Anda di halaman 1dari 5

UPJ 6 (1) (2017)

Unnes Physics Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj

Pengaruh Suhu Terhadap Perubahan Pola Interferensi Pada Fiber Optik


Nur Hanifah Fitriana , Sri Yuliatun, Tira Maulani ‘Adhimah, Widowati Mustika Sholih
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sebelas Maret
Gedung D, Kampus FKIP, Surakarta 57126

Info Artikel Abstrak


Diterima Desember 2017 Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh variasi suhu terhadap pola
Disetujui Januari 2018 interferensi pada fiber optik dan menjelaskan aplikasi dari perubahan pola interferensi fiber optik
Dipublikasikan Februari akibat dari perubahan suhu. Metode yang digunakan pada makalah ini adalah kajian pustaka
2018 dari berbagai sumber atau referensi yang relevan. Dalam makalah ini, sumber pustaka yang
digunakan berupa: buku, jurnal nasional, jurnal internasional, electronic book, dll. Hasil dari kajian
Keywords:
ini adalah pemanasan pada fiber optik menyebabkan cahaya melintasi panjang lintasan yang
Fiber Optik, Interferensi,
berbeda sehingga terjadi perubahan fluks magnetik yang menyebabkan perubahan pola
Suhu
interferensi. Variasi suhu mempengaruhi variasi indeks bias dan pemanjangan serat. Hal ini
menyebabkan perubahan pada konstanta propagasi dan panjang serat. Bila dirangsang dengan
cahaya yang koheren pada salah satu ujung, serat menghasilkan pola intermodal interferensi
pada ujung serat yang lain. Berdasarkan pembahasan dapat ditarik kesimpulan: Perubahan
panjang fiber optik berbanding lurus dengan perubahan suhu. Besar radiasi yang datang pada
daerah fotodetektor membentuk pola gelap terang adalah sebagai berikut, dimana ∆d merupakan
perbedaan panjang pada fiber optik. Semakin kecil perbedaan panjang pada fiber optik maka
semakin besar nilai I. Aplikasi dari pengaruh suhu pada pola interferensi fiber optik dimanfaatksn
untuk pembuatan sensor suhu.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6978
Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Indonesia
E-mail: hani.fitriana@gmail.com

45
Nur Hanifah Fitriana et al / Unnes Physics Journal 6 (1) (2017)

PENDAHULUAN
lapisan resin disesuaikan sedemikian rupa
Pada dasarnya kehidupan manusia sehingga (untuk panjang gelombang tertentu)
selama ini tidak bisa terlepas dari suhu dan setengah dari cahaya optik melewatinnya dan
kalor. Perubahan suhu yang terjadi pada suatu juga sebagian lagi ditransmisikan.
benda dapat merubah bentuk atau ukuran
benda, peristiwa tersebut merupakan fenomena
pemuaian.
Serat optik terbuat dari bahan dielektrik
yang berbentuk seperti kaca (glass). Prinsip
dasar dari sistem komunikasi serat optik adalah
pengiriman sinyal informasi dalam bentuk Gambar 1. Skema Pembagi Sinar
sinyal cahaya. Pemuaian pada Fiber Optik
menyebabkan pertambahan panjang pada core Keterangan: 1. Sinar optik, 2. 50 % Sinar
(inti) fiber optik. yang ditransmisikan, 3. 50 % Sinar yang
Interferometer Michelson merupakan direfleksikan.
susunan alat optik paling umum yang
digunakan untuk interferometer. Pada
Michelson Interferometer, sinar datang dibagi
menjadi dua bagian oleh beam splitter atau
sepasang fiber optik (salah satu bagian menjadi
acuan). Penggunaan fiber optik yang telah
meluas pada aplikasi teknologi dalam
kehidupan sehari – hari membuat peristiwa
yang terjadi pada bahan ini menarik untuk Gambar 2. Rancangan Fiber Optik
diamati. Interferometer Michelson
Interferometer merupakan suatu alat
yang digunakan untuk menghasilkan suatu pola Ein adalah medan listrik yang datang, Es
interferensi. Interferometer dibagi menjadi 2 adalah medan listrik pada jalur percobaan, Eref
jenis, yaitu interferometer pembagi muka adalah medan listrik pada acuan, Bs1 adalah
gelombang dan interferometer pembagi beam splitter, M1 dan M2 adalah cermin, C
amplitudo. adalah fiber optik berpasangan, dan D adalah
Interferometer Michelson adalah detektor.
termasuk interferometer pembelah amplitudo Pada Interferometer Michelson, sinar
dimana interferometer ini sangat berguna dalam datang dibagi menjadi dua bagian oleh beam
pengukuran indeks bias, pengukuran panjang, splitter atau sepasang fiber optik (salah satu
pengukuran getaran (vibrasi) dan dapat juga bagian menjadi acuan). Cahaya pada jalur
digunakan untuk pengukuran simpangan acuan dan percobaan dipantulkan kembali dan
permukaan. digabungkan menggunakan splitter yang sama
kemudian pola interferensi diukur
Interferensi Pada Fiber Optik menggunakan detektor. Cahaya pada jalur
Interferensi pada fiber optik dapat percobaan menyebabkan pergeseran fasa dan
diamati dengan Interferometer Michelson. Pada dapat diukur melalui interferensi dengan cahaya
interferometer ini menggunakan beam splitter pada jalur acuan.
yang merupakan bagian penting dari sebagian Pengukuran pola interferensi
besar interferometer termasuk Interferometer menggunakan konsep seperti pada
Michelson. Interferometer Michelson Morley, namun
Beam splitter berbentuk kubus yang terdiri dengan perubahan arah cahaya yang
dari dua buah prisma segitiga. Pada prisma direfleksikan dan letak fotodetektor seperti yang
tersebut, dipakai lapisan resin. Ketebalan ditunjukkan Gambar 3.

46
Nur Hanifah Fitriana et al / Unnes Physics Journal 6 (1) (2017)

Pada Gambar 4. sebuah bidang


gelombang ri cahaya monokromatik yang pada
celah S1 dan S2 pada layar B; cahaya tersebut
terdifraksi melalui celah – celah tersebut dan
menghasilkan pola interferensi pada layar.
Garis sumbu dibuat di titik tengah antara kedua
celah terhadap layar sebagai acuan. Titik P
pada sumbu  memotong gelombang dari sinar
Gambar 3. Interferometer Michelson r1 dari celah bagian bawah dan sinar r 2 dari
bagian atas celah tersebut. Gelombang ini
Fotodetekor dan sensor bayangan memiliki fase sama ketika melintasi kedua celah
digunakan untuk mendeteksi pola gelap terang karena keduanya adalah bagian dari gelombang
yang dihasilkan. Fluks pancaran dari pola gelap yang sama. Begitu keduanya melintasi celah,
terang pada daerah yang tersedia secara kedua gelombang harus berjalan dengan jarak
matematis diperoleh melalui  f x  dx dengan berbeda unuk sampai di titik P. Sehingga dapat
disimpukan bahwa perbedaan fase di antara
f adalah fungsi intensitas sorotan sinar pada
kedua gelombang cahaya dapat berubah bila
celah sumber cahaya, diatas celah
gelombang berjalan melalui jarak yang bebeda.
interferogram. Daerah fotodetektor
menunjukkan fungsi yang sama pada sorotan
Pengaruh Variasi Suhu Terhadap Indeks Bias
dan memberikan keluaran sebanding terhadap
Variasi suhu mempengaruhi variasi
fluks pancaran.
indeks bias dan pemanjangan serat. Hal ini
menyebabkan perubahan pada konstanta
HASIL DAN PEMBAHASAN
propagasi dan panjang serat. Bila dirangsang
dengan cahaya yang koheren pada salah satu
Proses Terbentuknya Pola Interferensi
ujung, serat menghasilkan pola intermodal
Jika berkas cahaya melalui S1 dan S2,
interferensi ujung serat yang lain seperti yang
maka celah tersebut (S1 dan S2) akan berfungsi
diilustrasikan pada Gambar 6.
sebagai sumber cahaya baru dan menyebarkan
sinarnya ke segala arah. Apabila cahaya dari
celah S1 dan S2 berinterferensi, maka akan
terbentuk suatu pola interferensi. Pola
interferensi tersebut dapat ditangkap pada layar
berupa pola garis terang dan gelap [6].

Gambar 6. Pola Interferensi Fiber Optik

Pengaruh Fluks Radian Terhadap Pola Gelap


Terang
Perilaku fluks pancaran dengan variasi
sudut depan gelombang terpengaruh oleh
Gambar 4. Diagram Percobaan Celah Ganda
variasi jarak fotodetektor dari poros tengah
Young
interferometer dan memvariasikan jarak dari
aslinya. Analisis mengenai fluks pancaran
dengan variasi gelombang depan bersamaan
dengan daerah fotodetektor, jarak dari pusat
pancaran, jarak dari titik asal dan panjang
gelmbang memiliki dampak tehadap sensor
aplikasi.
Gambar 5. Pola Gelap-terang Fiber Optik

47
Nur Hanifah Fitriana et al / Unnes Physics Journal 6 (1) (2017)

Pada Gambar 7. kedua gelombang muka Jumlah medan listrik muka gelombang 1
yang diorientasikan. dan semua perhitungan dan 2 adalah
didasarkan pada hal berikut: 1.Sumbu Y adalah
normal terhadap muka gelombang 1, 2.Titik E sum (r, t)  E 0 e i k1r  k2Δ2ωt  
asal sistem koordinat kartesian adalah titik yang (4)
mana pusat sinar optik dipantulkan oleh M2, E 0 e i k1r ωt 
3.Kemiringan cermin M2 adalah pada sumbu E sum (x.y.z, t)  E 0 e iωω
Z, 4.Cermin M2 meneruskan sinar sepanjang
 e ik  y  k2Δ2  (5)
sumbu Y, 5.Bidang fotodetektor tegak lurus  
terhadap sumbu Y, 6.Bentuk daerah aktif   e i k  ycosθ  xsinθ  
 
fotodetektor adalah persegi dengan panjang sisi
s pada arah x dan sisi lain z pada arah z,
Radiasi gelombang elektromagnetik yang
7.Keluaran dari fotodetektor diasumsikan 1:1
datang ke permukaan objek atau besar fluks
sebanding dengan fluks pancaran yang datang,
radiasi medan listrik per satuan luas terhadap
8.Pola gelap terang meradiasi seluruh daerah
permukaan yang telah diketahui dengan satuan
aktif fotodetektor, 9.Jarak antara fotodetektor
W.m-2
dan M2 merupakan variabel.
n  c
I   RI 0 E sum .E * sum (6)
 2 

di mana nRI adalah indeks bias medium,


c adalah kecepatan cahaya pada ruang hampa,
ε0 adalah permitivitas ruang hampa dan E*sum
adalah konjugasi kompleks dari Esum.

n  c 2
I  2 RI 0 E 0
Gambar 7. Muka Gelombang 1 dan 2 dengan  2 
Kemiringan Cermin M2 dengan Sudut Ө/2    y  2ΔΔ   (7)
pada Sumbu z    
1  cos k  ycosθ   
    xsinθ   
Medan listrik gelombang datar ditulis   

sebagai persamaan sebagai berikut:
E(r, t)  E 0 e i k.rωt  (1) Jika Persamaan (7) diintegrasikan di
di mana E adalah waktu (t) terhadap sepanjang sumbu x antara titik acak x1 dan x2
medan listrik, r adalah vector satuan medan dan kemudian dikalikan dengan sisi panjang z
listrik pada ruang 3 dimensi, Eo adalah vektor di arah z untuk membuat area di seluruh
amplitudo gelombang, k adalah bilangan fotodetektor. Penyelesaiannya adalah
gelombang, dan |k|=k=2π/λ, λ adalah panjang
gelombang sumber cahaya, k adalah angka x2
 e  z. Id (8)
gelombang dan ω adalah frekuensi sudut x1

gelombang. [Smith]
Gambar 6. dengan mempertimbangkan Pada θ = 0, Фe = 0/0 yang tidak
titik asal, muka gelombang 1 dan 2 yang pasti,maka ditterapkan peraturan L’Hospital
direfleksikan dari cermin memiliki bilangan pada integral persamaan (8) untuk θ = 0,
gelombang k1 dan k2. sehingga diperoleh.
k 1  kŷ (2)
k 2  ksinx̂  kcosŷ (3) x1  cos k2d  (9)

48
Nur Hanifah Fitriana et al / Unnes Physics Journal 6 (1) (2017)

Sehingga persamaan fluks radiasi sebagai Ha Lee,Byeong, et all. (2012). Interferometric


berikut: Fiber Optic Sensors. Sensors, Volume 12:
2467-2486.
 n RI 0 c  Hecht, Eugene. (2003). Optics. San Fransisco:
 e θ0   2 
 Addison Wesley.
 2  (10)
Huang, Yi Wen, et all. (2016). Research
E 0 z.s1  cos k2Δ2 
2 Progress on F-P Interference—Based
Fiber-Optic Sensors. Sensors, Volume 16
(9): 1424.
Ketika beda fase merupakan perkalian Islam, Md. Rajibul, et all. (2014). Chronology of
integrasi dari panjang gelombang, dua muka Fabric Perrot Inerferometer afaiber-Optic
Sensors and Their Application: A
gelombang berada dalam fase dengan
Review. Sensors, 14:7451-7488.
menghasilkan fluks pancaran maksimum yaitu Jewett, Serway.(2009). Fisika untuk Sains dan
[8] Teknik. Diterjemahkan oleh: Chriswan.
Jakarta: Salemba Teknika.
Li, Enbang, et all. (2006). Fiber-Optic
 e θ0,2Δ, nfλ  
Temperature Sensors Based On
Intrference of Selective Higher Order
 n RI 0 c (11)
2 E 0 2 z.2s Modes. Applied Physics Letters, Volume
  89:091119.
 2 
Smith, Robert dan Franz K.F. (2013).
Theoretical Analysis of Interferometer
Pemanfaatan Pengaruh Suhu terhadap Pola Wave Front Tilt and Fringe Radiant Flux
Interferensi Fiber Optik on a Rectangular Photodetector. Sensors,
Aplikasi dari studi mengenai pengaruh Volume 13:11861-11898.
Yunifar, Rahmi Intan. (2015). Analisi Pegaruh
suhu terhadap pola interferensi Fiber – Optik
Perubahan Suhu dan perubahan Panjang
adalah Sensor Suhu. Kupasan Cladding serta Coating
Pemanfaatan Fiber Optic Sensor (FOS) Terhadap Rugi Daya yang Dihasilkan
memiliki berbagai kelebihan dibandingkan Oleh Fiber Optik Multimode Silika Tipe
dengan sensor elekrik yang telah dimanfaatkan G-651 Jurnal Sains dan Seni ITS,
Volume 4, No 2.
selama ini. Fiber Optik memiliki beberapa
kelebihan, termasuk diameter kecil, ringan,
tahan terhadap interferensi elektromagnetik,
dapat digunakan di lingkungan yang kurang
ramah (seperti diletakkan di suhu tinggi dan
tegangan tinggi), sensitivitas tinggi dan
kemampuan merasakan serta mengirimkan
informasi.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dapat ditarik


kesimpulan sebagai berikut:
Perubahan panjang fiber optik berbanding lurus
dengan perubahan suhu. Serta aplikasi dari
Pengaruh suhu pada pola interferensi Fiber
Optik dimanfaatksn untuk pembuatan sensor
suhu

DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, D.G. (1998). Fisika. Diterjemahkan


oleh:Yuhilza Hanum. Jakarta:Erlangga.

49

Anda mungkin juga menyukai