BAB 1
PENDAHULUAN
kemitraan, kerja sama lintas sektoral serta mendorong peran serta aktif
masyarakat. Melalui Visi, Misi Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan,
lambung dan usus yang ditandai dengan anoreksia, rasa mual, nyeri abdomendan diare.
Gastroenteritis sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di
negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit ini masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam
waktu yang singkat. Gastroenteritis akut juga sering disebut flu perut tetapi
penyakit ini tidak disebabkan oleh virus influenza. Virus yang dapat menyebabkan
oleh bakteri dengan gejala utama gastroenteritis akut yaitu seperti muntah-
2003).
usus yang ditandai dengan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah dan
sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah
buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses
yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir. (Suratun, 2015). Gastroenteritis
atau diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab
diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit. Fenomena yang terjadi
di Ruang Cempaka RSUD Sampang dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan
keperawatan hipertermi.
juta kasus telah dilaporkan dari Amerika, dimana 37.687 kasus merupakan
Republik Indonesia tahun 2015 mulai periode Januari sampai Juli kasus
gastroentritis (GE) sebesar 48.905 penderita. Meningkat pada tahun 2016 dimana
1.240 diantaranya meninggal dunia. Dan di Provinsi Jawa Timur selama bulan
jumlah penderita gastroentritis (GE) tahun 2018 dalam tiga bulan terakhir
anak-anak dan balita. Penyakit gastroentritis (GE) disebabkan oleh infeksi virus,
bakteri, atau parasit. Biasanya infeksi ini menyebar melalui makanan atau
menyebabkan infeksi yaitu norovirus dan rotavirus. Pada kasus yang jarang,
bakteri penyebab infeksi adalah E. coli dan Salmonella. Biasanya bakteri ini
ditemukan pada daging unggas mentah atau telur yang terkontaminasi (Sinaga,
2011). Pada saat ini manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas atau
demam, demam yang terjadi pada infeksi virus, bakteri, atau parasit ini timbulnya
mendadak tinggi (dapat mencapai 39-40°C) berlangsung 2-7 hari dan disertai
dengan menggigil, tidak mau bermain, nafsu makan menurun, mual, nyeri pada
seluruh tubuh dan ruam. Hipertermi Adalah suatu masalah yang harus ditangani
terutama pada anak dan bayi, maka apabila terjadi demam harus segera diatasi,
demam yang tidak segera diatasi atau berkepanjangan akan berakibat fatal, seperti
halnya bisa menyebabkan kejang demam pada anak, dehidrasi bahkan terjadi
syok, dan gangguan tumbuh kembang pada anak. Salah satu upaya untuk
menurunkan suhu tubuh yaitu sponge bath tindakan ini merupakan suatu
dan konduksi, yang biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami demam
4
tinggi. Tujuan dilakukan tindakan yaitu untuk menurunkan suhu tubuh pada
dilakukan oleh Roihatul dan Ni’matul Khasanah (2017) pada anak usia prasekolah
dan sekolah yang mengalami demam di ruang perawatan anak Rumah Sakit
sponge bath mengalami penurunan suhu yang lebih besar jika dibandingkan
dengan pemberian antipiretik saja. Berdasarkan fenomena dan data diatas peneliti
tertarik untuk meneliti tentang asuhan keperawatan pada Anak yang mengalami
Sampang.
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada Anak
Kabupaten Sampang.
Sampang?
5
1.4 Tujuan
Sampang.
Sampang.
Sampang.
Kabupaten Sampang.
Kabupaten Sampang.
Sampang.
6
1.5 Manfaat
1) Bagi perawat
yang ada di RS dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada anak yang
hipertermi.
Diharapkan dapat menambah informasi pada pasien dan keluarga tentang cara
sponge bath yang bisa diaplikasikan secara mandiri, efektif dan efisien.
7
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Definisi
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih
buang air dengan bentuk tinja yang encer dan cair (Suriadi,2010).
tandai denagn anoreksia, rasa mual, nyeri abdomen dan diare (Edelwz, 2009).
Gastroenteritis adalah Suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan
defikasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
adalah meningkatnya frekwensi buang air besar dimana pada bayi > 4x/ hari
dan pada anak >3x/ hari dengan konsistensi tinja encer, cair, dapat disertai
lendir dan darah yang dapat menyebabkan terjadinya kekurangan cairan dan
Gambar 2.1.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaaan
1) Anatomi
a) Mulut
(1) Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi,
(a) Bibir
(b) Pipi
(c) Gigi
(2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang
(a) Palatum
(b) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,
kerja otot lidah ini dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi
b) Faring (tekak)
limfosit.
c) Esofagus
d) Gaster ( Lambung )
terutama diatur oleh refleks yang berasal dari sekum. Refleksi dari
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
enzim yang mencerna protein, gula, dan lemak. Iritasi yang sangat kuat
12
peristaltik sangat kuat yang berjalan jauh pada usus halus dalam beberapa
pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukini.
13
pencernaan.
dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot
(1) Seikum
kolon transversum.
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir
seikum.
dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri,
dikeluarkan.
mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan
2.1.3 Etiologi
ada yang menjadi pemicu terjadinya gastroenteritis. Secara umum, berikut ini
3) Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti : campak,
4) Pemanis buatan, makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan
menarik air dari dinding usus. Dilain pihak, pada keadaan ini proses transit di
usus menjadi sangat singkat sehingg air tidak sempat diserap oleh usus besar.
Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada gastroenteritis. Selain rotavirus,
gastroenteritis juga disebabkan akibat kurang gizi, alergi, tidak tahan terhadap
laktosa, dan sebagainya. Bayi dan balita banyak yang memiliki intoleransi
terhadap laktosa dikarenakan tubuh tidak punya atau hanya sedikit memiliki
enzim laktosa yng berfungsi mencerna laktosa yang terkandung susu sapi.
5) Faktor Psikologis : Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak
Kuman/
Penyebab Masyarakat Carier
Penyakit
gastroenteriti
s
Keadaan Sosial Lain-lain
Penduduk EKonomi faktor
Sumber : Suratmaja, 2005
1) Pemberian ASI
dan zat- zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan
terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif
pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi
2006). Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama
kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu
formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan
bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,
cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari
tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi
membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber
yang digunakan serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas
c) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan
4) Mencuci Tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
19
5) Menggunakan Jamban
jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006).
c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang
air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan
setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari
sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki. (Depkes RI, 2006)
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini
tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anakanak
dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut
a) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun
b) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih
wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan
seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus.
c) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci
juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera
setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006). Anak harus diimunisasi terhadap
campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri sering
terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak
dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan
TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus,
serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio (Depkes
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau
lingkungan.
21
2.1.5 Klasifikasi
b) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi
bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan
kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang
dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
22
Catatan :
1) Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut “dicubit” selama 30-60 detik
dehidrasinya :
a) Dehidrasi
2.1.8 Patofisiologi
1) Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya
2.1.9 Komlikasi
Menurut Nursalam (2008), akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit
2) Renjatan hipovolemik.
4) Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktose.
5) Hipoglikemia.
7) Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik).
dilakukan yaitu:
penyakit kronis. Albumim yang rendah bisa menjadi patokan untuk tingkat
2.1.11 Penatalaksanaan
Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE), yang didukung oleh Ikatan
cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE
yaitu:
1) Oralit
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit
saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas
yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit
merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan
yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana
dehidrasi.
2) Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang
RI, 2011). Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama
3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc
segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita:
a) Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b) Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang
atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).
27
3) Pemberian ASI/makanan
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering
diberi ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
kolera (Kemenkes RI, 2011). Obat-obatan anti diare juga tidak boleh
diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat.
Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini
sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat
fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit
5) Pemberian Nasihat
pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh
pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu
hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Noer, 2004).
Menurut Potter & Perry (2010) hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh
ataupun mengurangi produksi panas. Suhu rektal >38°C (100,4 F). Suhu inti
(rektal) lebih dapat diandalkan dari pada metode lain pada anak <1 tahun (Lalani,
2011).
keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan tubuh tidak
2.2.2 Penyebab
keracunan atropine), atau terpajan lama pada lingkungan bersuhu tinggi (sengatan
panas). Ada juga yang menyebutkan bahwa hipertermia atau demam pada anak
terjadi karena reaksi transfusi, tumor, imunisasi, dehidrasi, dan juga karena
31
adanya pengaruh obat. Menurut Sari Pediatri (2008) tiga penyebab terbanyak
demam pada anak yaitu penyakit infeksi (60% - 70%), penyakit kolagen-vaskular,
dan keganasan. Walaupun infeksi virus sangat jarang menjadi penyebab demam
yang disebabkan adanya pirogen seperti bakteri atau virus yang dapat
meningkatkan suhu tubuh. Terkadang demam juga disebabkan oleh adanya bentuk
panas, akibat terpajan lama lingkungan bersuhu tinggi (sengatan panas), ada juga
yang menyebutkan bahwa hipertermia atau demam pada anak terjadi karena
1) Konvulsi
Suatu kondisi medis saat otot tubuh mengalami fluktuasi kontraksi dan
2) Kulit kemerahan
4) Kejang
5) Takikardia
6) Takipnea
Fase dingin pada hipertermia akan hilang jika titik pengaturan hipotalamus
baru telah tercapai. Dan selama fase plateau, dingin akan hilang dan anak
akan merasa hangat. Hal ini juga terjadi karena adanya vasodilatasi pembuluh
hipertermia meliputi :
1) Anestesia
33
2) Penurunan respirasi
Penguapan yang tidak dapat keluar akan mengganggu sirkulasi dalam tubuh
hipotalamus.
3) Dehidrasi
Tubuh kehilangan panas secara kontinue melalui evaporasi. Sekitar 600 –900
cc air tiap harinya menguap dari kulit dan paru-paru sehingga terjadi
kehilangan air dan panas. Kehilangan panas air ini yang menyebabkan
lebih panas dibandingkan kulit, tubuh akan menyerap panas melalui radiasi.
5) Penyakit
Penyakit atau trauma pada hipotalamus atau sumsum tulang belakang (yang
8) Medikasi
9) Trauma
Penyakit atau trauma pada hipotalamus atau sumsum tulang belakang (yang
tambahan. Laju metabolik meningkat saat aktivitas berlebih dan hal ini
dua yaitu mekanisme yang diaktifkan oleh dingin dan mekanisme yang diaktifkan
oleh panas. Mekanisme yang diaktifkan oleh dingin itu sendiri terdiri dari
pembentukan panas (anoreksia, apati dan inersia). Respons refleks yang diaktifkan
oleh dingin dikontrol dari hipotalamus posterior. Respons yang dihasilkan oleh
vasodilatasi kulit dan pengeluaran keringat sehingga lesi di regio ini menyebabkan
walaupun tidak terjadi asupan makanan atau gerakan otot yang menjadi sumber
panas yang cepat namun singkat. Hormon tiroid menimbulkan peningkatan yang
Menurut Asmadi (2008) sistem pengatur suhu tubuh terdiri atas tiga bagian
yaitu reseptor yang terdapat pada kulit dan bagian tubuh lainnya, integrator
didalam hipotalamus, dan efektor sistem yang mengatur produksi panas dengan
kehilangan panas. Reseptor sensori yang paling banyak terdapat pada kulit. Kulit
mempunyai lebih banyak reseptor untuk dingin dan hangat dibanding reseptor
yang terdapat pada organ tubuh lain seperti lidah, saluran pernafasan, maupun
organ visera lainnya. Bila kulit menjadi dingin melebihi suhu tubuh, maka ada
tiga proses yang dilakukan untuk meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses
yang lain adalah sistem saraf somatis. Bila sistem ini dirangsang, maka seseorang
secara sadar membuat penilaian yang cocok, misalnya menambah baju sebagai
respons terhadap dingin, atau mendekati kipas angin bila kepanasan (Asmadi,
2008).
mempertahankan suhu tubuh pada angka sekitar set point (37°C). Suhu tubuh
masukan dari reseptor yang berada di pusat dan perifer. Jika terjadi perubahan
set point yang konstan. Akan tetapi, selama infeksi substansi pirogenik
menyebabkan peningkatan set point normal tubuh, suatu proses yang dimediasi
suhu inti (internal) mencapai set point yang baru (Connel, 1997 dalam Wong,
preoptik/anterior yang disuplai oleh suatu jaringan kaya vaskuler dan sangat
37
a) Definisi
Sponge bath adalah suatu metode kompres untuk menurunkan suhu dengan
menggunakan air suhu ruangan (20-25°C) atau hangat (suhu 29-32 °C) dengan
2009). Dengan sponge bath sinyal dikirim ke hipotalamus posterior sehingga kulit
mengalami vasokontriksi, suhu tubuh diserap pori – pori kulit dan suhu tubuh
menurun.
Tujuan utama dari sponge bath adalah menurunkan suhu tubuh pada anak
pemberian sponge bath adalah menurunkan suhu tubuh yang sedang mengalami
c) Mekanisme kerja
keringat telah keluar, secara alami suhu tubuh akan turun. Sehingga dengan
kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluar akan terjadi hangat sehingga
38
tubuh akan menginterprestasikan bahwa suhu diluar cukup panas, akhirnya tubuh
akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu
pengatur tubuh, dengan suhu diluar hangat akan membuat pembuluh darah tepi
suhu tubuh. Pada dasarnya, mekanisme kerja dari sponge bath sama dengan
kompres hangat pada umumnya, namun dengan teknik yang sedikit dimodifikasi.
Ketika pasien diberikan kompres hangat, maka akan ada penyaluran sinyal ke
blocking dilakukan pada titik yang secara anatomis dekat dengan pembuluh besar.
Teknik yang digunakan dalam sponge bath dibagi menjadi dua yaitu
(5) Handscoon.
c) Tahap pelaksanaan
(3) Ukur suhu klien dan catat obat dan waktu pemberian antipiretik yang
(5) Membuka seluruh pakaian klien dan tutup tubuh klien dengan
handuk mandi.
dimulai dari kepala dengan tekanan lembut yang lama. Lap seluruh
(10) Hentikan prosedur apabila klien kedinginan atau suhu tubuh klien
mendekati normal.
40
(11) Pakaikan klien pakaian yang tipis (yang telah disiapkan) dan mudah
menyerap keringat.
(17) Evaluasi klien pada 15 menit pertama atau dengan periode waktu 2
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang penting dilakukan dalam
melakukan asuhan keperawatan, baik saat penderita baru pertama kali datang
maupun selama klien dalam masa perawatan (Hadinegoro, 2000). Data yang
diperoleh dari pengkajian klien dengan dengue hemoragic fever (DHF) dapat
diklasifikasikan menjadi :
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien dengue hemoragic fever
(DHF) datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.
saat demam kesadaran komposmentis. Turunya panas terjadi antara hari ke-3 dan
ke-7, kondisi semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri
telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.
Penyakit dengue hemoragic fever (DHF) bisa dibawa oleh nyamuk, jadi jika
dalam satu keluarga ada yang menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu
besar.
6) Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang ada kamar).
42
Serta tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan yang
kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas, dan bekas.
Gejala : Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit saat menelan.
Tanda : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, nyeri tekan
b) Pola eliminasi
lanjut).
Tanda : Dispnea, sesak karena efusi pleura, nyeri epigastrik, nyeri otot/
sendi.
e) Sirkulasi
9) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
c) Integumen
ekimosit.
d) Kepala
cemas.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kepala, tidak ada benjolan atau
e) Mata
Inspeksi : Bentuk mata simetris, sklera tidak ikterus, pupil isokor, reaksi
tampak anemis.
f) Hidung
penciuman baik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tanda-tanda sinusitis dan polip hidung
44
Inspeksi : Mukosa bibir tampak kering, tidak ada gangguan bicara, ada
kesulitan menelan.
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri, pola nafas efektif, irama
nafas teratur.
i) Jantung
Perkusi : pekak.
j) Abdomen
Inspeksi : Dinding perut lebih rendah dari dinding dada, tidak ada
Perkusi : Tidak ada massa, tidak ada bunyi udara dan cairan.
k) Ekstremitas
(3) Siku, lutut, kaki : persendiaan tidak ada kontarktur, ROM dilakukan
dijumpai :
(2) Trombositipenia.
hiponatremia, hipokalemia.
(8) Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois metabolik PCO2
albumin ringan.
c) Pemeriksaan serologi
46
inhibisi (HI test), uji komplemen fiksasi (CF test), uji neutralisasi (N test),
IgM Elisa (Mac. Elisa), IgG Elisa Melakukan pengukuran antibodi pasien
dengan cara HI test (Hemoglobin Inhibiton test) atau dengan uji pengikatan
dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut dan pada masa penyembuhan.
d) Pemeriksaan radiologi
(1) Foto thorax : Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura.
spenomegal.
intake makanan
diare
Intervensi:
umum pasien.
Kriteria :
b) Konsistensi lembek
Intervensi :
i) Memberikan HE
b) Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan.
c) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
Intervensi:
b) Kaji paru-paru untuk area ventilasi yang menurun dan auskultasi adanya
suara adventif.
Rasional : Perubahan perilaku dan status mental bisa menjadi tanda awal
d) Pantau tanda dan gejala atelektasis: suara napas bronkial atau tubular,
a) TTV dalam batas normal : TD 120/80 mmHg, RR 16-24 x/menit, nadi 60-
Intervensi:
51
takikardi.
dehidrasi.
c) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa.
program pengobatan.
cairan.
Kriteria :
Intervensi :
intervensi segera.
air bersih akan dapat menghindari kondisi perianal yang basah dan kotor,
dimana kondisi ini akan dapat meningkatkan populasi bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi
c) Lakukan perawatan pada klien dengan tehnik aseptik pada daerah anus
sedemikian mungkin
53
berlebihan
kondisi perianal anak akan lebih cepat kering, dengan demikian resiko
e) Atur posisi klien senyaman mungkin untuk menghindari iritasi pada kulit
posisi ini juga dapat mengurangi keadaan stress anak sehingga akan dapat
menciptakan kerja sama yang baik dan pengalaman secara subjek dan objektif
pada keluarga dan pasien tentang manfaat untuk menjaga personal hygiene
intake makanan.
Intervensi:
b) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
terapeutik.
dan utilisasinya).
program diet.
sesuai indikasi.
a) TTV dalam batas normal : TD120/80 mmHg, RR 16-24 x/menit, nadi 60-
Intervensi :
pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan
hilang.
Intervensi :
klien.
b) Jalin hubungan saling pecaya antara orang tua klien, anak, dan perawat.
menurunkan kecemasan
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi
2.3.5 Evaluasi
laksanakan dengan saja dan terus menerus yang dilakukan oleh perawat dan
anggota tim kesehatan yang lainnya dengan tujuan untuk memenuhi apakah tujuan
dan rencana keperawatan telah berhasil atau tidak serta untuk melakukan
pengkajian ulang.
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa anak adalah siapa
saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih didalam
58
terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan
kesegaran jasmani atau rekreasi. Kebutuhan emosi atau kasih sayang (asih), pada
tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu
atau pengganti ibu dengan anak merupakan syarat yang mutlak untuk menjamin
tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kebutuhan
akan stimulasi mental (asah), stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam
proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini
perkembangan :
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah dan
59
tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara non verbal,
lembut.
Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya
menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang
dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian
dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik
dengan ibunya.
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun adalah
sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut ada
ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan terjadi
padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa melihat alat
yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana akan
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan
karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu saat
menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang
boneka. Berbicara dengan orangtua bila anak malu-malu. Beri kesempatan pada
yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan orangtua. Satu hal yang akan
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan yang
berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan
kognitifnya.
Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa.
Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan anak sudah
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-
anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah laku anak
merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak harus diberi
merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya
atau orang dewasa yang ia percaya. Menghargai keberadaan identitas diri dan
harga diri merupakan hal yang prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu
harus dilakukan dan dikuasai individu pada tiap tahap perkembangannya. Tugas
perkembangan bayi 0-2 tahun adalah berjalan, berbicara, makan makanan padat,
kestabilan jasmani. Tugas perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah mendapat
keterampilan fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai diri
sendiri, belajar bergaul dengan teman sebaya, memainkan peranan sesuai dengan
pembentukan kata hati, moral dan sekala nilai, mengembangkan sikap yang sehat
terhadap kelompok sosial dan lembaga. Tugas perkembangan anak usia 13-18
sebaya dan kedua jenis kelamin, menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik
Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan
tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi
tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan
ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ
masa atau waktu kehidupan anak. Menurut Hidayat (2008) secara umum terdiri
1) Masa prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada
masa embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8 minggu
pertama yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu
organisme dan terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu
fungsi organ, yaitu bertambah ukuran panjang dan berat badan terutama
2) Masa postnatal
Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah, masa sekolah,
a) Masa neonatus
masa neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan yang baru di
dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh.
b) Masa bayi
(antara usia 1-12 bulan): pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini
sususan saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun) : kecepatan pertumbuhan pada
64
motorik.
Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih terjadi
pada usia prasekolah anak berada pada fase inisiatif vs rasa bersalah
(initiative vs guilty). Pada masa ini, rasa ingin tahu (courius) dan adanya
Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak berada pada fase phalik,
dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-
laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku kedua orang tuanya
dalam pola makan dimana pada umumnya anak mengalami kesulitan untuk
d) Masa sekolah
Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik dan
e) Masa remaja
65
adalah :
1) Faktor internal
b) Keluarga
c) Umur
d) Jenis kelamin
e) Genetik
yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
f) Kelainan kromosom
2) Faktor eksternal
kembang anak :
a) Faktor prenatal
(1) Gizi
(2) Mekanis
(4) Endokrin
(5) Radiasi
67
jantung.
(6) Infeksi
antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah
jaringan otak.
b) Faktor persalinan
68
(1) Gizi
sinar radioaktif dan zat kimia tertentu (pb, merkuri, rokok, dan lain-lain)
(4) Psikologis
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,
(5) Endokrin
(6) Sosioekonomi
69
(8) Stimulasi
(9) Obat-obatan
hormon pertumbuhan.
aspek perkembangan yang dapat dipantau meliputi gerak kasar, gerak halus,
1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat
di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak mengalami perubahan dari
keadaan sehat dan rutinitas lingkungan serta mekanisme koping yang terbatas
yang mengharuskan anak tinggal dirumah sakit untuk menjalani terapi dan
besar dan menimbulkan ketakutan dan cemas bagi anak (Supartini, 2014).
71
reaksi menolak makan, sering bertanya, gelisah, menangis perlahan, dan tidak
yaitu menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, dan tidak kooperatif.
agresif, marah, dan berontak pada anak. Juga ekspresi verbal mengucap kata-kata
marah, tidak mau bekerjasama dengan perawat, dan ketergantungan pada orang
tua (Supartini, 2014). Anak prasekolah juga akan mendorong orang yang akan
peralatan, dan mencoba lari mencari tempat yang aman (Wong et all, 2009).
baru dan sering membingungkan yang dapat membawa dampak negatif terhadap
yang asing, dimana mereka biasanya dipaksa untuk menerima prosedur yang
menakutkan, nyeri tubuh dan ketidak nyamanan (Wong et al, 2009). Bagi anak
usia prasekolah, sakit adalah sesuatu yang menakutkan. Selain itu, perawatan di
lingkungan yang dirasanya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan. Anak
manfaat. Manfaat yang terlihat adalah dapat menyembuhkan anak dari sakit dan
Sakit membuat anak mempunyai pengalaman sosial baru yang dapat memperluas
Berpisah dengan orang tua merupakan stresor yang tinggi pada anak usia
prasekolah yang dirawat di rumah sakit, karena anak masih belum terbiasa dengan
lingkungan rumah sakit yang masih asing, sehingga hal itu dapat memicu
kecemasan terhadap anak. Bentuk kecemasan yang ditunjukkan pada anak adalah
perilaku agresif karena berpisah dengan orang tuanya (Hockenberry & Wilson,
2009).
2) Cedera tubuh
Anak pada usia prasekolah sudah mampu dalam mengenal konsep sakit
meskipun belum mengetahui penyebab dari rasa sakit itu. Anak akan mengalami
73
reaksi terhadap rasa sakit dan cidera tubuh pada saat tindakan infasif. Perilaku
yang ditunjukkan anak adalah meminta pada perawat yang akan melakukan
prosedur untuk menjauh, meminta peralatan yang akan dipakai untuk tindakan dan
berusaha untuk melarikan diri saat akan dilakukan tindakan keperawatan (Wong,
2009).
3) Kehilangan kontrol
Anak usia prasekolah pada umumnya menyukai kebebasan seperti saat bermain
di rumah. pada saat anak dirawat di rumah sakit, akan ada pembatasan gerak
sehingga membuat anak kehilangan kemampuan untuk mengontrol diri dan akan
dan memukul ketika mengalami perlakuan atau merasakan nyeri, karena tindakan
tentang alasan mengapa anak dirumah sakit membuat anak merasa bersalah dan
anak terhadap hospitalisasi pada usia prasekolah akan lebih berat dibandingkan
74
1) Usia
mengendalikan emosi.
2) Jenis kelamin
lingkungan dari pada laki-laki, kurang sabar dan mudah menggunakan air mata.
dan trauma sehingga anak akan sulit beradaptasi dan koopertif dengan tindakan.
perawatan.
4) Lama rawat
Tingkat kecemasan anak terhadap respon hospitalisasi tetap tinggi hingga anak
BAB 3
METODE PENELITIAN
adalah berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus (case study ).
Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu objek tertentu yang
mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh oleh semua
pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam studi ini dikumpulkan dari
pada fase tertentu saja atau salah satu aspek tertentu sebelum memperoleh
gambaran umum tentang kasus tersebut. Sebaliknya studi kasus akan kehilangan
namun tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek khusus yang perlu
dipelajari secara intensif dan mendalam. Studi kasus yang baik akan dilakukan
data studi kasus yang diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti tetapi juga dapat
diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan
baik. Dengan kata lain, data dalam studi kasus dapat diperoleh dari berbagai
sumber namun terbatas dalam kasus yang diteliti. Secara ringkas yang
67
77
adalah kedalaman analisisnya pada kasus yang lebih spesifik (baik kejadian
Batasan istilah pada kasus ini asuhan keperawatan anak yang mengalami
3.3 Partisipan
Partisipan yang diteliti dalam penelitian ini adalah 2 anak usia bayi dan
dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling, yaitu metode
kriteria yang akan dimasukkan dalam penelitian, dimana partisipan yang diambil
dapat memberikan informasi yang berharga bagi peneliti. (Barn & Grove dalam
Saparwati, 2012). Adapun kriteria partisipan yang telah peneliti tetapkan dalam
penelitian yaitu :
1) Pasien dengue femoragic fever (DHF) yang mengalami panas, derajat 1 dan 2.
dipilih sebagai subyek penelitian yaitu pasien dengue hemoragic fever (DHF) di
3.6 Instrumen
laku atau penampilan sumber data. Karena harus dicatat secara tertulis tanpa
utama karena hanya peneliti yang dapat bertindak sebagai alat ada dan responsive
triangulasi.
3.7.1 Wawancara
3.7.2 Observasi
pengamatan terlibat dimana peneliti juga menjadi instrumen atau alat dalam
penelitian sehingga peneliti harus mencari data sendiri dengan terjun lansung atau
(inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi). Metode observasi ini peneliti memilih
jenis observasi partisipatif adalah observasi yang sekaligus melibatkan diri selaku
orang dalam pada situasi tertentu. Hal ini agar memudahakan peneliti memperoleh
3.7.3 Dokumentasi
pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan penunjang serta data lain yang relevan.
data dari berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat triangulasi sumber,
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, diantaranya
mengecek data sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misal data
yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
analisis dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang
Hasil ditulis dalam bentuk cacatan lapangan, kemudian ditulis dalam bentuk
dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi data subyektif
Data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagian maupun teks naratif.
Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas diri klien.
3.9.4 Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
persetujuan. Tujuan informed consent agar subyek mengerti maksud dan tujuan
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2009).
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
Hidayat, A Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Isneini, Memed. (2014). Efektifitas penurunan suhu tubuh antara kompres hangat
dan water tsponge bath pada pasien anak usia 6 bulan- 3, diperoleh tanggal
23 november 2015darihttp://eprints.ums.ac.id
Nursalam, R dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak (Untuk Perawat
Dan Bidan). Jakarta : salemba medika.
Nelson, W.E. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta : EGC
Noer. (2004). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta : EGC
Vasanwala, dkk. (2011). Could peak proteinuria determine whether patient with
dengue fever develop dengue hemorraghic/dengue shock syndrome/- A
prospective cohort study. BMC Infectious Diseases.
lampiran 1
PENELITIAN
Nim : 16011
Kabupaten Sampang”.
Hasil penelitian ini sangat tergantung kepada kerjasama dari saudara, oleh
karena itu saya mohon kerjasamanya. Kerahasiaan identitas saudara akan dijaga
untuk itu saya sampaikan terimakasih. Semoga kesediaan saudara dapat menjadi
Sampang,…………. 2018
Peneliti
BUDI RAMADHAN
87
Lampiran 2
Nama :
Umur :
menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh saudari Vitria ningsih
Sampang”.
penelitian ini.
Sampang,…………. 2018
Responden
(.....................................)
88
Lampiran 3
Tujuan Tujuan dari sponge bath adalah menurunkan suhu tubuh pada
anak yang sedang mengalami demam dan memberi rasa
nyaman.
Prosedur a) Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi :
(1) Handuk/waslap 5 buah
(2) Selimut mandi 1 buah
(3) Baju mandi (jika ada),
(4) Perlak besar 1 buah
(5) Handscoon
(6) Termometer suhu tubuh, termometer air
(7) Baskom yang berisi air hangat (30°C)
c) Tahap pelaksanaan
(1) Lakukan sponge bath sebelum pemberian obat
antipiretik diminum.
(2) Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien
(3) Ukur suhu klien dan catat obat dan waktu pemberian
antipiretik yang telah diminum klien untuk
menurunkan suhu tubuh.
(4) Menempatkan perlak dibawah klien
(5) Membuka seluruh pakaian klien dan tutup tubuh
klien dengan handuk mandi
(6) Basahi waslap dengan air hangat dan peras
(7) Lakukan mengelap seluruh tubuh dengan
menggunakan waslap dimulai dari kepala dengan
tekanan lembut yang lama. Lap seluruh tubuh
meliputi leher, ketiak, perut dan ektremitas atas dan
89
Lampiran 4
A. IDENTITAS
Nama Klien : Nama Ayah :
Tanggal lahir : Nama Ibu :
Umur : Pekerjaan Ayah/ Ibu :
Suku/Bangsa : Pendidikan Ayah/ Ibu :
Agama : Suku/ Bangsa :
Alamat : Agama :
Sumber Informasi : Alamat :
Diagnosa Medis :
C. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Prenatal :
2. Natal :
3. Post Natal :
91
G. GENOGRAM
: Perempuan : Klien
: Arah hubungan
H. RIWAYAT NUTRISI
1. Frekuensi makan : x/hari
2. Nafsu makan :( ) Baik ( ) tidak nafsu, alasan
3. Minum : Jenis , Jumlah cc/hari
4. Jenis makanan rumah :
5. Makanan yang tidak disukai/ alergi/ pantangan :
1. PERNAFASAN
a) Bentuk dada :
b) Pola nafas :
c) Suara nafas :
93
2. KARDIOVASKULER
a) Nyeri dada :
b) Irama jantung :
c) Pulsasi :
d) Bunyi jantung :
e) CRT :
f) Cyanosis :
g) Clubing finger :
h) Lainnya sebutkan :
3. PERSYARAFAN
a) Reflek-reflek
(1) Menghisap :
(2) Menoleh :
(3) Menggenggam :
(4) Babinsky :
(5) Moro :
b) Patella :
c) Kejang :( ) ya, jenis ( )
tidak
d) Kaku kuduk :
e) Nyeri kepala :
f) Istirahat tidur : Siang, Jam/hari, Malam
Jam/hari
g) Kelainan N. Cranialis :
h) Lain-lain :
94
4. GENITOURINARIA
a) Bentuk alat kelamin :
b) Uretra :
c) Kebersihan alat kelamin :
d) Frekuensi kemih : x/hari, Warna : , Bau :
e) Produksi urin : ml/hari
f) Masalaheliminasiurin :
g) Lainnya, sebutkan :
5. PENCERNAAN
a) Mulut
(1) Mukosa :
(2) Bibir :
(3) Lidah :
(4) Kebersihan rongga mulut :
b) Abdomen
(1) Nyeri tekan : Lokasi , Peristaltik
x/menit
c) BAB
(1) Frekuensi : x/hari, Warna :
(2) Bau : , Konsistensi :
(3) Keluhan :
d) Lainnya, sebutkan :
95
7. PENGINDRAAN
a) Mata
(1) Reflek cahaya :
(2) Gerakan mata :
(3) Konjungtiva :
(4) Sklera :
(5) Pupil :
(6) Lainnya, sebutkan :
b) Hidung
(1) Reaksi alergi :
(2) Sekret :
(3) Lainnya, sebutkan :
c) Mulut dan tenggorokan
(1) Gigi geligi :
(2) Kesulitan menelan :
(3) Lainnya, sebutkan :
96
8. ENDOKRIN
a) Pembesaran kelenjar tiroid :
b) Pembesaran kelenjar parotis :
c) Hiperglikemia :
d) Hipoglikemia :
e) Lainnya, sebutkan :
9. ASPEK PSIKOSOSIAL
a) Ekspresi afek dan emosi :
b) Hubungan dengan keluarga :
c) Dampak hospitalisasi bagi anak :
d) Dampak hospitalisasi bagi orang tua :
J. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium :
2. USG :
3. Roentgen :
K. DATA TAMBAHAN
Pemeriksa
( )
97
Analisa Data
Klien 1
Klien 2
98
Diagnosa Keperawatan
Klien 1
Klien 2
99
Perencanaan
Klien 1
Klien 2
100
Evaluasi
Klien 1
101
Klien 2