Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDALAMAN TERHADAP RUKUN IMAN


(IMAN KEPADA ALLAH SWT)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah AIK

OLEH :

RISDA 105401131921

MUTMAINNAH 105401132521

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul PENDALAMAN TERHADAP RUKUN IMAN (IMAN
KEPADA ALLAH SWT) tepat pada waktunya.

Sholawat dan salam tak lupa pula kita kirimkan kepada Baginda Nabi
Besar Muhammad SAW, karena atas perjuangannya sehingga kita semua dapat
berada di alam yang penuh dengan ilmu. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah AIK. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna karena memiliki banyak kekurangan, baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Makassar, 20 Oktober
2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................2

C. Tujuan..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Hakikat kalimat Lailahaillallah.....................................................................3

B. Konsekuensi Kalimat Lailahaillallah dalam kehidupan...............................6

C. Bentuk dan Bahaya Syirik Bagi Kehidupan.................................................7

BAB III PENUTUP..............................................................................................16

A. Kesimpulan.................................................................................................16

B. Saran............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam agama Islam memiliki 6 (enam) Rukun Iman yang wajib untuk
kita ketahui dan diamalkan. Berbicara mengenai Iman kepada Allah SWT,
membuat kita berfikir banyak. Kenapa kita sebagai manusia harus beriman?
Iman kepada Allah merupakan rukum iman yang pertama, jadi hal tersebut
menjadi prioritas yang wajib untuk kita imani.Iman kepada allah adalah
membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan serta mengamalkan
dengan perbuatan bahwa Allah itu ada dengan segala keagungannya.

Sejak di bangku sekolah dasar, kita telah diajarkan mengenai rukun


iman. Rukun iman tersebut yang terdiri atas Iman kepada Allah, Iman kepada
Malaikat Allah, Iman kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul Allah,
Iman kepada Hari akhir, Iman kepada Qada dan Qadar. Keenam rukun iman
tersebut kita hafalkan dan masih diingat sampai sekarang. Namun, kian
berjalannya waktu kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan rukun
iman.

‫َش ِه َد هَّللا ُ َأنَّهُ اَل ِإلَهَ ِإال هُ َو َو ْال َمالِئ َكةُ َوُأولُو ْال ِع ْل ِم قَاِئ ًما بِ ْالقِ ْس ِط اَل ِإلَهَ ِإال ه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم‬

Artinya : Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia,


Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu). Dia (Allah) -lah yang menegakkan keadilan. Tak ada Tuhan
melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (Qs. Ali Imran: 18)

Allah menyatakan diri-Nya sebagai illah yang wajib disembah oleh


seluruh golongn jin manusia, dan yang wajid ditaati oleh semua makhuk
langit dan bumi. Satu-satunya illah yang wajib disembah, agar manusia
bertaqwa kepada–Nya  Inilah tauhid, keadilan yang ditegakkan Allah. Tidak
ada sesembahan selain Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana makna kalimat Laa ilaaha illallah dan konsekuensinya dalam
kehidupan ?
2. Bagaimana bentuk dan bahaya syirik bagi kehidupan manusia ?

C. Tujuan
1. Mengetahui makna kalimat Laa ilaaha illallah dan konsekuensinya dalam
kehidupan
2. Mengetahui bentuk dan bahaya syirik bagi kehidupan manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat kalimat Lailahaillallah


1. Pengertian Rukun Iman
Pada dasarnya, iman berasal dari bahasa Arab yang dapat diartikan
sebagai ‘percaya’. Namun, pengertian iman secara istilah adalah
membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan serta
mengamalkan dengan perbuatan. Jadi tidak hanya menghafalkan
keenam rukun iman, namun perlu membenarkan dengan hati bahwa
Allah itu ada dengan segala keagungannya. Lalu mengucapkannya
dengan lisan yang diucapkan pada kalimat syahadat serta diamalkan
perintah-Nya serta menghindari larangan-Nya di dunia nyata. Setelah
kita melakukan ketiga-tiganya maka kita dapat tergolong sebagai orang
yang beriman. (Saintif)
Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 163 yang
berbunyi :

‫َوِإ ٰلَهُ ُك ْم ِإ ٰلَهٌ ٰ َو ِح ٌد ۖ آَّل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو ٱلرَّحْ ٰ َمنُ ٱل َّر ِحي ُم‬

Artinya :

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

2. Hakikat kalimat lailahaillallah

‫َش ِه َد هَّللا ُ َأنَّهُ اَل ِإلَهَ ِإال هُ َو َو ْال َمالِئ َكةُ َوُأولُو ْال ِع ْل ِم قَاِئ ًما بِ ْالقِ ْس ِط اَل ِإلَهَ ِإال ه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم‬

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Para


Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu). Dia (Allah) -lah yang menegakkan keadilan. Tak ada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. (Qs. Ali Imran: 18)

3
Allah menyatakan diri-Nya sebagai illah yang wajib disembah oleh
seluruh golongn jin manusia, dan yang wajid ditaati oleh semua makhuk
langit dan bumi. Satu-satunya illah yang wajib disembah, agar manusia
bertaqwa kepada–Nya  Inilah tauhid, keadilan yang ditegakkan Allah.
Tidak ada sesembahan selain Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
Kalimah Laa ilaaha illah Allah disebut kalimat tauhid atau kalimat
thayyibah. Kalimah itu mengandung makna sangat dalam. (Wardi, 2020)
Tauhid  = (‫)توحد‬  berarti:
a. beribadah kepada Allah saja dan tidak berbuat syirik kepada-Nya.
b. keyakinan tentang  keesaan Allah, pengakuan akan keesaan Allah
sebagai satu-satu dzat yang wajib disembah.
c. Tauhid adalah i’tiqadiyah, yaitu mengesakan Allah sebagai sebagai
satu-satunya motivator dan tujuan dalam setiap perbuatan 

Laa ilaha illa Allah adalah inti tauhid yang diajarkan para Nabi dan
Rasulullah sejak Nabi Adam as. sampai khatamul anbiya’i wa rasul
Muhammad SAW. Yang dimaksud para ahli ilmu adalah para nabi,
para ulama sahabat Nabi SAW, para ulama seluruhnya yang beriman
baik para ahli ilmu duniawai maupun para ahli ilmu ukhrawi. (Wardi,
2020)

Makna yang terkandung dalam kalimat Laa ilaaha illa Allah adalah:

a. Laa khaaliqa illa Allah yaitu tidak ada pencipta yang hak kecuali
Allah. (Qs. Al Baqarah ayat 21-22)
b. Laa Raziiqa illa Allah, yaitu tidak ada pemberi rizqi yang hak
selain Allah. (Qs. Al Fathir ayat 3)
c. Laa Mudzabbira illa Allah, yang berarti tidak ada penjaga atau
pemelihara atau penjaga atau pengatur selain Allah. (Qs. Yunus ayat
3)
d. Laa Hakima illa Allah, yang berarti tidak ada penentu hukuman
atau aturan segala sesuatu kecuali Allah. (Qs. Al An’am: 57)

4
e. Laa waliyyu illa Allah, yaitu tidak ada pelindung selain Allah. (QS.
Al  Baqarah: 257)
f. Laa farghaba illa Allah, yaitu tidak ada tumpuan harapan dan segala
macam amal ditujuan kecuali hanya kepada Allah. (Qs. Al-insyira:
8)
g. Laa ma’buda illa Allah, yaitu tidak ada yang pantas disembah selain
Allah (qs. An-Nahl: 36)

Jenis tauhid yang terkandung dalam kalimat Laa Ilaaha illa Allah
adalah:

a. Tauhul Uluhiyah : mengesakan Allah sebagai satu-satunya Dzat


yang paling agung, paling mulia, paling super
b. Rububiyah : mengesakan Allah sebagai  Maha Pencipta, Maha
Pemelihara
c. Malikiyah : mengesakan Allah sebagai Maha Penguasa jagad raya,
seperti hal raja yang mempunyai kekuasaan mutlak
d. Ubidiyah : adalah kewajiban makhluk (manusia) untuk mengesakan
Allah sebagai sesembahan yang wajid. (Wardi, 2020)

Dalam kalimat Laa Ilaaha illallah juga terkadung jenis tauhid yang lain,
seperti:

a. Tauhid Af’al  =  ( v‫د‬v‫ح‬v‫و‬v‫ ت‬v‫ل‬v‫ع‬v‫ف‬v‫ ) ا‬mentauhidkan bahwa Allah sendiri


yang mencipta dan memelihara alam semesta, empunya iradah dan
yang menentukan .
b. Dzat = ( v‫د‬v‫ح‬v‫و‬v‫ت‬v‫ت‬v‫ا‬v‫ ) ذ‬mengi’tikadkan bahwa dzat Allah itu esa, tidak
berbilang, dan hanya dimiliki Allah saja.
c. Ibadah  = ( v‫د‬v‫ح‬v‫و‬v‫ ت‬v‫ه‬v‫د‬v‫ب‬v‫ )ع‬mengi’tikadkan bahwa hanya kepada Allah
saja yang patut dipuji dn berhak untuk disembah.
d. Qashdi  = ( v‫د‬v‫ح‬v‫و‬v‫ ت‬v‫د‬v‫ص‬v‫ )ق‬mengi’tikadkan bahwa hanya kepada Allah
saja segala amal ditujukan, dilakukan tanpa perantara, semata untuk
mencai ridlo-Nya.

5
e. Sifat =  (   v‫د‬v‫ح‬v‫و‬v‫ ت‬v‫فت‬v‫ ) س‬mengi’tikadkan bahwa tidak ada sesuatu yang
menyamai sifat Allah dan Allahlah yang mempunyai sifat
kesempurnaan.
f. Tasyri’  =  ( ‫رع توحد‬vv‫ ) تش‬mengi’tikadkan bahwa hanya Allah saja
pembuatan hukum, peraturan yang paling sempurna, sumber dari
segala sumber hukum.
g. Wujud  = ( v‫د‬v‫ح‬v‫و‬v‫ ت‬v‫د‬v‫و‬v‫ج‬v‫ ) و‬mengi’tikadkan hanya Allah yang wajib ada
tanpa perlu kehadiran yang lain dan Dia-lah yang maha abadi, yang
paling awal dan yang paling akhir. (Wardi, 2020)

B. Konsekuensi Kalimat Lailahaillallah dalam kehidupan


Makna syahadat tauhid/kalimat tauhid laa ilaaha illallaah adalah tidak
ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah SWT. Kalimat ini
berarti menolak hak peribadahan kepada segala sesuatu selain Allah SWT dan
menetapkannya semata-mata hanya untuk Allah SWT. Dengan demikian
maka, kalimat tauhid ini bermakna sangat mendalam, baik dalam konteks
misi perjuangan Islam maupun dalam konteks akidah Islam.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Mu’minun: 117: “Dan
barangsiapa menyembah Tuhan yang lain selain Allah, padahal tidak ada
suatu bukti pun baginya tentang itu, maka perhitungannya hanya pada
Tuhannya. Sungguh orang-orang kafir itu tidak akan beruntung.”
Dengan demikian, kalimat tauhid merupakan kalimat yang agung.
Konsekuensi yang dikandung oleh orang yang telah mengucapkan kalimat
tauhid adalah hanya menyembah Allah SWT serta mematuhi syariat-Nya,
mengimani dan meyakini bahwa syariat-Nya adalah benar. Seseorang yang
telah mengikrarkan kalimat tauhid maka ia harus mengikhlaskan dan
berkomitmen bahwa ibadahnya hanya kepada Allah SWT dan meninggalkan
segala bentuk peribadahan kepada selain Dia.
Kalimat tauhid bermakna mengesakan segala bentuk peribadatan
hanya untuk Allah SWT termasuk berdoa, meminta, tawakal, takut, berharap,
menyembelih, bernazar, cinta, dan selainnya dari jenis-jenis ibadah lainnya.
Namun, kalimat ini tidak akan bermanfaat bagi pengucapnya jika ia tidak

6
mengimani, tidak memahami maknanya, tidak membenarkan, dan tidak
mengamalkan.
Kalimat Lailahaillallah Allah ciptakan langit dan bumi dan seluruh
makhlukNya. Allah menciptakan manusia dan seluruh ciptaannya dengan
dalam rangka kalimat Lailahaillallah ini. Maka Allah berfirman “Dan tidaklah
Ku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka beribadah menyembah
aku”. Karena kalimat tauhid ini pula Allah menurunkan kitab-kitabnya dan
dengan kalimat ini pula Allah mensyariatkan syariatnya. Allah menetapkan
aturan-aturan nya dalam rangka melaksanakan kalimat Lailahaillallah.
(Iman, 2019)
Dengan mengimani kalimat Lailahaillallah dengannya akan dibagikan
pahala dan ganjaran oleh Allah ta’ala kepada orang-orang yang beriman
kepadanya. Yang menjalankannya, yang mewujudkan nya dalam hidupnya.
Demikian pula sanksi dan azab dan siksaan juga akan ditimpakan karena
kalimat Lailahaillallah yang tidak digubris. Yang tidak diimani dan yang
tidak menjadi pegangan hidup bagi manusia. Maka yang demikian mereka
pun diazab oleh Allah Ta’ala karena tidak beriman kepada kalimat tauhid
tersebut. Dengan kalimat tauhid disatukan kiblat kaum mukminin menghadap
ke Mekah. Karena kalimat laailahaillallah maka ada perbedaan Ahlul kiblah
dan bukan Ahlul kiblah. Demikian pula dengan kalimat tauhid ini dibangun
diatasnya agama Allah subhanahu wa ta’ala. (Iman, 2019)
Dengan kalimat Laailahaillallah manusia terbagi menjadi kaum
mukminin yaitu kaum yang beriman kepada Allah serta beribadah kepada-
Nya. Lalu golongan yang kedua adalah orang-orang yang tidak beriman
kepada Allah dan tidak menyembah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Dengan kalimat tauhid ini pula membedakan antara Al Abror, orang-orang
yang berbuat baik dan orang-orang yang melakukan kejahatan. Dan dengan
kalimat tauhid ini pula manusia terbagi menjadi 2 golongan, sekelompok di
surga dan sekelompok di neraka. Allah adalah sumber kehidupan seorang
mukmin, dan kalimat Lailahaillallah ini merupakan nikmat terbesar yang
Allah anugerahkan kepada seorang mukmin. (Iman, 2019)

7
C. Bentuk dan Bahaya Syirik Bagi Kehidupan
1. Bentuk Syirik
a. Thagut.
Segala sesuatu yang diabdikan selain Allah dan dia ridha diibadahi.
Allah berfirman dalam Q.S. Al-‘Alaq: 6-8, Ingatlah,
Sesungguhnya jenis manusia tetap melampaui batas (yang
sepatutnya atau yang sewajibnya). Dengan sebab ia melihat dirinya
sudah cukup apa yang dihajatinya. (Ingat lah) sesungguhnya kepada
Tuhanmu lah tempat kembali (untuk menerima balasan). (Hikmah,
2022)
Q.S. An-Naziat : 17, (Lalu diperintahkan kepadanya): “Pergilah
kepada Fir’aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas (dalam
kekufuran dan kezalimannya)”. (Hikmah, 2022)
b. Syaitan.
Syaitan adalah musuh manusia. Ia mempunyai jalan-jalan
menuju jiwa setiap mahluk dan memberikan kesan yang besar kecuali
mereka yang dilindungi oleh Allah. Jalan-jalan yang dimiliki itu
adalah ruang-ruang kelemahan yang ada pada manusia itu sendiri
dalam bentuk keinginan dan juga syahwat (hissi) maupun maknawi
yaitu jalan yang tidak dapat dirasakan. (Hikmah, 2022)
Q.S. Yasin : 60, “Bukankah Aku telah perintahkan kamu wahai
anak-anak Adam, supaya kamu jangan menyembah syaitan?
Sesungguhnya ia musuh yang nyata terhadap kamu”.
c. Pemerintah Zalim.
Antara bentuk thagut juga adalah penguasa-penguasa yang zalim
tidak merujuk kepada hukum-hukum dan panduan daripada Allah di
dalam pemerintahannya·
Q.S. Al-Ma’idah: 44, Sesungguhnya Kami telah menurunkan
Kitab Taurat, yang mengandungi petunjuk dan cahaya yang
menerangi, dengan Kitab itu nabi-nabi yang menyerah diri (kepada
Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya
juga) ulama mereka dan pendeta-pendetanya (menjalankan hukum

8
Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan
hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah
menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sembarang perubahan). Oleh
itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu
takut kepadaKu (dengan menjaga diri dari melakukan maksiat dan
patuh akan perintahKu), dan janganlah kamu menjual
(membelakangkan) ayat-ayatKu dengan harga yang sedikit (karena
mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia), dan
sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan
oleh Allah (karena mengingkarinya), maka mereka itulah orang-
orang kafir. (Hikmah, 2022)
Q.S. Al-Ma’idah : 45, Dan Kami telah tetapkan atas mereka di
dalam kitab Taurat itu, bahwa jiwa dibalas dengan jiwa, dan mata
dibalas dengan mata, dan hidung dibalas dengan hidung, dan telinga
dibalas dengan telinga, dan gigi dibalas dengan gigi, dan luka-luka
hendaklah dibalas (seimbang). Tetapi sesiapa yang melepaskan hak
membalasnya, maka menjadilah ia penebus dosa baginya, dan
sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan
Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Hikmah, 2022)
Q.S. Al- Ma’idah : 47, Dan hendaklah Ahli Kitab Injil
menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah di
dalamnya, dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang
telah diturunkan oleh Allah, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik.
d. Hukum Jahiliyah.
Diantara bentuk thagut juga adalah hukum-hukum yang
melampaui batas yang telah ditetapkan oleh Allah Swt.
Q.S. An-Nisa : 60, Tidakkah engkau (heran) melihat (wahai
Muhammad) orang-orang (munafik) yang mendakwa bahwa mereka
telah beriman kepada Al-Qur’an yang telah diturunkan kepadamu
dan kepada (Kitab-Kitab) yang telah diturunkan duhulu daripadamu?
Mereka suka hendak berhakim kepada Thagut, padahal mereka telah

9
diperintahkan supaya kufur ingkar kepada Thagut itu. Dan Syaitan
pula senantiasa hendak menyesatkan mereka dengan kesesatan yang
amat jauh.
Q.S. Al-Ma’idah : 50, Sesudah itu, patutkah mereka
berkehendak lagi kepada hukum-hukum jahiliyah? Padahal kepada
orang-orang yang penuh keyakinan – tidak ada sesiapa yang boleh
membuat hukum yang lebih daripada Allah. (Hikmah, 2022)
e. Dukun dan Tukang Sihir.
Amalan-amalan sihir adalah amalan yang bertentangan dengan
ajaran Al-Qur’an karena pergantungan di dalam amalan sihir adalah
kepada selain Allah seumpama hantu raya, polong, ilmu hitam dan
sebagainya. Amalan sihir ini dipelopori oleh Iblis laknatullah. Ia
merupakan sebahagian bentuk thagut. (Hikmah, 2022)
Q.S. Al-Jinn : 6, Dan bahwa sesungguhnya adalah (amat salah
perbuatan) beberapa orang dari manusia, menjaga dan melindungi
dirinya dengan meminta pertolongan kepada ketua-ketua golongan
jin, karena dengan permintaan itu mereka menjadikan golongan jin
bertambah sombong dan jahat,
Q.S, Al-Baqarah : 102, Mereka (membelakangkan Kitab Allah)
dan mengikut ajaran-ajaran sihir yang dibacakan oleh puak-puak
Syaitan dalam masa pemerintahan Nabi Sulaiman, padahal Nabi
Sulaiman tidak mengamalkan sihir yang menyebabkan kekufuran itu,
akan tetapi puak-puak Syaitan itulah yang kafir (dengan amalan
sihirnya), karena merekalah yang mengajarkan manusia ilmu sihir
dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat: Harut dan Marut, di
negeri Babil (Babylon), sedang mereka berdua tidak mengajar
seseorangpun melainkan setelah mereka menasihatinya dengan
berkata: “Sesungguhnya kami ini hanyalah cobaan (untuk menguji
imanmu), oleh itu janganlah engkau menjadi kafir (dengan
mempelajarinya)”. Dalam pada itu ada juga orang-orang mempelajari
dari mereka berdua ilmu sihir yang boleh menceraikan antara seorang
suami dengan isterinya, padahal mereka tidak akan dapat sama sekali

10
memberi mudarat (atau membahayakan) dengan sihir itu
seseorangpun melainkan dengan izin Allah. Dan sebenarnya mereka
mempelajari perkara yang hanya membahayakan mereka dan tidak
memberi manfaat kepada mereka. Dan demi sesungguhnya mereka
(kaum Yahudi itu) telahpun mengetahui bahwa sesiapa yang memilih
ilmu sihir itu tidaklah lagi mendapat bahagian yang baik di akhirat.
Demi sesungguhnya amat buruknya apa yang mereka pilih untuk diri
mereka, kalaulah mereka mengetahui. (Hikmah, 2022)
f. Berhala.
Disebut di dalam Al-Qur’an sebagai “awthaanan” atau
“ashnaman” yaitu setiap sesuatu yang mati tidak memiliki ruh
samada dalam bentuk ketulan kayu maupun batu-batu yang dibentuk.
(Hikmah, 2022)
Q.S. An-Nisa : 117, Apa yang mereka sembah yang lain dari
Allah itu, hanyalah berhala-berhala (mahluk mahluk yang lemah),
dan mereka (dengan yang demikian) tidak menyembah melainkan
Syaitan yang durhaka.
Q.S. Ibrahim : 35-36, Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berdoa
dengan berkata: “Wahai Tuhanku! Jadikanlah negeri Mekkah ini
negeri yang aman, dan jauhkanlah daku dan anak-anakku dari
perbuatan menyembah berhala. Wahai Tuhanku, berhala-berhala itu
telah menyebabkan sesat banyak diantara manusia. Oleh itu, siapa
yang menurutku (dalam Islam yang menjadi peganganku) maka ia
adalah dari golonganku; dan siapa yang mendurhaka kepadaku
(dengan menyalahi agamaku), maka sesungguhnya engkau Maha
Pengampun, lagi Maha Mengasihi (kiranya ia insaf dan bertaubat).
(Hikmah, 2022)
2. Bahaya Syirik.
Risalah Rasulullah Saw adalah supaya manusia menyambah Allah
dan menjauhkan taghut. Kedua prinsip ini adalah tetap dari dahulu
hingga sekarang karena ia merupakan perkara asasi dalam kehidupan
manusia sebagai hamba Allah. Sembarangan perlanggaran terhadap

11
prinsip ini mempunyai amaran-amaran dan peringatan yang keras dari
Allah Swt. (Hikmah, 2022)
a. Kezaliman yang besar.
Allah Swt telah memberikan peringatan kepada manusia bahwa
apa yang mereka kerjakan daripada amalan-amalan syirik, itu
merupakan perbuatan zalim yang besar tidak ada keampunan
daripada Allah Swt. Oleh itu insan perlu menjauni bahaya syirik ini
untuk mendapatkan keridhaanNya.
Q.S. Luqman : 13, Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata
kepada anaknya, semasa ia memberi nasihat kepadanya: “Wahai
anak kesayanganku, janganlah engkau mempersekutukan Allah
(dengan sesuatu yang lain), sesungguhnya perbuatan syirik itu
adalah satu kezaliman yang besar”.
b. Tidak Mendapat Keampunan.
Manusia bersifat pelupa senantiasa dibukakan pintu keampunan
oleh Allah yang bersifat Maha Pengampun dan Maha Pemurah.
Tetapi di dalam masalah syirik ini, Allah tidak memberikan
pengampunan kepada sesiapa yang mensyirikkan Allah. (Hikmah,
2022)
Q.S. An-nisa : 48, Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampunkan dosa syirik mempersekutukanNya (dengan sesuatu
apajua), dan akan mengampunkan dosa yang lain dari itu bagi
sesiapa yang dikehendakiNya (menurut aturan SyariatNya). Dan
sesiapa yang mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain),
maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang besar.
Q.S. An- Nisa 116, Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampunkan dosa orang yang mempersekutukan Nya dengan
sesuatu (apajua), dan akan mengampunkan yang lain daripada
kesalahan (syirik) itu bagi sesiapa yang dikehendakiNya (menurut
peraturan hukum-hukumNya), dan sesiapa yang mempersekutukan
Allah dengan sesuatu (apajua), maka sesungguhnya ia telah sesat
dengan kesesatan yang amat jauh.

12
c. Dosa Yang Besar.
Amalan syirik adalah tergolong di dalam dosa-dosa besar yang
telah ditegaskan dengan jelas oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan
hadits-hadits Rasulullah Saw. (Hikmah, 2022)
Q.S. An-Nisa : 48, Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampunkan dosa syirik mempersekutukanNya (dengan sesuatu
apajua) dan akan mengampunkan dosa yang lain dari itu bagi
sesiapa yang dikehendakiNya (menurut aturan SyariatNya). Dan
sesiapa yang mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain),
maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang besar.
d. Kesesatan Yang Jauh.
Apabila manusia mensyirikkan Allah dengan sesuatu yang lain,
maka manusia itu telah berada jauh dari petunjuk yang sebenar dan
suasana itu adalah kesesatan yang amat jauh. Bila berterusan dalam
suasana itu semakin jauh mereka diseret oleh syaitan dan semakin
gelas mereka dari panduan yang sebenar. (Hikmah, 2022)
Q.S. An-Nisa : 60, Tidakkah engkau (harian) melihat (wahai
Muhammad) orang-orang (munafik) yang mendakwa bahwa mereka
telah beriman kepada Al-Qur’an yang telah diturunkan kepadamu
dan kepada (Kitab-kitab) yang telah diturunkan dahulu daripadamu?
Mereka suka hendak berhakim kepada Thagut, padahal mereka
telah diperintahkan supaya kufur ingkar kepada Thagut itu. Dan
Syaitan pula senantiasa hendak menyesatkan mereka dengan
kesesatan yang amat jauh.
Q.S. An-Nisa : 116, Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampunkan dosa orang yang mempersekutui Nya dengan
sesuatu (apajua), dan akan mengampunkan yang lain daripada
kesalahan (syirik) itu bagi sesiapa yang dikehendakiNya (menurut
peraturan hukum-hukumNya), dan sesiapa yang mempersekutukan
Allah dengan sesuatu (apajua), maka sesungguhnya ia telah sesat
dengan kesesatan yang amat jauh.
e. Diharamkan Syurga.

13
Allah Swt telah berjanji bahwa sesiapa yang
mempersekutukanNya dengan sesuatu yang lain maka diharamkan
untuknya syurga Allah. (Hikmah, 2022)
Q.S. Al-Maidah : 72, Demi sesungguhnya telah kafirlah orang-
orang yang berkata: “Bahwasanya Allah ialah Al Masih Ibni
Maryam”. Padahal Al Masih sendiri berkata: “Wahai Bani Israil !
Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu, bahwasanya sesiapa
yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, maka
sesungguhnya Allah haramkan kepadanya Syurga dan tempat
kembalinya ialah neraka, dan tiadalah seorang penolongpun bagi
orang-orang yang berlaku zalim”.
f. Masuk Neraka.
Bukan saja diharamkan syurga bagi mereka yang
mempersekutukan Allah, bahkan pastinya mereka ditempatkan oleh
Allah di dalam neraka jahanam. (Hikmah, 2022)
Q.S. Al-Maidah : 72, Demi sesungguhnya telah kafirlah orang-
orang yang berkata: “Bahwasanya Allah ialah Al Masih Ibni
Maryam”. Padahal Al Masih sendiri berkata: “Wahai Bani Israil !
Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu, bahwasanya sesiapa
yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, maka
sesungguhnya Allah haramkan kepadanya Syurga dan tempat
kembalinya ialah neraka, dan tiadalah seorang penolongpun bagi
orang-orang yang berlaku zalim”.
g. Dihapuskan Amal.
Mereka yang mempersekutukan Allah berada di dalam kerugian
karena hitungan amal-amal kebaikan yang mereka kerjakan selama
ini akan terhapus dengan karena mereka mensyirikkan Allah.
(Hikmah, 2022)
QS. Az-Zumar : 65, Dan sesungguhnya telah diwahyukan
kepadamu (wahai Muhammad) dan kepada Nabi-nabi yang
terdahulu daripadamu: “Demi sesungguhnya, jika engkau (dan
pengikut-pengikutmu) mempersekutukan (sesuatu yang lain dengan

14
Allah) tentulah akan gugur amalmu dan engkau akan tetap menjadi
dari orang-orang yang rugi”.
Q.S. Al-An’am: 88, Yang demikian itu ialah petunjuk Allah,
yang dengannya Ia memimpin sesiapa yang dikehendakiNya dari
hamba-hambaNya, dan kalau mereka sekutukan (Allah dengan
sesuatu yang lain) niscaya gugurlah dari mereka, apa yang mereka
telah lakukan (dari amal-amal yang baik).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Makna syahadat tauhid/kalimat tauhid laa ilaaha illallaah adalah tidak
ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah SWT. Kalimat ini
berarti menolak hak peribadahan kepada segala sesuatu selain Allah SWT
dan menetapkannya semata-mata hanya untuk Allah SWT. Dengan
demikian Konsekuensi yang dikandung oleh orang yang telah
mengucapkan kalimat tauhid adalah hanya menyembah Allah SWT serta
mematuhi syariat-Nya, mengimani dan meyakini bahwa syariat-Nya
adalah benar. Seseorang yang telah mengikrarkan kalimat tauhid maka ia
harus mengikhlaskan dan berkomitmen bahwa ibadahnya hanya kepada
Allah SWT dan meninggalkan segala bentuk peribadahan kepada selain
Dia.

Bentuk Syirik yaitu beriman kepada Thagut, Syaitan, Pemerintah


Zalim, Hukum Jahiliah, Dukun dan tukang sihir serta Berhala. Adapun
bahaya syirik yaitu, tidak mendapat pengampunan, merupakan dosa yang
besar, kesesatan yang jauh, diharamkan syurga, masuk neraka dan
dihapuskan amalnya.

B. Saran
Perlu adanya pemahaman yang mendalam terkait rukun iman yang
pertama yakni Iman Kepada Allah sebagai salah satu cara memaksimalkan
potensi generasi dalam membentengi diri terhadap perubahan zaman yang
sedang berkembang

16
DAFTAR PUSTAKA

Hikmah. 2022. “Bahaya Syirik”. https://alhikmah.ac.id/bahaya-syirik/ . diakses


pada 20 oktober 2022. Pukul 16.00.

Iman, Al. 2019. “Kalimat Tauhid, Makna dan Syarat kalimat Laailahailallah”.
https://aliman.id/makna-kalimat-tauhid/. Diakses pada 20 Oktober
2022. Pukul. 15.20.

Saintif. “Iman Kepada Allah : Penjelasan, Fungsi, dan Contohnya”.


https://saintif.com/iman-kepada-allah/ . diakses pada 20 Oktober
2022. Pukul 15.23.

Wardi. 2020. “Makna Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallah”.


https://ibtimes.id/makna-kalimat-tauhid-laa-ilaaha-illallah/ . diakses
pada 20 oktober 2022. Pukul 13.19

17

Anda mungkin juga menyukai