Anda di halaman 1dari 6

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03 , No.

02,juli 2015

Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson


Sebagai Pendeteksi Ketebalan Bahan Transparan Dengan
Metode Image Processing Menggunakan Sensor Charge
Couple Device (CCD)

Warsito, Sri Wahyu Suciyati, Aptridio S Yusuf


JurusanFisika FMIPA Universitas Lampung
Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedong Meneng, Bandar Lampung 35145
Email: Yusufaptridio@yahoo.co.id, warsito@unila.ac.id

Diterima (27 April 2015), direvisi ( 21 Mei 2015 )

Abstract. Detection of transparent acrylic material and glassthickness did by observing the change
in the fringe pattern formed on a Michelson interferometer. Fringe pattern that formed when the
Michelson interferometer has not been given a sample, used as a starting or considered under normal
conditions. Changes in the fringe pattern without sample given by the fringe pattern when given
samples of acrylic and glass, is used as the value of the thickness of the observed sample.
Observations were made with the help of CCD sensors on cameras. The results obtained from the
image, processed to show the value of the changes that may occur. From the experiments that have
been done obtained that thickness of 2 mm acrylic is 0,8 mm and 3 mm acrylic is 1,7 mm. For
measuring glass thickness obtained that thickness of 1 mm glass is 0,6 mm, 2 mm glass is 0,8 mm
and 3 mm glass is 2.1 mm.

Keywords: Interferometer Michelson, thickness of glass and acrylic, ccd sensor

Abstrak. Deteksi ketebalan bahan transparan akrilik dan kaca dilakukan dengan cara mengamati
perubahan pola frinji yang terbentuk pada interferometer michelson. Pola frinji yang terbentuk pada
saat interferometer michelson belum diberikan sampel, digunakan sebagai data awal atau dianggap
dalam kondisi normal. Perubahan pola frinji tanpa diberikan sampel dengan pola frinji saat
diberikan sampel akrilik dan kaca, digunakan sebagai nilai ketebalan dari sampel yang diamati.
Pengamatan dilakukan dengan bantuan sensor ccd yang terdapat pada kamera. Hasil dari gambar
yang didapatkan, diolah hingga dapat menunjukan nilai perubahan yang terjadi. Dari percobaan
yang telah dilakukan diperoleh tebal akrilik 2 mm sebesar 0,8 mm dan akrilik 3 mm sebesar 1,7 mm.
untuk pengukura ketebalan kaca didapatkan tebal kaca 1 mm sebesar 0,6 mm, kaca 2 mm sebesar
0,8 mm dan kaca 3 mm sebesar 2,1 mm.

Kata kunci: Interferometer Michelson, ketebalan kaca dan akrilik, sensor ccd

PENDAHULUAN cahaya. Pada perkembangannya


interferometer Michelson dapat
Alat optik interferometer Michelson digunakan untuk mengukur indeks bias,
memiliki banyak kegunaan salah satunya ketebalan bahan, konsentrasi larutan.
yakni, sebagai alat ukur. Interferometer Pengukuran atau pendeteksian ketebalan
Michelson pada awalnya digunakan untuk membutuhkan tingkat sensitivitas yang
mengukur panjang gelombang dari berkas tinggi.

221
Warsito dkk: Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson Sebagai Pendeteksi
Ketebalan Bahan Transparan Dengan Metode Image Processing Menggunakan Sensor
Charge Couple Device (CCD)

Pada prinsipnya, interferometer


Michelson mampu mengukur perubahan
pengukuran dalam nilai yang kecil, akan
tetapi dibatasi oleh perubahan orde pola
frinji pada interferensi yang terjadi.
Penambahan sensor ccd yang terdapat
pada kamera, digunakan untuk
memudahkan dan membantu proses
analisa data secara digitalisasi
menggunakan software Borland Delphi
dan Matlab. Dalam penelitian ini Gambar 1. Interferensi konstruktif amplitudo
dirancang alat interferometer Michelson
yang terintegrasi dengan kamera, Interferometer Michelson merupakan
sehingga data yang diperoleh dapat suatu alat yang dirancang untuk
dianalisis untuk mendapatkan nilai menghasilkan pola interferensi dari
perubahan ketebalan sampel yang diuji. perbedaan lintasan optiknya (Nugroho
Perubahan pola frinji pada saat salah satu dkk, 2009). Sensor ccd merupakan sensor
berkas cahaya diberikan sampel terjadi yang terdapat pada kamera. Sensor ini
karena adanya cahaya yang terserap oleh berfungsi mengubah cahaya menjadi
sampel, dan waktu periode jatuhnya elektron yang kemudian diubah menjadi
gelombang yang berubah. gambar seperti aslinya (Riyanti dkk,
Pola frinji terbagi menjadi dua, yaitu 2009). Pengolahan hasil gambar yang
pola terang dan pola gelap. Pola frinji didapatkan biasa disebut dengan image
yang terbentuk, terjadi karena adanya processing. Tujuan dilakukannya proses
peristiwa interferensi cahaya. Interferensi image processing untuk memudahkan
adalah bertemunya dua buah gelombang analisis gambar menggunakan bantuan
atau lebih, sehingga terjadinya komputer.
penggabungan secara superposisi atau
lebih pada sebuah titik (Tipler, 2001). METODE PENELITIAN
Interfernsi terbagi menjadi dua,
interfernsi instruktif dan destruktif. Analisis pola frinji dilakukan dengan
Interfernsi instruktif yaitu interferensi cara Melihat perubahan pola frinji pada
yang terjadi apabila dua buah gelombang saat lintasan optik diberikan sampel dari
bertemu dengan fase yang sama sehingga sebelum diberikan sampel. Proses
saling menguatkan. Sedangkan pertama yang dilakukan dalam
interferensi destruktif ialah bertemunya melaksanakan penelitian dengan cara
dua buah gelombang cahaya dengan fase melakukan kalibrasi interferometer
yang berbeda, sehingga saling Michelson. Kalibrasi alat interferometer
meniadakan atau melemahkan (sugito Michelson dilakukan dengan cara
dkk, 2005). mensejajarkan berkas cahaya datang
Gambar 1 merupakan gambar dari dengan berkas cahaya pantul tanpa
interferensi konstruktif, dimana dua buah melewati beam splitter. Setelah berkas
gelombang yang ada memiliki fase yang cahaya datang dan pantul sejajar, kalibrasi
sama sehingga saling menguatkan.

222
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03 , No.02,juli 2015

selanjutnya dengan cara mencari dua buah Proses dalam pengambilan data
tiitik dengan cara melewatkan berkas dilakukan dengan cara melakukan
cahaya melalui beam splitter. Setelah dua pengulangan hingga 5 kali. Pengulangan
buah titik berkas cahaya bersatu dalam dalam proses pengambilan data dilakukan
satu titik, pola interferensi berupa pola untuk menggurangi noise dalam proses
frinji gelap dan terang dapat terlihat. pengambilan data. Dari 5 data gambar
Dalam penelitian ini alat dan bahan yang yang telah didapatkan, dilakukan
digunakan berupa satu set alat penggabungan menjadi satu sehingga
interferometer Michelson, laser He-Ne, hanya satu data gambar yang kemudian
kamera webcam logitech c270, Kaca 1 akan dianalisis. Gambar yang didapatkan
mm, 2 mm, 3 mm, akrilik 2 mm dan dianalisis nilai greylevelnya. Perbedaan
akrilik 3 mm. nilai greylevel pada saat belum diberikan
Diagram alir dari penelitian yang sampel dijadikan data awal atau data
dilakukan ditunjukan oleh Gambar 2. acuan. Nilai perubahan dari sebelum
diberikan sampel (tanpa sample) dengan
setelah diberikan sampel dijadikan data
perubahan ketebalan sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang didapatkan dari perlakuan


yang dilakukan merupakan perubahan
jarak dalam skala satuan pixel. Konversi
satuan pixel ke dalam satuan panjang
(mm) dilakukan dengan cara
mengkalibrasi kamera yang digunakan.
Jarak kamera terhadap layar tempat pola
frinji ditangkap harus sama selama
pengambilan data. Proses kalibrasi
dilakukan dengan cara mengukur
besarnya perubahan pixel pada setiap 1
mm pengukuran. Dari pengukuran yang
telah dilakukan didapatkan nilai
perubahan 14 pixel untuk setiap
perubahan 1 mm.
Gambar 3 merupakan grafik kalibrasi
kamera untuk mengkonversi satuan pixel
menjadi satuan panjang (mm). hasil
kalibrasi dari jarak pixel ke dalam
panjang (mm) mendapatkan nilai grafik
linear y = 10,70x + 3,153, dimana nilai y
adalah nilai panjang pixel dan nilai x
adalah nilai perubahan jarak dalam satuan
Gambar 2. Diagram alir penelitian (mm).

223
Warsito dkk: Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson Sebagai Pendeteksi
Ketebalan Bahan Transparan Dengan Metode Image Processing Menggunakan Sensor
Charge Couple Device (CCD)

Gambar 3. Grafik kalibrasi kamera

Data hasil pengukuran didapatkan Gambar 5. Rancangan alat penelitian


dengan cara menarik garis tegak lurus dari
terang pusat hingga frinji terakhir. Nilai Rancangan alat interferometer
greylevel pada garis yang diamati tersebut Michelson yang dibuat dapat dilihat pada
dijadikan acuan nilai pola terang dan Gambar 5. pada Gambar 5, rangkaian alat
gelap. Nilai greylevel pada garis yang penelitian terdiri dari satu set alat
memiliki nilai greylevel tinggi interferometer michelson, kamera dan
merepresentasikan nilai pola terang. laptop. Proses dilakukan dengan cara
Sedangkan untuk nilai greylevel rendah mengambil gambar pola frinji yang
menunjukan posisi pada saat pola gelap. terbentuk dari peristiwa interferensi pada
Pengamatan dilakukan dengan cara interferometer Michelson dengan
mengamati pola gelap pada saat belum menggunakan kamera. Gambar yang
diberikan sampel, kemudian dibandingkan dihasilkan. Disimpan pada laptop yang
dengan pola gelap saat diberikan sampel. nantinya akan dianalisis dengan software
perubahan yang terjadi pada kedua pola pengolahan citra.
gelap tersebut diamati selisihnya,
sehingga mendapatkan perubahan panjang
pixel.

(a) (b)

Gambar 4. Pola frinji yang telah diberikan


perlakuan penarikan garis (c)

Gambar 4 menunjukan pola frinji yang Gambar 6. (a) pola frinji tanpa sampel (b)
dibeeri perlakuan penarikan pola frinji sampel akrilik 2 mm
garis. (c) pola frinji sampel akrilik 3
mm.

224
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03 , No.02,juli 2015

Tabel 1 merupakan tabel yang


menunjukan data hasil dari penelitian
yang dilakukan.
Hasil yang didapatkan dari proses
penelitian yang dilakukan masih belum
(a) (b)
mendekati nilai aslinya. Banyak sekali
faktor eksternal maupun internal yang
mempengaruhi hasil yang didapatkan.
faktor eksternal dapat terjadi akibat
ganguan dari cahaya lingkungan sekitar,
(c) sehingga menyebabkan nilai greylevel
Gambar 7. (a) Pola frinji pada sampel kaca 1 yang didapatkan mengalami perubahan.
mm (b) pola frinji pada sampel
Faktor internal dapat disebabkan dari
kaca 2 mm (c) pola frinji pada
sampel kaca 3 mm
noise yang terjadi pada alat yang
dirancang, karena apabila terdapat
Dari penelitian yang dilakukan gerakan sedikit atau gangguan getaran
didapatkan nilai perubahan pola frinji dari sedikit saja akan mempengaruhi pola
pola frinji tanpa sampel ke pola frinji frinji yang terbentuk.
yang diberikan sampel. pola frinji tanpa
sampel dijadikan titik acuan pengukuran
karena merupakan pola frinji asli sebelum KESIMPULAN DAN SARAN
diberikan perlakuan. Sampel akrilik 2 mm
pada saat dianalisis nilai ketebalannya Pengukuran dilakukan dari pola gelap
mendapatkan nilai sebesar 0,8 mm. akan lebih akurat bila dibandingkan
sedangkan untuk akrilik 3 mm dengan pola terang. Karena bentuk pola
mendapatkan nilai sebesar 1,7 mm. gelap 1 dan pola gelap 2 hampir sama,
pengujian sampel kaca 1 mm tidak seperti bentuk terang pertama yang
mendapatkan nilai sebesar 0,6 mm. pada bulat penuh tidak seperti terang kedua.
pengujian sampel kaca 2 mm didapatkan Hal tersebeut dapat mempengaruhi tingkat
nilai ketebalan sebesar 0,8 mm. untuk kejelasan greylevel yang ditunjukan,
ketebalan kaca 3 mm hasil yang karena perbedaannya sangat mencolok.
didapatkan sebesar 2,1 mm. Pengamatan yang dilakukan mendapatkan
nilai ketebalan untuk akrilik 2 mm sebesar
Tabel 1. Data perubahan jarak pola frinji 0,8 mm, akrilik 2 mm sebesar 1,7 mm,
dan pengukuran ketebalan kaca 1 mm sebesar 0,6 mm, kaca 2 mm
sebesar 0,8 mm dan kaca 3 mm sebesar
Gelap Gelap Perubaha Hasil 2,1 mm. perbedaan nilai ketebalan asli
NO Sampel ΔL n jarak ketebal
1 2 frinji (Δx) an dengan yang didapatkan dalam penelitian
1 Tanpa 60 122 62 0 dapat ditangulangi dengan cara ala yang
0 pixel
Sampel Pixel Pixel pixel mm
2 Akrilik 85 135 50 12 0,8 dirancang ditambahkan peredam noise
2mm Pixel Pixel pixel pixel mm getaran sehingga lebih stabil dan
3 Akrilik 59 110 41 21 1,7
3mm Pixel Pixel pixel pixel mm pengambilan data dilakukan pada ruang
4 Kaca 73 125 52 10 0,6 kedap cahaya.
1mm Pixel Pixel pixel pixel mm
5 Kaca 68 118 50 12 0,8
2mm Pixel Pixel pixel pixel mm
6 Kaca 52 88 36 26 2,1
3mm Pixel Pixel pixel pixel mm

225
Warsito dkk: Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson Sebagai Pendeteksi
Ketebalan Bahan Transparan Dengan Metode Image Processing Menggunakan Sensor
Charge Couple Device (CCD)

DAFTAR PUSTAKA Riyanti, M. E., Usman, K., & Rizal, A.


(2009). DeteksidanKlasifikasi Penyakit
Tipler, P. (2001). Fisika Untuk Sains Anemia (Defesiensi Besi, Hemolitik).
danTeknik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Bandung: Skripsi S1 Jurusan Teknik
Elektro, Institut Teknologi Telkom.
Sugito, H., Wahyu, Firdausi, k. s., &
mahmudah, s. (2005). Pengukuran Nugroho, S. E., Firdausi, K. S., &
Panjang Gelombang Sumber Cahaya Marhaendarjaya, I. (2007). Penentuan
Berdasarkan. Berkala Fisika, Vol.8, Tebal Bahan Transparan (ZnO)
No.2, April 2005, hal 37-44. ISSN : Menggunakan Interferometer
1410 - 9662. Michelson. Semarang: Skripsi
S1 Fakultas MIPA, Jurusan
Fisika, Universitas Diponegoro

226

Anda mungkin juga menyukai