MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Konsep-Konsep Dasar MIPA dengan dosen pengampu
Bapak Acep Sulaiman, M.Pd.
Disusun oleh :
Nama NPM
Dian Wijaya 20187270226
Ahmad Jumaedi 20187270219
Bekti Sugihandayani 20187270207
FAKULTAS PASCASARJANA
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala karunia yang
diberikan-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Literasi Sains”.
Makalah ini merupakan tugas yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan mata
kuliah Konsep-Konsep Dasar MIPA. Semoga dengan disusunnya makalah ini akan
memberikan manfaat kepada pembaca dan memberikan pemahaman tentang Literasi
Sains.
Makalah ini tak luput dari kesalahan yang tak disadari oleh penulis. Untuk itu,
kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan guna memperbaiki penulisan
makalah di masa yang akan dating.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................. 18
PENDAHULUAN
1
2
5
6
dan membuat interpretasi seperti yang tertulis dari hasil pengamatan ilmiah
yang lebih mendalam atau pemecahan masalah teknologi.
3. Dibandingkan dengan kemampuan literasi sains gabungan, kompetensi siswa
Indonesia dalam mengidentifikasi masalah ilmiah lebih rendah (-0,4),
menjelaskan fenomena secara ilmiah lebih tinggi (1,1 poin), dan menggunakan
fakta ilmiah lebih rendah (-7,8). Sementara itu, pengetahuan siswa Indonesia
tentang sains lebih rendah (-6,4), bumi dan antariksa lebih tinggi (8,3), sistem
kehidupan lebih rendah (-2,5), dan sistem fisik lebih rendah (-7,4). Hal ini
menunjukkan bahwa siswa Indonesia memiliki kompetensi paling tinggi dalam
menjelaskan fenomena secara ilmiah dan memiliki pengetahuan sains tertinggi
dalam bumi dan antariksa.
4. Berdasarkan jenis kelamin, kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia
laki-laki (skor 399) lebih tinggi daripada kemampuan literasi sains rata-rata
siswa Indonesia perempuan (skor 387). Perbedaan skor rata-rata siswa laki-laki
dan perempuan adalah 12.
5. Dibandingkan dengan hasil studi PISA tahun 2000/2001 dan 2003,
kemampuan literasi sains siswa Indonesia pada tahun 2006 relatif stabil atau
tidak mengalami peningkatan. Skor literasi sains rata-rata siswa Indonesia pada
tahun 2000/2001 adalah 393 dan tahun 2003 adalah 395.
B. Komponen dan Aspek-aspek dalam Literasi Sains
Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab
suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan
menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan (Rustaman et al., 2004). PISA
(2000) menetapkan lima komponen proses sains dalam penilaian literasi sains,yaitu:
a. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang dapat diselidiki secara
ilmiah, seperti mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab oleh sains.
b. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah.
Proses ini melibatkan identifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan
untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penyelidikan sains, atau prosedur
yang diperlukan untukmemperoleh bukti itu.
c. Menarik dan mengevaluasi kesimpulan. Proses ini melibatkan
kemampuan menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang mendasari
atau seharusnya mendasari kesimpulan itu.
d. Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid, yakni mengungkapkan
secara tepat kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia.
9
(OECD, 1999: 60). Perubahan yang dimaksud dapat bersifat alamiah dan dapat pula
sebagai akibat dari aktivitas manusia. National Science Education Standars (1995)
mendefinisikan literasi sains adalah pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-
konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pribadi,
partisipasi dalam urusan sipil, budaya dan produktivitas ekonomi. Termasuk tipe
kemampuan lainnya.
Strategi yang digunakan untuk membantu individu untuk memahami
sains menurut Settlage, J., and Southerland, S.A, (2007 : 2) adalah membantu
masyarakat menggunakan cara berpikir sains dalam memahami kehidupannya. Cara
berpikir sains dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
Penyampaian hakikat sains oleh guru biasanya membingungkan peserta didik,
sehingga dalam benak peserta didik terkesan bahwa bahwa sains tidak berbeda
dengan mistik dan biasanya dipelajari secara hafalan. Untungnya ada dimensi-
dimensi dalam pembelajaran sains untuk memperjelas hakikat tersebut. Dimensi
dimensi atau sudut pandang ini dapat digunakan untuk melaksanakan, dan
menganalisis pembelajaran sains. Berdasarkan kedalaman cara mempelajarinya sains
memiliki 4 dimensi, yaitu:
(1) sains sebagai cara berpikir;
(2) sains sebagai cara untuk menyelidiki;
(3) sains sebagai pengetahuan;
(4) sains dan interaksinya dengan teknologi dan masyarakat (Chiapetta
and Koballa, 2006).
Menurut Shen (1975) dalam Bybee (1986), ada 3 bentuk melek Sains
yang berbeda namun berkaitan Yaitu : Praktis, yang bersifat kewarganegaraan, dan
yang bersifat kultural.
a. Melek Sains Praktis ditandai dengan dimilikinya pengetahuan ilmiah dan
pengetahuan teknis yang juga dapat digunakan untuk membantu
memecahkan kebutuhan manusia yang paling dasar dalam bidang
kesehatan dan kelangsungan hidup.
17
18
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis srta
dapat menjadi bahan perbandingan. Penulis menyadari dalam penyusunan dan
penulisan makalah masih banyak kekurangan dan jauh dari persoalan yang
diharapkan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun berguna untuk penulisan makalah di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Toharudin, U. dkk. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: UPI
Liliasari. 2011. Membangun Masyarakat Melek Sains Berkarakter Bangsa Melalui
Pembelajaran. Makalah yang disajikan pada nasional Universitas Negeri
Semarang. (Online),(http://liliasari.staf.upi.edu/files/2011/05/Makalah
Semnas-UNNES-2011.Liliasari.pdf), diakses 12 Februari 2017
Tim Gerakan Literasi Sains. 2017. Gerakan Literasi Sains. Jakarta: Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan.
19