Anda di halaman 1dari 2

Gorontalo, berasal dari kata “hulothalangi” artinya ‘huta langi-langi’ atau tanah di digenangi

air. Dataran gorontalo adalah dahulu merupakan bagian dari lautan. Masyarakat gorontalo dari abad

ke 12 dan ke 13, telah menata kehidupan mereka dengan kabiasaan-kebiasaan yang luhur, mereka

sangat santun, sopan dan suka bekerja sama, memelihara kerukunan, menjalin persatuan dan

kesatuan. Dari kedaban itulah lahir persekutuan-persekutuan yang disebut kelompok ‘layihe’

(pedukuhan), layuhe bergabung menjadi kelompok ‘linula’ (kecamatan), linula menjadi kelompok

‘lipu’ (negeri/kabupaten) dan zaman itulah disebut ‘pohala’a’ atau kerajaan.1

Keberadaan kelompok layihe, linula, lipu, lalu menjadi pohala’a ini, mengorbitkan pemimpin-

pemimpin negeri-negeri seperti raja-raja. Diwilayah gorontalo (Hulonthalangi) terdapat 5 (Lima)

kerajaan yang disebut “limo lo Pohala’a”2

1. Pohala’a hulonthalo (gorontalo)

2. Pohala’a Limutu (Limboto)

3. Pohala’a Tuwawa

4. Pohala’a Bulango

5. Pohala’a Atnggola

Berbicara mengenai budaya daerah gorontalo, sering kali yang terlintas di benak pertama

kali budaya adalah kata benda, artefak, tulisan kuno atau sejenisnya, budaya adalah hal-hal yang

berkaitan dengan budi dengan akal sebagai hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang diwariskan

dari generasi ke generasi selanjutnya serta memberikan identitas yang berbeda pada komunitas

pendukungnya.3

1
Farha Daulima Dan Irwan Hamzah, 2007, Dulo “Mobahasa lo Hulothalo Mopo’o Lamahe Lipu”,
Forum suara Perempuan: Gorontalo, hal. 1-2
2
Ibid., hal. 2
3
Rizky Firmansyah, Dkk, 2016, Rivitalisasi Aksara Bonda: Mengangkat Martabat Peradaban
Gorontalo, Kantor Bahasa Gorontalo: Gorontalo, hal. 13 dan 14
Sejarah juga pernah mencatat dalam kanvas dunia prestasi Indonesia atas budayanya yakni

kekayaan budaya indonesia menempati peringkat ke-39 se-dunia dalam world cultural heritage ver

world economic forum. 4

Daerah adat (Gorontalo) yang senantiasa memelihara bahkan semangatnya mlestarikakn

budaya, kota yang berslogan “adat bersendikan syara’ dan syara’ bersendikan kitabullah” derah yang

dikenal dengan karena budaya mohuyula, motiayo, dan heleiya yang tak pandang bulu5

Gorontalo malang, budaya , menghilang, sperti itulah gambaran kondisi gorontalo saat ini.

Provinsi yang pertama kalinya merdeka, kini justru berada diurutan terbawah (urutan ke 24 dari ke

34 provinsi di indonesia) dan semakin tertinggal jika dibandingkan dengan beberapa provinsi lain.

Moedernisasi yang cukup ekstrim telah menghantam budaya yang melekat dengan tradisi dan

kearifan lokal. Tentu saja ini tantangan bagi generasi muda yang cukup dilematis anatara

mempertahankan tradisi keaslian budaya atau mengikuti perkembangan zaman yang cenderung

memaks manusi untuk mengikutinya, termasuk memaksa manusia-manusia untuk melupakan

tradisinya6

Kesenian daerah gorontalo sebagai slah satu suku yang ada di pulau sulawesi memiliki

aneka ragam kesenian daerah, baik tari, lagu, rumah adat, dan pakaian adat. Tarian yang cukup

terkenal di daerah ini antara lain, tari bunga, tari polopalo, tari danadana, zamrah, dan tari langga.

Lagu-lagu daerah gorontalo yang cukup terkenal adalah hulondhalo lipuu (gorontalo tempat

kelahiranku), ambikoko (nama orang), mayiledungga (telah tiba), Mokarawo (membuat kerawang),

tobulalo limutu (di danau limboto), dan binde biluhuta (sup jagung)7

4
Ibid., hal. 14
5
Ibid., hal. 15-16
6
Anastasia hastuti abdulullah, dkk, 2015, menjaga nilai tradisi tolnagga di gorontalo antologi esai remaja
gorontalo, kantor bahasa provinsi gorontalo: gorontalo, hal. 21
7
Op.,cit, Rizky Firmansyah, Dkk, 2016, hal. 132

Anda mungkin juga menyukai