aliran Psikolanalisa keberagamaan merupakan bentuk gangguan
kejiwaan, bagi Aliran Behaviorisme, perilaku keberagamaan tidak lebih dari sekedar
perilaku karena manusia tidak memilki jiwa. Aliran kognitif mulai menghargai
kemanusiaan, dan Aliran Humanisme sudah memandang manusia sebagai makhluk
yang mengerti akan makna hidup, sehingga aliran ini lebih dekat dengan agama.

Lalu, apa sebenarnya arti dari agama? Menurut Drs. H. Achmad Gholib, MA
dalam bukunya “Studi Islam” menjelaskan bahwa definisi agama adalah suatu
peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal memegang
peraturan Tuhan itu dengan kehendaknya sendiri untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.

Menurut Taib Thahir Abdul Mu’in mengemukakan bahwa agama merupakan


aturan yang bersumber langsung dari Tuhan, yang diperuntukkan untuk manusia
karena manusia dikaruniai oleh akal yang dapat menerima peraturan-peraturan
Tuhan yang akan membawanya kepada kebaikan, keselamatan dan kehagiaan di
dunia dan akhirat.

Dari pendapat beberapa tokoh di atas dapat diasumsikan bahwa agama


mengandung arti ikatan-ikatan yang harus di pegang dan dipatuhi manusia. Ikatan
yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia sehari-hari dan berasal dari sumber
yang lebih tinggi dari manusia. Suatu kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap oleh
panca indera.

Menurut Harun Nasution, agama mempunyai empat unsur penting :

1. Kekuatan gaib manusia : manusia merasa bahwa dirinya lemah dan berhajat pada
kekuatan gaib itu sebagai temapat meminta tolong dan berlindung. Oleh sebab
itulah manusia mengadakan hubungan baik dengan kekuatan baik tersebut dengan
mematuhi segala perintah dan menjauhi larangan gaib tersebut.

2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraan di dunia ini dan hidupnya di akhirat


tergantung adanya hubungan baik itu.

3. Respons yang bersifat emosional dari manusia, seperti perasaan takut dan cinta.

4. Paham adanya yang kudus dan suci dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab
yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan dan dalam bentuk
tempat-tempat tertentu.

Dari pengertian terakhir ini ditegaskan bahwa agama adalah aturan Tuhan,
yang ditujukan bagi manusia, karena manusialah yang dianugerahi akal. Akal yang
dapat menerima peraturan-peraturan Tuhan yang akan membawa manusia kepada
kebaikan, keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Manusia di dunia ini sangat membutuhkan agama sebagai pegangan hidup di


dunia dan akhirat. Menurut Abudin Nata dalam bukunya “ Metodologi Studi Islam “
ada tiga alasan perlunya manusia terhadap agama :

1. Latar belakang fitrah manusia


Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali
ditegaskan dalam ajaran islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan manusia.
Allah SWT berfirman dalam surat al-Rum, 30:30).

“ Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu “

2. Kelamahan dan kekurangan manusia

Manusia memiliki keterbatasan akal untuk menentukan hal-hal di luar kekuatan


pikiran manusia itu sendiri, dan juga manusia merupakan makhluk lemah yang
sangat memerlukan agama.

3. Tantangan manusia

Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik dari


dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan
bisikan syetan, dan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya
yang dilakukan manusia yang secara sengaja berusaha memalingkan manusia dari
Tuhan.

Agama berfungsi untuk membimbing umat manusia agar hidup tenang dan
bahagia di dunia dan akhirat, mempererat hubungan sosial dan kemasyarakatan,
dan penawar bagi tekanan jiwa.

Manusia memiliki dua jenis kebahagiaan. Pertama, yang berhubungan dengan


inderawinya dengan objek eksternal, seperti kebahagiaan yang diperoleh melalui
pengecapan lidah dan indera peraba seperti kontak fisik. Kedua, kebahagiaan yang
berhubungan dengan kedalaman ruh dan kesadaran manusia, yang tidak ada
kaitannya dengan tubuh-tubuh tertentu. Kebahagiaan ini termasuk kebahagiaan
menyembah Tuhan / shalat.

Pengaruh kedua dari keyakinan keagamaan dalam masalah hubungan sosial


kemasyarakatan adalah untuk memaksa orang untuk melaksanakan kewajiban yang
telah disepakati bersama demi terwujudnya ketertiban masyarakat.
Peranan yang ketiga sebagai penawar bagi tekanan jiwa yang gelisah, stress
atau gundah gulana. Kehidupan manusia kita sukai atau tidak mengandung
penderitaan, kesedihan, kegagalan, kekecewaan, kehilangan, dan kepahitan.
Disinilah peran agama mulai dibutuhkan. Dengan adanya pengalaman agama yang
kuat maka manusia akan terhindar dari tekanan yang dapat membelunggu
kehidupannya. Meraka sadar bahwa semua yang terjadi dalam dunia ini adalah
sebagai cobaan untuk menguji keimanan dan mereka yakin bahwa Tuhan akan
memberikan yang terbaik bagi umatnya.

Bagi ahli psikologi bahwa sebagian besar penyakit mental yang disebabkan
oleh kerusakan psikolgi dan kepahitan kehidupan ditemukan diantara orang-orang
yang tidak beragama. Orang-orang yang beragama, bergantung pada seberapa jauh
ketetapan hatinya kepada agamanya, seringkali terlindungi dari penyakit-penyakit
seperti itu. Karenanya salah satu akibat kehidupan kontemporer yang bersumber
dari ketiadaan keyakinan keagamaan adalah meningkatnya penyakit saraf dan
psikologis.(Achmad Gholib, Studi Islam, Faza Media, Jakarta, 2006 )

Referensi :

Nata, Abudin. 1998 . Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Azhari, Akyas. 2004 . Psikologi Umum & Perkembangan. Jakarta:

Gholib, Achmad. 2006 . Studi Islam. Jakarta: Faza Media

Kedudukan agama menurut perilaku manusia Kedudukan agama dalam perilaku manusia
bertempat pada hati dan akal, dimana hati sebagai tempat penguat sifat seseorang akan
kebenaran, sedangkan akal adalah tempat untuk barfikir apakah yang diterima benar atau
salah. Hati manusia begitu mudahnya goyah dikarenakan sifat manusia yang berubah ubah.
Maka hati haruslah besrta agama, dan akal haruslah beserta pengetahuan. Ada pepatah bilang
“agama tanpa ilmu baikan orang yang buta, dan ilmu tanpa agama bagaikan orang yang
lumpuh”. Maka dengan kata lain manusia harus bisa menjaga hati dan akal
pikirannya, untuk bisa menerima apa yang ada di alam semesta isi.

Anda mungkin juga menyukai