Makalah DDPM Kelompok Ii
Makalah DDPM Kelompok Ii
Disusun Oleh:
KELOMPOK II
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melipahkan Rahmat-nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Literasi Sains Kimia” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Dasar dasar MIPA.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya tidak akan bisa maksimal jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi
pembaca
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Liliasari (2011) mendefinisikan literasi sains sebagai pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep dan proses sains yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pribadi,
berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat dan budaya, serta produktivitas ekonomi. Pada PISA
2000 dan 2003, literasi sains didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan
ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti agar dapat
memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alam dan perubahan yang dibuat
untuk itu melalui kegiatan manusia(fibonaci, 2020).
Salah satu bagian dari pendidikan sains yang memiliki peranan penting untuk meningkatkan
literasi sains adalah kimia. Menurut BSNP tahun 2006 "Ilmu kimia merupakan salah satu cabang
ilmu dari IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang
berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika". Kimia
adalah salah satu mata pelajaran yang mempelajari mengenai materi dan perubahan yang terjadi
di dalamnya. Dalam mempelajari ilmu kimia banyak manfaat yang akan diperoleh karena hampir
semua aspek dalam ilmu kimia berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari, contohnya seperti
makanan, minuman, pakaian, obat-obatan, industri, dan sebagainya. Manfaat dari ilmu kimia
dapat dirasakan dengan cara menerapkan ilmu kimia. Namun selama ini masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami dan mengikuti pelajaran kimia sehingga kimia dianggap
sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa dan membuat motivasi siswa
dalam belajar kimia kurang sehingga kemampuan literasi sains siswa pun kurang. Untuk dapat
memiliki literasi sains, siswa harus memiliki pemahaman terkait materi pembelajaran, proses
sains, serta kemampuan mengaplikasikan pemahaman yang dimiliki.
A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan literasi sains?
2. Apa prinsip literasi sains?
3. Apa penyebab rendahnya literasi di Indonesia?
B. Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini yaitu
1. Mengetahui pengertian literasi sains
4
2. Mengetahui prinsip literasi sains
3. Mengetahui penyebab rendahnya literasi di Indonesia
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Liliasari (2011) mendefinisikan literasi sains sebagai pengetahuan dan pemahaman konsep-
konsep dan proses sains yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pribadi, berpartisipasi
dalam kegiatan masyarakat dan budaya, serta produktivitas ekonomi. Pada PISA 2000 dan 2003,
literasi sains didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah,
mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti agar dapat memahami
dan membantu membuat keputusan tentang dunia alam dan perubahan yang dibuat untuk itu
melalui kegiatan manusia(fibonaci, 2020)
Literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi
pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil
simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains, memahami bagaimana sains dan
teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan
peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD, 2016).
National Research Council (2012) menyatakan bahwa rangkaian kompetensi ilmiah yang
dibutuhkan pada literasi sains mencerminkan pandangan bahwa sains adalah ansambel dari
praktik sosial dan epistemik yang umum pada semua ilmu pengetahuan, yang membingkai semua
kompetensi sebagai tindakan.
Pengetahuan dan kecakapan ilmiah adalah kata kunci pada kalimat definisi literasi sains di
atas. Di sekolah pun, penilaian untuk mata pelajaran sains bukan hanya mencakup aspek
pengetahuan, melainkan juga dengan aspek kecakapan hidup yang penilaiannya diambil dari hasil
praktikum peserta didik. Jika literasi sains hanya dipahami sebagai pengetahuan, maka peserta
didik hanya memahami tanpa mampu mengubah kondisi dengan pendekatan sains. Contoh paling
sederhana adalah materi tentang kerusakan lingkungan.
Semua peserta didik yang telah belajar sains tentang lingkungan hidup, akan sadar dan paham
bahwa membuang sampah di sembarang tempat akan mencemari lingkungan. Dari aspek
pengetahuan peserta didik sudah literat untuk kasus ini. Namun, tidak semua peserta didik mampu
mempraktikkan pengetahuan itu dalam wujud sikap ilmiah dengan tidak membuang sampah di
sembarang tempat, dan dalam wujud kecakapan ilmiah adalah dengan mendaur ulang sampah
menjadi produk bermanfaat.
Shwartz (2006) memberikan gambaran sekilas, bahwa seorang yang memiliki literasi kimia
dalam aspek afektif adalah seseorang yang memiliki pandangan yang lebih luas terhadap kimia
dan aplikasinya, serta menunjukkan ketertarikan dengan isu-isu kimia yang berkembang di
6
masyarakat, misalnya seperti sebuah program TV ataupun masalah lingkungan. Hasil penelitian
dari Holbrook dan Rannikmae (2009) mendapatkan kesimpulan bahwa meningkatkan literasi
sains adalah mengembangkan kemampuan, untuk kreatif memanfaatkan fenomena alam
berdasarkan pengetahuan dan keterampilan sains, terutama untuk relevansi kehidupan sehari-hari
dan karir, memecahkan tantangan masalah pribadi serta keputusan sosial yang bertanggung jawab
(fibonaci, 2020).
1. Kontekstual
Pembelajaran sains yang kontekstual tidak hanya berdasarkan materi yang tersedia di buku
paket peserta didik, melainkan juga dikaitkan dengan kondisi aktual yang terjadi, ataupun
menyesuaikan dengan kearifan lokal masyarakat, Dalam pembelajaran ini, peserta didik
dilibatkan langsung dengan turun langsung ke masyarakat untuk wawancara, mengamati, hingga
praktik langsung bersama masyarakat sekitar.
3. Sesuai dengan standar mutu pembelajaran yang sudah selaras dengan pembelajaran
abad ke-21
Pembelajaran abad ke-21 adalah pembelajaran yang mengimplemen tasikan Creativity and
Innovation (daya cipta dan inovasi), Collaboration (kerja sama), Communication (komunikasi),
Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah). Keempat elemen
pembelajaran abad ke-21 yang biasa disebut dengan 4C ini, jika dimiliki oleh peserta didik, akan
membuat mereka sebagai pembelajar yang mampu menganalis dan memecahkan masalah
pribadinya ataupun masalah yang terjadi pada masyarakat.
8
siswa. Beberapa bahan ajar yang mengacu pada kurikulum lama menjejali siswa dengan konsep-
konsep yang harus dihafal, tidak mengajak siswa menemukan makna serta keterkaitannya dengan
kehidupan mereka secara individual, ber- masyarakat, dan bernegara. Hasil penelitian Ummah,
Rusilowati, & Yulianti (2018) mendukung pernyataan tersebut, buku-buku ajar yang ada selama
ini lebih menekankan kepada dimensi konten dari pada dimensi proses dan konteks sebagaimana
dituntut oleh PISA, sehingga diduga menyebabkan rendahnya tingkat literasi sains anak
Indonesia.
Terkait pembelajaran kimia, banyak siswa merasa bosan dan tidak termotivasi. Ilmu kimia
sebagai bagian dari sains memiliki karakteristik yang dibangun dengan mengedepankan
eksperimen sebagai media/cara untuk memperoleh pengetahuan, kemudian dikembangkan atas
dasar pengamatan, pencarian, dan pembuktian.
Wawancara terhadap beberapa siswa menunjukkan bahwa siswa sangat malas jika diminta
membaca buku teks pelajaran. Siswa mengatakan membaca buku pelajaran seperti suatu beban
bagi siswa berbeda dengan membaca komik merupakan hal yang menyenangkan, dan tidak terasa
dalam sehari mereka bisa menghabiskan berjilid-jilid komik, "... Karena komik dapat membuat
kami senang, banyak gambar, dan ceritanya beralur, membuat kami selalu penasaran terhadap
cerita selanjutnya..." Tutur seorang siswa ketika ditanya alasan mereka menyukai komik
dibandingkan buku pelajaran. Oleh karena itu, perlu juga memberikan sentuhan edutainment
dalam buku-buku kimia (Affeldt, Meinhart, & Eilks, 2018).
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup literasi sains mengacu pada Chiappetta, Fillman & Sethna (1991) meliputi:
1. Sains sebagai batang tubuh pengetahuan (a body of knowledge)
Kategori ini digunakan apabila tujuan dari pernyataan pada buku ajar yang dianalisis adalah:
a. Menyajikan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan hukum-hukum
b. Menyajikan hipotesis-hipotesis, teori-teori dan model-model
c. Meminta peserta didik untuk mengingat pengetahuan atau informasi
2. Sains sebagai cara untuk menyelidiki (way of investigating)
Kategori ini digunakan apabila tujuan dari pernyataan pada buku ajar yang dianalisis adalah:
a. Mengharuskan peserta didik untuk menjawab pertanyaan melalui penggunaan materi
b. Mengharuskan peserta didik untuk menjawab pertanyaan melalui penggunaan grafik-
grafik, tabel-tabel dan lain-lain
c. Mengharuskan peserta didik untuk membuat kalkulasi
d. Mengharuskan peserta didik untuk menerangkan jawaban
9
e. Melibatkan peserta didik dalam eksperimen atau aktivitas berpikir
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Liliasari (2011) mendefinisikan literasi sains sebagai pengetahuan dan pemahaman konsep-
konsep dan proses sains yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pribadi, berpartisipasi
dalam kegiatan masyarakat dan budaya, serta produktivitas ekonomi. Rendahnya literasi sains
siswa Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi terdiri atas faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal bisa berupa motivasi, minat, ketekunan, intelegensi,
dan sebagainya. Faktor eksternal yang bisa mempengaruhi kemampuan siswa Indonesia antara
lain kurikulum, guru, metode, bahan ajar dan sebagainya.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat,semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada
terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan. Karena kami adalah hamba Allah yang tidak luput
dari salah,khilaf,Alfa dan lupa.
10
DAFTAR PUSTAKA
Kamila, S, S dan Sabir. (2001). Pembelajaran Literasi Sains Berbasis Proyek Di Masa Panndemi
Covid 19. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini.
Retno, A, T, P., Saputro, S., dan Ulfa, M. (2017). KAJIAN ASPEK LITERASI SAINS PADA
BUKU AJAR KIMIA SMA KELAS XI DI KABUPATEN BREBES. SEMINAR
NASIONAL PENDIDIKAN SAINS.
11