Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health provider) harus


dapat melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang
baik. Dalam hal ini bidan berperan sebagai seorang manajer, yaitu mengelola atau
memanage segala sesuatu tentang kliennya sehingga tercapai tujuan yang di
harapkan. Dalam mempelajari manajemen kebidanan di perlukan pemahaman
mengenai dasar – dasar manajemen sehingga konsep dasar manajemen merupakan
bagian penting sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang manajemen
kebidanan.
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara
umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat
menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan
sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam
suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan
pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager
yang baik dalam rangka pemecahan ,masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita
perlu mengenal terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara
umum, teori – teori manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan bahkan
manajemen skill.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis.
Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang bidan
dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung
jawabnya. Manajemen kebidanan mempunyai peran penting dalam menunjang
kerja seorang bidan agar bidan dapat melakukan pelayanan dengan baik kepada
kliennya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana cara melaksanakan kaidah manajemen kasus secara umum dan
kesehatan?
1.2.2 Bagaimana macam-macam dan prinsip survailence?

1
1.2.3 Bagaimana Cara memonitoring dan evaluasi secara umum dalam bidang
kesehatan

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana cara melaksanakan kaidah manajemen kasus
secara umum dan kesehatan
1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam dan prinsip survailence
1.3.3 Untuk mengetahui monitoring dan evaluasi secara umum dalam bidang
kesehatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kaidah Manajemen Kasus Secara Umum dan Kesehatan


2.1.1 Definisi
Manajemen kasus merupakan suatu pendekatan dalam pemberian pelayanan
yang di tujukan untuk menjamin agar klien yang mempunyai masalah ganda dan
kompleks dapat memperoleh semua pelayanan yang dibutuhkan secara tepat.
Kasus disini adalah orang dalam situasi meminta atau mencari pertolongan.
Dalam manajemen kasus ini, pekerjaan social melaksanakan peranan sebagai
manajer kasus (case manager).1
Manajemen kasus adalah merupakan salah satu keterampilan pekerja sosial
yang berhubungan dengan ketentuan-ketentuan atau cara-cara masyarakat,
mensuvervisi dan petunjuk-petunjuk menggunakan sumber-sumber internal dan
eksternal untuk mencapai maksud atau tujuan dari suatu proses pertolongan.1
Manajemen kasus merupakan kegiatan yang memiliki prosedur untuk
mengkoordinasi seluruh aktivitas pertolongan yang diberikan kepada klien secara
perorangan maupun group.2
Selama proses manajemen kasus sejak awal intake sampai hubungan tindak
lanjut, manajer kasus akan memainkan sejumlah peranan pemberi bantuan.
Keseluruhan peran itu akan dilakukan dari asesmen dan intervensi proses
pemberian bantuan —intervensi langsung dengan klien, intervensi
organisasi/masyarakat, dan dalam konteks politik/budaya/social yang lebih luas.
Setiap peran mengharuskan manajer kasus berfokus pada strategi pemecahan
masalah yang berbeda, keterampilan yang tidak sama, dan basis konseptual yang
berlainan.2

2.1.2 Kaidah dalam manajemen kasus kesehatan


1. Dukungan pribadi Langsung
Peran sebagai pemberi dukungan dimana adanya hubungan
suportif yang baik dengan klien dan membuat mereka merasa memiliki

3
harapan, merupakan salah satu fondasi untuk membantu klien. Salah
satu cara untuk mengembangkan hubungan baik dengan klien yang
resisten adalah dengan meningkatkan kemampuan manajer kasus
berhubungan dengan orang lain: menunjukkan sikap empati, menyimak
dengan aktif, memfokuskan; mengikhtisarkan (membuat ringkasan),
menyusun tujuan, bernegosiasi, membuat kontrak, pemihakan,
menawarkan “rasa hangat,” dan mampu menerima kemarahan dan
balikan korektif. Tentu saja, hubungan baik dengan klien adalah sesuatu
yang baik jika saja hal itu dapat diciptakan. Jika ada seseorang yang
mendatangi seorang manajer kasus untuk meminta bantuan, maka
prosesnya akan lebih menyenangkan jika orang itu menyukai si manajer
kasus. Hal ini berlaku sama bagi pembantu dan yang dibantu. Manajer
kasus akan jauh lebih menyenangi pekerjaannya jika memiliki
hubungan yang baik dengan kliennya.2

2. Intervensi Krisis
Seperti yang tersirat dari bunyinya, intervensi krisis merupakan
strategi yang terbatas dan terfokus.Jika manajer kasus menyadari krisis
yang dihadapi klien dalam kehidupan mereka, maka faktor waktu
menjadi sangat penting. Jika krisis itu sangat mengancam klien sebelum
rujukan yang tepat dapat ditemukan, maka tugas manajer kasus harus
dengan cepat mengambil tindakan yang dapat mengurangi kadar
ancaman itu bagi . Tanggung jawab manajer kasus adalah menilai kadar
keseriusan situasi. Krisis itu bisa mencakup penyakit, hubungan dengan
anggota keluarga, penggunaan obat-obatan, kematian mendadak
anggota keluarga, dsb.Keterampilan melakukan asesmen dengan baik
merupakan hal yang penting dalam intervensi krisis.Dari perspektif
manajemen kasus, intervensi krisis dapat hanya berupa upaya
memastikan bahwa sumber rujukan mengetahui krisis itu dan kemudian
menanganinya dengan tepat, sampai dengan intervensi yang sifatnya
komprehensif, di mana manajer kasus bertindak selaku pekerja utama
(central worker).Dalam semua kasus adalah tanggung jawab manajer

4
kasus untuk memastikan bahwa klien memperoleh dukungan yang
dibutuhkan agar dapat mengendalikan situasi yang dihadapi.3
Diperlukan sejumlah keterampilan jika manajer kasus memang
bertindak selaku orang utama dalam penanggulangan krisis, seperti yang
telah dikemukakan, manajer kasus harus dengan cepat mampu menakar
berat ringannya potensi krisis dan waktu yang tersedia untuk
menanggulanginya.2

3. Perantara/Fasilitator
Setelah proses asesmen, peran manajer kasus yang umum adalah
memfasilitasi proses pemberian bantuan melalui hubungan dengan
lembaga-lembaga sosial, pemerintah, atau organisasi kemasyarakatan,
orang-orang yang peduli lainnya. Hal ini paling sering diselesaikan
melalui perujukan. Sekilas hal ini tampaknya seperti proses yang sangat
sederhana. Melakukan rujukan yang baik berasumsi bahwa para manajer
kasus mengetahui sumber rujukan dan terdapat kesesuaian yang tepat
antara kebutuhan klien dan pemenuhan yang tersedia.Seorang manajer
kasus tidak sekadar merujuk ke suatu tempat yang dianggap dapat
menangani masalah, tetapi ke suatu tempat yang dipandang paling dapat
memenuhi kebutuhan klien.Perujukan klien ke sumber yang tidak dapat
memenuhi kebutuhannya dapat memperbesar rasa putus asa dan
berkurangnya rasa percaya terhadap sistem dukungan
masyarakat.Perujukan yang ceroboh dan tidak tepat juga dapat merusak
citra manajer kasus.3
Sebagai perantara, manajer kasus perlu mengidentifikasi sumber-
sumber layanan baik medis maupun layanan sosial lainnya yang tersedia
di masyarakat sebagai layanan rujukan. Mengetahui bagaimana cara
melakukan rujukan; apa persyaratannya; siapa yang perlu hubungi; siapa
contact person untuk perujukan dalam sistem manajemen kasus di
lembaga tersebut, isu seputar keuangan. Isu penting lainnya seputar
keuangan: Apakah klien memperoleh dukungan dana dari dana publik,
seperti asurasi kesehatan atau tunjangan kesehatan? Sejauhmana

5
tanggung jawab klien secara pribadi dalam hal pembayaran yang
diperlukan?Penting artinya komunikasi terbuka antara manajer kasus dan
staf rujukan bagi keberlangsungan efektivitas sumber rujukan, membina
persahabatan dengan orang-orang yang bekerja di lembaga-lembaga
rujukan. Cara lain untuk menilai efektivitas tempat rujukan adalah
menanyai klien tentang pengalaman mereka selama ditangani di tempat
itu. Pelacakan “pengalaman klien” melalui lika-liku birokrasi organisasi
merupakan cara terbaik untuk menilai sumber rujukan.3

4. Pemberdaya/Edukator/Mediator
Membuat klien secara berangsur-angsur bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati, meningkatkan rasa percaya diri (PD)
klien adalah peran manajer kasus sebagai pemberdaya/memampukan
(enabling). Penting bagi manajer kasus mengetahui kemampuan setiap klien
untuk terlibat dalam proses itu dan dapat mendorong tingkat tanggung
jawabnya secara bertahap. Beranjak dari melakukan untuk, ke melakukan
dengan, sampai dengan klien melakukannya sendiri, berarti meningkatkan
rasa PD klien. Penentuan saat yang tepat bagi klien untuk siap dan mampu
melakukannya sendiri mengharuskan manajer kasus untuk dapat secara tepat
menentukan tingkat kemajuan klien dalam tahapan proses pemberian
bantuan.4
Manajer kasus dapat berperan selaku guru/edukator yang memberi
kesempatan belajar bagi klien.Semua kegiatan yang umumnya dilakukan
dalam program manajemen kasus termasuk penyampaian informasi tentang
HIV dan AIDS, pengobatannya, sumber daya masyarakat, penyakit mental,
kesehatan, penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, serta obat-
obatan dan alkohol.Melakukan diskusi kelompok dan permainan peran untuk
membantu klien melakukan sesuatu yang dapat membantu mereka
memanfaatkan sumber-sumber layanan pelayanan.5
Ada saat dimana manajer kasus harus memainkan peran sebagai
mediator dalam pertikaian yang terjadi di antara klien, antara klien dan
lembaga pelayanan masyarakat, atau di antara pegawai lembaga pelayanan

6
yang terlibat dengan klien.Ada perbedaan penting antara peran mediator dan
peran advokasi.Seorang advokat jelas sekali melakukan pemihakan;
sedangkan mediator berusaha tetap netral dan tidak memihak salah satu
pihak.Jadi hal ini jelas sekali merupakan sesuatu yang agak rumit. Dalam
mediasi, manajer kasus berusaha mendorong semua pihak untuk melibatkan
diri dalam situasi yang sama atau memahami konflik yang dihadapi, dengan
menyadari kepentingan setiap pihak. Tentu saja dalam kasus-kasus seperti ini
manajer kasus harus dapat mencapai cara pemecahan konflik yang masuk
akal. Sekalipun jika tujuan itu tidak tercapai, seorang mediator yang baik
masih akan terus berusaha bertindak netral, sehingga dapat melakukan
mediasi pada saat lain.4

5. Advokasi
Advokasi berarti bahwa manajer kasus bertindak untuk kepentingan
klien yang tidak dapat atau tidak mau bertindak atas namanya sendiri.
Sebenarnya, advokasi dapat terjadi jika klien dapat bertindak sendiri, tetapi
itu tidak dilakukan karena manajer kasus akan dapat menanganinya lebih
efektif. Ini dapat terjadi jika klien kurang mampu karena satu dan lain
alasan—seperti klien anak, warga masayarakat penyandang cacat, lansia, atau
mereka yang terganggu secara emosional dan fisik.Advokasi adalah jenis
intervensi yang paling signifikan yang dapat dilakukan manajer kasus,
utamanya jika sumber daya tidak memadai, tidak efisien, atau tidak ada.4

6. Koordinator Pelayanan
Peran sebagai koordinator pelayanan dapat berkembang melalui
beberapa cara, apakah secara formal atau tidak formal, bergantung pada
seberapa rumit kemungkinan solusi bagi kasus klien yang dihadapi. Banyak
program manajemen kasus yang dirancang dan mengharuskan manajer kasus
menjadi koordinator pelayanan dalam jangka waktu tertentu.Misalnya,
terdapat program manajemen kasus yang disebut Intensive Case Management

7
(ICM), di mana manajer kasus bekerja dengan erat bersama klien selama
empat sampai delapan minggu.4

7. Peran Pelacakan/Tindak Lanjut


Peran tindak lanjut tidak hanya memerlukan waktu untuk melacak klien
setelah berakhirnya manajemen kasus, tetapi juga kemauan organisasi untuk
meneruskan upaya tindaklanjut tersebut. Betapapun sulitnya, upaya melacak
bekas klien ada manfaatnya, hal yang baik untuk mengetahui bagaimana
keadaan klien yang pernah dilayani, mengetahui seberapa baik hasil program
manajemen kasus dan seberapa baik pula kinerja tenaga profesional lain dan
sistem dukungan masyarakat. Peran ini merupakan bentuk lain dari evaluasi
layanan.5
Tindak lanjut dalam manajemen kasus membutuhkan waktu, energi,
dan dana. Peran ini bagi manajer kasus semakin lebih mengemuka ketika para
profesional dan penyandang dana memahami pentingnya hal tersebut.5

2.1.3 Kaidah manajemen kasus secara umum


Henry Fayol sebagai seorang tokoh manajemen berpendapat bahwa ada
prinsip-prinsip manajemen tertentu yang dapat diajarkan dan dipelajari. Henry
Fayol lebih menjuruskan perhatiannya kepada pimpinan tingkat atas. Pada tahun
1908, Henry Fayol mengeluarkan sebuah buku yang berjudul Administration
Industrielle et General. Dalam buku nya tersebut Henry Fayol menegemukakan
prinsip-prinsip manajemen, yaitu:5
1. Division Of Work (Pembagian Kerja)
Pembagian kerja harus memperhatikan kualitas fisik, moral, mental,
pendidikan, dan pengalaman. Pembagian kerja yang disesuaikan dengan
kemampuan dan keahlian bertanggung jawab, sehingga pelaksanaan kerja
berjalan dengan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan harus
menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus
rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like
and dislike. Tujuan dari pembagian kerja adalah menghasilkan pekerjaan

8
yang lebih banyak dan lebih baik dengan usaha yang sama. Pembagian kerja
memungkinkan pengurangan sasaran, terhadap mana perhatian harus
diarahkan dan dikenal sebagai alat terbaik memnfaatkan individu-individu
dan kelompok orang. Bentuk pembagian kerja di Perusahaan Warnet NEO
meliputi Direktur sebagai pemilik, Manajer, Supervisor, Teknisi, Operator
,dan Office Boy.

Bagan Organisasi

Dari bagan diatas terlihat setiap individu atau satuan memiliki tugasnya
masing-masing :
- Direktur sebagai pemilik memiliki wewenang penuh terhadap perusahaan.
- Manajer bertanggung jawab atas jalanya perusahaan.
- Supervisor 1 memiliki tugas untuk mengelola keuangan Warnet.
- Supervisor2 bertugas mengawasi kinerja dari karyawan – karyawan seperti
Operator, Kasir, dan Office Boy.
- Teknisi bertugas melakukan maintenance dan bertanggung jawab terhadap
kondisi Software, Hardware yang ada di Warnet.
- Kasir bertugas mengelola keuangan yang masuk dari pelanggan.
- Operator mengawasi dan membantu pelanggan jika mengalami kesulitan.
- Ofiice Boy bertanggung jawab atas semua ang berhubungan dengan
kebersihan warnet.

Setiap komponen hanya melakukan apa yang harus dikerjakanya.


Misalnya Kasir hanya bekerja sesuai posisi yang ditempatinya, begitu pula
dengan komponen-komponen yang lain. Jika Kasir melakukan pekerjaan

9
sebagai Operator maka akan terjadi pengurangan kinerja, karena konsentrasi
akan terbagi jika harus melakukan beberapa pekerjaan secara bersamaan.

2. Authority and Responsibility (Wewenang dan Tanggung Jawab Dicipline


(Disiplin)5
Menurut Hasibuan adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh
seseorang untuk memerintah orang lain berbuat atau tidak
berbuat. Sedangkan T. Hani Handoko mengemukanan definisi dari
wewenang, adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah ornag lain
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, agar tercapai tujuan tertentu.
Authority (wewenang) adalah hak untuk memberi instruksi dan
kekuasaan meminta kepatuhan. Authority bersumber dari intelegensia,
pengalaman, nilai moral, kesanggupan memimpin, dan pelayanan masa lalu.
Sedangkan responsibility (tanggung jawab) tugas dan fungsi-fungsi yang
harus dilakukan oleh seseorang, dan agar dapat dilaksanakan responsibility
harus diberikan. Tanggung jawab adalah kewajiban untuk melakukan sesuatu
yang timbul karena seseorang telah menerima wewenang.
Menurut Hasibuan, Tanggung Jawab atau Responsibility adalah
keharusan untuk melakukan semua tugas-tugas (kewajiban) yang dibebankan
kepada seseorang, sebagai akibat dari wewenang yang diterimanya atau
dimilikinya. Wewenang yang tidak disertai dengan tanggung jawab adalah
buta, dan tanggung jawab yang tidak dilengkapi wewenang adalah celaka.
Antara wewenang dan tanggung jawab harus seimbang, makin besar
wewenang , makin besar tanggung jawabnya. Tanggung jawab terbesar
terletak pada manajer puncak. Kegagalan suatu usaha bukan terletak pada
karyawan, tetapi terletak pada puncak pimpinannya karena yang mempunyai
wewemang terbesar adalah manajer puncak. oleh karena itu, apabila manajer
puncak tidak mempunyai keahlian dan kepemimpinan, maka wewenang yang
ada padanya merupakan boomerang.
Keahlian dan kepemimpinan merupakan dasar dari pada wewenang dan
tanggung jawab. Oleh karena itu, seorang manajer yang mempunyai keahlian
dan kepemimipinan akan mampu memberikan pertanggungjawaban sesuai

10
dengan wewenang yang ada padanya. Wewenang dan tanggung jawab harus
seimbang. Pendelegasian Wewenang adalah memberikan sebahagian
pekerjaan atau wewenang oleh delegator (atasan) kepada delegate (bawahan),
untuk dikerjakan atas nama delegator. Wewenang dapat didelegasikan,
sedangkan tanggung jawab tidak dapat didelegasikan. Beberapa asas yang
menjadi alasan mengapa pendelegasian wewenang merupakan hal yang
sangat penting dalam suatu organisasi/perusahaan: asas kepercayaan, asas
hasil yang diharapkan, asas kejelasan tugas, asas rantai berkala, asas tingkat
wewenang, asas kesatuan komando, asas keseimbang wewenang dan
tanggung jawab, asas pembagian kerja, asas efisiensi, asas kemutlakan
tanggung jawab.
Dari bagan Organisasi NEO.net dapat dijelaskan bahwa komponen
yang atas memiliki wewenang untuk mengatur komponen dibawahnya.
Sedangkan komponen dibawah memiliki pertanggung jawaban terhadap
komponen diatasnya. Direktur memiliki wewenang terhadap Managernya,
Manager memiliki wewenang terhadap Supervisor dan Teknisi dan begitu
seterusnya sampe ketinggat paling bawah. Sebaliknya Operator, Kasir, dan
Office Boy memiliki pertanggung jawaban terhadap Supervisor, supervisor
memiliki pertanggung jawaban kepada Manager dan seterusnya sampai
ketingkat yang paling atas.
3. Unity of Command (Kesatuan Perintah)5
Disiplin yakni melakukan apa yang sudah disetujui bersama antara
pemimpin dengan karyawannya, baik secara tertulis, lisan, atau berupa
kebiasaan-kebiasaan. Disiplin sangat penting karena suatu usaha tidak akan
mengalami kemajuan tanpa adanya disiplin pada pihak atasan dan bawahan.
Disiplin ini sangat erat hubungan dengan wewenang. Apabila wewenang
tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Pelaksanaan
wewenang yang dipaksakan tidak akan menimbulkan disiplin hidup
melainkan disiplin mati. Hal ini akan membawa suasana kerja diliputi
ketakutan sehingga pekerja tidak bekerja dengan kesadaran dan tanggung
jawab sepenuhnya.

11
Oleh karena itu, pemegang wewenang harus dapat menanamkan rasa
disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab
terhadap pekerajaan sesuai dengan wewenang yang ada padanya.
Pengertian disiplin dikemukakan juga oleh Nitisemito, yang
mengartikan disiplin sebagai suatu sikap, perilaku dan perbuatan yang sesuai
dengan peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Menurut Nitisemito,terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
timbulnya perilaku disiplin kerja, yaitu: tujuan pekerjaan dan kemampuan
pekerjaan, teladan pimpinan, kesejahteraan, keadilan, pengawasan melekat
(waskat), sanksi hukum, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan. Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik indikator-indikator disiplin kerja
sebagai berikut:
a. Disiplin kerja tidak semata-mata patuh dan taat terhadap penggunaan jam
kerja saja, misalnya datang dan pulang sesuai dengan jadwal, tidak
mangkir jika bekerja, dan tidak mencuri-curi waktu;
b. Upaya dalam mentaati peraturan tidak didasarkan adanya perasaan takut,
atau terpaksa;
c. Komitmen dan loyal pada organisasi yaitu tercermin dari bagaimana
sikap dalam bekerja. Apakah karyawan serius atau tidak; loyal atau
tidak? Apakah pegawai dalam bekerja tidak pernah mengeluh, tidak
berpura-pura sakit, tidak bekerja dengan semangat tinggi. Sebaliknya,
perilaku yang sering menunjukkan ketidakdisiplinan atau melanggar
peraturan terlihat dari tingkat absensi yang tinggi, penyalahgunaan waktu
istirahat dan makan siang, meninggalkan pekerjaan tanpa ijin,
membangkang, tidak jujur, berjudi, berkelahi, berpura-pura sakit, sikap
manja yang berlebihan, merokok pada waktu terlarang dan perilaku yang
menunjukkan semangat kerja yang rendah. Penerapan Disiplin di
NEO.net dilakukan dengan membuat aturan-aturan dan sangsi-sangsi
bagi yang melanggar peraturan tersebut. Misalnya aturan karyawan harus
memakai seragam dengan rapi, aturan karyawan tidak boleh terlambat
jika terlambat makan akan mendapat denda, aturan tidak boleh bermain
saat jam kerja baik komputer maupun HP.

12
4. Unity of direction (Kesatua Arah)5
Untuk setiap tindakan, seorang pegawai harus menerima instruksi dari
seorang atasan saja. Bila hal ini dilanggar, wewenang berarti dikurangi,
disiplin terancam, keteraturan terganggu, dan stabilitas mengalami cobaan.
Seseorang tidak mungkin melaksanakan instruksi yang sifatnya dualistis.
Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan
prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan
baik. Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesui
dengan wewenang yang diperolehnya. Perintah yang datang dari manajer lain
kepada serorang karyawan akan merusak jalannya wewenang dan tanggung
jawab serta pembagian kerja Kesatuan arah dapat menjamin tertibnya lalu
lintas wewenang dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kerja, sehingga
kegiatan kerja terarah pada sasarannya dan menjamin tercapai tujuan usaha.
Tidak mungkin terdapat hak untuk memerintah orang lain mengerjakan
sesuatu tanpa adanya wewenang.
Oleh karena itu, kesatuan perinta merupakan landasan untuk meminta
pertanggungjawaban bawahan sesuai dengan wewenang yang ada padanya.
Dengan kata lain Unity of Comand merupakan pelaksanaan untuk
terjaminnya authority dan responsibility.
Bentuk kesatuan perintah di NEO.net adalah perintah dari direktur
untuk pelaksanaan tugas masing-masing karyawab dengan sebaik-baiknya
agar pelayanan terhadap pelanggan menjadi maksimal. Semua karyawan
harus bersikap ramah terhadap semua pelanggan. Selain itu semua karyawan
harus mematuhi semua peraturan yang telah dibuat. Direktur memerintahkan
manager untuk mengelola warnet agar usaha warnetnya dapat berlajan. Agar
tujuannya tercapai manager memerintahkan supervisor 1 untuk mengelola
keuangan dan supervisor dua untuk mengatur karyawan dibawahnya.
Manager juga memiliki wewenang terhadap teknisi agar kondisi hardware
dan sofware terjaga dengan baik, semua itu dilakukan untuk menjalankan
perintah direktur. Supervisor 1 memerintahkan pihak kasir untuk membuat
laporan keuangan yang kemudian dibukukan. Supervisor 2 memiliki hak

13
memerintah para operator dan office boy agar pelanggan NEO. net merasa
nyaman berada di warnet.

5. Subordination of Individual Interest to General Interest ( Kepentingan


umum lebih dipentingkan dari kepentingan pribadi)5
Prinsip ini dapat dijabarkan memjadi kesatuan tindakan, koordinasi,
kekuatan, dan memfokuskan usaha (satu arah, satu tujuan, satu pimpinan).
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu
diarahkan menuju sasarannya. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan
terhadap seluruh pegawai supaya mereka menyadario sepenuhnya akan tugas
dan kewajibannya.
Kesatuan pengarahan bertalian erat dengan pembagian kerja. Suatu
pembagian kerja yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan menyebabkan
pelaksanaa kerja tidak terarah pada sasaranya.
Kesatuan pengarahan tergantung pula terhadap kesatuan perintah.
Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya dua perintah sehingga
menimbulkan arah yang berlawanan. Oleh karena itu, perlu alur yang jelas
dari mana karyawan mendapat wewenang untuk pmelaksanakan pekerjaan
dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung
jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan
tidak dapat terlepas dari pembaguan kerja, wewenang dan tanggung jawab,
disiplin, serta kesatuan perintah. Agar usahanya maju, NEO.net sangat
memerlukan kesatuan arah diantara komponennya. Pelaksanaan tugas
masing-masing secara bertanggung-jawab, disiplin, dan sesuai kesatuan
perintah. Semua tindakan-tindakan karyawan dalam melaksanaan tugasnya
harus sesuai dengan perintah pimpinan. Oleh karena itu sebelum mulai
bekerja, karyawan diberi instruksi tentang tugas-tugas yang harus
dilakukanya. Jika tidak mereka tidak akan tahu bagaimana melaksanakan
tugasnya yang akan mempengarui karyawan atau komponen lain di dalam
struktur organisasi NEO.net.

14
6. Subordination of Individual Interest to General Interest ( Kepentingan
umum lebih dipentingkan dari kepentingan pribadi)5
Dalam sebuah perusahaan kepentingan pribadi tidak boleh diatas
kepentingan perusahaan. Hal ini merupakan syarat yang sangat penting agar
setiap usaha berjalan dengan lancar sehingga dapat tercapai tujuannya.
Berhasilnya suatu usaha akan menyangkut kepentingan-kepentingan seluruh
pegawai khususnya, dan kepentingan masyarakat pada umumnya. Setiap
karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan
organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi sebenarnya
tergantung kepada berhasil-tidaknya kepentingan organisasi. Prinsip
pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi dapat
terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga
memiliki disiplin yang tinggi.
Setiap komponen di NEO.net dari tingkat pimpinan sampai karyawan
harus mementingkan kepentingan umum dalam hal ini perusahaan.
Kepentingan NEO.net adalah menyediakan pelayanan yang sebaik-baiknya
bagi pelangganya agar warnetnya semakin banyak dikunjingi. Untuk itu
perusahaan berusaha memberikan kenyamanan baik dari segi keramah-
tamahan karyawannya, unggul dalam hardware dan software, serta
kebersihan. Semua itu tak akan tercapai jika masing-masing komponen
mementingkan kepentingan sendiri diatas kepentingan perusahaan. Misalnya,
jika direktur NEO.net hanya memikirkan laba daripada kelangsungan
perusahaan maka keinginanya tidak akan tercapai. Untuk itu seorang direktur
harus memikirkan hal lain misalnya saja kesejahteraan karyawan sehingga
mereka bekerja tanpa paksaan dan penuh tangung jawab. Kinerja karyawan
yang baik akan berpengaruh terhadap pelayanan dan pada akhirnya tujuan
NEO.net untuk maju akan tercapai.

7. Balas Jasa5
Balas Jasa dalam organisasi atau perusahaan dalam hal ini bisa desebut
dengan Gaji . Gaji adalah harga dari layanan yang diberikannya. Balas Jasa
harus adil, sejauh mungkin memberi kepuasan baik pada pegawai maupun

15
perusahaan. Manusia memiliki kebutuhan spiritual dan material yang harus
dipenuhi. Tingkat gaji dipengaruhi oleh biaya hidup, permintaan dan
penawaran tenaga kerja, keadaan umum perusahaan, posisi ekonomi
perusahaan, dan tergantung pula dari pendidikan dan pengalaman pegawai.
upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan
terwujudnya kelancaran dalam bekerja. Karyawan yang diliputi perasaan
cemas dan kekurangan akan sulit berkonsentrasi terhadap tugas dan
kewajibannya sehingga dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam
bekerja. Penggajian yang tidak cukup akan menimbulkan indisipliner para
pegawai, sehingga sulit diarahkan pada tujuan yang hendak dicapai. Oleh
karena itu, dalam prinsip penggajian harus dipikirkan bagaimana agar
karyawan dapat bekerja dengan tenang. Sistem penggajian harus
diperhitungkan agar menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja sehingga
karyawan berkompetisi untuk membuat prestasi yang lebih besar. Prinsip
more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip
upah sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada
perbedaan akan menimbulkan kelesuan dalam bekerja dan mungkin akan
menimbulkan tindakan tidak disiplin. Di NEO.net penggajian dilakukan
setiap bulan. Tentu saja gaji dari masing-masing komponen akan berbeda
sesuai tingkatan jabatanya. Gaji seorang manajer tentu lebih tinggi dibanding
supervisor dan seterusnya, karena seorang manager bertanggung jawab
terhadap semua yang ada di dalam NEO.net, baik karyawan, kenyamanan
pelanggan, kebersihan tempat usaha, dan lain-lain. Penggajian yang adil
berdasarnya besarnya tanggung jawab yang diemban masing-masing
komponen atau karyawan. Seorang Office Boy memiliki gaji paling rendah
karena hanya memiliki tanggung-jawab terhadap kebersihan di NEO.net.

8. Centralization (Pemusatan)5
Masalah sentralisasi dan desentralisasi adalah masalah pembagian
kekuasaan. Pada organisasi kecil, sentralisasi dapat diterapkan. Akan tetapi
pada organisasi yang besar harus diterapkan desentralisasi. Pemusatan
wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu

16
kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang
wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan berarti adanya
kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari
kesimpangsiurang wewenang dan tanggung jawab. Karena kesimpangsiuran
dalam lalu lintas wewenang akan berakibat pada pelaksanaan pekerjaan
sehingga tujuan yang hendak dicapai mengalami kegagalan. Pemusatan
wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang
(delegation of authority). Di NEO.net pusat kekuasan dipegang oleh direktur
sebagai pemilik. Meskipun memiliki wewenang yang besar, akan tetapi tidak
dapat langsung menyalurkan wewenangnya ke tinggat organisasi yang paling
bawah, dalam hal ini operator atau office boy. Pelimpahan wewenang harus
urut sesuai bagan, direktur hanya bisa melimpahkan wewenang kepada
Manager. Misalnya jika ada office boy melakukan tindakan yang dapat
merugikan NEO.net maka direktur hanya dapat meminta pertanggung
jawaban kepada manajer. Lalu manager menegur supervisor dan seterusnya
hingga supervisor yang berhak menegur office boy tersebut. Disini terlihat
pertanggungjawaban seorang manager begitu besar terhadap seorang
direktur.

9. Scalar Chain (Rantai skalar, jenjang bertangga)6


Rantai skalar adalah rantai daripada atasan yang bermula dari
wewenang terakhir hingga pada tingkat terendah. Garis kekuasaan adalah rute
yang harus diikuti oleh semua komunikasi yang bermula dan kembali ke
kekuasaan terakhir. Prinsip rantai skalar berarti bahwa untuk mempermudah
komunikasi antara pegawai yang setingkat ada manfaatnya kalau mereka
langsung mengadakan komunikasi dengan mengabaikan garis kekuasaan.
Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian
kerja ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki. Hirarki
diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan
seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap
karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari
siapa ia mendapat perintah. Dalam pelaksanaan lalu lintas wewenang dan

17
tanggung jawab, supaya tidak terjadi kekacauan, maka tidak boleh adanya
hirarki karena hal ini akan menimbulkan ketidaksenangan dalam bekerja bagi
orang yang dilaluinya. Karena tidak merasa dihargai oleh bawahannya dan
merasa tidak dipercaya oleh atasannya. Namun, adanya hirarki justru
mempercepat jalannya pekerjaan mengingat adanya derlegation of authority.
Seperti gambar di bagan organisasi NEO.net maka yang menduduki rantai
teratas adalah direktur. Seperti yang telah dijelaskan diatas direktur memiliki
wewenang terhadap manager. Kemudian Manager memiliki wewenang
terhadap supervisor dan seterusnya sampe ke tinggkat Office boy. Sebaliknya
Office boy memiliki pertanggung jawaban terhadap supervisor, supervisor
memiliki pertanggung jawaban terhada manajer dan seterusnya sampai ke
tinggkat direktur. Dari bagan, terlihat Office boy memiliki tingkat kesetaraan
dengan Operator dan Kasir, untuk itu mereka dapat saling berhubungan demi
maksimalnya kelangsungan kerja di NEO.net

10. Order (Ketertiban)5


Adanya ketertiban dalam sebuah perusahaan harus ditempatkan dengan
tegas untuk setiap pegawai. Setiap pegawai akan disiplin apabila sadar
sepenuhnya akan tugas dan tanggung jawabnya. Kesadaran bertanggung
jawab dipengaruhi oleh kebutuhab hidup. Apabila kebutuhan tersebut telah
terpenuhi, maka akan ada pengusahaan disiplin terhadap dirinya. Tapi dalam
kenyataan perlu ditertibkan dahulu baru ada kedisiplinan, walaupun itu
didorong oleh rasa takut. Ketertiban ini menurut segala bidang, yaitu adanya
keterlibatan dalam penggunaan wewenang dan pemberian tanggung jawab.
Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena
pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau
tegang. Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh
karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi.
Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai
tujuan. Misalnya seorang manager NEO.net tidak dapat semena-mena
mengunakan wewenangnya terhadap karyawan. Jika ada salah satu karyawan
merasa tidak nyaman maka akan berpengaruh terhadap kinerja dalam

18
melaksanakan tugasnya. Lingkungan yang seperti ini akan menghambat
jalanya usaha. Manager yang menggunakan wewenangnya dengan semena-
mena menggambarkan ketidakdisplan dan tidak tanggung jawab. Hal ini
dapat mempengaruhi komponen lain. Dari hal diatas maka jika salah satu
komponen NEO.net tidak disiplin maka akan mempengaruhi komponen lain
sehingga terjadi kekacauan yang akan mengganggu berjalanya usaha
NEO.net.

11. Equity (Keadilan)5


Untuk merangsang pegawai melaksanakan tugasnya, mereka harus
diperlakukan dengan ramah dan adil. Kombinasi keramahtamahan dan
keadilan akan menghasilkan equity. Semua karyawan harus dianggap sama
pentingnya dan sama baiknya. Apbila terjadi perselisaihan, tidak boleh
memihak, melainkan harus diselesaikan dengan musyawarah dengan asas
kekeluargaan.
Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral
karyawan dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus
ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki wewenang yang paling
besar. Manajer yang adil dan jujur akan menggunakan wewenangnya dengan
sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan kejujuran pada bawahannya.
Apabila dalam suatu usaha tidak ada keadilan, maka usaha itu akan
mengalami kemacetan, bahkan kegagalan. Penggunaannya pun harus untuk
kepentingan bersama. Apabila digunakan untuk kepentingan pribadi, maka ini
merupakan titik tolak menuju kehancuran.
Pimpinan NEO.net tidak boleh pilih kasih terhadap salah satu
bawahanya. Setiap karyawan diperlakukan adil. Misalnya seorang operator
yang kebetulan adalah kerabat dari direktur tidak akan diberi tugas lebih
sedikit dibanding operator lain. Di NEO.net semua operator memiliki tugas
yang komposisinya sama. Profesionalitas dan kejujuran dari setiap komponen
NEO.net sangat membantu jalanya usaha.

19
12. Kontinuitas / Stability of Tonure of Personnel ( Stabilitas pegawai)6
Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga sebaik-baiknya
agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan karyawan terwujud
karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam kegiatan.
Manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya memiliki keinginan,
perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan
tertekan dan pikiran yang kacau akan menimbulkan goncangan dalam
bekerja.
Kestabilan karyawan tidak dapat dipaksakan dengan kekuasaan dan
ketakutan. Kalaupun berhasil, hanyalah bersifat sementara. Kestabilan hanya
dapat terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban
dalam usaha itu. Oleh karena itu, apabila kehendak tidak terpenuhi, perasaan
tertekan, dan pikiran yang tidak ada penyaluran, maka akan menimbulkan
frustasi yang sewaktu-waktu bisa meledak sehingga menggangu kelancaran
usaha. Untuk itu diperlukan keadilan dan kejujuran untuk mendapatkan
kestabilan karyawan.
Masa kerja setiap karyawan di NEO.net yang cukup lama memberikan
bukti stabilitas pegawai diperusahaan tersebut cukup baik. Hal ini disebabkan
karena didalam NEO.net diterapkan prinsip keadilan, kejururan, kekeluargaan
dalam hubungan antara pemimpin dengan karyawan atau karyawan dengan
karyawan. Akan tetapi tidak melampaui wewenang dan tanggung jawab
masing-masing. Sehingga karyawan-karyawan NEO.net merasa betah bekerja
disana.

13. Initiative (Inisiatif)6


Kesanggupan berfikir dan kemampuan melaksanakan adalah apa yang
disebut inisiatif. Sumber kekuatan suatu perusahaan adalah adanya inisiatif
baik dari kalangan atasan maupun bawahan khususnya pada masa sulit,
karena penting untuk menggairahkan dan mengembangkan inisistif
semaksimal mungkin.
Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya
pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang

20
berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya. Jadi dalam
prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman
seseorang. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang datang dari karyawan harus
dihargai. Prakarsa (inisiatif) mengandung arti menghargai orang lain, karena
itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan terhadap
prakarsa karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah kerja.
Oleh karena itu, seorang manajer yang bijak akan menerima dengan senang
hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya. Yang terpenting,
inisiatif berkembang bila dalam usaha terdapat keadilan dan kejujuran. Dalam
pengembangan inisiatif perlu diperhatikan penbagian kerja dan pengaturan
wewenang dan tanggung jawab agar pegawai yang ahli dan berpengalaman
memiliki wewenang yang luas.
Manager NEO.net dituntut mempunyai pikiran yang luas demi
kemajuan usaha . Meskipun begitu karyawan NEO.net diperbolehkan
menyampaikan hasil pemikiranya kepada atasanya untuk membantu
kemajuan usaha. Setiap komponen juga mempunya hak untuk dapat
menyelesaikan masalah yang terjadi di NEO.net. Misal jika mendadak terjadi
hal-hal diluar dugaan, semua komponen harus bersama-sama berfikir dengan
cepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.

14. Ecsprit de Corps ( Semangat kesatuan korps)5


Keharmonisan di kalangan personalia perusahaan merupakan kekuatan
besar bagi suatu perusahaan. Untuk itu, segala usaha ditempuh untuk
merealisasikannya. Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa
senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang
baik. semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai
kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan
lain sangat dibutuhkan oleh dirinya. Selain itu semangat kesatuan korps
terlahir pula karena adanya disiplin pegawain akan tugas dan kewajibannya.
Sehingga masing2 pegawai dapat menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan
semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang suka memaksa

21
dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan
dalam korp) dan membawa bencana. Untuk melihat suatu usaha baik atau
tidaknya dapat dilihat pula dari adam atau tidaknya semangat kesatuan korps
dalam perusahaan tersebut.
Prinsip kekeluargaan dalam berhubungan antara masing-masing
komponen diNEO.net membangung rasa kesatuan korps. Karena setiap
karyawan merasa nyaman dengan karyawan lain bahkan dengan atasanya,
begitu pula sebaliknya. Kepercayaan seorang atasan terhadap bawahan
tergambar dengan jelas, karena karyawan yang bekerja dengan rasa tanggung
jawab. Setiap komponen dalam NEO.net merasa saling membutuhkan,
misalnya seorang manager tidak akan dapat mencapai tujuanya tanpa bantuan
supervisor. Seorang Kasir tidak dapat melakukan pekerjaan dengan maksimal
tanpa adanya operator.

2.2 Macam-macam dan prinsip survailence


2.2.1 . Definisi dari Surveilans
Surveilans adalah upaya/ sistem/ mekanisme yang dilakukan secara terus
menerus dari suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu data
spesifik yang digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program
( Manajemen program kesehatan) Istilah surveilans digunakan untuk dua hal
yang berbeda.7
Pertama, surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-
menerus terhadap faktor penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang
berkaitan dengan keadaan sehat atau sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan,
analisis, penafsiran, dan penyebaran data yang terkait, dan dianggap sangat
berguna untuk penanggulangan dan pencegahan secara efektif. Definisi yang
demikian luas itu mirip dengan surveilans pada sistem informasi kesehatan rutin,
dan karena itu keduanya dapat dianggap berperan bersama-sama.7
Kedua yaitu menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan untuk
menanggulangi masalah kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran
penyakit menahun suatu bencana alam. Sistem surveilans ini sering dikelola
dalam jangka waktu yang terbatas dan terintegrasi secara erat dengan

22
pengelolaan program intervensi kesehatan. Bila informasi tentang insidens
sangat dibutuhkan dengan segera, sedangkan sistem informasi rutin tidak dapat
diandalkan maka sistem ini dapat digunakan.7
Menurut WHO Surveilans adalah Pengumpulan, pengolahan, analisis data
kesehatan secara sistematis dan terus menerus, serta desiminasi informasi tepat
waktu kepada pihak – pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat.7
Menurut Centers for Disease Control ( CDC ), 1996 Surveilans adalah
Pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus
menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya
kesehatan masyarakat, dipadukan dengan desiminasi data secara tepat waktu
kepada pihak – pihak yang perlu mengetahuinya.7
2.2.2 Macam-Macam Surveilans7
1. Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor
individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes,
cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu
memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak,
sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.
2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-
menerus terhadap distribusi da kecenderungan insidensi penyakit, melalui
pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan
penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian
surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak negara,
pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program
vertikal (pusat-daerah).
3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan t
erus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-
masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-
indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum

23
konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-
indikator individu sakit.
4. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua
kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/
kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans
terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama,
melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan penge
ndalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap
memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu.5
5. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusiadan b
inatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi
lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-
negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut.

Macam-Macam Sumber Data Dalam Surveilans Epidemiologi (Kepmenkes


RI No.1116/Menkes/SK/VIII/2003) :6
1. Data Kesakitan Yang Dapat Diperoleh Dari Unit Pelayanan Kesehatan Dan
Masyarakat.
2. Data Kematian Yang Dapat Diperoleh Dari Unit Pelayanan Kesehatan Serta
Laporan Kantor Pemerintah Dan Masyarakat.
3. Data Demografi Yang Dapat Diperoleh Dari Unit Statistik Kependudukan Dan
Masyarakat
4. Data Geografi Yang Dapat Diperoleh Dari Unit Unit Meteorologi Dan Geofisika
5. Data Laboratorium Yang Dapat Diperoleh Dari Unit Pelayanan Kesehatan Dan
Masyarakat.
6. Data Kondisi Lingkungan
7. Laporan Wabah
8. Laporan Penyelidikan Wabah/KLB
9. Laporan Hasil Penyelidikan Kasus Perorangan
10. Studi Epidemiology Dan Hasil Penelitian Lainnya

24
11. Data Hewan Dan Vektor Sumber Penular Penyakit Yang Dapat Diperoleh Dari
Unit Pelayanan Kesehatan Dan Masyarakat.
12. Laporan Kondisi Pangan6

2.2.3 Prinsip Survailens7


Prinsip bisa berarti pedoman, kaidah maupun pegangan. Pertama, dimulai
dari datayang telah diperoleh dari berbagai sumber. Kemudian data tersebut
dikumpulkan dan diolah,sehingga menghasilkan sebuah informasi. Pengumpulan
dan pengolahan data merupakan bagian dari masyarakat atau pihak-pihak yang
bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan. Informasi yang telah diperoleh akan
dianalisa dan di interpretasi, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat
sebelum melakukan aksi atau tindakan. Keputusan yang dihasilkan berupa program-
program seperti pencegahan dan pengendalian untuk melakukan intervensi dalam
upaya penyelesaian masalah kesehatan. Lalu, program tersebut akan
diaplikasikan dalam bentuk suatu tindakan.

Dalam hal ini akan adanya proses feedback (umpan balik). Setelah itu, tindakan
yang telah dilakukan akan di evaluasi. Apakah program tersebut telah berhasil atau
tidak sampai pencapaian tujuan, sehingga didapatkan kembali data baru untuk
penelitian selanjutnya. Alur atau proses dari awal hingga akhir tersebut berjalan
secara terus- menerus tanpa memutuskan bagian yang ada didalamnya.

prinsip Surveilans Epidemiologi :

1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahap awal dan tahap yang krusial. Pengumpulan
Data bisa dengan surveilans aktif maupun surveilans pasif. Surveilans aktif,
yaitu pengumpulan data dengan datang langsung ketempat kejadian yang
menjadi obyek surveilans. Sedangkan surveilans pasif adalah pengumpulan data
dengan menunggu data tersebut dikirim atau dikasih oleh seseorang kepada kita.
Data yg dikumpulkan harus :
a. Sistematis : urutan jelas, shg waktu analisis mudah mengambil
kesimpulan
b. Terus-menerus : untuk melihat tren & variasi

25
c. Lengkap, tepat waktu, benar serta jujur
Metode pengumpulan data:
a. Pengamatan / Observasi
b. Wawancara / Interview
c. Angket / Quesioner
d. Dokumentasi
Adapun tujuan spesifik dari pengumpulan dan pencatatan data epidemiologi
tersebut adalah :
a. Untuk menentukan kelompok/ golongan populasi yang mempunyai
risiko terbesar untuk terserang penyakit
b. Untuk menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan
karakteristiknya
c. Untuk menentukan reservoir dari infeksi
d. Untuk memastikan keadaan yang bisa menyebabkan terjadinya transmisi
suatu penyakit
e. Untuk mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan
f. Pada saat terjadi letusan wabah, pengumpulan data bertujuan untuk
memastikan sifat dasar, sumbernya, dan cara penularan dan penyebaran
wabah.7

2. Pengolahan dan penyajian data


Kemudian setelah pengumpulan dan pencatatan data yaitu pengolahan data
berupa kegiatan pengelompokan variabel tempat (place), waktu (time), dan
orang (person) serta ukuran-ukuran epidemiologi lainnya (rate, proporsi, rasio,
dan lain-lain). Data yang diperoleh dari kegiatan surveilans masih dalam bentuk
mentah (raw data) yang perlu disusun sedemikian rupa agar data mudah
dianalisa dan disimpulkan sebagai dasar intervensi yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini data disusun dalam bentuk tabel, grafik, atau peta (spot map).
Tabel dan grafik dapat diperinci menurut umur, jenis kelamin, waktu, dan
sebagainya sehingga dapat mengungkapkan jenis KLB dan seasonal variation.7

26
3. Analisis & Interpretasi Data
Setelah pengolahan data dan penyajian data, data tersebut kemudian
dianalisis untuk mengecek ada yang belum benar atau tidak. Akhir dari
penganalisisan data maka. dapat memberi gambaran tentang distribusi kasus dan
akhirnya dapat dibuat suatu kesimpulan.
Analisis bisa dilakukan dengan 2cara:
a. Univariat -> menghitung proporsi atau menggunakan statistik deskriptif
(mean,modus,SD)
b. Bivariat -> membuat:
1) Tabel (mghitung proporsi)
2) Grafik (analisis kecendrungan)
3) Peta(analisis menurut tempat & waktu)
Analisis lebih baik dikerjakan dengan tim. Lalu, Interpretasikanlah data
dengan cara membandingkannya dengan daerah lain.
Setelah data dianalisis, data kita laporkan. Pelaporan data dapat dilakukan
tiap mingguan/bulanan/tahunan dan laporan harus sesuai dengan data yang ada.
Pelaporan data bisa tidak hanya dilakukan secara langsung (face to face) tapi
juga bisa lewat telepon, email, fax, dll. Setelah pelaporan kemudian kita
menerima umpan balik dari hasil yang telah kita amati dan kemudian yang
terakhir dalam prinsip survailens epidemiologi adalah pengambilan keputusan
akhir untuk mengambil tindakan. Jika Penyelidikan Epidemiologi (PE)
diperlukan maka perlu dilaksanakannya Penyelidikan Epidemiologi (PE)
tersebut agar mendapat hasil pengamatan yang tepat dan berakhir pada
pengambilan keputusan untuk mengambil tindakan dan yang terakhir adalah
dievaluasi tindakan yang telah di perbuat.7,8

2.3 Monitoring dan Evaluasi Secara umum dalam bidang kesehatan


Kegiatan monitoring lebih terfokus pada kegiatan yang sedang dilaksanakan.
Monitoring dilakukan dengan cara menggali untuk mendapatkan informasi secara
regular berdasarkan indikator tertentu, dengan maksud mengetahui apakah kegiatan
yang sedang berlangsung sesuai dengan perencanaan dan prosedur yang telah
disepakati. Indikator monitoring mencakup esensi aktivitas dan target yang

27
ditetapkan pada perencanaan program. Apabila monitoring dilakukan dengan baik
akan bermanfaat dalam memastikan pelaksanaan kegiatan tetap pada jalurnya
(sesuai pedoman dan perencanaan program). Juga memberikan informasi kepada
pengelola program apabila terjadi hambatan dan penyimpangan, serta sebagai
masukan dalam melakukan evaluasi.8

Secara prinsip, monitoring dilakukan sementara kegiatan sedang berlangsung


guna memastikan kesesuain proses dan capaian sesuai rencana atau tidak. Bila
ditemukan penyimpangan atau kelambanan maka segera dibenahi sehingga kegiatan
dapat berjalan sesuai rencana dan targetnya. Jadi, hasil monitoring menjadi input
bagi kepentingan proses selanjutnya. Sementara Evaluasi dilakukan pada akhir
kegiatan, untuk mengetahui hasil atau capaian akhir dari kegiatan atau
program. Hasil Evaluasi bermanfaat bagi rencana pelaksanaan program yang sama
diwaktu dan tempat lainnya.8
Seperti terlihat pada gambar Siklus Majamen Monev, fungsi Monitoring (dan
evaluasi) mnerupakan satu diantara tiga komponen penting lainnya dalam system
manajelemen program, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan Tindakan korektif
(melalui umpan balik). Sebagai siklus, dia berlangsung secara intens keaarah
pencapaian target-target antara dan akhirnya tujuan program.8

2.3.1 Fungsi Monitoring Dan Evaluasi


Menurut Dunn, monitoring mempunya empat fungsi, yaitu:

28
1. Ketaatan (compliance). Monitoring menentukan apakah tindakan administrator,
staf, dan semua yang terlibat mengikuti standar dan prosedur yang telah
ditetapkan.
2. Pemeriksaan (auditing). Monitoring menetapkan apakah sumber dan layanan
yang diperuntukkan bagi pihak tertentu (target) telah mencapai mereka.
3. Laporan (accounting). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu
“menghitung” hasil perubahan sosial dan masyarakat sebagai akibat
implementasi kebijaksanaan sesudah periode waktu tertentu.
4. Penjelasan (explanation). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu
menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan mengapa antara perencanaan
dan pelaksanaannya tidak cocok9
Penilaian (Evaluasi) merupakan tahapan yang berkaitan erat dengan kegiatan
monitoring, karena kegiatan evaluasi dapat menggunakan data yang disediakan
melalui kegiatan monitoring. Dalam merencanakan suatu kegiatan hendaknya
evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan, sehingga dapat dikatakan sebagai
kegiatan yang lengkap. Evaluasi diarahkan untuk mengendalikan dan mengontrol
ketercapaian tujuan. Evaluasi berhubungan dengan hasil informasi tentang nilai serta
memberikan gambaran tentang manfaat suatu kebijakan. Istilah evaluasi ini
berdekatan dengan penafsiran, pemberian angka dan penilaian. Evaluasi dapat
menjawab pertanyaan “Apa pebedaan yang dibuat”.9
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program itu mencapai sasaran
yang diharapkan atau tidak. Evaluasi lebih menekankan pada aspek hasil yang
dicapai (output). Evaluasi baru bisa dilakukan jika program itu telah berjalan
setidaknya dalam suatu periode (tahapan), sesuai dengan tahapan rancangan dan jenis
program yang dibuat dalam perencanaan dan dilaksanakan.9
Proses pengambilan keputusan berjalan atau berhentinya/perubahan sebuah
atau beberapa program yang berkaitan dilakukan melalui proses evaluasi.
Fungsi Pengawasan dalam kerangka kegiatan monitoring dan evaluasi terutama
kaitannya dengan kegiatan para pimpinan dalam tugas dan tanggungjawabnya adalah
sebagai berikut:
1. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap orang / manejer/ pejabat yang
diserahi tugas dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan.

29
2. Membidik para pekerja atau pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan.
3. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelainan dan kelemahan agar tidak
terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
4. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan pekerjaan
tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan yang tidak perlu.
Dalam kaitannya dengan monitoring Moh. Rifai (1986) menjelaskan
fungsinya sebagai berikut:
1. Evaluasi sebagai pengukur kemajuan;
2. Evaluasi sebagai alat perencanaan;
3. Evaluasi sebagai alat perbaikan.
Berdasarkan uraian uraian di atas dapat disimpulkan fungsi utama
monitoring terkait dengan perihal: mengukur hasil yang sudah dicapai dalam
melaksanakan program dengan alat ukur rencana yang sudah dibuat dan
disepakati, menganalisa semua hasil pemantauan (monitoring) untuk dijadikan
bahan dalam mempertimbangkan keputusan lanjutan.10

2.3.2. Manfaat Monitoring dan Evaluasi


Secara umum manfaat dari penerapan sistem monitoring dan evaluasi dalam
suatu program adalah sebagai berikut:
1. Monitoring dan Evaluasi (M&E) sebagai alat untuk mendukung perencanaan:
- Penerapan sistem M&E yang disertai dengan pemilihan dan penggunaan
indikator akan memperjelas tujuan serta arah kegiatan untuk pencapaian tujuan
tersebut.
- Pemilihan indikator program yang melibatkan berbagai pihak secara
partisipatif tidak saja berguna untuk mendapatkan indikator yang tepat tetapi
juga akan mendorong pemilik proyek dan berbagai pihak yang berkepentingan
untuk mendukung suksesnya program.8

2. Monitoring dan Evaluasi (M&E) sebagai alat untuk mengetahui kemajuan


program:

30
- Adanya sistem M&E yang berfungsi dengan baik memungkinkan pelaksana
program mengetahui kemajuan serta hambatan atau hal-hal yang tidak diduga
yang secara potensial dapat menghambat jalannya program secara dini. Hal
terakhir bermanfaat bagi pelaksana program untuk melakukan tindakan secara
tepat waktu dalam mengatasi masalah.
- Informasi hasil M&E dapat memberikan umpan balik kepada pelaksana
program tentang hasil capaian program, dalam arti sesuai atau tidak sesuai
dengan yang diharapkan
- Bilamana hasil program belum sesuai dengan harapan maka pelaksana program
dapat melakukan tindakan penyesuaian atau koreksi secara tepat dan cepat
sebelum program terlanjur berjalan tidak pada jalurnya. Dengan demikian
informasi hasil M&E bermanfaat dalam memperbaiki jalannya implementasi
program.8

3. Monitoring dan Evaluasi (M&E) sebagai alat akuntabilitas program dan advokasi:

- M&E tidak hanya memantau aktivitas program tetapi juga hasil dari aktivitas
tersebut. Informasi pemantauan terhadap luaran dan hasil (output dan outcome)
program yang dipublikasikan dan dapat diakses oleh pemangku kepentingan
akan meningkatkan akuntabilitas program.
- Informasi hasil M&E dapat dipakai sebagai bahan masukan untuk advokasi
program kepada para pemangku kepentingan.
- Informasi tersebut akan memicu dialog dan pembelajaran serta memacu
keikutsertaan.9

2.3.3. Perumusan Manfaat M&E

Manfaat M&E dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yaitu manfaat bagi pihak
Penanggung Jawab Program dan manfaat bagi Pengelola Proyek, yaitu:

1. Bagi pihak Penanggung Jawab dan Pengelola Program :


a. Salah satu fungsi manajemen yaitu pengendalian atau supervisi.
b. Sebagai bentuk pertanggungjawaban (akuntabilitas) kinerja
c. Untuk meyakinkan pihak-pihak yang berkepentingan

31
d. Membantu penentuan langkah-langkah yang berkaitan dengan kegiatan proyek
selanjutnya.
e. Sebagai dasar untuk melakukan M&E selanjutnya.
f. Membantu untuk mempersiapkan laporan dalam waktu yang singkat
g. Mengetahui kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dan menjaga kinerja
yang sudah baik.
h. Sebagai dasar (informasi) yang penting untuk melakukan evaluasi proyek.
2. Bagi pihak penerima dana BOSDA:
a. Meringankan beban biaya operasional sekolah
b. Memacu diri untuk meningkatkan prestasi
c. Memacu semangat untuk meraih cita-cita.10

2.3.4. Prinsip-Prinsip Monitoring dan Evaluasi

Hal yang paling prinsipil dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah
acuan kegiatan monitoring adalah ketentuan-ketentuan yang disepakati dan
diberlakukan, selanjutnya sustainability kegiatannya harus terjaga, dalam
pelaksanaannya objektivitas sangat diperhatikan dan orientasi utamanya adalah pada
tujuan program itu sendiri.

Adapun prinsip-prinsip monitoring sebagai berikut:

Monitoring harus dilakukan secara terus-menerus

1. Monitoring harus menjadi umpan balik bagi perbaikan kegiatan program


organisasi
2. Monitoring harus memberi manfaat baik terhadap organisasi maupun terhadap
pengguna produk atau layanan.
3. Monitoring harus dapat memotifasi staf dan sumber daya lainnya untuk
berprestasi
4. Monitoring harus berorientasi pada peraturan yang berlaku
5. Monitoring harus obyektif
6. Monitoring harus berorientasi pada tujuan program.

32
Adapun mengenai prinsip-prinsip evaluasi, Nanang Fattah (1996) mengemukakan
ada 6 prinsip, yaitu:
1. Prinsip berkesinambungan, artinya dilakukan secara berlanjut.
2. Prinsip menyeluruh, artinya keseluruhan aspek dan komponen program harus
dievaluasi
3. Prinsip obyektif, artinya pelaksanaannya bebas dari kepentingan pribadi.
4. Prinsip sahih, yaitu mengandung konsistensi yang benar-benar mengukur yang
seharusnya diukur.
5. Prinsip penggunaan kritis
6. Prinsip kegunaan atau manfaat11

Prinsip dasar lainnya:

1. Sistem M&E dibuat sederhana; disesuaikan dengan kapasitas dan sumber daya
yang tersedia. Hal ini untuk menghindari kesulitan implementasi di lapangan.
2. Tujuan yang jelas. Kegiatan M&E difokuskan pada hal-hal yang relevan dengan
tujuan dari monitoring itu sendiri yang dikaitkan dengan aktivitas dan tujuan
program. Jangan mengumpulkan data yang tidak relevan dengan kebutuhan
program. Perlu dibuat logframe, intervention logic model, dan rencana kerja M&E
yang antara lain mencakup rincian indicator kinerja yang akan dipantau.
3. Dilakukan tepat waktu; ini merupakan esensi monitoring karena ketersediaan data
on-time diperlukan bagi pihak manajemen/pengguna data untuk penyelesaian
masalah secara tepat waktu. Selain itu ketepatan waktu monitoring juga penting
untuk mendapatkan data akurat dalam memantau obyek tertentu pada saat yang
tepat.
4. Informasi hasil M&E harus akurat dan objektif; informasi tidak akurat dan
objektif bisa menyebabkan false alarm. Perlu mekanisme untuk check konsistensi
dan akurasi data.
5. Sistem M&E bersifat partisipatif dan transparan; perlu pelibatan semua
stakeholders dalam penyusunan design dan implementasinya, serta hasilnya dapat
diakses oleh semua pihak.
6. Sistem M&E dibuat flexible; dalam artian tidak kaku tapi bisa disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi tapi masih dalam batas koridor SOP.

33
7. Bersifat action-oriented; monitoring diharapkan menjadi basis dalam pengambilan
keputusan dan tindakan. Oleh karena itu sejak awal perlu dilakukan analisa
kebutuhan informasi untuk menjamin bahwa data monitoring akan digunakan
untuk melakukan tindakan.
8. Kegiatan M&E dilakukan secara cost-effective.
9. Unit M&E terdiri dari para specialists yang tidak hanya bertugas mengumpulkan
data tetapi juga melakukan analisa masalah dan memberikan rekomendasi
pemecahan masalah secara praktis.11

2.3.5 Pendekatan Dan Teknik Monev


Teknik dalam pelaksanaan monitoring dapat dilakukan dengan melalui
kegiatan observasi langsung atas proses, wawancara kepada sumber/pelaku utama,
dan kegiatan diskusi terbatas melalaui forum group discussion untuk memperoleh
klarifikasi pelaksanaan program.
1. Pendekatan
Ada empat cara untuk memonitor keluaran dan dampak. Keempat cara atau
pendekatan itu adalah pelaporan sistem sosial (social accounting), eksperimentasi
sosial (social experimentation), pemeriksaan sosial (social auditing) dan
pengumpulan bahan untuk penelitian sosial (social research cumulation).
Pendekatan ini masingmasing mempunyai dua aspek yaitu aspek yang
berhubungan dengan jenis informasi yang diperlukan (Dunn, 1981).9
Keempat pendekatan ini mempunyai ciri yang bersamaan yaitu bahwa
keempatnya:
a. TERPUSAT KEPADA KELUARAN KEBIJAKSANAAN, sehingga dalam
monitoring ini sangat diperhatikan variabel yang mempengaruhi keluaran,
baik yang tidak dapat dikontrol oleh pembuat kebijaksanaan (misalnya
kondisi sekarang yang sudah ada), dan variabel yang dapat dimanipulasikan
atau diramalkan sebelumnya;
b. BERPUSAT PADA TUJUAN, yaitu untuk memberikan pemuasan kebutuhan,
nilai atau kesempatan kepada klien atau target;
c. BERORIENTASI PADA PERUBAHAN. Tiap-tiap pendekatan itu berusaha
untuk memonitor perubahan dalam suatu jangka waktu tertentu, baik dengan

34
menganalisis perubahan unjuk kerja antara beberapa program yang berbeda
atau yang sama beberapa variabelnya, atau kombinasi antara keduanya;
d. MEMUNGKINKAN KLASIFIKASI SILANG KELUARAN DAN
DAMPAK berdasarkan variabel-variabel lain termasuk variabel yang
dipergunakan untuk memonitor masukan kebijaksanaan (waktu, uang, tenaga,
perlengkapan) dan proses kebijaksanaan (aktivitas, dan sikap administratif,
organisasi dan politis yang diperlukan untuk transformasi masukan
kebijaksanaan menjadi keluaran), dan
e. BERHUBUNGAN DENGAN ASPEK PELAKSANAAN
KEBIJAKSANAAN secara obyektif maupun subyektif. Indikator obyektif
didasarkan atas data baru yang diperoleh melalui survei sampel atau studi
lapangan (Dunn, 1981).9
2. Teknik
a. OBSERVASI: Observasi ialah kunjungan ke tempat kegiatan secara langsung,
sehigga semua kegiatan yang sedang berlangsung atau obyek yang ada
diobservasi dan dapat dilihat. Semua kegiatan dan obyek yang ada serta kondisi
penunjang yang ada mendapat perhatian secara langsung
b. WAWANCARA DAN ANGKET: Wawancara adalah cara yang dilakukan bila
monitoring ditujukan pada seseorang. Instrumen wawancara adalah pedoman
wawancara. Wawancara itu ada dua macam, yaitu wawancara langsung dan
wawancara tidak langsung.
c. FORUM GROUP DISCUSSION (FGD): FGD adalah proses menyamakan
persepsi melalaui urun rembug terhadap sebuah permasalahan atau substansi
tertentu sehingga diperoleh satu kesamaam (frame) dalam melihat dan
mensikapi hal-hal yang dimaksud.9

2.3.6. Proses Monev

Proses dalam monev sederhananya adalah “menelusuri” proses pekerjaan


proyek atau kegiatan sehingga dapat menemukan “apa yang sesungguhnya terjadi di
antara PELAKSANAAN (proses) dengan TUJUAN yang dirumuskan. Apabila
dalam penelusuran atau pemantauan itu ditemukan adanya pesenjangan atau
penyimpangan yang direkomendasikan perubahan atau perbaikan sehingga

35
kesenjangan segera teratasi. Atau setidaknya meminimalisir kerugian yang timbul
akibat penyimpangan.

Karena manfaat monitoring itu sangat besar dan penting dalam peranannya
sebagai “alat perencanaan” maka dilakukan dengan metode dan alat yang terstruktur
dan sistematis, misalnya dengan menggunakan angket, wawancara, FGD dan
sebagainya. Prosesnya secara skematik dapat dilihat seperti dibawah ini:10

Nanang Fattah (1996) menyarankan langkah-langkah monitoring yagdapat bermanfaat


diikuti seperti dalam diagram berikut:

36
Proses dasar dalam monitoring ini meliputi tiga tahap yaitu:
1. Menetapkan standar pelaksanaan;
2. Pengukuran pelaksanaan;
3. Menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.11
Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan dengan mengikuti beberapa langkah sebagai
berikut.
1. Tahap Perencanaan: Persiapan dilaksanakan dengan mengidentifikasi hal-hal yang
akan dimonitor, variabel apa yang akan dimonitor serta menggunakan indikator mana
yang sesuai dengan tujuan program. Rincian tentang variabel yang dimonitor harus
jelas dulu, serta pasti dulu batasannya dan definisinya. “Variabel adalah karakteristik
dari seseorang, suatu peristiwa atau obyek yang bisa dinyatakan dengan data numerik
yang berbeda-beda.” (William N Dunn: 2000).
2. Tahap Pelaksanaan: monitoring ini untuk mengukur ketepatan dan tingkat
capaian dari pelaksaan program/kegiatan/proyek yang sedang dilakukan dengan
menggunakan standar (variable) yang telah dipersiapkan di tahap perencanaan.
Setelah memastikan definisi yang tepat tentang variabel yang dimonitor serta
indikatornya, maka laksanakan monitoring tersebut. Adapun indikator umum yang
diukur dalam melihat capaian pekerjaan antara lain adalah :

37
a. Kesuaian dengan tujuan proyek/kegiatan
b. Tingkat capaian pekerjaan sesuai target
c. Ketepatan belanja budget sesuai plafon anggaran;
d. Adanya tahapan evaluasi dan alat evaluasinya;
e. Kesesuaian metode kerja dengan alat evaluasi;
f. Kesesuaian evaluasi dengan tujuan proyek;
g. Ketetapan dan pengelolaan waktu;
h. Adanya tindak lanjut dari program tersebut;
3. Tahap Pelaporan
Pada langkah ketiga, yaitu menentukan apakah prestasi kerja itu memenuhi
standar yang sudah ditentukan dan di sini terdapat tahapan evaluasi, yaitu mengukur
kegiatan yang sudah dilakukan dengan standar yang harus dicapai. Selanjutnya
temuan-temuan tersebut ditindaklanjuti dan hasilnya menjadi laporan tentang
program.11

38
BAB III
KESIMPULAN

Manajemen kasus merupakan suatu pendekatan dalam pemberian pelayanan yang


di tujukan untuk menjamin agar klien yang mempunyai masalah ganda dan kompleks
dapat memperoleh semua pelayanan yang dibutuhkan secara tepat.
Manajemen kasus merupakan kegiatan yang memiliki prosedur untuk
mengkoordinasi seluruh aktivitas pertolongan yang diberikan kepada klien secara
perorangan maupun group
Ada beberapa kaidah-kaidah dalam manajemen kasus kesehatan yaitu Dukungan
pribadi Langsung, Intervensi Krisis, Perantara/Fasilitator,
Pemberdaya/Edukator/Mediator, Advokasi, Koordinator Pelayanan, Peran
Pelacakan/Tindak Lanjut. Sedangkang kaidah dalam manajemen kasus umum yaitu
Division Of Work (Pembagian Kerja), Authority and Responsibility (Wewenang dan
Tanggung Jawab Dicipline (Disiplin) , Unity of Command (Kesatuan Perintah), Unity
of direction (Kesatua Arah), Subordination of Individual Interest to General Interest (
Kepentingan umum lebih dipentingkan dari kepentingan pribadi, Subordination of
Individual Interest to General Interest ( Kepentingan umum lebih dipentingkan dari
kepentingan pribadi), Balas Jasa , Centralization (Pemusatan), Scalar Chain (Rantai
skalar, jenjang bertangga), Equity (Keadilan), Kontinuitas / Stability of Tonure of
Personnel ( Stabilitas pegawai), Initiative (Inisiatif), Ecsprit de Corps ( Semangat
kesatuan korps).
Management juga merupakan sebuah peta yang menuntut kita, memulai
pelayanan dari konsep dasar pertama untuk membantu individu secara holistic.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Bhisma Murti. Prinsip dan metode riset epidemiologi. Edisi Kedua, Jilid Pertama.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2013
2. [CDC] Center for Disease Control and Prevention. CDC growth charts.
www.cdc.gov.2012
3. Dyrbye, L. N., Thomas, M. R., Huntington, J. L., Lawson, K. L., Novotny, P. J., Sloan,
J. A., et al. Personal Life Events and Medical Student Burnout: A Multicenter Study.
2012. Acad Med, 81: 374-84.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003
tentang Pedoman Penyelenggaran Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.
5. DKP. Buku Pedoman Surveilans Penyakit. Semarang Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah; 2014
6. Murti B. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi (Edisi Kedua) Jilid Pertama.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2013.
7. Dunn, William. N. Public Policy Analysis AndIntroduction. USA: Prentice
Hall.2014
8. Rifai, Moh. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars. 2015
9. Nanang Fattah. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2016.

40

Anda mungkin juga menyukai