Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN POKOK DAN SEJARAH PROPAGANDA

Disusun Sebagai Makalah Presentasi Mata Kuliah Propaganda

Disusun oleh :

UMI SEPTIA RAHAYU 2012110002


RADEN RORO OKTAVIA D 2011230019
MUHAMMAD ALI IKHWAN 2011140030
MUHAMAD AVINALA YUNUS 2011230013
RAMADHAN HIDAYAT 2011235003
FERY DWI C 2011230047

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


JAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Istilah propaganda dan perang urat syaraf mungkin sering kita dengar dari
percakapan dan kita baca dari surat kabar, buku atau sumber lain. Propaganda
seringkali ditafsirkan sebagai suatu kegiatan atau tindakan yang negative. Istilah
propaganda acapkali membentuk pola pikir (mindset) sebagai tindakan yang buruk.
Mungkin kita sering mendengar ungkapan seperti, “Si A telah berusaha
mempropagandai si B.” Atau ungkapan lain seperti, “Jangan sampai kamu
terpropaganda oleh ucapan si Polan.”
Sama halnya dengan istilah “Perang Urat Syaraf” yang diterjemahkan dari
istilah asing, Psychological Warfare, juga dianggap sebagai suatu kegiatan yang
cenderung negative, atau kegiatan yang sekedar menakuti orang lain.
Masing-masing istilah tersebut, bisa saja menggambarkan suatu hal negative
di dalam pikiran seseorang. Apalagi jika keduanya dipadukan menjadi Propaganda
dan Perang Urat Syaraf. Akibatnya, banyak orang yang enggan mempelajari kedua
hal tersebut.

Propaganda dan Perang Urat Syaraf (Psychological Warfare) atau Psywar


merupakan istilah-istilah yang sering diartikan sebagai suatu kegiatan yang negatif.
Harold D. Lasswell melakukan penelitian kegiatan propaganda pada perang dunia
pertama yang kemudian dituangkan dalam sebuah buku pada tahun 1927 yang
berjudul Propaganda Technique in The World War. Namun, banyak para pengulas
yang menginginkan buku tersebut dihancurkan karena adanya semacam ketakutan
memandang teknik-teknik propaganda setelah perang dunia I.

Propaganda dan Psywar menjadi dua hal yang ditabukan dan seringkali
berkaitan dengan kepentingan politik. Misalnya saja propaganda Hitler dalam
memengaruhi bangsa Jerman dengan paham Nazi (Nazional socialism). Propaganda
ini dilakukan secara intensif bersama dengan menteri propagandanya yakni Joseph
Goebbels. Untuk menyebarkan ideologi fasisme (nazi) terutama untuk merebut,
meraih, memperluas, dan mempertahankan kekuasaannya, Hitler melakukannya
dengan berbagai kebohongan dan ancaman. Sejak saat itu, menurut Ardial (2009)
propaganda dikotonosikan sebagai hal negatif karena propaganda yang dilakukan
Hitler tersebut memakan banyak korban jiwa. Bahkan Amerika serikat dan semua
negara demokrasi yang dipeloporinya sangat anti terhadap kegiatan propaganda.

Dalam ilmu komunikasi, ilmu tentang propaganda dan psywar dianggap tidak
memiliki manfaat yang berarti. Propaganda nampaknya lebih cocok untuk orang yang
mendalami kegiatan perang dan dunia kemiliteran. Lasswell dalam Severin dan
Tankard Jr. (2007) berpendapat bahwa tujuan utama propaganda adalah:

1. Untuk menumbuhkan kebencian terhadap musuh

2. Untuk melestarikan persahabatan sekutu

3. Untuk mempertahankan persahabatan dan jika mungkin, menjalin kerja sama

dengan pihak-pihak netral

4. Untuk menghancurkan semangat musuh

Dari tujuan yang telah diuraikan Lasswell tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan propaganda hanya dilakukan disaat terjadi konflik, permusuhan ataupun
peperangan antara satu pihak dengan pihak lainnya.

Namun, bila dilihat lebih dalam, propaganda tidak hanya dilakukan ketika
perang. Propaganda dapat dilakukan disituasi apa pun untuk memengaruhi pihak lain
agar melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan si propagandis. Lasswell pun
kemudian menguraikan definisi propaganda secara luas,yaitu “propaganda dalam arti
yang paling luas adalah teknik memengaruhi tindakan manusia dengan memanipulasi
representasi (penyajian). Representasi bisa berbentuk lisan, tulisan, gambar atau
musik.” (Severin; Tankard Jr, 2007).

L. John Martin mendefinisikan propaganda sebagai kegiatan komunikasi


persuasif sebuah pemerintahan yang ditujukan kepada khalayak asing. Namun karena
memiliki konotasi yang buruk, istilah ini diganti dengan kata yang lebih halus seperti
program informasi atau kegiatan kebudayaan (Malik; Rakhmat; dan Soelhi, 1993).
Edward Baynes bahkan menyebut kegiatan propaganda bukanlah hal yang patut
untuk dicela karena memengaruhi kita dengan kebohongan, karena menurutnya
propaganda merupakan suatu usaha terorganisasi untuk menyebarluaskan suatu
kepercayaan atau opini.

1.2 Pertanyaan Penelitian


Dari latar belakang tersebut, timbul pertanyaan dalam benak penulis, antara
lain :
1. Apa yang menjadi kajian pokok dalam kajian ilmu propaganda?
2. Bagaimana sejarah propaganda?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pokok Propaganda


Istilah komunikasi bagi masyarakat umum sudah tidak asing lagi, bahkan
komunikasi dianggap sebagai hal yang rutin dalam kegiatan manusia.

Secara estimologi komunikasi berasal dari bahasa latin communication. Asal


kata communis yaitu sama, kesamaan arti atau makna mengenai sesuatu. Secara
terminologi komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan oleh seorang kepada
manusia lagi. Secara pragmatis komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap,
pendapat, atau prilaku secara langsung maupun tidak langsung. Dengan berbagai
macam pengertiannya ditentukan berdasarkan cakrawala pandangan atau keahlian.
Hal itu terjadi karena masing-masing menggunakan pendekatan yang berbeda-beda
sehingga para ahli cenderung melihat fenomena melalui sudut pandang mereka
sendiri, karena nilai-nilai yang mereka miliki juga berbeda. Pengertian komunikasi
yang mereka berikan bisa saja berubah dan berkembang mengikuti peradaban,
kebudayaan, keterampilan ilmu pengetahuan tekhnologi.

Mendefinisikan komunikasi sebagai proses sosial di mana individu-individu


menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan atau menginterpretasikan makna
dalam lingkungan mereka. Definisi West dan Turner memiliki lima kata kunci yaitu
sosial, proses, simbol, makna, dan lingkungan.

Komunikasi selalu melibatkan manusia dan terjadi interaksi dengan berbagai


niat, motivasi, dan kemampuan. Komunikasi juga bersifat dinamis, kompleks, dan
senantiasa berubah.

Simbol adalah label atau representasi dari fenomena, simbol biasanya sudah
disepakati oleh suatu kelompok tetapi mungkin tidak dimengerti oleh kelompok lain.
Sedangkan makna adalah yang diambil orang dari suatu pesan, pesan dapat memilih
dari satu makna. Sedangkan lingkungan adalah situasi atau konteks di mana
komunikasi terjadi. Lingkungan terdiri dari beberapa elemen seperti waktu, tempat,
periode sejarah dan latar belakang budaya pembicara dan pendengar.
Definisi komunikasi begitu banyak, salah satunya yang dikemukakan oleh
A.M Hoeta Soehoet (2002:2), “Ilmu komunikasi adalah suatu ilmu yang mempelajari
usaha manusia dalam menyampaikan isi pernyataan kepada manusia lain.

Setiap orang yang melakukan tindak komunikasi pasti mempunyai alasan.


Alasan atau yang mendorong seseorang untuk menyampaikan isi pernyataannya
disebut sebagai motif komunikasi. Menurut Hoeta Soehoet ada enam macam gradasi
intensitas (tingkat kekuatan) yang dapat dicapai isi pernyataan, yaitu Pemberitahuan,
Penerangan, Pembujukan atau persuasi, Propaganda, Agitasi dan Indoktrinasi.

Dari paparan diatas terlihat bahwa propaganda merupakan tingkat gradasi ke


empat, kandungan propaganda dapat berupa fakta dan non fakta. Propaganda
dilakukan untuk kepentingan komunikator dengan tujuan agar komunikan
melaksanakan isi pernyataan untuk kepentingan komunikator. Jadi propaganda sama
halnya sebagai komunikasi berisi fakta, ditambah dengan non fakta dan persuasi atau
bujukan.

Ilmu komunikasi teoritika ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam


menyampaikan isi pernyataan kepada manusia lain sedangkan ilmu komunikasi
pratika adalah ilmu yang mempelajari penggunaan ilmu komunikasi teoritika,
digunakan untuk mencapai beberapa tujuan hidup lalu dari ilmu komunikasi teoritika
dapat disusun lebih dari satu ilmu komunikasi pratika (Hoeta Shoehoet 2002.16-17,)
dengan ini lahir beberapa ilmu komunikasi pratika yang digunakan atau diaplikasikan
sesuai dengan beberapa tujuan hidup dalam usaha manusia untuk mencapai atau
memperoleh kebahagian. Di antaranya termasuk ke dalam ilmu perang urat syaraf,
ilmu propaganda dan retorika.

Ilmu tersebut digunakan untuk mencapai kebahagian dibidang politik dan


militer, objek kajiannya adalah bagaimana cara menyampaikan isi peryataan supaya
musuh sudah menyerah sebelum dilakukan kekuatan senjata hal ini memberikan
kesan sekedar untuk menakuti pihak lawan supaya takluk dan tidak melawan lagi.

Ilmu propaganda adalah salah satu ilmu komunikasi praktika, ilmu teoritika
adalah ilmu komunikasi teoritika, ilmu teoritika ini digunakan untuk mencapai
kebahagian di bidang politik. Objek kejiannya adalah bagaimana cara menyampaikan
isi pernyataan agar komunikator memahami isi pernyataan tersebut sebagaimana
dimaksud oleh komunikator dan komunikan melaksanakan kepentingan komunikator.
Ilmu retorika adalah imu salah satu ilmu komunikasi praktika, ilmu
teoritikannya adalah ilmu komunikasi teoritika. Ilmu teoritika ini digunakan untuk
mencapai kebahagian di bidang komunikasi lisan, objek kajiannya bagaimana cara
menyampaikan isi pernyataan dengan lisan agar komunikan memahami apa yang
dimaksud oleh komunikator (Hoeta Shoehoet 2002.19). Retorika disebut sebagai ilmu
yang menyebutkan sebagai ilmu berbicara atau ilmu bertutur kata, tetapi ilmu ini
sering diaggap orang sebagai ilmu yang negatif, seperti yang dikemukakan Y.B
Mangunwijaya 2002-V Retorika kita anggap sebagai ilmu yang biasa dalam
penyampaikan katanya tetapi jika kita lihat lebih dalam lagi ilmu ini sangat
mengepentingkan makna dan arti dalam kata itu.

2.2 Sejarah Propaganda

Pengertian kata propaganda sangat erat hubungannya dengan sejarah


perkembangan agama Nasrani, yaitu kegiatan para Misionaris/Apostel yang
memasuki segala pelosok dunia untuk menyebarkan kebesaran dan kesucian Tuhan
pada seluruh umat manusia. Penggunaan kata propaganda secara popular pertama kali
digunakan untuk penyebaran agama Kristen oleh Paus Gregorius ke XV dalam
dekritnya yang menirikan badan bernama: “Socra Congregatio de Propaganda Fide
atau Sacred Congregation for Propagation of the Faith”, yang dalam hal ini
penyebaran agama Kristen Roma Katolik. Badan tersebut diperuntukan untuk
menumbuhkan keimanan Kristiani di antara bangsa-bangsa lain, dimana para
missioner ditugasi untuk menyebarkan doktrin. Socra Congregatio de Propaganda
Fide didirikan saat terjadinya reformasi, ketika berbagai kelompok membelot dari
Gereja Katolik dan jemaat tersebut adalah bagian dari gereka kontra-Reformasi. Isu
besar dalam periode ini adalah pertentangan antara ilmu pengetahuan dan agama
sebagai sumber ilmu tentang dunia. Salah satu tokoh utamanya adalah Galileo dengan
argumennya bahwa bumi berputar mengelilingi matahari.

Nama lembaga yang didirikan Paus itu kemudian mempopulerkan kata


propaganda. Adapun tugas dari lembaga tersebut antara lain untuk mempersiapkan
bahan-bahan untuk penyebaran agama katolik, mempersiapkan tenaga-tenaga untuk
ditugaskan sebagai penyebar agama katolik,mempersiapkan dan menentukan metode
penyebaran agama katolik yang disesuaikan dengan sasaran, menampung dan
mempelajari laporan-laporan para penyebar serta mengevaluasi segala kegiatan yang
telah dilakukan sehingga dapat disempurnakan menjadi lebih baik.

Pada dasarnya, suatu propaganda sebagai bagian dari kegiatan komunikasi


seharusnya merupakan “symbolic interaction”dengan menggunakan lambang-
lambang komunikasi yang penuh arti. Hal tersebut sebaiknya telah dirumuskan
sedemikian rupa sehingga dapat merangsang jiwa komunikan untuk menerima pesan
dan kemudian memberikan reaksinya yang pada akhirnya menumbuhkan hasil/efek
seperti yang telah direncanakan oleh komunikator. Dimana kegiatan ini bersifat
kejiwaan atau psikologis. Namun karena perkembangan dari ilmu itu sendiri sesuai
dengan zamannya, maka kenyataan itu merupakan fakta untuk diterima, bertujuan
untuk merubah sikap,pandangan, dan tingkah laku komunikan.

Propaganda pada dasarnya bersifat persuasi. Metode yang menggunakan


himbauan, rayuan, ajakan yang bertujuan agar komunikan dengan senang hati atau
sukarela melakukan sesuatu sesuai dengan pola yang ditentukan oleh komunikator.
Persuasi merupakan suatu gejala psikologis, dimana terjadi penggerakan jiwa untuk
melakukan sesuatu dengan rela dan kehendak sendiri.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, propaganda pertama kali tercetus pada
saat Paus mendirikan lembaga Socra Congregatio de Propaganda Fide. Propaganda
dianggap lahir sebagai istilah dalam konteks penyebaran agama. Namun pada
akhirnya propaganda lebih banyak dilakukan untuk menanamkan suatu ajaran politik
dalam rangka mencari dukungan dan kekuasaan. Hal inilah yang membuat konteks
propaganda memperoleh citra buruk.

Dalam meninjau kajian pokok propaganda, dari istilah propaganda itu sendiri
dapat ditarik suatu landasan mengenai objek kajian pokok propaganda. Dalam kaitan
itu,R.M. Simatupang mengatakan, beragam alasan orang melakukan berbagai
kegiatan propaganda baik di bidang politik, ekonomi, agama, dan lain-lain.
Menurutnya persoalan pokok di dalam propaganda adalah bagaimana mempengaruhi
dan menguasai pikiran manusia (Deppen RI,1995:31). Mempengaruhi dalam hal ini
berarti adanya suatu kekuatan di dalam diri seseorang yang berperan sebagai
propagandis untuk mengarahkan atau menanamkan sesuatu pada orang lain
(propaganda). Arahan ini bisa dalam bentuk pengertian atau pemahaman mengenai
suatu objek dalam pesan yang disampaikan. Sedangkan menguasai berarti dapat
mengarahkan pemahaman untuk ditindaklanjuti dalam propaganda. Tindakan yang
dimaksud tentu saja dalam rangka mencapai tujuan atau kepentingan propagandis.
Dengan demikian, propaganda mempunyai target sampai pada tingkah laku atau
perbuatan orang yang dipropagandai, sesuai dengan yang diarahkan, diinginkan,atau
kepentingan dari orang yang mempropagandai.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi jalan pikiran


manusia. Bisa dengan kata kata rayuan, menjanjikan suatu hal, atau bisa pula dengan
cara mengungkapkan sesuatu sedemikian rupa supaya dia merasakan sesuatu yang
buruk terhadap dirinya dan ada rasa takut yang dapat menekan tindakannya. Setelah
jalan pikiran komunikan berhasil dikendalikan, dengan sendirinya tindakan-
tindakannya dikuasai komunikator. Dengan demikian, kegiatan propaganda dengan
hakekatnya mengehendaki sampai seseorang melakukan sesuatu seperti yang
diarahkan atau yang diinginkan, bukan hanya sekedar pesan diterima oleh
komunikan. Sebuah propaganda dikatakan berhasil terwujud ketika seorang
komunikan telah memahami, menerima, menyetujui dan merealisasikan tindakannya.

Lalu, sejak kapan propaganda dilakukan? Jawaban yang diberikan bisa


bermacam-macam dengan alasan yang beragam. Namun, hakekat jawaban tersebut
harus menggambarkan suatu awal tindakan manusia yang dapat disebut sebagai
tindakan atau kegiatan propaganda. Ada yang menyebutkan propaganda pertama kali
terjadi sejak Tuhan menciptakan manusia, Adam dan Hawa. Tuhan melarang Adam
dan Hawa memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Ular yang
cerdik mempengaruhi Hawa, sehingga Hawa berhasil dibujuk kemudian mau
memetik dan memakan buah terlarang itu. Lalu Hawa mempengaruhi Adam, yang
akhirnya Adam juga mau memakan buah yang disodorkan Hawa. Apakah hal tersebut
bisa dikatakan sebagai sebuah propaganda?
BAB III

KESIMPULAN

Ilmu Propaganda merupakan salah satu ilmu praktika dalam ilmu komunikasi.
Begitu pula dengan ilmu perang urat syaraf.

Propaganda memiliki kajian pokok,”How to influence and to control the


mind’s of men”- Bagaimana mempengaruhi dan menguasai pikiran manusia.
Tindakan ini sebagai bagian dari upaya membujuk orang lain agar mengikuti atau
melakukan sesuai keinginan propagandis.

Propaganda telah dilakukan pada awal penciptaan manusia ketika Hawa


berhasil mempengaruhi Adam untuk memakan buah dari pohon yang dilarang oleh
Tuhan. Sedangkan sejarah propaganda diawali pada lingkungan agama khatolik
ketika Paus Gregorius XV mendirikan lembaga Sacra Congregatio de Propaganda
Fide pada awal abad ke 17. Jadi istilah propaganda lahir dalam upaya penyebaran
suatu keyakinan. Namun pada abad berikutnya propaganda justru lebih banyak
digunakan dalam tujuan politik, sehingga propaganda lebih berkembang di bidang
politik.
DAFTAR PUSTAKA

Munthe,Moeryanto Ginting;Simatupang, R,M , 2011, Propaganda dan Perang Urat Syaraf,


Yayasan Kampus Tercinta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai