Anda di halaman 1dari 12

1

I. Prinsip menghitung
Terdapat 2 (dua) prinsip menghitung, yaitu: 1) Prinsip Penjumlahan; 2) Prinsip Perkalian.

1. Prinsip Penjumlahan

Misalkan dari kota A ke kota B, dapat ditempuh dengan 3 moda transportasi : darat, laut,
dan udara. Misalkan ada 5 cara perjalanan darat, 3 cara perjalanan laut dan 2 cara
perjalanan udara. Jumlah cara yang dapat ditempuh dari kota A ke kota B sama dengan 5
+ 3 + 2 = 10 cara. Antara perjalanan darat dan perjalanan laut saling bebas, demikian pula
perjalanan darat dan udara, perjalanan laut dan udara.

Secara umum dapat kita asumsikan sebagai berikut:

Ada cara untuk kejadian �

cara untuk kejadian �

..............................................

..............................................

� cara untuk kejadian ��

Kejadian � , � , ⋯ , �� saling bebas, maka cara (minimal satu � , � , atau �� ) kejadian


dihitung sebagai berikut
�=�

+ + ⋯+ � =∑ �
�=

2. Prinsip perkalian
Misalkan perjalanan dari kota A ke kota D harus melalui kota B dan C. Misalkan ada
2 cara dari A ke B, 5 cara dari B ke C, dan 3 cara dari C ke D. Maka banyak cara dari
A ke D sama dengan × × = cara.

Secara umum dapat kita asumsikan sebagai berikut:

Ada cara untuk kejadian �

cara untuk kejadian �

..............................................

..............................................

� cara untuk kejadian ��


2

Kejadian � , � , ⋯ , �� saling bebas, maka cara (minimal satu � , � , atau �� ) kejadian


dihitung sebagai berikut
�=�

× × ⋯× � =∏ �
�=

Contoh 1.1

Berapa pasang , dari persamaan + , , bilangan bulat.

Penyelesaian

+ = �, � = , , , , ,

Untuk � = , maka pasangan yang mungkin adalah { , }, sehingga =

� = , pasangan yang mungkin { , , − , , , , , − }, sehingga =

� = , pasangan yang mungkin { , , , − , − , , − , − }, sehingga =

� = , pasangan yang mungkin tidak ada {∅}, sehingga =

� = , pasangan yang mungkin { , , ,− , , , − , }, sehingga =

� = , pasangan yang mungkin


{ , , , − , , , , − , − , , − , − , − , , − , }, sehingga =8

Jadi pasangan , dari persamaan + , , bilangan bulat yang mungkin sama


dengan + + + + = + + + + +8=

Contoh 1.2

Berapa banyak bilangan bulat positif pembagi (termasuk 1 dan bilangan tersebut) dari 600.

Penyelesaian

= × ×

Misalkan pembagi maka = × × , dengan , , ∈ ℤ (bilangan bulat), dan


, , . Sehingga ∈ { , , , }, ∈ { , } dan ∈ { , , }.

Jadi banyak bilangan bulat positif pembagi dari 600 sama dengan × × = .
3

II. Permutasi
Kita gunakan prinsip perkalian untuk menentukan rumus permutasi.

Rumus -permutasi � (pada baris ) dari unsur yang berbeda dari suatu himpunan dapat
dihitung sebagai berikut:

...............
pertama kedua ketiga ke (� − ) ke �

Kita pilih � unsur dari unsur. Berarti ada � langkah pilihan.

Pilihan pertama ada pilihan;

Pilihan kedua ada − pilihan

Pilihan ketiga ada − pilihan

.......................................................

Pilihan ke � − ada − �−

Pilihan ke � ada ( − � − )= −�+

Menurut prinsip perkalian banyak pilihan ada − − ⋯ −�+

Permutasi dari � pilihan dari unsur dilambangkan dengan ���

Jadi ��� = − − ⋯ −�+

Jika kedua ruas dikalikan dengan − � ! , akan diperoleh:

− � ! ��� = −� ! − − ⋯ −�+

= − − ⋯ −�+ −� != !

!
∴ ��� =
−� !

Berdasarkan kesepakatan ! =

sehingga

! !
��� = = = !
− ! !
! !
�� = = =
− ! !
4

Contoh 2.1

Misalkan = { , , , }. Berapa banyak cara susunan 3 angka yang berbeda dari ?

Penyelesaian:

�=

!
��� =
−� !
! !
� = = =
− ! !

Teorema 2.1

Misalkan X merupakan sebuah barisan yang mempunyai n unsur, dimana terdapat n1


unsur yang sama untuk jenis 1, n2 unsur yang sama untuk jenis 2 dan seterusnya
sampai nt unsur yang sama untuk jenis �. Banyaknya permutasi dari barisan X adalah

n!
n1 !n2 ! nt !

Bukti.

(1) Untuk menempatkan posisi n1 unsur yang sama untuk jenis 1 pada n posisi yang
tersedia dapat dilakukan dengan C (n, n1 ) cara.
(2) Setelah n1 unsur ditempatkan, maka terdapat n  n1 posisi yang tersedia,
sehingga untuk menempatkan posisi n2 unsur yang sama untuk jenis 2 pada
n  n1 posisi yang tersedia dapat dilakukan dengan C (n  n1 , n2 ) cara.
(3) Demikian seterusnya sampai pada nt unsur yang sama untuk jenis t yang bisa
dilakukan dengan C (n  n1  n2  ...  nt 1 , nt ) cara.
(4) Dengan menggunakan Prinsip Perkalian dapat diperoleh
C (n, n1 ).C (n  n1 , n2 ).C (n  n1  n2 , n3 )...C (n  n1  n2  n3  ...  nt 1 , nt )

n! (n  n1 )! (n  n1  n2 )! (n  n1  n2  n3  ...nt 1  nt )!
   
n1 !(n  n1 )! n2 !(n  n1  n2 )! n3 !(n  n1  n2  n3 )! nt !0!

n!
 …………………………………………………………………………….. 1
n1 !n2 ! nt !
5

Contoh 2.2

Berapa banyak cara untuk menyusun huruf-huruf dari kata MATEMATIKA

Penyelesaian (dengan teorema 1)

Diketahui = 10 (banyak huruf pada kata MATEMATIKA) , = 2 (banyak huruf M),


= 3 (banyak huruf A), = 2 (banyak huruf T), = 1 (banyak huruf E), = 1(banyak
huruf I), dan = 1 (banyak huruf K).

n! 10!
Jadi banyak cara menyusun huruf adalah 
n1 !n2 !n3 !n4 !n5 !n6 2!3!2!1!1!1!

III. Permutasi siklis (melingkar)

Kita telah dan merumuskan permutasi dalam satu baris, selanjutnya kita akan rumuskan
permutasi bentuk siklis (melingkar). Misalkan berapa cara 5 orang duduk mengelilingi meja
bundar.

Sebelum menjawabnya kita perhatikan ilustrasi berikut:

Gambar 1
! !
Permutasi 3 dari 3 elemen adalah � = = =
− ! !

Misalkan elemennya A,B, dan C, maka permutasi (baris) yang mungkin adalah :

ABC, BCA,CAB

ACB, CBA,BAC

Perhatikan susunan melingkar pada gambar 1, dan dua baris permutasi. Hasil permutasi baris
pertama ABC, BCA,dan CAB adalah identik (susunannya sama). Sedangkan baris kedua
ACB, CBA,dan BAC juga identik. Antara baris pertama dan baris kedua hasilnya berbeda.
Jadi permutasi siklis 3 dari 3 menghasilkan 2(dua) susunan yang berbeda.
6

Gambar 2

Selanjutnya perhatikan permutasi 4 dari 4 . Hasilnya � = ! =

Susunan lengkapnya sebagai berikut:

ABCD, BCDA, CDAB, DABC

ACDB, CDBA, DBAC, BACD

ADCB, DCBA, CBAD,BADC

BCAD, CADB, ADBC,DBCA

BDCA, DCAB, ABDC, CABD

CBDA, BDAC, DACB,ACBD

Perhatikan susunan melingkar pada gambar 2, dan 6 baris permutasi. Hasil permutasi baris
pertama ABCD, BCDA,CDAB dan DABC adalah identik (susunannya sama). Sedangkan 5
baris berikutnya masing-masing juga identik. Jadi permutasi siklis 4 dari 4 menghasilkan
6(enam) susunan yang berbeda.

Hasil-hasil diatas kita coba rumuskan

Permutasi siklis 3 dari 3

!
= = = − !

Permutasi siklis 4 dari 4

!
= = = − !

Permutasi siklis dari

!
= − !

Bagaimana permutasi siklis 3 dari 4?


7

!
= =8

Permutasi siklis � dari unsur dirumuskan sebagai berikut.

!
��� −� ! !
= =
� � � −� !

IV. Kombinasi

Misalkan himpunan memuat elemen yang berbeda. Kombinasi adalah subset dari .
Dengan � maka � kombinasi dari adalah r elemen subset dari . Misalkan
= { , , , } maka semua 3 kombinasi dari adalah:

{ , , }, { , , }, { , , }, { , , }

Jadi 3 kombinasi dari 4 elemen A ada 4, biasa dituliskan dengan = = . Kenapa


dilambangkan dengan , mungkin karena “Choose” yang berarti memilih; dalam hal ini
memilih 3 dari 4.

Jika mengandung unsur katakan = { , , ⋯ , � , ⋯ , � }, dan kita memilih �


kombinasi dari n elemen A maka dapat dilambangkan sebagai berikut:


� =

Untuk menentukan rumus kombinasi � dari elemen pada (1) kita perhatikan dua langkah
menentukan permutasi � dari elemen:

Langkah pertama

Bentuklah � kombinasi darai .

Langkah kedua

Susunlah � elemen pada satu baris.

Dari kedua langkah ini kita mendapatkan hubungan antara ��� dan �
� sesuai dengan prinsip
perkalian.

��� = �
� × �!

!

��� −� ! !
� = = = =
� �! �! �! −� !
�! �!
Jika � = maka = �! = , demikian pula jika � = maka = �! ! =
8

Generalisasi Kombinasi

Generalisasi kombinasi merupakan perluasan dari kombinasi yang membolehkan


pengulangan suatu unsur. Misalnya kita ingin memilih 4 kelereng dari sebuah kantong yang
berisi paling sedikitnya 4 kelereng dari masing-masing warna yaitu merah, biru dan kuning.
Kemungkinan terpilihnya 4 kelereng tersebut adalah

{4 merah}

{3 merah, 1 biru}

{2 merah, 2 biru}

{1 merah, 3 biru}

{3 merah, 1 kuning}

{2 merah, 2 kuning}

{1 merah, 3 kuning}

{4 biru}

{3 biru, 1 kuning}

{2 biru, 2 kuning}

{1 biru, 3 kuning}

{4 kuning}

{2 merah, 1 biru, 1 kuning}

{1 merah, 2 biru, 1 kuning}

{1 merah, 1 biru, 2 kuning}

Sehingga terdapat 15 kemungkinan terpilihnya 4 kelereng tersebut.

Permasalahan di atas dapat kita nyatakan sebagai seleksi dari 4+3-1 simbol yang terdiri dari 4
simbol o sebagai kelereng dan 3 -1 simbol || sebagai pemisah kelereng yang berbeda warna.
Selanjutnya kita menentukan posisi dari simbol-simbol tersebut, yaitu:

Merah Biru Kuning

oooo || ||

ooo || o ||
9

oo || oo ||

o || ooo ||

ooo || || o

oo || || oo

o || || ooo

|| oooo ||

|| ooo || o

|| oo || oo

|| o || ooo

|| || oooo

oo || o || o

o || oo || o

o || o || oo

Dari seleksi diperoleh 15 kemungkinan pengaturan simbol-simbol tersebut.

Secara umum permasalahan diatas dapat disajikan dalam teorema berikut ini.

Teorema 4.1

Jika X merupakan sebuah himpunan yang mempunyai � unsur dimana pengulangan

diperbolehkan, maka banyaknya seleksi k unsur tak terurut dari X adalah


C(k  t 1, t 1)  C (k  t  1, k )

Bukti.

Misalkan X  {x1 , x2 , , xt } . Asumsikan bahwa terdapat k  t  1 slot yang akan diisi oleh

k  t  1 simbol yang terdiri dari k simbol o dan t  1 simbol ||. Penempatan simbol-simbol
pada slot tertentu merupakan representasi dari proses seleksi. Bilangan n1 dari simbol o
hingga simbol || yang pertama merepresentasikan seleksi dari n1 x1 ; bilangan n2 dari simbol o
dan simbol || yang pertama hingga simbol || yang kedua merepresentasikan seleksi dari n2 x2 ;
dan seterusnya sampai seleksi dari nt xt . Karena terdapat C (k  t  1, t  1) cara untuk
10

menentukan posisi simbol ||, maka juga terdapat C (k  t  1, t  1) seleksi. Hal ini juga sama
dengan C (k  t  1, k ) cara untuk menentukan posisi simbol o. Sehingga terdapat
C(k  t 1, t 1)  C (k  t  1, k ) seleksi k unsur tak terurut dari X dimana pengulangan
diperbolehkan.

Contoh 4.1.

Gunakan Teorema 2.5 untuk menentukan banyaknya cara memilih 4 kelereng dari sebuah
kantong yang berisi paling sedikitnya 4 kelereng dari masing-masing warna yaitu merah, biru
dan kuning.

Karena ada 3 warna kelereng dan 4 kelereng akan dipilih, maka � = 3 dan � = 4. Sehingga
banyaknya cara pemilihan 4 kelereng adalah:

6!
C (4  3  1,3  1)  C (6, 2)   15
(6  2)!2!

Contoh 4.2

Berapa banyak solusi bilangan bulat tak negatif dari persamaan

x1  x2  10

Setiap solusi dari persamaan tersebut ekuivalen dengan pemilihan 10 butir xi dari jenis i,

i = 1, 2. Jadi � = , � = , sehingga banyaknya seleksi adal C(10  2 1, 2 1)  C(11,1)  11

V. Koefisien Binomial

Koefisien binomial merupakan bilangan-bilangan yang muncul dari hasil penjabaran


penjumlahan dua peubah yang dipangkatkan, misalnya (a  b)n . Sepintas terlihat bahwa
ekspresi (a  b)n tidak ada hubungannya dengan kombinasi, tetapi kenyataannya kita bisa
mendapatkan rumus untuk penjabaran (a  b)n dengan menggunakan rumus banyaknya
kombinasi r dari n unsur. Teori untuk menurunkan rumus yang diperoleh dari penjabaran

(a  b)n dengan menggunakan kombinasi dikenal dengan Teorema Binomial. Sebelum


membahas teorema ini, perhatikan ilustrasi berikut ini. Dalam aljabar kita tahu bahwa

(a  b)3  a3  3a 2b  3ab2  b3

Penjabaran dari (a  b)3 yang merupakan perkalian 3 faktor (a  b) , yaitu


(a  b)3  (a  b)(a  b)(a  b) adalah pemilihan baik a maupun b dari masing-masing ketiga
faktor (a + b) tersebut, selanjutnya hasil pemilihannya dikalikan bersama-sama dan
11

kemudian hasil kalinya dijumlahkan. Misalnya, jika kita memilih a dari setiap faktor dan
mengalikannya, maka kita peroleh aaa. Jika kita memilih a dari faktor pertama, a dari faktor
kedua dan b dari faktor ketiga kemudian mengalikannya, maka kita peroleh aab, dan
seterusnya. Sehingga semua kemungkinan pemilihan baik a maupun b dari masing-masing
faktor adalah aaa; aab; aba; abb; baa; bab; bba; bbb atau kalau dikalikan diperoleh a 3 ; a 2b ;
a 2b ; ab 2 ; a 2b ; ab 2 ; ab 2 ; b3 . Jika semua suku-suku diatas dijumlahkan, maka hasilnya
adalah a3  3a2b  3ab2  b3 . Bilangan 3 yang merupakan koefisien dari a 2b muncul dari
pemilihan a dari 2 faktor dan b dari 1 faktor sisanya. Hal ini bisa dilakukan dalam C(3, 2)
atau C(3, 1) cara. Cara yang sama bisa dilakukan untuk memperoleh koefisien b3 yang dalam
hal ini merupakan pemilihan a dari 0 faktor dan b dari 3 faktor lainnya yang dapat dilakukan
dalam C(3, 0) atau C(3, 3) cara, dan seterusnya. Sehingga secara umum koefisien-koefisien
tersebut bisa ditentukan berdasarkan Teorema Binomial berikut ini.

Catatan ,� =

Teorema 5.1

Jika a dan b adalah bilangan real dan adalah bilangan bulat positif, maka

� �−� �
+ =∑

�=

Bukti.

Penjabaran dari (a  b)n merupakan perkalian (a + b) sebanyak faktor, yaitu


(a  b)  (a  b)(a  b)  (a  b)
n

Koefisien dari a nk bk dapat ditentukan dengan banyaknya cara pemilihan a dari – � faktor
diantara n faktor yang ada atau pemilihan b dari k factor diantara faktor. Hal ini bisa
dilakukan dengan , – � atau , � cara, sehingga

� �− �− �− �−� � �−� �
+ = + + + ⋯+ =∑

�=

Contoh 5.1

Tunjukkan bahwa


∑ =

�=

Penyelesaian: Jika disubstitusikan = , = kedalam rumus Binomial maka diperoleh



� �
∑ = + =
�= �
12

Bahan diskusi

Untuk soal 1 dan 2 tunjukkan bahwa:


1. =
� −�
− −
2. = +
� �− �
3. Tentukan koefisien dari a5b6 dalam (a  b)11 .
4. Tentukan koefisien dari dari + +
5. Tentukan banyaknya 5 huruf dari 26 huruf alphabet (abjad) dengan ketentuan huruf
pertama dan terakhir merupakan huruf hidup (a,i,u,e,o) yang berbeda dan sisanya
adalah konsonan.
6. Tentukan banyaknya bilangan bulat genap antara 20.000 sampai dengan 70.000 tanpa
ada angka yang diulang.

Anda mungkin juga menyukai