Anda di halaman 1dari 50

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii

1. PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................ 2

3. JENIS-JENIS GANGGUAN KEPRIBADIAN........................................................................... 7

3.1 GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID ........................................................................ 7

3.2 GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOID .......................................................................... 11

3.3 GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOTIPAL ................................................................... 15

3.4 GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL ................................................................... 18

3.5 GANGGUAN KEPRIBADIAN EMOSIONAL TIDAK STABIL ....................................... 22

3.6 GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK .................................................................... 27

3.7 GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK ...................................................................... 30

3.8 GANGGUAN KEPRIBADIAN MENGHINDAR ............................................................... 33

3.9 GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPENDEN ..................................................................... 36

3.10 GANGGUAN KEPRIBADIAN OBSESIF-KOMPULSIF................................................... 40

3.11 GANGGUAN KEPRIBADIAN YANG TIDAK DITENTUKAN ....................................... 43

3.11.1 GANGGUAN KEPRIBADIAN PASIF-AGRESIF ...................................................... 44

3.11.2 GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPRESIF ................................................................ 44

3.11.3 GANGGUAN KEPRIBADIAN SADOMASOKIS ...................................................... 45

3.11.4 GANGGUAN KEPRIBADIAN SADISTIK ................................................................ 45

4. KESIMPULAN ........................................................................................................................... 47

5. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 48

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Seorang manusia dalam menjalani kehidupannya sejak kecil, remaja,


dewasa hingga lanjut usia memiliki kecenderungan yang relatif serupa dalam
menghadapi suatu masalah. Apabila diperhatikan, cara atau metode penyelesaian
yang dilakukan seseorang memiliki pola tertentu dan dapat digunakan sebagai ciri
atau tanda untuk mengenal orang tersebut. Hal ini dikenal sebagai karakter atau
kepribadian.1

Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan
karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari, dalam kondisi yang
biasa. Sifatnya stabil dan dapat diramalkan. 1

Gangguan kepribadian adalah kelainan yang umum dan kronis.


Prevalensinya diperkirakan antara 10 sampai 20% dari seluruh populasi, dan
durasinya dapat berlangsung selama beberapa dekade. Orang dengan gangguan
kepribadian umumnya dicap menjengkelkan, menganggu, dan bersifat parasit dan
secara umum dianggap memiliki prognosis yang buruk. Diperkirakan setengah
dari seluruh pasien psikiatrik memiliki gangguan kepribadian, yang seringkali
komorbid dengan kondisi Aksis I. Gangguan kepribadian merupakan faktor
predisposisi untuk gangguan psikiatrik lain (contoh penyalahgunaan zat, bunuh
diri, gangguan afektif, dan gangguan cemas) di mana hal ini mengganggu hasil
pengobatan sindrom Axis I dan meningkatkan menderita ketidakmampuan (cacat)
personal, morbiditas, dan mortalitas pasien. 2

Gangguan kepribadian berbeda dari perubahan kepribadian dalam waktu


dan cara terjadinya: gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan,
yang muncul ketika masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut sampai dewasa.
Gangguan kepribadian bukan keadaan sekunder dari gangguan jiwa lain atau
penyakit otak, meskipun dapat didahului dan timbul bersamaan dengan gangguan
lain.2

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel


dan maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna dan penderitaan
subjektif. Orang dengan gangguan kepribadian memiliki respons yang benar-
benar kaku terhadap situasi pribadi, hubungan dengan orang lain ataupun
lingkungan sekitarnya. Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk
menyesuaikan diri terhadap tuntutan eksternal, sehingga akhirnya pola tersebut
bersifat self-defeating. Sikap kepribadian yang terganggu itu akan semakin nyata
pada saat remaja awal masa dewasa dan terus berlanjut di sepanjang kehidupan
dewasa, semakin lama semakin mendalam dan mengakar sehingga semakin sulit
diubah. Dapat disimpulkan bahwa seseorang dengan gangguan kepribadian akan
menunjukkan pola relasi dan persepsi terhadap lingkungan dan dirinya sendiri
yang bersifat tidak fleksibel, maladaptif, serta berakar mendalam. 1

Terlepas dari konsekuensi perilaku yang bersifat self-defeating, orang


dengan gangguan kepribadian pada umumnya tidak merasa perlu untuk berubah.
DSM IV menyebutkan bahwa orang dengan gangguan kepribadian cenderung
menganggap trait-trait tersebut sebagai ego-syntonic – sebagai bagian alami dari
diri mereka. Akibatnya, orang dengan gangguan kepribadian lebih cenderung
dibawa ke dokter spesialis kejiwaan oleh orang lain daripada oleh diri mereka
sendiri. 1

Gangguan kepribadian dicantumkan pada Aksis II dalam sistem diagnostik


multiaksial DSM-IV-TR. 3

DSM membagi gangguan kepribadian menjadi 3 kelompok:3

 Kelompok A : orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini


mencakup gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal.

2
 Kelompok B : orang dengan perilaku yang terlalu dramatis, emosional,
dan eratik (tidak menentu). Kelompok ini terdiri dari gangguan
kepribadian antisosial, ambang (borderline), histrionik, dan narsistik.
 Kelompok C : orang yang sering kali tampak cemas atau ketakutan.
Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian menghindar, dependen,
dan obsesif-kompulsif.

DSM-IV menetapkan kriteria umum diagnostik untuk gangguan kepribadian yang


meliputi:

a) Pola pengalaman batin dan perilaku yang menyimpang dari budaya yang
diharapkan. Pola ini dapat bermanifestasi dalam dua atau lebih area berikut:
kesadaran, afek, pengendalian impuls, dan hubungan dengan orang lain.
b) Pola yang tidak fleksibel dan berakar mendalam (menyerap).
c) Pola yang mengarah pada penderitaan yang signifikan.
d) Pola yang stabil dan dapat ditelusuri kembali ke masa remaja dan awal masa
dewasa.
e) Pola ini bukan merupakan manifestasi dari gangguan mental lain.
f) Pola ini tidak memiliki efek fisiologis langsung dari penggunaan zat (contoh
penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum (contoh cidera
kepala).

2. ETIOLOGI
A. Faktor genetik

Bukti terbaik bahwa faktor genetik berkontribusi terhadap gangguan


kepribadian berasal dari investigasi dari 15.000 pasangan kembar di Amerika
Serikat. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kembar monozigot memiliki
kesesuaian untuk gangguan kepribadian beberapa kali lipat dibandingkan
dengan kembar dizigotik. Selain itu, menurut sebuah studi, kembar monozigot
yang dibesarkan secara terpisah memiliki kesamaan dengan kembar
monozigot yang dibesarkan bersama-sama. Kemiripan meliputi beberapa

3
penilaian kepribadian dan temperamen, minat pekerjaan dan waktu luang, dan
sikap sosial.

Kelompok A, lebih umum memiliki kaitan biologis anggota keluarga


dengan skizofrenia daripada di kelompok kontrol. Lebih banyak gangguan
kepribadian schizotypal terjadi dalam sejarah keluarga penderita schizophrenia
daripada di kelompok kontrol. Korelasi kurang ditemukan antara gangguan
kepribadian paranoid atau skizoid dan skizofrenia.4

Kelompok B, tampaknya memiliki dasar genetik. Gangguan kepribadian


antisosial dikaitkan dengan gangguan penggunaan alkohol. Depresi adalah
latar belakang yang umum pada keluarga pasien dengan gangguan kepribadian
ambang (borderline). Pasien-pasien ini lebih memiliki kerabat dengan
gangguan mood daripada kelompok kontrol, dan orang-orang dengan
gangguan kepribadian borderline sering memiliki gangguan mood juga.
Sebuah asosiasi yang kuat ditemukan antara gangguan kepribadian histrionik
dan gangguan somatisasi (sindrom Briquet); pasien dengan gangguan-
gangguan tersebut menunjukkan gejala yang tumpang tindih. 4

Kelompok C, mungkin juga memiliki dasar genetik. Pasien dengan


gangguan kepribadian menghindar seringkali memiliki tingkat kecemasan
yang tinggi. Ciri-ciri obsesif-kompulsif yang lebih sering terjadi pada kembar
monozigot dibandingkan kembar dizigotik, dan pasien dengan kepribadian
obsesif-kompulsif menunjukkan beberapa tanda-tanda yang terkait dengan
depresi (misalnya memendeknya periode latensi rapid eye movement (REM)
dan hasil abnormal dexamethasone-suppression test (DST). 4

B. Faktor biologi
 Hormon
Orang yang menunjukkan sifat impulsif juga sering menunjukkan
tingkat testosteron, 17-estradiol, dan estron yang tinggi. Pada primata,
androgen meningkatkan kemungkinan agresi dan perilaku seksual, tetapi
peran testosteron dalam agresi manusia tidak jelas. Hasil DST ditemukan

4
abnormal pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian borderline
yang juga memiliki gejala depresi. 4
 Monoamine Oksidase trombosit
Pada binatang monyet, rendahnya tingkat monoamine oksidase
trombosit berkaitan dengan aktifitas dan keakraban. Mahasiswa dengan
kadar monoamine oksidase trombosit rendah dilaporkan menghabiskan
lebih banyak waktu dalam kegiatan sosial dari siswa dengan kadar
monoamine oksidase trombosit tinggi. Tingkat monoamine oksidase
trombosit yang rendah juga telah dicatat pada beberapa pasien dengan
gangguan skizotipal. 4

 Gerakan mata pursuit halus


Gerakan mata pursuit halus adalah saccadic (yaitu, gelisah) pada
orang yang introvert, yang memiliki rasa rendah diri dan cenderung untuk
menarik diri, dan yang memiliki gangguan kepribadian skizotipal.
Temuan ini tidak memiliki aplikasi klinis, tetapi mereka menunjukkan
peran inheritance. 4
 Neurotransmiter
Endorfin memiliki efek yang sama dengan morfin eksogen, seperti
analgesia dan penekan gairah (arousal). Tingkat endorfin endogen yang
tinggi mungkin berhubungan dengan orang-orang yang phlegmatis. Studi
sifat kepribadian dan sistem dopaminergik dan serotonergik
mengindikasikan fungsi gairah-mengaktifkan untuk neurotransmitter.
Tingkat 5-hydroxyindoleacetic asam (5-HIAA), suatu metabolit serotonin,
rendah pada orang yang mencoba bunuh diri dan pada pasien yang
impulsive.4
Meningkatkan kadar serotonin dengan agen serotonergik seperti
fluoxetine (Prozac) dapat menghasilkan perubahan dramatis dalam
beberapa karakter kepribadian. Pada banyak orang, serotonin mengurangi
depresi, impulsif, dan dapat menghasilkan rasa kesejahteraan.
Peningkatan konsentrasi dopamin dalam sistem saraf pusat, yang
diproduksi oleh psikostimulan tertentu (misalnya, amfetamin) dapat

5
menyebabkan euforia. Efek neurotransmitter pada sifat kepribadian telah
dihasilkan banyak perhatian dan kontroversi tentang apakah sifat-sifat
kepribadian bawaan atau diperoleh.4
 Elektrofisiologi
Perubahan konduktansi listrik pada elektroensefalogram (EEG)
terjadi pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering
jenis antisosial dan borderline; perubahan ini muncul sebagai gelombang
lambat aktivitas di EEG. 4
C. Faktor psikoanalitik
Sigmund Freud menunjukkan bahwa sifat-sifat kepribadian berhubungan
dengan fiksasi pada satu tahap perkembangan psikoseksual. Misalnya, mereka
dengan karakter oral pasif dan dependen karena mereka terpaku pada tahap
oral, ketika ketergantungan pada orang lain untuk makanan adalah menonjol.
Mereka dengan karakter anal keras kepala, pelit, dan sangat teliti karena
perebutan pelatihan toilet selama periode anal. 5
Wilhelm Reich kemudian menciptakan istilah character armor untuk
menggambarkan karakteristik gaya orang 'defensif untuk melindungi diri dari
impuls internal dan dari kecemasan interpersonal dalam hubungan yang
signifikan. Teori Reich memiliki pengaruh yang luas pada konsep-konsep
kontemporer gangguan kepribadian dan kepribadian. Misalnya, prangko yang
unik setiap manusia dari kepribadian dianggap sangat ditentukan oleh
karakteristiknya atau mekanisme pertahanan dirinya. Setiap gangguan
kepribadian dalam Axis II memiliki sekelompok pertahanan yang membantu
dokter psikodinamik mengenali jenis karakter patologi yang ada. Orang
dengan gangguan kepribadian paranoid, misalnya, menggunakan proyeksi,
sedangkan gangguan kepribadian skizofrenia dikaitkan dengan penarikan. 5
Ketika pertahanan bekerja secara efektif, orang dengan gangguan
kepribadian menguasai perasaan cemas, depresi, marah, malu, bersalah, dan
lainnya mempengaruhi. Mereka sering melihat perilaku mereka sebagai ego-
syntonic. Mereka juga mungkin enggan untuk terlibat dalam proses
pengobatan, karena pertahanan mereka adalah penting dalam mengendalikan

6
mempengaruhi menyenangkan, mereka tidak tertarik untuk menyerahkan
mereka. 5
Selain karakteristik pertahanan dalam gangguan kepribadian, fitur lain
yang penting adalah hubungan-hubungan objek internal. Selama
pengembangan, pola-pola tertentu dari diri dalam kaitannya dengan orang lain
diinternalisasikan. Melalui introyeksi, anak-anak menginternalisasi orang tua
atau orang lain yang signifikan sebagai kehadiran internal yang terus merasa
seperti obyek bukan suatu diri. Melalui identifikasi, anak-anak
menginternalisasi orang tua dan orang lain sedemikian rupa sehingga sifat-
sifat dari objek eksternal dimasukkan ke dalam diri dan anak memiliki ciri-
ciri. Representasi diri secara internal dan representasi objek sangat penting
dalam mengembangkan kepribadian dan, melalui eksternalisasi dan
identifikasi proyektif, yang dimainkan di skenario antarpribadi di mana orang
lain yang dipaksa memainkan peran dalam kehidupan internal seseorang. Oleh
karena itu, orang dengan gangguan kepribadian juga diidentifikasi oleh pola
tertentu keterkaitan interpersonal yang berasal dari pola-pola hubungan
internal objek. 5

3. JENIS-JENIS GANGGUAN KEPRIBADIAN

3.1 GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID

Definisi: kecurigaan dan ketidakpercayaan pada orang lain bahwa orang


lain berniat buruk kepadanya, bersifat pervasif, awitan dewasa muda, nyata dalam
perlabagai konteks. 5
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 – 2,5% dari seluruh
populasi. Orang dengan gangguan ini jarang sekali mencari pengobatan atas
kesadarannya sendiri; ketika diantar oleh pasangan atau kerabatnya, mereka
cenderung menarik diri dan tampak tidak menderita. Memiliki saudara kandung
yang skizofrenia menunjukkan insiden lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol. Gangguan ini lebih sering pada pria dibanding wanita dan tampak tidak
berkaitan dengan model dalam keluarga. Diyakini bahwa lebih sering dialami oleh

7
kelompok minoritas, imigran, dan orang yang tuna rungu (tuli), atau orang dengan
budaya yang berperilaku sangat hati-hati atau defensif dibandingkan dengan
populasi umum. 5

Fitur klinis

Tanda khas dari gangguan kepribadian paranoid adalah kecurigaan yang


berlebihan dan ketidakpercayaan orang lain yang dinyatakan sebagai
kecenderungan pervasif untuk menafsirkan tindakan orang lain sebagai sengaja
merendahkan, jahat, mengancam, mengeksploitasi, atau menipu. Kecenderungan
ini dimulai dengan awal masa dewasa dan muncul dalam berbagai konteks.
Hampir selalu, orang-orang dengan gangguan ini mengharapkan untuk
dieksploitasi atau dirugikan oleh orang lain dalam beberapa cara. Mereka sering
terlibat dalam sengketa, tanpa pembenaran, teman atau rekan setia atau
kepercayaan. Orang seperti ini sering cemburu dan, tanpa alasan mempertanyakan
kesetiaan pasangan mereka atau mitra seksual. Orang dengan gangguan ini
mengeksternalisasi emosi mereka sendiri dan menggunakan mekanisme
pertahanan proyeksi, mereka atribut lain impuls dan pikiran bahwa mereka tidak
dapat menerima dalam diri mereka. Ide referensi dan ilusi logis membela yang
umum.5

Diagnosis
Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian
paranoid seringkali kaku dan mengagalkan untuk mencari pertolongan dari ahli
psikiatrik. Ketegangan muskular, ketidakmampuan untuk rileks, dan keharusan
untuk mengamati lingkungan dapat memberi petunjuk sebagai bukti, dan siap
pasien cenderung kurang humoris dan sangat serius. Walaupun pernyataan dari
argumen mereka dapat salah, namun kemampuan berbicara itu memiliki tujuan
terarah dan logis. Isi pikiran menunjukkan adanya proyeksi, prejudice, dan
kadang-kadang ideas of reference. 5
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian paranoid berdasarkan DSM IV:
A. Sebuah ketidakpercayaan meluas dan kecurigaan orang lain sehingga
motif mereka ditafsirkan sebagai jahat, dimulai dengan awal masa dewasa

8
dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat
(atau lebih) sebagai berikut: 4,5
1. kecurigaan, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain
memanfaatkan, membahayakan, atau menipu dia
2. sibuk dengan keraguan yang tidak tepat tentang loyalitas atau
kepercayaan dari teman-teman atau rekan
3. enggan untuk menceritakan pada orang lain karena takut yang
tidak beralasan bahwa informasi tersebut akan digunakan jahat
terhadap dia atau dia
4. membaca arti merendahkan yang tersembunyi atau mengancam
dalam komentar atau peristiwa
5. terus-menerus dendam, menolak memaafkan penghinaan atau
masalah kecil yang menyebabkan hatinya terluka
6. merasakan serangan pada karakter atau reputasinya yang tidak jelas
dan cepat untuk bereaksi dengan marah atau membalas
7. memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pembenaran, tentang
kesetiaan pasangan atau pasangan seksual
B. Tidak terjadi secara eksklusif selama skizofrenia, gangguan mood dengan
ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis
langsung dari suatu kondisi medis umum. 5
Catatan : apabila kriteria ditemukan sebelum awitan Skizofrenia,
ditambahkan “premorbid”.

Diagnosis banding

Gangguan kepribadian paranoid dapat dibedakan dari gangguan waham


dengan tidak ditemukannya waham yang tidak terbantahkan (fixed). Tidak seperti
orang dengan skizofrenia paranoid, orang dengan gangguan kepribadian tidak
memiliki halusinasi atau gangguan pikiran. Dibandingkan dengan gangguan
kepribadian ambang, pasien dengan paranoid jarang mampu terlalu terlibat, relasi
yang kacau balau dengan orang lain. Pasien dengan paranoid tidak memiliki
riwayat panjang perilaku antisosial seperti orang dengan karakter antisosial.

9
Orang dengan gangguan kepribadian skizoid umumnya menarik diri dan
menyendiri dan tidak memiliki pemikiran yang paranoid. 5

Tatalaksana

A. Psikoterapi

Psikoterapi adalah pengobatan pilihan untuk gangguan kepribadian


paranoid. Terapis harus jujur dalam menangani pasien ini. Apabila terapis
melakukan ketidaktetapan atau kesalahan, seperti terlambat, kejujuran dan
permintaan maaf lebih disukai untuk penjelasan defensif. Terapis harus ingat
bahwa kepercayaan dan toleransi keakraban adalah hal yang menjadi
perhatian bagi pasien dengan gangguan ini. Psikoterapi individual
membutuhkan gaya yang profesional dan hangat dari terapis. Pasien dengan
gangguan ini kurang baik dalam psikoterapi kelompok, walaupun hal ini
dapat memperbaiki kemampuan sosial dan mengurangi kecurigaan melalui
role playing. 5

Pasien memiliki perilaku merasa terancam sehingga terapis harus


mengatur atau membatasi tindakan mereka. Tuduhan delusi harus ditangani
dengan realistis tapi lembut dan tanpa mempermalukan pasien. Pasien yang
paranoid sangat takut ketika merasa bahwa terapis yang berusaha untuk
membantu mereka (pasien) yang lemah dan tak berdaya, karena itu, terapis
tidak harus menawarkan untuk mengambil kontrol kecuali pasien bersedia
dan mampu melakukannya. 5

B. Farmakoterapi

Pada banyak kasus, agen anti-ansietas seperti diazepam (Valium)


cukup. Apabila diperlukan, dapat diberikan anti-psikotik seperti haloperidol
(Haldol) dalam dosis kecill dan untuk periode singkat untuk menangani
kegelisahan pasien yang buruk atau pemikiran seakan-akan delusi. Obat anti-
psikotik pimozide (Orap) berhasil mengurangi pemikiran paranoid pada
beberapa pasien. 5

10
Perjalanan gangguan dan prognosis

Pada beberapa, gangguan kepribadian paranoid berlangsung seumur hidup;


pada yang lainnya dapat mendahului terjadinya skizofrenia. Sikap paranoid dapat
memberikan cara untuk pembentukan reaksi, perhatian yang sesuai dengan
moralitas, dan sifat mengutamakan orang lain atau penghilang stress. Secara
umum, orang dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki masalah berkaitan
dengan pekerjaan dan berhubungan dengan orang lain seumur hidup. Masalah
pekerjaan dan dalam kehidupan pernikahan juga umum terjadi. 5

3.2 GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOID


Definisi: Pola perilaku berupa pelepasan diri dari hubungan sosial disertai
kemampuan ekspresi emosi yang terbatas dalam hubungan interpersonal. Bersifat
pervasif, berawal sejak dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks. Pasien
umumnya dilihat oleh orang lain sebagai orang yang aneh, terisolasi, dan
kesepian. 5,6

Epidemiologi

Prevalensi gangguan kepribadian skizoid belum dibuktikan secara jelas,


tetapi gangguan ini mempengaruhi 7,5% dari seluruh populasi. Ratio berdasarkan
gender juga belum diketahui; beberapa penelitian melaporkan ratio pria:wanita
adalah 2:1. Orang dengan gangguan ini tertarik pada pekerjaan yang sendirian
yang hanya mencakup sedikit bahkan tidak ada kontak dengan orang lain. Banyak
yang lebih memilih pekerjaan pada malam hari dibandingkan siang, sehingga
mereka tidak harus berhubungan dengan orang lain. 5,6

Fitur klinis

Orang dengan gangguan kepribadian skizoid tampaknya


menjadi dingin dan menyendiri, mereka tampak terpencil dan menunjukkan tidak
ada keterlibatan dengan peristiwa sehari-hari dan keprihatinan terhadap orang
lain. Mereka tampil tenang, jauh, exclusive, dan tidak ramah. Mereka mungkin
mengejar kehidupan mereka sendiri dengan kebutuhan sangat sedikit atau
kerinduan untuk ikatan emosional, dan mereka yang terakhir menyadari
perubahan dalam mode populer. 5,6

11
Sejarah kehidupan dari orang-orang tersebut mencerminkan kepentingan
soliter dan sukses di nonkompetitif, pekerjaan kesepian dimana orang lain sulit
untuk mentolerir. Kehidupan seksual mereka mungkin ada secara eksklusif dalam
fantasi, dan mereka dapat menunda tanpa batas seksualitas dewasa. Pria mungkin
tidak menikah karena mereka tidak mampu mencapai keintiman; wanita pasif
mungkin setuju untuk menikah dengan pria yang agresif yang ingin pernikahan.
Orang dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya mengungkapkan
ketidakmampuan seumur hidup untuk mengekspresikan kemarahan secara
langsung. Mereka dapat menginvestasikan energi afektif yang sangat besar dalam
kepentingan yang tidak berkaitan dengan manusia, seperti matematika dan
astronomi, dan mereka mungkin sangat melekat pada hewan. Mode diet dan
kesehatan, gerakan filosofis, dan skema perbaikan sosial, terutama yang tidak
memerlukan keterlibatan pribadi, sering memikat mereka. 5,6

Meskipun orang-orang dengan gangguan kepribadian skizoid muncul egois


dan hilang dalam lamunan, mereka memiliki kapasitas normal untuk mengenali
realitas. Karena tindakan agresif jarang dimasukkan dalam repertoar respon biasa,
ancaman yang paling nyata atau khayalan, yang ditangani oleh kemahakuasaan-
angan atau pengunduran diri. Mereka sering dilihat sebagai menyendiri, namun
orang-orang seperti kadang-kadang dapat memahami, mengembangkan, dan
memberikan kepada dunia ide-ide benar-benar asli dan kreatif. 5,6

Diagnosis

Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian


skizoid dapat tampak sakit dalam keadaan istirahat di tempat. Mereka jarang
mengadakan kontak mata, dan pewawancara dapat menduga bahwa pasien ingin
sekali menyudahi wawancara. Afek terbatas, menyendiri, atau tidak tepat serius,
tetapi di balik sikap acuh tak acuh, dokter yang sensitif dapat mengenali
ketakutan. Pasien-pasien ini sulit untuk menjadi ceria. Upaya pada humor
mungkin tampak remaja dan melenceng. Kemampuan bicara mereka terarah,
tetapi mereka cenderung memberikan jawaban singkat untuk pertanyaan dan
untuk menghindari percakapan spontan. Mereka kadang-kadang dapat
menggunakan kiasan yang tidak biasa, seperti metafora aneh, dan mungkin

12
terpesona dengan benda mati atau konstruksi metafisik. Konten mental mereka
dapat mengungkapkan rasa yang tidak beralasan dari keintiman dengan orang-
orang yang mereka tidak tahu siapa mereka baik atau tidak dilihat untuk waktu
yang lama. Kemampuan sensoris utuh, fungsi memori baik, dan interpretasi
pepatah mereka abstrak. 5,6

Kriteria diagnostik gangguan kepribadian skizoid berdasarkan DSM IV: 6

A. Sebuah pola pervasif pelepasan dari hubungan sosial dan ekspresi emosi
yang terbatas dalam hubungan interpersonal, dimulai dengan awal masa
dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh
empat (atau lebih) sebagai berikut: 6
1. Tidak ada keinginan atau tidak menikmati hubungan dekat,
termasuk menjadi bagian dari sebuah keluarga
2. hampir selalu memilih kegiatan soliter
3. memiliki sedikit, jika ada, minat memiliki pengalaman seksual
dengan orang lain
4. hanya sedikit aktivitas yang memberikannya kebahagiaan
5. tidak memiliki teman dekat atau kepercayaan selain keluarga
tingkat pertama
6. tidak peduli pada pujian atau kecaman/ kritik dari orang lain
7. menunjukkan emosi yang dingin, afek datar
B. Tidak terjadi secara eksklusif selama skizofrenia, gangguan mood dengan
fitur psikotik, gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif
dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu kondisi medis
umum.6

Diagnosa banding

Gangguan kepribadian skizoid dibedakan dari skizofrenia, gangguan


delusi, dan gangguan afektif dengan fitur psikotik berdasarkan periode dengan
gejala psikotik yang positif, seperti delusi dan halusinasi di bagian kedua.
Walaupun pasien gangguan kepribadian paranoid memiliki banyak kemiripan
dengan pasien gangguan kepribadian skizoid, pasien gangguan paranoid

13
menunjukkan keterlibatan lebih ikatan sosial, sejarah perilaku verbal agresif, dan
kecenderungan lebih besar untuk proyeksi perasaan mereka ke orang lain. Jika
hanya secara emosional terbatas, pasien dengan obsesif-kompulsif dan gangguan
kepribadian menghindar mengalami kesepian sebagai dysphoric, memiliki sejarah
yang lebih kaya dari hubungan-hubungan objek masa lalu, dan tidak terlibat
sebanyak dalam lamunannya autis. Secara teoritis, perbedaan utama antara pasien
dengan gangguan kepribadian skizotipal dan satu dengan gangguan kepribadian
skizoid adalah bahwa pasien yang skizotipal lebih mirip dengan pasien dengan
skizofrenia dalam keanehan persepsi, pikiran, perilaku, dan komunikasi. Pasien
dengan gangguan kepribadian menghindar terisolasi tapi sangat ingin
berpartisipasi dalam kegiatan, karakteristik tersebut tidak ditemukan pada mereka
dengan gangguan kepribadian skizoid. Gangguan kepribadian skizoid dibedakan
dari gangguan autistik dan sindrom Asperger dengan lebih interaksi sosial sangat
terganggu dan perilaku stereotip. 6

Tatalaksana

A. Psikoterapi

Tatalaksana pasien dengan gangguan kepribadian skizoid mirip dengan


penanganan pada orang dengan gangguan kepribadian paranoid. Pasien dengan
skizoid cenderung mengarah introspeksi, bagaimanapun juga, kecenderungan ini
bersifat konsisten dengan harapan psikoterapis, dan pasien menjadi sangat setia.
Seiring berkembangnya kepercayaan, pasien dengan skizoid dapat dengan
kegaduhan yang hebat, menunjukkan fantasi yang sangat banyak, teman imaginer,
dan ketakutan atas ketergantungan yang tidak tertahankan meskipun bersatu
dengan terapis. 6

Dalam keadaan terapi kelompok, pasien dengan gangguan kepribadian


skizoid dapat diam untuk waktu yang lama; meskipun demikian, mereka nantinya
akan berpartisipasi. Pasien harus dilindungi terhadap serangan agresif dari
anggota kelompok karena kecenderungannya untuk diam. Seiring waktu, anggota
kelompok akan menjadi penting bagi pasien dengan skizoid dan menumbuhkan
satu-satunya interaksi sosial dalam kehidupannya yang terisolasi. 6

14
B. Farmakoterapi

Farmakoterapi dengan dosis kecil anti-psikotik, anti-depresan, dan


psikostimulan memberikan keuntungan bagi beberapa pasien. Agen serotonergik
membuat pasien kurang sensitif terhadap penolakan. Benzodiazepine dapat
mengurangi kecemasan interpersonal. 6

Perjalanan Gangguan dan prognosis

Timbulnya gangguan kepribadian skizoid biasanya terjadi pada anak usia


dini. Seperti dengan semua gangguan kepribadian, gangguan kepribadian skizoid
adalah tahan lama, tetapi belum tentu seumur hidup. Proporsi pasien yang
dikenakan skizofrenia tidak diketahui. 6

3.3 GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOTIPAL


Catatan: perlu dicatat bahwa dalam PPDGJ-3, gangguan skizotipal dikategorikan
ke dalam F3 yaitu kelompok skizofrenia karena ada hubungan genetik dengan
skizofrenia, sedangkan dalam DSM IV, dikategorikan dalam gangguan
kepribadian. 6,7

Definisi: pola defisit dalam hubungan sosial dan interpersonal; merasa tidak
nyaman dan kurang mampu untuk membina hubungan akrab, disertai distorsi
kognitif atau persepsi dan perilaku yang eksentrik, bersifat pervasif, awitannya
dewasa muda, dan nyata dalam pelbagai konteks atau situasi kehidupan. 6,7

Epidemiologi

Gangguan kepribadian skizotipal terjadi sekitar 3% dari populasi. Ratio


berdasarkan gender tidak diketahui. Hubungan yang lebih kuat pada kasus dengan
hubungan biologis anggoa keluarga pasien menderita skizofrenia dibandingkan
dengan kontrol, dan memiliki insiden kembar monozigotik dibandingkan kembar
dizigotik (33:4 dalam suatu studi). 6,7

Fitur Klinis

Pasien dengan gangguan kepribadian schizotypal menunjukkan


terganggunya proses berpikir dan berkomunikasi. Meskipun gangguan pikiran

15
jelas tidak ada, kemampuan berbicara mereka mungkin khas atau aneh, mungkin
memiliki arti hanya untuk mereka, dan sering perlu interpretasi. Seperti dengan
pasien dengan skizofrenia, orang-orang dengan gangguan kepribadian schizotypal
mungkin tidak tahu perasaan mereka sendiri dan namun peka atau sensitif, dan
sadar, mengenai perasaan orang lain, terutama dampak negatif seperti kemarahan.
Pasien-pasien ini mungkin mempercayai kekuatan takhayul dan mungkin percaya
bahwa mereka memiliki kekuatan khusus lainnya pemikiran dan tilikan. Dunia
batin mereka dapat diisi dengan hubungan imajiner dan ketakutan seperti anak
dan fantasi. Mereka mungkin mengakui ilusi perseptual atau macropsia dan
mengakui bahwa orang lain tampak kaku dan semua sama. 6,7

Karena orang-orang dengan gangguan kepribadian schizotypal memiliki


hubungan interpersonal yang buruk dan dapat bertindak tidak tepat, mereka
terisolasi atau memiliki sedikit teman-teman. Pasien mungkin menampilkan fitur
gangguan kepribadian borderline, dan memang, kedua diagnosis dapat dibuat. Di
bawah stres, pasien dengan gangguan kepribadian schizotypal mungkin
dekompensasi dan memiliki gejala psikotik, tetapi ini biasanya singkat. Pasien
dengan kasus yang parah dari gangguan mungkin menunjukkan anhedonia dan
depresi berat. 6,7

Diagnosis

Gangguan kepribadian skizotipal didiagnosa berdasarkan


keganjilan/keanehan pada cara berpikir, perilaku, dan penampilan pasien. Dalam
mengali informasi mungkin ditemukan kesulitan karena cara komunikasi pasien
yang tidak biasa. 6,7

Pedoman diagnostik gangguan kepribadian skizotipal berdasarkan DSM IV: 7

a) Pola pervasif mengenai defisit sosial dan interpersonal yang ditandai


dengan ketidaknyamanan akut dengan, dan berkurangnya kapasitas untuk
hubungan dekat seperti pada distorsi kognitif dan persepsi dan keganjilan
pada perilaku, yang muncul pada awal masa dewasa dan terdapat dalam
pelbagai konteks, yang ditandai dengan lima (atau lebih) ciri berikut:
1. Ideas of reference (kecuali delusion of reference)

16
2. Keyakinan yang aneh atau pikiran magis yang mempengaruhi
perilaku dan tidak sesuai dengan norma budaya (contoh percaya
pada tahyul, kepercayaan kemampuan supranatural, telepati, atau
indera keenam; pada anak-anak dan remaja, fantasi yang
berlebihan)
3. Pengalaman persepsi yang tidak biasa, mencakup ilusi secara fisik
4. Cara berpikir dan berbicara yang aneh
5. Curiga atau pemikiran paranoid
6. Afek yang tidak sesuai atau terbatas
7. Perilaku atau penampilan yang ganjil, eksentrik, atau khas
8. Tidak memiliki teman dekat atau orang kepercayaan selain dari
kerabat derajat satu (first degree relatives)
9. Kecemasan sosial berlebihan yang tidak dapat dikurangi dengan
keakraban dan cenderung berhubungan dengan ketakutan paranoid
dibadingkan penilaian negatif tentang diri sendiri
b) Tidak berlangusng selama perjalanan gangguan skizofrenia, gangguan
mood dengan ciri psikotik, gangguan psikotik lainnya, atau gangguan
perkembangan pervasif. 7

Diagnosis banding

Secara teoritis, orang dengan gangguan kepribadian skizotipal dapat


dibedakan dengan yang mengalami gangguan kepribadian skizoid dan
menghindar (cemas) dengan adanya keganjilan/keanehan dari perilaku, cara
berpikir, persepsi, dan komunikasi dan mungkin dengan riwayat keluarga yang
jelas adanya skizofrenia. Pasien dengan skizotipal dibedakan dengan skizofrenia
dengan tidak adanya psikosis. Apabila gejala psikosis itu muncul, terjadinya
singkat dan terfragmentasi. Beberapa pasien memenuhi kriteria untuk gangguan
kepribadian skizotipal dan ambang. Pasien dengan gangguan kepribadian
paranoid memiliki karakteristik kecurigaan, tetapi tidak ada perilaku yang aneh
pada pasien dengan skizotipal. 7

17
Tatalaksana

A. Psikoterapi

Prinsip tatalaksana gangguan kepribadian skizotipal tidak berbeda


dengan penanganan skizoid, tetapi dokter harus bertindak secara sensitif
dibanding sebelumnya. Pasien ini memiliki keganjilan pada cara berpikir, dan
beberapa berkaitan dengan pemujaan, praktik keagamaan yang aneh, dan ilmu
gaib. Terapis tidak boleh mencemooh aktivitas terssebut dan menghakimi
kepercayaan atau akhtivitas tersebut. 7

B. Farmakoterapi

Medikasi anti-psikotik dapat berguna dalam menangani ideas od


reference, ilusi, dan gejala lain dan dapat digabungkan dengan pskoterapi. Anti-
depresan juga berguna ketika komponen depresif dari kepribadian ditemukan. 7

Perjalanan gangguan dan prognosis

Penelitian jangka panjang oleh Thomas McGlashan dilaporkan bahwa 10


persen dari orang dengan gangguan kepribadian skizotipal pada akhirnya bunuh
diri. Penelitian retospektif menunjukkan bahwa banyak pasien berpikir memiliki
skizofrenia yang sebenarnya mengalami gangguan kepribadian skizotipal dan,
menurut pemikiran klinis sekarang ini, skizotype merupakan kepribadian
permorbid untuk skizofrenia. Beberapa, bagaimanapun, memelihara kepribadian
skizotipal selama mereka hidup dan menikah dan bekerja, walaupun aneh. 7

3.4 GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL


Definisi : pola perilaku pengabaian dan perlanggaran pelbagai hak orang lain,
bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam pelbagai
konteks.

Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian antisosial adalah 3% pada pria dan 1%
pada wanita. Hal ini paling umum ditemukan di daerah perkotaan miskin dan
antara penduduk yang sering berpindah-pindah. Timbulnya gangguan adalah
sebelum usia 15. Gadis biasanya memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak laki-

18
laki bahkan lebih awal. Dalam populasi penjara, prevalensi gangguan kepribadian
antisosial dapat setinggi 75%. Apabila terdapat riwayat anggota keluarga yang
menderita gangguan yang sama, gangguan ini lima kali lebih umum di antara
tingkat pertama kerabat laki-laki dengan gangguan dari kelompok kontrol. 8

Fitur klinis

Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial seringkali dapat tampak


normal dan bahkan menawan dan manis. Riwayat mereka mengungkapkan
banyak bidang kehidupan berfungsi teratur. Berbohong, pembolosan, lari dari
rumah, pencurian, perkelahian, penyalahgunaan zat, dan kegiatan ilegal adalah
pengalaman khas yang pasien laporkan sebagai awal di masa kecil. Pasien-pasien
ini seringkali terhadap dokter dengan jenis kelamin berlawanan memberikan
kesan kepribadian yang berwarna-warni dan bergairah, tetapi terhadap dokter
yang berjenis kelamin sama mungkin mereka tampak manipulatif dan menuntut.
Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial tidak menunjukkan kecemasan
atau depresi, tampak secara kasar tidak sesuai dengan situasi mereka, meskipun
ancaman bunuh diri dan keluhan somatik mungkin umum. Penjelasan mereka
sendiri mengenai perilaku antisosial mereka membuatnya tampak ceroboh, tapi
konten mental mereka mengungkapkan tidak adanya delusi dan tanda-tanda lain
dari berpikir irasional. Bahkan, mereka sering memiliki rasa tinggi pengujian
realitas dan seringkali terkesan memiliki kecerdasan lisan yang baik. 8

Orang dengan gangguan kepribadian antisosial sangat mewakili apa yang


disebut para penipu. Mereka sangat manipulatif dan sering dapat berbicara orang
lain untuk berpartisipasi dalam skema cara mudah untuk membuat uang atau
untuk mencapai ketenaran. Skema ini akhirnya dapat memimpin sikap tidak
berhati-hati sampai menimbulkan kekacauan finansial atau rasa malu sosial atau
keduanya. Mereka dengan gangguan ini tidak mengatakan kebenaran dan tidak
dapat dipercaya untuk melaksanakan tugas apapun atau mematuhi semua standar
konvensional moralitas. Pergaulan bebas, penyalahgunaan pasangan,
penganiayaan anak, dan mengemudi dalam keadaan mabuk adalah kejadian umum
dalam hidup mereka. Temuan penting adalah kurangnya penyesalan atas tindakan
ini, yaitu, mereka tampak kurang memiliki hati nurani. 8

19
Diagnosa
Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial bisa menipu bahkan
dokter paling berpengalaman. Dalam sebuah wawancara, pasien dapat tampak
tenang dan dapat dipercaya, tetapi di balik itu (atau menggunakan istilah Hervey
Cleckley itu, topeng kewarasan) mengintai ketegangan, permusuhan, mudah
marah, dan kemarahan.8

Sebuah pemeriksaan diagnostik harus mencakup pemeriksaan neurologis


menyeluruh. Karena pasien sering menunjukkan hasil EEG abnormal dan tanda-
tanda neurologis ringan yang menunjukkan kerusakan otak minimal dalam masa
kanak-kanak, temuan ini dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kesan klinis.

Kriteria diagnostik gangguan kepribadian antisosial berdasarkan DSM-IV: 8

A. Ada pola pervasif mengabaikan dan melanggar hak orang lain yang terjadi
sejak usia 15 tahun, seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) sebagai
berikut:
1. kegagalan untuk mematuhi norma-norma, peraturan, dan
kewajiban sosial
2. tipu daya, seperti ditunjukkan oleh berulang kali berbohong atau
menipu orang lain untuk keuntungan pribadi atau kesenangan
3. impulsif atau kegagalan untuk merencanakan
4. iritabilitas dan agresivitas, seperti ditunjukkan oleh perkelahian
fisik berulang
5. sembrono mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain
6. secara menetap tidak bertanggung jawab, seperti yang ditunjukkan
oleh kegagalan yang berulang untuk mempertahankan perilaku
kerja yang konsisten atau menghormati kewajiban keuangan
7. kurangnya penyesalan, seperti ditunjukkan dengan menjadi acuh
tak acuh terhadap atau rasionalisasi memiliki terluka, dianiaya,
atau dicuri dari yang lain
B. Individu setidaknya usia 18 tahun.
C. Ada bukti dari gangguan perilaku dengan onset sebelum usia 15 tahun.

20
D. Terjadinya perilaku antisosial tidak secara eksklusif selama skizofrenia
atau episode manik

Diagnosis Banding

Gangguan kepribadian antisosial dapat dibedakan dari perilaku ilegal


yang melibatkan banyak bidang kehidupan seseorang. Dorothy Lewis menemukan
bahwa banyak orang-orang ini memiliki gangguan neurologis atau mental yang
diabaikan atau tidak terdiagnosis. Lebih sulit membandingkan gangguan
kepribadian antisosial dari penyalahgunaan zat. Ketika kedua penyalahgunaan zat
dan perilaku antisosial dimulai di masa kecil dan berlanjut ke kehidupan dewasa,
kedua gangguan harus didiagnosa. Ketika perilaku antisosial jelas manifestasi
sekunder dari penyalahgunaan alkohol atau penyalahgunaan zat lain sebelumnya,
diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak dibenarkan. 8

Dalam mendiagnosis gangguan kepribadian antisosial, dokter harus


menyesuaikan untuk efek distorsi dari status sosial ekonomi, latar belakang
budaya, dan seks. Selanjutnya, diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak
dibenarkan ketika keterbelakangan mental, skizofrenia, atau mania dapat
menjelaskan gejala. 8

Pengobatan

A. Psikoterapi
Jika pasien dengan gangguan kepribadian antisosial yang tidak dapat
bergerak (misalnya, ditempatkan di rumah sakit), mereka sering menjadi
setuju untuk psikoterapi. Ketika pasien merasa bahwa mereka dikelilingi
rekan-rekan, motivasi untuk berubah menghilang. Mungkin karena alasan ini,
kelompok untuk membantu diri sendiri lebih berguna daripada penjara dalam
mengurangi gangguan tersebut. 8

Sebelum pengobatan dapat dimulai, batas tegas sangat penting. Terapis


harus menemukan cara untuk berurusan dengan perilaku pasien yang merusak
diri sendiri. Dan untuk mengatasi ketakutan pasien akan keintiman, terapis
harus menggagalkan keinginan pasien untuk lari dari pertemuan yang nyata

21
dengan orang lain. Dengan demikian, terapis menghadapi tantangan
memisahkan kendali dari hukuman dan memisahkan bantuan dan konforntasi
dari isolasi sosial dan retribusi. 8

B. Farmakoterapi
Farmakoterapi digunakan untuk menangani gejala-gejala seperti
kecemasan, kemarahan, dan depresi, namun karena pasien sering
menyalahgunakan zat, obat-obatan harus digunakan secara bijaksana. Jika
pasien menunjukkan bukti gangguan atensi atau gangguan hiperaktif,
psikostimulan seperti methylphenidate (Ritalin) mungkin berguna. Upaya
telah dilakukan untuk mengubah metabolisme katekolamin dengan obat-
obatan dan untuk mengontrol perilaku impulsif dengan obat antiepilepsi,
misalnya, carbamazepine (Tegretol) atau valproate (Depakote), terutama jika
bentuk gelombang abnormal dicatat pada EEG. β-adrenergic reseptor
antagonis telah digunakan untuk mengurangi agresi. 8

Perjalanan gangguan dan Prognosis

Setelah gangguan kepribadian antisosial berkembang, berjalan tak henti-


hentinya, dengan tingginya perilaku antisosial biasanya terjadi pada akhir masa
remaja. Prognosis bervariasi. Beberapa laporan menunjukkan bahwa gejala
penurunan seiring bertambahnya usia. Banyak pasien mengalami gangguan
somatisasi dan keluhan fisik. Gangguan depresif, gangguan penggunaan alkohol,
dan penyalahgunaan zat lainnya adalah umum terjadi.

3.5 GANGGUAN KEPRIBADIAN EMOSIONAL TIDAK STABIL


Definisi : bertindak impulsif tanpa mempetimbangkan dampaknya, afek atau
emosi tidak stabil atau kurang pengendalian diri, dapat menjurus kepada ledakan
kemarahan atau perilaku kekerasan. Dua varian dari gangguan kepribadian ini
telah ditentukan odan keduanya mempunyai persamaan motif umum berupa
impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri.

F60.30 Tipe Impulsif

Ciri khas yang predominan adalah ketidakstabilan emosional dan kekurangan


pengendalian impuls (dorongan hati). Ledakan kekerasan atau perilaku

22
mengancam lazim terjadi, khususnya sebagai tanggapan terhadap kritik orang
lain.

F60.31 Tipe ambang (borderline)

Kriteria diagnostik gangguan kepribadian emosional tidak stabil tipe ambang:

Fitur klinis

Orang dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil hampir selalu


tampak berada dalam keadaan krisis. Suasana hati yang mudah berubah umum
terjadi. Pasien dapat menjadi argumentatif pada satu saat, depresi berikutnya, dan
kemudian mengeluh tidak memiliki perasaan. Perilaku pasien dengan gangguan
kepribadian emosional tidak stabil sangat tidak terduga, dan prestasi mereka
jarang pada tingkat kemampuan mereka. Sifat yang menyakitkan dari kehidupan
mereka tercermin dalam tindakan berulang merusak diri sendiri. Pasien tersebut
dapat memangkas pergelangan tangan mereka dan melakukan mutilasi diri
lainnya untuk memperoleh bantuan dari orang lain, untuk mengekspresikan
kemarahan, atau untuk menumpulkan dirinya untuk menenggelamkan afek. 8

Karena mereka merasa baik bergantung dan bermusuhan, orang dengan


gangguan ini memiliki hubungan interpersonal yang penuh gejolak. Mereka dapat
bergantung pada orang-orang dengan siapa mereka dekat dan, jika merasa frustasi,
bisa mengungkapkan kemarahan besar terhadap teman intim mereka. Pasien
dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil tidak bisa mentolerir
sendirian, dan mereka lebih suka mencari persahabatan secara terburu-buru, tidak
peduli seberapa memuaskan, untuk menemani mereka. Untuk meredakan
kesepian, jika hanya untuk periode singkat, mereka menerima orang asing sebagai
teman. Mereka sering mengeluh tentang perasaan kekosongan kronis dan
kebosanan dan kurangnya rasa konsisten identitas (difusi identitas), ketika
ditekan, mereka sering mengeluh tentang bagaimana mereka biasanya merasa
depresi, meskipun kesibukan lainnya mempengaruhi. 8

Otto Kernberg8 menggambarkan mekanisme pertahanan identifikasi


proyektif yang terjadi pada pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak

23
stabil. Dalam mekanisme pertahanan primitif, aspek pada diri sendiri yang tidak
bisa ditolerir diproyeksikan ke orang lain; orang lain diinduksi untuk memainkan
peran yang diproyeksikan, dan dua orang bertindak serempak. Terapis harus
menyadari proses ini sehingga mereka dapat bertindak netral terhadap pasien
tersebut.

Kebanyakan terapis setuju bahwa pasien ini menunjukkan kemampuan


penalaran biasa pada tes terstruktur, seperti Skala Kecerdasan Dewasa Wechsler,
dan menunjukkan proses menyimpang hanya pada tes proyektif tidak terstruktur.
Fungsional, pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil merusak
hubungan mereka dengan mempertimbangkan setiap orang untuk menjadi semua
baik atau semua buruk. Mereka melihat orang sebagai figur yang memelihara atau
sebagai figur yang sadis dan dibenci yang menjauhkan mereka dari kebutuhan
keamanan dan mengancam mereka dengan ditinggalkan kapan pun mereka merasa
tergantung. Pergeseran kesetiaan dari satu orang atau kelompok ke kelompok lain
sering terjadi. Beberapa dokter menggunakan konsep panphobia, pananxiety,
panambivalence, dan seksualitas kacau untuk menggambarkan karakteristik
pasien.

Diagnosis

Menurut DSM-IV-TR, diagnosis gangguan kepribadian emosional tidak


stabil dapat dibuat awal masa dewasa ketika pasien menunjukkan setidaknya lima
kriteria yang tercantum pada kriteria diagnostik. Studi biologi dapat membantu
dalam diagnosis, beberapa pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak
stabil menunjukkan memendeknya latensi REM dan gangguan tidur kontinuitas,
hasil DST yang abnormal, dan hasil hormon yang abnormal thyrotropin-releasing
test. Perubahan tersebut juga terlihat pada beberapa pasien dengan gangguan
depresi. 8

Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan afek, dan
impulsif dengan awitan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks,
seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai berikut: 8

24
1. Upaya yang penuh kegelisahan untuk menghindari keadaan ditinggalkan
yang nyata maupun yang hanya dibayangkan. Catatan: Tidak meliputi
perilaku bunuh diri atau mutilasi diri tercakup dalam Kriteria 5.
2. pola hubungan interpersonal erat namun tidak stabil
3. gangguan identitas: citra diri atau kesadaran diri yang secara nyata dan
terus menerus tidak stabil
4. impulsif dalam setidaknya dua wilayah yang berpotensi merusak diri
(misalnya, pengeluaran, seks, penyalahgunaan zat, mengemudi sembrono,
makan pesta). Catatan: Tidak meliputi perilaku bunuh diri atau mutilasi
diri tercakup dalam Kriteria 5
5. perilaku bunuh diri berulang, gestur, atau ancaman, atau perilaku mutilasi
diri
6. Ketidakstabilan perasaan atau afek yang disebabkan oleh suasana hati
(misalnya, dysphoria episodik intens, lekas marah, atau kecemasan
biasanya berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari beberapa hari)
7. Perasaan kosong yang kronis
8. Kemarahan yang tidak pantas, intens atau kesulitan mengendalikan marah
(misalnya, menampilkan sering marah, kemarahan yang konstan,
perkelahian fisik berulang)
9. Pemikiran paranoid yang berkaitan dengan stres berlangsung singkat
gejala disosiatif yang parah

Diagnosis Banding

Gangguan ini dibedakan dari skizofrenia berdasarkan bahwa pasien


dengan kepribadian emosional tidak stabil tidak memiliki episode psikotik yang
berkepanjangan, gangguan berpikir, dan tanda-tanda skizofrenia klasik. Pasien
dengan gangguan kepribadian schizotypal menunjukkan keanehan ditandai
berpikir, pikiran aneh, dan ideas of references. Mereka dengan gangguan
kepribadian paranoid ditandai oleh kecurigaan yang ekstrem. Pasien dengan
gangguan kepribadian emosional tidak stabil pada umumnya memiliki perasaan
kekosongan kronis dan episode psikotik singkat; mereka bertindak impulsif dan

25
menuntut hubungan yang luar biasa, mereka mungkin memutilasi diri mereka
sendiri dan membuat usaha bunuh diri manipulatif. 8

Tatalaksana

A. Psikoterapi
Psikoterapi untuk pasien dengan gangguan kepribadian emosional
tidak stabil adalah penyelidikan intensif dan telah menjadi terapi pilihan.
Untuk hasil terbaik, farmakoterapi telah ditambahkan ke rejimen pengobatan.
Psikoterapi sulit bagi pasien dan terapis. Pasien regresi dengan mudah,
bertindak impuls, dan menunjukkan transferences negatif atau positif labil
atau tetap, yang sulit untuk dianalisis. Identifikasi proyektif juga dapat
menyebabkan masalah kontra-transferensi ketika terapis tidak menyadari
bahwa pasien secara tidak sadar mencoba untuk memaksa mereka untuk
bertindak perilaku tertentu. Mekanisme pertahanan splitting menyebabkan
pasien untuk bergantian menyukai dan membenci terapis dan lain-lain di
lingkungan. Pendekatan yang berorientasi pada realitas cukup efektif. 8
Terapis telah menggunakan terapi perilaku untuk mengendalikan impuls
pasien dan ledakan marah dan untuk mengurangi kepekaan mereka terhadap
kritik dan penolakan. Pelatihan keterampilan sosial, terutama dengan
pemutaran rekaman video, membantu memungkinkan pasien untuk melihat
bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang lain dan dengan demikian
meningkatkan perilaku interpersonal mereka. 8
Pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil sering
melakukannya dengan baik di rumah sakit di mana mereka menerima
psikoterapi intensif pada psikoterapi individual dan secara kelompok. Di
rumah sakit, mereka juga dapat berinteraksi dengan anggota staf terlatih dari
berbagai disiplin ilmu dan dapat diberikan dengan terapi okupasi, rekreasi, dan
profesi. Program-program tersebut sangat membantu ketika lingkungan rumah
merugikan rehabilitasi pasien karena konflik dalam keluarga atau tekanan lain.
Dalam lingkungan yang terlindung di rumah sakit, pasien yang terlalu
impulsif, merusak diri sendiri, atau mutilasi diri dapat dibatasi, dan tindakan
mereka dapat diamati. Dalam situasi yang ideal, pasien tetap di rumah sakit

26
sampai mereka menunjukkan tanda perbaikan, sampai dengan 1 tahun di
beberapa kasus. Pasien kemudian dapat dikeluarkan ke sistem suportif khusus,
seperti rumah sakit, rumah sakit malam, dan rumah transisi.
Bentuk khusus dari psikoterapi yang disebut terapi perilaku dialektis
(dialectical behavior therapy - DBT) telah digunakan untuk pasien dengan
gangguan ini, terutama mereka dengan perilaku parasuicidal, seperti sering
8
memotong.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi berguna untuk menangani dengan fitur kepribadian tertentu
yang mengganggu fungsi keseluruhan pasien. Antipsikotik telah digunakan
untuk mengendalikan kemarahan, permusuhan, dan episode psikotik singkat.
Antidepresan meningkatkan mood depresi umum pada pasien dengan
gangguan kepribadian ini. MAO inhibitor (MAOI) dapat digunakan pada
beberapa pasien dengan perilaku impulsif. Benzodiazepin, khususnya
alprazolam (Xanax), membantu kecemasan dan depresi, tetapi beberapa pasien
menunjukkan disinhibisi dengan kelas obat ini. Antikonvulsan, seperti
carbamazepine, dapat meningkatkan fungsi global untuk beberapa pasien.
Agen serotonergik seperti serotonin reuptake inhibitor (SSRI) telah membantu
dalam beberapa kasus. 8

Perjalanan gangguan dan prognosis

Gangguan kepribadian borderline cukup stabil, pasien sedikit perubahan


dari waktu ke waktu. Studi longitudinal tidak menunjukkan perkembangan ke
arah skizofrenia, tetapi pasien memiliki insidensi tinggi dari episode depresi
utama. Diagnosis biasanya dibuat sebelum usia 40, ketika pasien sedang berusaha
untuk membuat pilihan pekerjaan, perkawinan, dan lainnya dan tidak dapat
berurusan dengan tahap normal dari siklus hidup. 8

3.6 GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK


Definisi: pola perilaku berupa emosionalitas berlebih dan menarik perhatian,
bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, dan nyata dalam pelbagai
konteks. 8,9

27
Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, data terbatas dari studi populasi umum
menunjukkan prevalensi gangguan kepribadian histerik sekitar 2-3%. Sekitar 10-
15 % telah dilaporkan di rawat inap dan rawat jalan pusat kesehatan mental saat
penilaian terstruktur digunakan. Kelainan ini didiagnosis lebih sering pada wanita
dibandingkan pada pria. Beberapa studi telah menemukan hubungan dengan
gangguan somatisasi dan gangguan penggunaan alkohol. 8,9

Fitur klinis

Orang dengan gangguan kepribadian histerik menunjukkan tingkat tinggi


perilaku mencari perhatian. Mereka cenderung melebih-lebihkan pikiran dan
perasaan mereka dan membuat segalanya terdengar lebih penting daripada yang
sebenarnya. Mereka menampilkan amarah, air mata, dan tuduhan ketika mereka
tidak menjadi pusat perhatian atau tidak menerima pujian atau persetujuan. 8,9

Perilaku menggoda adalah umum pada kedua jenis kelamin. Fantasi


seksual tentang orang dengan siapa pasien yang terlibat adalah umum, tetapi
pasien tidak konsisten tentang verbalisasi fantasi ini dan mungkin malu atau genit
daripada agresif secara seksual. Bahkan, pasien histerik mungkin memiliki
disfungsi psikoseksual; wanita mungkin anorgasmic, dan laki-laki mungkin
impoten. Mereka perlu untuk jaminan tak ada habisnya. Mereka dapat bertindak
atas dorongan seksual mereka untuk meyakinkan diri bahwa mereka menarik bagi
jenis kelamin lain. Hubungan mereka cenderung dangkal, bagaimanapun, dan
mereka dapat sia-sia, egosentris, dan berubah-ubah. Kebutuhan mereka yang kuat
membuat mereka terlalu ketergantungan percaya dan mudah tertipu. 8,9

Pertahanan utama dari pasien dengan gangguan kepribadian histerik


adalah represi dan disosiasi. Dengan demikian, pasien tersebut tidak menyadari
perasaan mereka yang sebenarnya dan tidak dapat menjelaskan motivasi mereka.
Di bawah stres, uji realitas dengan mudah menjadi terganggu. 8,9

Diagnosa
Dalam wawancara, pasien dengan gangguan kepribadian histrionik
umumnya kooperatif dan ingin memberikan sejarah rinci. Isyarat dan tanda baca

28
yang dramatis dalam pembicaraan mereka adalah umum. Tampilan afektif adalah
umum, namun, saat ditekan untuk mengakui perasaan-perasaan tertentu
(misalnya, kemarahan, kesedihan, dan keinginan seksual), mereka mungkin
merespon dengan kejutan, kemarahan, atau penolakan. Hasil pemeriksaan kognitif
biasanya normal, meskipun kurangnya ketekunan dapat ditampilkan pada
aritmatika atau tugas konsentrasi. 8,9

Kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan DSM-IV:

Pola pervasif dari emosionalitas yang berlebihan dan mencari perhatian,


dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai berikut: 8,9

1. tidak nyaman dalam situasi di mana dia bukan pusat perhatian


2. interaksi dengan orang lain yang sering ditandai oleh perilaku seksual
menggoda atau provokatif yang tidak sepantasnya
3. menampilkan pergeseran cepat dan ekspresi emosi yang dangkal
4. konsisten menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian kepada
dirinya
5. memiliki gaya bicara yang terlalu impresionis dan kurang rinci
6. menunjukkan dramatisasi diri, sandiwara, dan ekspresi berlebihan dari
emosi
7. mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan
8. menganggap hubungan menjadi lebih intim daripada yang sebenarnya

Diagnosis Banding

Membedakan antara gangguan kepribadian histrionik dan gangguan


kepribadian emosional tidak stabil sulit, tetapi dalam gangguan kepribadian
emosional tidak stabil, mencoba bunuh diri, difusi identitas, dan episode psikotik
singkat lebih mungkin. Meskipun kedua kondisi dapat didiagnosis pada pasien
yang sama, dokter harus memisahkan keduanya. Gangguan somatisasi (sindrom
Briquet) dapat terjadi bersamaan dengan gangguan kepribadian histrionik. Pasien

29
dengan gangguan psikotik singkat dan gangguan disosiatif mungkin memerlukan
diagnosis bersamaan gangguan kepribadian histrionik. 8,9

Tatalaksana

A. Psikoterapi
Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak menyadari
perasaan mereka sendiri yang nyata; klarifikasi dari perasaan batin mereka
adalah proses terapeutik penting. Psikoterapi dengan orientasi psikoanalitik,
baik kelompok atau individu, mungkin adalah pilihan perawatan untuk
gangguan kepribadian histerik.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi dapat adjunctive bila gejala ditargetkan (misalnya, penggunaan
antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik, agen anti ansietas untuk
kegelisahan, dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi).

Perjalanan gangguan dan prognosis

Seiring bertambahnya usia, orang dengan gangguan kepribadian histrionik


menunjukkan gejala yang lebih sedikit. Orang dengan gangguan ini adalah
pencari sensasi, dan mereka mungkin mendapatkan masalah dengan hukum,
penyalahgunaan zat, dan bertindak sembarangan. 8,9

3.7 GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK


Definisi : terdapatnya pola rasa kebesaran diri (dalam fantasi atau perilaku),
kebutuhan untuk dikagumi atau disanjung, kurang mampu berempati. Bersifat
pervasif, berawal sejak dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks. 10

Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, perkiraan prevalensi gangguan kepribadian
narsistik berkisar 2-16 % dalam populasi klinis dan kurang dari 1 % di populasi
umum. Orang dengan gangguan dapat memberikan rasa yang tidak realistis
tentang kemahakuasaan, kemegahan, keindahan, dan bakat untuk anak-anak
mereka, dengan demikian, keturunan dari orang tua tersebut mungkin memiliki
resiko lebih tinggi daripada biasanya untuk mengembangkan gangguan itu sendiri.
Jumlah kasus gangguan kepribadian narsistik yang dilaporkan terus meningkat. 10

30
Diagnosa
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian narsistik berdasarkan DSM-IV:

Sebuah pola bersifat pervasif tentang kebesaran (dalam khayalan atau


perilaku), membutuhkan kekaguman, dan kurangnya empati, dimulai dengan awal
masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh
lima (atau lebih) sebagai berikut: 10

1. Secara berlebih merasa dirinya sangat penting (misalnya, melebih-


lebihkan prestasi dan bakat, mengharapkan untuk diakui sebagai yang
unggul tanpa prestasi sepadan)
2. Sibuk dengan fantasi kesuksesan tak terbatas, kekuasaan, kecerdasan,
kecantikan, atau kekasih ideal
3. Percaya bahwa ia adalah istimewa dan unik dan hanya dapat dipahami
oleh, atau harus bergaul dengan orang-orang khusus atau tinggi status
lainnya (atau lembaga)
4. Membutuhkan pemujaan berlebihan
5. Merasa dirinya “mempunyai hak istimewa” (contoh menuntut agar
mendapat perlakuan khusus, atau orang lain harus menurut kehendaknya)
6. Tidak memiliki empati: tidak bersedia untuk mengenali atau
mengidentifikasi dengan perasaan dan kebutuhan orang lain
7. Sering iri kepada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri kepadanya
8. Bersikap sombong 10

Fitur klinis

Orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki rasa megah diri


penting, mereka menganggap diri mereka spesial dan mengharapkan perlakuan
khusus. Rasa memiliki hak istimewa mencolok. Mereka tidak dapat menerima
kritikan dan mungkin menjadi marah ketika seseorang berani mengkritik mereka,
atau mereka mungkin tampak sama sekali tidak peduli terhadap kritik. Orang
dengan gangguan ini ingin cara mereka sendiri dan sering ambisius untuk
mencapai ketenaran dan keberuntungan. Hubungan mereka yang rapuh, dan
mereka dapat membuat orang lain marah dengan penolakan mereka untuk

31
mematuhi aturan-aturan konvensional perilaku. Mereka tidak dapat menunjukkan
empati, dan mereka berpura-pura simpati hanya untuk mencapai tujuan egois
mereka sendiri. Karena harga diri mereka rapuh, mereka rentan terhadap depresi.
Kesulitan interpersonal, masalah pekerjaan, penolakan, dan kehilangan adalah
hasil dari perilaku narsistik mereka. 10

Diagnosis Banding

Gangguan kepribadian emosional tidak stabil, gangguan kepribadian


histrionik, dan antisosial sering menyertai gangguan kepribadian narsistik,
sehingga diagnosis diferensial sulit. Pasien dengan gangguan kepribadian narsistik
memiliki kecemasan kurang dari mereka dengan gangguan kepribadian emosional
tidak stabil; kehidupan mereka cenderung kurang kacau, dan mereka cenderung
untuk mencoba bunuh diri. Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial
memiliki riwayat perilaku impulsif, sering dikaitkan dengan alkohol atau
penyalahgunaan zat lainnya, yang sering membuat mereka menjadi bermasalah
dengan hukum. Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik menunjukkan fitur
eksibisionisme dan manipulatif interpersonal yang mirip dengan pasien dengan
gangguan kepribadian narsisistik. 10

Pengobatan

A. Psikoterapi
Karena pasien harus meninggalkan narsisme mereka untuk membuat
kemajuan, pengobatan gangguan kepribadian narsisistik adalah sulit. Psikiater
seperti Kernberg dan Heinz Kohut menganjurkan menggunakan pendekatan
psikoanalitik untuk efek berubah, tetapi banyak penelitian diperlukan untuk
membuktikan diagnosis dan untuk menentukan pengobatan terbaik. Beberapa
dokter menganjurkan terapi kelompok bagi pasien mereka sehingga mereka
dapat belajar bagaimana berbagi dengan orang lain dan, dalam keadaan yang
ideal, dapat mengembangkan respon empatik kepada orang lain.
B. Farmakoterapi
Lithium (Eskalith) telah digunakan dengan pasien yang gambaran klinis
mencakup perubahan suasana hati. Karena pasien dengan gangguan

32
kepribadian narsistik mentoleransi penolakan secara buruk dan rentan
terhadap depresi, antidepresan, obat-obatan terutama serotonergik, juga dapat
digunakan. 10

Perjalanan gangguan dan prognosis

Gangguan kepribadian narsisistik adalah kronis dan sulit untuk diobati. Pasien
dengan gangguan terus-menerus harus berurusan dengan pukulan narsisme
mereka yang dihasilkan dari perilaku mereka sendiri atau dari pengalaman hidup.
Penuaan ditangani buruk; pasien menilai keindahan, kekuatan, dan atribut muda,
yang mereka pegang teguh tidaklah tepat. Mereka mungkin lebih rentan
mengalami krisis setengah baya (midlife crises) daripada kelompok lain. 10

3.8 GANGGUAN KEPRIBADIAN MENGHINDAR


Definisi : adanya pola perasaan tidak nyaman serta keengganan untuk bergaul
secara sosial, rasa rendah diri, hipersensitif terhadap evaluasi negatif. Bersifat
pervasif, awitan sejak dewasa muda, nyata dalam pelbagai konteks. 11

Epidemiologi
Gangguan kepribadian menghindar adalah umum. Prevalensi gangguan
adalah 1 sampai 10 % dari populasi umum. Tidak ada informasi mengenai rasio
berdasarkan gender atau pola keluarga. Bayi diklasifikasikan sebagai memiliki
temperamen pemalu mungkin lebih rentan terhadap gangguan dibandingkan
mereka yang mendapat skor tinggi pada skala pendekatan aktivitas. 11

Fitur klinis

Hipersensitif terhadap penolakan oleh orang lain adalah fitur klinis utama
dari gangguan kepribadian menghindar, dan sifat kepribadian yang utama pasien
adalah timidity. Orang-orang keinginan kehangatan dan keamanan persahabatan
manusia, tetapi membenarkan mereka menghindari hubungan karena takut diduga
mereka penolakan. Ketika berbicara dengan seseorang, mereka mengungkapkan
ketidakpastian, menunjukkan kurangnya kepercayaan diri, dan dapat berbicara
dengan cara merendahkan diri. Karena mereka waspada tentang penolakan,
mereka takut untuk berbicara di depan umum atau untuk membuat permintaan
orang lain. Mereka cenderung salah menafsirkan komentar orang lain 'sebagai

33
merendahkan atau mengejek. Penolakan dari permintaan apapun membuat mereka
menarik diri dari orang lain dan merasa terluka. 11

Di bidang pekerjaan, pasien dengan gangguan kepribadian menghindar


seringkali mengambil pekerjaan di sela-sela. Mereka jarang mencapai kemajuan
pribadi banyak atau otoritas banyak, tapi kelihatan malu dan bersemangat untuk
menyenangkan. Orang-orang umumnya tidak memasukkan hubungan kecuali
mereka diberi jaminan luar biasa kuat penerimaan tidak kritis. Akibatnya, mereka
sering tidak memiliki teman dekat atau kepercayaan. 11

Diagnosa
Dalam wawancara klinis, aspek pasien yang paling mencolok adalah
kecemasan tentang berbicara dengan seorang pewawancara. Cara mereka gugup
dan tegang muncul pasang surut dengan persepsi mereka apakah pewawancara
menyukai mereka. Mereka tampaknya rentan terhadap komentar pewawancara
dan saran dan mungkin menganggap klarifikasi atau interpretasi sebagai kritik.
Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian menghindar berdasarkan DSM-
IV: 11

Sebuah pola pervasif inhibisi sosial, perasaan tidak mampu, dan hipersensitivitas
terhadap evaluasi negatif, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam
berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) sebagai
berikut: 11

1. Menghindari kegiatan kerja yang melibatkan kontak interpersonal yang


signifikan, karena takut kritik, ketidaksetujuan, atau penolakan
2. Tidak mau untuk terlibat dengan orang-orang kecuali merasa yakin disukai
3. Menunjukkan pengendalian diri dalam hubungan intim karena takut
dipermalukan atau ditertawakan
4. Kuatir dengan dikritik atau ditolak dalam situasi sosial
5. Terhambat dalam interaksi antarpribadi baru karena perasaan tidak mampu
6. Memandang diri sendiri sebagai tidak layak secara sosial, secara pribadi
tidak menarik, atau lebih rendah daripada orang lain

34
7. Enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat dalam kegiatan
yang baru karena mereka mungkin terbukti memalukan

Diagnosis Banding

Pasien dengan gangguan kepribadian menghindar keinginan interaksi


sosial, tidak seperti pasien dengan gangguan kepribadian skizofrenia, yang ingin
sendirian. Pasien dengan gangguan kepribadian menghindar tidak seperti
menuntut, marah, atau tidak terduga seperti yang dengan gangguan kepribadian
emosional tidak stabil dan histrionik. Gangguan kepribadian menghindar dan
gangguan kepribadian dependen serupa. Pasien dengan gangguan kepribadian
dependen yang dianggap lebih takut ditinggalkan atau dicintai dibandingkan
dengan gangguan kepribadian menghindar, tetapi gambaran klinis tidak dapat
dibedakan. 11

Pengobatan

A. Psikoterapi
Pengobatan psikoterapi tergantung pada memperkuat aliansi dengan
pasien. Sebagai kepercayaan berkembang, terapis harus menyampaikan sikap
menerima terhadap ketakutan pasien, terutama takut ditolak. Terapis akhirnya
mendorong pasien untuk pindah ke dunia untuk mengambil apa yang dianggap
sebagai risiko besar penghinaan, penolakan, dan kegagalan. Tetapi terapis
harus berhati-hati ketika memberikan tugas untuk latihan keterampilan sosial
baru di luar terapi; kegagalan dapat memperkuat pasien sudah miskin harga
diri. Terapi kelompok dapat membantu pasien memahami bagaimana
kepekaan mereka terhadap penolakan mempengaruhi mereka dan lain-lain.
Pelatihan ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan
pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk
memperbesar harga diri mereka. 11
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi telah digunakan untuk mengelola kecemasan dan depresi
ketika mereka berhubungan dengan gangguan tersebut. Beberapa pasien yang

35
dibantu oleh Î ²-adrenergik reseptor antagonis, seperti atenolol (Tenormin),
untuk mengelola hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi
pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, terutama ketika
mereka mendekati situasi takut. Agen serotonergik dapat membantu
sensitivitas penolakan. Secara teoritis, obat dopaminergik bisa menimbulkan
hal-hal baru-mencari perilaku pada pasien, namun pasien harus secara
psikologis siap untuk setiap pengalaman baru yang mungkin timbul. 11

Perjalanan gangguan dan prognosis

Banyak orang dengan gangguan kepribadian menghindar mampu berfungsi


di lingkungan yang terlindung. Beberapa menikah, memiliki anak, dan hidup
mereka dikelilingi hanya oleh anggota keluarga. Harus mendukung apabila
mereka mengalami kegagalan, namun, mereka cenderung mudah mengalami
depresi, kecemasan, dan kemarahan. Penghindaran fobia adalah umum, dan pasien
dengan gangguan dapat memberikan sejarah fobia sosial atau fobia sosial
dikenakan dalam perjalanan penyakit mereka. 11

3.9 GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPENDEN


Definisi : suatu pola perilaku berupa kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara,
yang menyebabkan seorang individu berperilaku submisif, bergantung kepada
orang lain, dan ketakutan akan perpisahan dengan orang tempat ia bergantung,
Besifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, dan nyata dalam pelbagai
situasi. 12,13

Epidemiologi
Gangguan kepribadian dependen lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria. Satu studi didiagnosis 2,5% dari semua gangguan
kepribadian jatuh ke dalam kategori ini. Hal ini lebih umum pada anak-anak
daripada yang lebih tua. Orang dengan penyakit fisik kronis di masa kecil
mungkin paling rentan terhadap gangguan ini. 12,13

Fitur klinis

Gangguan kepribadian dependen ditandai oleh pola perilaku meresap


tergantung dan tunduk. Orang dengan gangguan tersebut tidak dapat membuat

36
keputusan tanpa saran dan kepastian dari orang lain dengan jumlah berlebihan.
Mereka menghindari posisi tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta untuk
mengambil peran kepemimpinan. Mereka lebih suka untuk tunduk. Ketika mereka
sendiri, mereka merasa sulit untuk bertahan pada tugas-tugas, tetapi mungkin
merasa mudah untuk melakukan tugas-tugas untuk orang lain. 12,13

Karena orang-orang dengan gangguan tersebut tidak suka sendirian,


mereka mencari orang lain pada siapa mereka dapat bergantung; hubungan
mereka, dengan demikian, terdistorsi oleh kebutuhan mereka harus terpasang ke
orang lain. Dalam folie à deux (gangguan psikotik bersama), salah satu anggota
pasangan biasanya mengalami gangguan kepribadian dependen; pasangan yang
taat mengambil sistem delusi dari mitra, lebih agresif tegas pada siapa dia
bergantung. 12,13

Pesimisme, keraguan diri, pasif, dan ketakutan untuk mengekspresikan


perasaan seksual dan agresif semua melambangkan perilaku orang-orang dengan
gangguan kepribadian dependen. Pasangan yang kasar, tidak setia, atau alkohol
dapat ditoleransi untuk waktu yang lama untuk menghindari mengganggu rasa
keterikatan. 12,13

Diagnosa
Dalam wawancara, pasien tampak penurut. Mereka mencoba untuk
bekerja sama, menyambut pertanyaan spesifik, dan mencari bimbingan. Kriteria
diagnostik gangguan kepribadian dependen berdasarkan DSM-IV: 12,13

Sebuah kebutuhan yang luas dan berlebihan harus diambil untuk mengarah
ke perilaku tunduk dan kelekatan dan ketakutan pemisahan, dimulai dengan awal
masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh
lima (atau lebih) sebagai berikut: 12,13

1. memiliki kesulitan membuat keputusan sehari-hari tanpa saran dan


jaminan dari orang lain dalam jumlah yang berlebihan
2. kebutuhan orang lain untuk bertanggung jawab atas bidang utama
sebagian besar hidupnya

37
3. mengalami kesulitan mengekspresikan ketidaksetujuan dengan orang lain
karena takut kehilangan dukungan atau persetujuan.
4. mengalami kesulitan memulai proyek-proyek atau melakukan hal-hal
sendiri (karena kurangnya kepercayaan diri dalam penilaian atau
kemampuan daripada kurangnya motivasi atau energi)
5. usaha berlebihan untuk memperoleh pengasuhan dan dukungan dari orang
lain, ke titik sukarela untuk melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan
6. merasa tidak nyaman atau tak berdaya ketika sendirian karena takut yang
berlebihan tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri
7. segera mencari hubungan lain sebagai sumber perawatan dan dukungan
ketika hubungan dekat berakhir
8. preokupasi yang tidak realistis dengan kekhawatiran ditinggal untuk
mengurus dirinya sendiri 12,13

Diagnosis Banding

Sifat-sifat ketergantungan ditemukan dalam gangguan kejiwaan banyak,


sehingga diagnosis diferensial sulit. Ketergantungan merupakan faktor yang
menonjol pada pasien dengan gangguan kepribadian histrionik dan emosional
tidak stabil, tetapi mereka dengan gangguan kepribadian dependen biasanya
memiliki hubungan jangka panjang dengan satu orang, bukan serangkaian orang
pada siapa mereka bergantung, dan mereka tidak cenderung terang-terangan
manipulatif. Pasien dengan gangguan kepribadian skizofrenia dan schizotypal
dapat dibedakan dari orang-orang dengan gangguan kepribadian menghindar.
Perilaku dependen dapat terjadi pada pasien dengan agoraphobia, tapi pasien ini
cenderung memiliki tingkat kecemasan tinggi terang-terangan atau bahkan
panik.12,13

Pengobatan

A. Psikoterapi
Pengobatan gangguan kepribadian dependen sering berhasil. Terapi
berdasarkan tilikan memungkinkan pasien untuk memahami anteseden
perilaku mereka, dan dengan dukungan dari terapis, pasien dapat menjadi

38
lebih mandiri, tegas, dan mandiri. Terapi perilaku, pelatihan ketegasan, terapi
keluarga, dan terapi kelompok semuanya telah digunakan, dengan hasil yang
sukses dalam banyak kasus.

Sebuah kesulitan mungkin timbul dalam pengobatan ketika terapis


mendorong pasien untuk mengubah dinamika hubungan patologis (misalnya,
mendukung istri disiksa secara fisik dalam mencari bantuan dari polisi). Pada
titik ini, pasien mungkin menjadi cemas dan tidak mampu bekerja sama dalam
terapi, mereka mungkin merasa terpecah antara sesuai dengan terapis dan
kehilangan hubungan eksternal patologis. Terapis harus menunjukkan rasa
hormat besar bagi perasaan dependen pasien, tidak peduli seberapa patologis
perasaan ini mungkin tampak. 12,13
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi telah digunakan untuk menangani gejala-gejala spesifik,
seperti kecemasan dan depresi, yang merupakan fitur yang berhubungan
umum dari gangguan kepribadian dependen. Pasien yang mengalami serangan
panik atau yang memiliki tingkat kecemasan perpisahan dapat dibantu dengan
imipramine (Tofranil). Benzodiazepin dan agen serotonergik juga telah
berguna. Jika depresi pasien atau gejala penarikan menanggapi psikostimulan,
mereka dapat digunakan. 12,13

Perjalanan gangguan dan Prognosis

Sedikit yang diketahui tentang perjalanan gangguan kepribadian dependen.


Berfungsi kerja cenderung dirugikan, karena orang-orang dengan gangguan
tersebut tidak dapat bertindak secara independen dan tanpa pengawasan ketat.
Hubungan sosial terbatas pada orang-orang pada siapa mereka dapat bergantung,
dan banyak menderita pelecehan fisik atau mental karena mereka tidak dapat
menyatakan diri mereka sendiri. Mereka risiko gangguan depresi besar jika
mereka kehilangan orang pada siapa mereka bergantung, tetapi dengan
pengobatan, prognosis menguntungkan. 12,13

39
3.10 GANGGUAN KEPRIBADIAN OBSESIF-KOMPULSIF
Definisi: pola perilaku berupa preokupasi dengan keteraturan, peraturan,
perfeksionisme, kontrol mental dan hubungan interpersonal, dengan
mengenyampingkan: fleksibilitas, keterbukaan, efisiensi, bersifat pervasif, awitan
sejak dewasa muda nyata dalam pelbagai konteks.

Epidemiologi
Prevalensi obsesif-kompulsif gangguan kepribadian tidak diketahui. Hal
ini lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita dan didiagnosis paling
sering pada anak tertua. Gangguan juga terjadi lebih sering pada tingkat pertama
keluarga biologis dari orang-orang dengan gangguan daripada populasi umum.
Pasien sering memiliki latar belakang disiplin yang keras. 14

Fitur klinis

Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif kepribadian disibukkan dengan


aturan, peraturan, ketertiban, kerapian, rincian, dan pencapaian kesempurnaan.
Mereka bersikeras bahwa aturan harus diikuti secara kaku dan tidak bisa
mentolerir apa yang mereka anggap pelanggaran. Oleh karena itu, mereka
kekurangan fleksibilitas dan tidak toleran. Mereka mampu bekerja lama, asalkan
rutin dan tidak memerlukan perubahan yang mereka tidak dapat beradaptasi. 14

Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif kepribadian memiliki


keterampilan interpersonal yang terbatas. Mereka bersikap formal dan serius dan
sering kurang rasa humor. Mereka mengasingkan orang, tidak mampu untuk
berkompromi, dan bersikeras bahwa orang lain tunduk kepada kebutuhan mereka.
Mereka ingin menyenangkan orang yang mereka lihat sebagai lebih kuat dari
mereka, bagaimanapun, dan mereka melaksanakan keinginan orang-orang ini
secara otoriter. Karena mereka takut membuat kesalahan, mereka ragu-ragu dan
memikirkan tentang membuat keputusan. Meskipun pernikahan yang stabil dan
kecukupan pekerjaan umum, orang dengan kepribadian obsesif-kompulsif
memiliki beberapa teman. Apa pun yang mengancam untuk mengganggu
stabilitas atau rutinitas kehidupan mereka dirasakan dapat memicu kecemasan
yang dinyatakan terikat dalam ritual yang mereka paksakan pada kehidupan
mereka dan mencoba untuk memaksakannya pada orang lain. 14

40
Diagnosa
Dalam wawancara, pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-
kompulsif mungkin memiliki sikap kaku. Afek mereka tidak tumpul atau datar,
tetapi dapat digambarkan sebagai yang terbatas. Mereka kekurangan spontanitas,
dan suasana hati mereka biasanya serius. Pasien tersebut mungkin cemas tentang
tidak terkendali dalam wawancara. Jawaban mereka untuk pertanyaan luar biasa
rinci. Mekanisme pertahanan yang mereka gunakan adalah rasionalisasi, isolasi,
intelektualisasi, pembentukan reaksi, dan kehancuran. Kriteria diagnostik untuk
gangguan kepribadian obsesif-kompulsif : 14

Sebuah pola meresap keasyikan dengan keteraturan, perfeksionisme, dan


kontrol mental dan interpersonal dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan,
dan efisiensi, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut : 14

1. terpaku terhadap rincian, aturan, daftar, urutan, organisasi, atau jadwal


2. menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas
3. teliti, berhati-hati berlebihan dan lebih mengutamakan produktivitas
sehingga mengeyampingkan kesenangan dan hubungan interpersonal
4. teliti dan tidak fleksibel tentang hal-hal moral, etika, atau nilai (tidak
diperhitungkan dengan identifikasi budaya atau agama)
5. tidak mampu untuk membuang benda-benda usang atau tidak berharga
bahkan ketika mereka tidak memiliki nilai
6. enggan untuk mendelegasikan tugas atau bekerja dengan orang lain
kecuali mereka tunduk dengan tepatnya atau cara dia melakukan sesuatu
7. mengadopsi gaya belanja kikir baik terhadap diri dan orang lain, uang
dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun bagi bencana di masa
depan
8. menunjukkan kekakuan dan keras kepala

Diagnosa Banding

Ketika obsesi berulang atau dorongan yang hadir, obsesif-kompulsif harus dicatat
pada Axis I. Mungkin perbedaan yang paling sulit adalah antara pasien rawat

41
jalan dengan beberapa sifat obsesif-kompulsif dan mereka dengan gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif. Diagnosis gangguan kepribadian diperuntukkan
bagi mereka dengan gangguan signifikan dalam efektivitas mereka pekerjaan atau
sosial. Dalam beberapa kasus, gangguan delusi berdampingan dengan gangguan
kepribadian dan harus dicatat. 14

Pengobatan

A. Psikoterapi
Berbeda pasien dengan gangguan kepribadian lainnya, orang-orang
dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif sering menyadari penderitaan
mereka, dan mereka sering pergi untuk mencari pengobatan sendiri.
Terapi kelompok dan terapi perilaku kadang-kadang menawarkan
keuntungan tertentu. Dalam kedua konteks, mudah untuk menginterupsi
pasien di tengah-tengah interaksi atau penjelasan maladaptif mereka.
Mencegah penyelesaian perilaku kebiasaan mereka menimbulkan kecemasan
pasien dan membuat mereka rentan terhadap strategi belajar mengatasi yang
baru. Pasien juga dapat menerima hadiah langsung untuk perubahan dalam
terapi kelompok, sesuatu yang kurang sering mungkin dalam psikoterapi
individu. 14
B. Farmakoterapi
Clonazepam (Klonopin), benzodiazepin dengan penggunaan
antikonvulsan, telah mengurangi gejala pada pasien dengan obsesif-kompulsif
berat. Clomipramine (Anafranil) dan agen serotonergik seperti fluoxetine,
biasanya pada dosis 60 sampai 80 mg sehari, mungkin berguna jika tanda dan
gejala obsesif-kompulsif muncul. Nefazodone (Serzone) mungkin mendapat
manfaat beberapa pasien. 14

Perjalanan gangguan dan prognosis

Perjalanan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif adalah bervariasi dan


tak terduga. Dari waktu ke waktu, orang dapat mengembangkan obsesi atau
dorongan dalam perjalanan gangguan mereka. Beberapa remaja dengan gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif berkembang menjadi orang dewasa yang hangat,

42
terbuka, dan penuh kasih; pada orang lain, gangguan dapat berupa pertanda
skizofrenia pada dekade kemudian dan diperburuk oleh proses penuaan atau
gangguan depresi mayor. 14

Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif kepribadian dapat berkembang


dalam posisi menuntut kerja metodis, deduktif, atau rinci, namun mereka rentan
terhadap perubahan yang tak terduga, dan kehidupan pribadi mereka mungkin
tetap tidak bertumbuh. Gangguan depresi, terutama onset terlambat, umum
terjadi.14

3.11 GANGGUAN KEPRIBADIAN YANG TIDAK DITENTUKAN


(Not otherwise specified)
Dalam DSM-IV, gangguan kepribadian yang tidak ditentukan dibentuk
apabila ada gangguan yang tidak masuk ke salah satu kategori ganguan
kepribadian yang telah dijelaskan di atas. Gangguan kepribadian pasif-agresif dan
gangguan kepribadian depresif sekarang terdaftar sebagai contoh dari gangguan
kepribadian tidak ditentukan. Sebuah spektrum sempit perilaku atau sikap tertentu
"seperti oppositionalism, sadisme, atau masochism" juga dapat diklasifikasikan
dalam kategori ini. Seorang pasien dengan fitur lebih dari satu gangguan
kepribadian tetapi tanpa kriteria lengkap dari setiap gangguan yang dapat
diberikan klasifikasi ini. 15-18

Kategori ini untuk gangguan fungsi kepribadian yang tidak memenuhi


kriteria untuk gangguan kepribadian tertentu. Sebuah contoh adalah adanya fitur
lebih dari satu gangguan kepribadian tertentu yang tidak memenuhi kriteria penuh
untuk gangguan kepribadian seseorang (mixed personality). Tetapi bersama-sama
menyebabkan distress klinis signifikan atau gangguan dalam satu atau lebih
penting area fungsi (misalnya, sosial atau pekerjaan). Kategori ini juga dapat
digunakan ketika hakim dokter bahwa gangguan kepribadian tertentu yang tidak
termasuk dalam klasifikasi yang sesuai. 15-18

43
3.11.1 GANGGUAN KEPRIBADIAN PASIF-AGRESIF
A. Sebuah pola pervasif sikap negatif dan perlawanan pasif terhadap
tuntutan untuk kinerja yang memadai, dimulai dengan awal masa
dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan
oleh empat (atau lebih) sebagai berikut: 15-18
1. pasif menolak memenuhi tugas sosial dan pekerjaan rutin
2. mengeluh salah mengerti dan tidak dihargai oleh orang lain
3. cemberut dan argumentatif
4. masuk akal dan scorns mengkritik otoritas
5. mengungkapkan kecemburuan dan kebencian terhadap orang-
orang tampaknya lebih beruntung
6. suara berlebihan dan terus-menerus keluhan kemalangan pribadi
7. bergantian antara pembangkangan bermusuhan dan penyesalan14

B. Tidak terjadi secara eksklusif selama episode depresi dan tidak lebih
baik dicatat oleh gangguan dysthymic.

3.11.2 GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPRESIF


A. Sebuah pola pervasif kognisi dan perilaku depresif pada awal masa
dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan
oleh lima (atau lebih) sebagai berikut:
1. suasana hati yang biasa didominasi oleh kepatahan, kelam kabut,
murung, ketidakbahagiaan
2. konsep diri pusat sekitar keyakinan tidak mampu, tidak berharga,
dan rendah diri
3. sangat penting, menyalahkan, dan menghina terhadap diri sendiri
4. yang merenung dan diberikan kepada khawatir
5. negatif, kritis, dan menghakimi terhadap orang lain
6. pesimis
7. rentan terhadap perasaan bersalah atau menyesal 17
B. Tidak terjadi secara eksklusif selama episode depresi dan tidak lebih
baik dicatat oleh gangguan dysthymic.

44
3.11.3 GANGGUAN KEPRIBADIAN SADOMASOKIS
Beberapa jenis kepribadian yang ditandai oleh unsur-unsur dari sadisme
atau masokisme atau kombinasi keduanya. Gangguan kepribadian sadomasokis
yang tercantum di sini karena kepentingan klinis dan sejarah besar dalam psikiatri.
Ini bukan kategori diagnostik resmi dalam DSM-IV-TR atau lampirannya, tetapi
dapat didiagnosis sebagai gangguan kepribadian ini tidak lain diklasifikasikan.
Sadisme adalah keinginan untuk menyebabkan rasa sakit orang lain dengan
menjadi baik seksual melecehkan atau umumnya secara fisik atau psikologis
kasar. Ini adalah nama untuk Marquis de Sade, seorang penulis akhir abad ke-18
orang yang mengalami erotika menggambarkan kenikmatan seksual saat
menyakiti orang lain. Freud percaya bahwa sadis menangkal kecemasan kastrasi
dan mampu untuk mencapai kenikmatan seksual hanya ketika mereka bisa
lakukan untuk orang lain apa yang mereka takuti akan dilakukan untuk mereka. 19-
20

Masokisme, nama untuk Leopold von Sacher-Masoch, seorang novelis


abad ke-19 Jerman, adalah pencapaian kepuasan seksual dengan menimbulkan
rasa sakit pada diri. Jadi yang disebut masokis moral yang umumnya mencari
penghinaan dan kegagalan daripada sakit fisik. Freud percaya bahwa kemampuan
masokis untuk mencapai orgasme terganggu oleh kecemasan dan perasaan
bersalah tentang seks, yang dikurangi dengan penderitaan dan hukuman. 19-20

Pengamatan klinis menunjukkan bahwa unsur-unsur perilaku sadis dan


masokis baik biasanya hadir dalam orang yang sama. Pengobatan dengan
psikoterapi berorientasi wawasan, termasuk psikoanalisis, telah efektif dalam
beberapa kasus. Sebagai hasil dari terapi, pasien menjadi menyadari kebutuhan
untuk menghukum diri sendiri sekunder untuk rasa bersalah yang berlebihan sadar
dan juga datang untuk mengenali impuls agresif mereka yang direpresi, yang
berasal dari anak usia dini. 19-20

3.11.4 GANGGUAN KEPRIBADIAN SADISTIK


Gangguan kepribadian sadis tidak termasuk dalam DSM-IV-TR, tetapi
masih muncul dalam literatur dan mungkin digunakan deskriptif. Dimulai pada
awal masa dewasa, orang dengan gangguan kepribadian sadistik menunjukkan

45
pola meresap perilaku kejam, merendahkan, dan agresif yang diarahkan terhadap
orang lain. Kekejaman fisik atau kekerasan digunakan untuk menyakiti orang lain,
bukan untuk mencapai tujuan lain, seperti perampokan seseorang untuk mencuri.
Orang dengan gangguan seperti untuk mempermalukan atau merendahkan orang
di depan orang lain dan biasanya diobati atau disiplin orang jarang kasar, terutama
anak-anak. Secara umum, orang dengan gangguan kepribadian sadis yang
terpesona oleh kekerasan, senjata, cedera, atau penyiksaan. Untuk dimasukkan
dalam kategori ini, orang tersebut tidak dapat semata-mata didorong oleh
keinginan untuk mendapatkan rangsangan seksual dari perilaku mereka, jika
mereka begitu termotivasi, paraphilia dari sadisme seksual harus didiagnosis. 19-20

46
BAB III

PENUTUP

Gangguan kepribadian digambarkan sebagai gangguan berat kepribadian dan

perilaku yang dinilai sebagai suatu bentuk penyimpangan dari pola budaya yang

normal. Pedoman diagnostik gangguan kepribadian termasuk gangguan dengan

durasi yang lama pada beberapa fungsi, bersifat pervasif dan maladaptif, onset

pada masa kecil atau remaja; kelanjutan menjadi dewasa; kepribadian distres yang

cukup besar (meskipun kadang-kadang hanya terlihat pada akhir kursus gangguan

itu); dan biasanya , tetapi tidak selalu, masalah yang signifikan dalam pekerjaan

dan dalam perilaku sosial.

Pada seorang individu dengan gangguan kepribadian, terjadi disfungsi dalam

hubungan keluarga, pekerjaan, fungsi sosial. Dapat pula berkaitan dengan tindak

kriminal, penyalahgunaan zat, pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, perceraian,

dan lain-lain. Tatalaksana biasanya sulit karena gangguan ini bersifat pervasif,

egosintonik, awitannya sejak dewasa muda (di atas 17 tahun) dan seringkali

individu bangga dengan ciri kepribadiannya. Tatalaksana terdiri dari 2 jenis, yaitu

psikoterapi (terapi dengan prinsip menyadarkan pasien mengenai dampak

gangguan kepribadian yang ia derita) dan psikofarmaka (penggunaan psikotropika

yang bersifat pengobatan simptomatis).

47
DAFTAR PUSTAKA

1 Friborg O, Martinussen M, Kaiser S, Overgård KT, Rosenvinge JH.


Comorbidity of personality disorders in anxiety disorders: A meta-analysis
of 30 years of research. J Affect Disord. 2012 Sep 20.
2 Walsh Z, Shea MT, Yen S, Ansell EB, Grilo CM, McGlashan TH, et al.
Socioeconomic-Status and Mental Health in a Personality Disorder
Sample: The Importance of Neighborhood Factors. J Pers Disord. 2012
Sep 17
3 Raine A, Lencz T, Bihrle S, LaCasse L, Colletti P. Reduced prefrontal
gray matter volume and reduced autonomic activity in antisocial
personality disorder. Arch Gen Psychiatry. 2000 Feb. 57(2):119-27;
discussion 128-9.
4 Lyons-Ruth K, Holmes BM, Sasvari-Szekely M, Ronai Z, Nemoda Z,
Pauls D. Serotonin transporter polymorphism and borderline or antisocial
traits among low-income young adults. Psychiatr Genet. 2007 Dec.
17(6):339-43.
5 Stein DJ. Borderline personality disorder: toward integration. CNS Spectr.
2009 Jul. 14(7):352-6.
6 Samuels J. Personality disorders: epidemiology and public health
issues. Int Rev Psychiatry. 2011 Jun. 23 (3):223-33.
7 Suominen KH, Isometsä ET, Henriksson MM, Ostamo AI, Lönnqvist JK.
Suicide attempts and personality disorder. Acta Psychiatr Scand. 2000
Aug. 102(2):118-25.
8 Shedler J, Westen D. Refining personality disorder diagnosis: integrating
science and practice. Am J Psychiatry. 2004 Aug. 161(8):1350-65.
9 Hopwood CJ, Donnellan MB, Ackerman RA, Thomas KM, Morey LC,
Skodol AE. The Validity of the Personality Diagnostic Questionnaire-4
Narcissistic Personality Disorder Scale for Assessing Pathological
Grandiosity. J Pers Assess. 2012 Oct 26.

48
10 Stoffers JM, Völlm BA, Rücker G, Timmer A, Huband N, Lieb K.
Psychological therapies for people with borderline personality
disorder. Cochrane Database Syst Rev. 2012 Aug 15. 8:CD005652.
11 Britton R. Narcissistic disorders in clinical practice. J Anal Psychol. 2004
Sep. 49(4):477-90; discussion 491-3.
12 Goodman G, Edwards K, Chung H. Interaction structures formed in the
psychodynamic therapy of five patients with borderline personality
disorder in crisis. Psychol Psychother. 2012 Dec 3.
13 Mangindaan, Lukas. Ed: Elvira, S. D., & Hadisukanto, G. Buku Ajar
Psikiatri: Gangguan Kepribadian. 2010. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Hal 329-334.

14 Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., Grenne Beverly. (). Psikologi
Abnormal. Edisi ke-v. 2003. Jakarta: Penerbit Erlangga.

15 Sadock, B. J., & Sadock, V. A. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:


Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York:
Lippincott William&Wilkins. 2007

16 Soloff PH. Psychopharmacology of borderline personality


disorder. Psychiatr Clin North Am. 2000 Mar. 23(1):169-92.
17 Binks CA, Fenton M, McCarthy L, Lee T, Adams CE, Duggan C.
Pharmacological interventions for people with borderline personality
disorder. Cochrane Database Syst Rev. 2006 Jan 25. CD005653.
18 Simeon D, Baker B, Chaplin W, Braun A, Hollander E. An open-label trial
of divalproex extended-release in the treatment of borderline personality
disorder. CNS Spectr. 2007 Jun. 12(6):439-43.
19 Herpertz SC, Zanarini M, Schulz CS, Siever L, Lieb K, Möller HJ. World
Federation of Societies of Biological Psychiatry (WFSBP) guidelines for
biological treatment of personality disorders. World J Biol Psychiatry.
2007. 8(4):212-44.
20 Lieb K, Völlm B, Rücker G, Timmer A, Stoffers JM. Pharmacotherapy for
borderline personality disorder: Cochrane systematic review of
randomised trials. Br J Psychiatry. 2010 Jan. 196(1):4-12.

49

Anda mungkin juga menyukai