Anda di halaman 1dari 32

REFERAT : GANGGUAN

KEPRIBADIAN NARSISTIK

Disusun Oleh :
Agatha Marcelline I.W

Pembimbing :
dr. Ashwin Kandouw, SpKJ
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT SANATORIUM DHARMAWANGSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE DESEMBER 2015

Daftar Isi
BAB I................................................................................ 3
PENDAHULUAN..................................................................3

A. Latar Belakang..................................................................3

BAB II............................................................................... 5
PEMBAHASAN...................................................................5

A. Gangguan Kepribadian......................................................5
B. Etiologi Gangguan Kepribadian..........................................8
1) Faktor Genetik................................................................................ 8
2) Faktor Biologis...............................................................................9
3) Faktor Psikoanalitik......................................................................10
4) Teori Character Armoring..........................................................14
C. Gangguan Kepribadian Narsistik.......................................17
1) Definisi......................................................................................... 17
2) Epidemiologi................................................................................17
3) Diagnosis..................................................................................... 17
4) Gejala Klinis.................................................................................19
6) Perjalanan Penyakit dan prognosis..............................................24
7) Terapi........................................................................................... 24

Daftar Pustaka................................................................26

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang
merupakan karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan seharihari, dalam kondisi yang biasa. Sifatnya stabil dan dapat
diramalkan.
Perkembangan kepribadian merupakan hasil interaksi dari
faktor-faktor: konstitusi (genetik, temperamen), perkembangan, dan
pengalaman hidup (lingkungan keluarga, budaya).
Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat
tidak fleksibel dan maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang
bermakna dan penderitaan subjektif. Orang dengan gangguan
kepribadian memiliki respons yang benar-benar kaku terhadap
situasi pribadi, hubungan dengan orang lain ataupun lingkungan
sekitarnya.
Gangguan kepribadian adalah kelainan yang umum dan
kronis. Gangguan kepribadian pada umumnya muncul nyata pada
usia dewasa muda dan sudah berlangsung sejak usia anak-anak.
Prevalensinya diperkirakan antara 10 sampai 20% dari seluruh
populasi, dan durasinya dapat berlangsung selama beberapa
dekade. Diperkirakan 50% dari seluruh pasien psikiatrik memiliki
gangguan kepribadian, yang seringkali komorbid dengan kondisi
Aksis I. Gangguan kepribadian juga merupakan faktor predisposisi
dari gangguan psikiatrik lainnya seperti penyalahgunaan obatobatan, bunuh diri, gangguan afektif, gangguan makan, dan
gangguan anxietas sehingga dapat memperberat prognosis dari
pasien-pasien tersebut.

Orang dengan gangguan kepribadian pada umumnya tidak


merasa perlu untuk berubah dan mendapatkan pengobatan ,
dibandingkan pasien penderita gangguan anxietas, gangguan
depresi, dan gangguan obsesif-kompulsif. DSM IV menyebutkan
bahwa orang dengan gangguan kepribadian cenderung
menganggap trait-trait tersebut sebagai ego-syntonic sebagai
bagian alami dari diri mereka dan alloplastic - beradaptasi dengan
cara merubah hal-hal diluar dirinya dibandingkan dirinya sendiri.
Pasien juga tidak merasa cemas akan keribadian mereka karena
mereka tidak merasakan langsung dampak buruk dari kepribadian
mereka, tetapi orang disekitarnya yang merasakan. Akibatnya,
orang dengan gangguan kepribadian lebih cenderung dibawa ke
dokter spesialis kejiwaan oleh orang lain daripada oleh diri mereka
sendiri dan cenderung lebih sulit untuk diobati.
Gangguan kepribadian narsistik adalah gangguan kepribadian
dimana penderitanya mengalami peningkatan rasa kepentingan diri
dan perasaan kebesaran yang unik. Mereka menganggap dirinya
sebagai orang yang khusus dan penting. Dan penderita sangat haus
akan pujian dari orang lain. . Yang mencolok adalah perasaan akan
kebesaran nama mereka.
Gangguan ini berdasarkan DSM-5 masuk kedalam Cluster B
bersama dengan gangguan borderline, antisosial, dan histrionik
dimana gangguan pada kluster ini memiliki ciri khas dramatis,
impulsif, dan erratik.
Prevalensi gangguan kepribadian narsistik berkisar antara 1%6% pada populasi umum,dan 2% - 16% pada populasi klinis.
Gangguan kepribadian ini sukar untuk diterapi karena pasien
harus meninggalkan sifat narsismenya untuk mendapatkan
kemajuan. Serta gangguan ini juga rentan mengalami depresi
karena tidak tahan menghadapi kritikan. Terapi dari gangguan
kepribadian narsistik ini adalah gabungan dari psikoterapi dan
psikofarmaka. Namun demikian, masih dibutuhkan lebih banyak

penelitian untuk menangani gangguan ini karena gangguan ini


sangat sulit untuk diterapi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Gangguan Kepribadian
Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk menyelesaikan
masalah dengan pola tertentu dalam menjalani kehidupan sejak
kecil hingga dewasa yang dapat digunakan sebagai ciri atau tanda
untuk mengenal orang tersebut . Ciri khas tersebut adalah karakter
atau kepribadian,
Kepribadian adalah ciri perilaku dan emosi yang merupakan
karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari, dalam
kondisi yang biasa. Kepribadian bersifatnya stabil dan dapat
diramalkan. Karakter adalah ciri kepribadian yang dibentuk oleh
proses perkembangan dan pengalaman hidup. Sedangkan
temperamen dipengaruhi oleh faktor genetik atau konstitusional
yang terbawa sejak lahir, bersifat sederhana, tanpa motivasi, baru
stabil sesudah anak berusia beberapa tahun.
Gangguan kepribadian adalah kelainan yang umum dan
kronis. Prevalensinya diperkirakan antara 10 sampai 20% dari
seluruh populasi, dan durasinya dapat berlangsung selama
beberapa dekade. Orang dengan gangguan kepribadian umumnya
dicap menjengkelkan, menganggu, dan bersifat parasit dan secara
umum dianggap memiliki prognosis yang buruk. Diperkirakan
setengah dari seluruh pasien psikiatrik memiliki gangguan
kepribadian, yang seringkali komorbid dengan kondisi Aksis I.
Gangguan kepribadian merupakan faktor predisposisi untuk
gangguan psikiatrik lain ( contoh penyalahgunaan zat, bunuh diri,
gangguan afektif, dan gangguan cemas) di mana hal ini
mengganggu hasil pengobatan sindrom Axis I dan meningkatkan
menderita ketidakmampuan (cacat) personal, morbiditas, dan
mortalitas pasien.

Gangguan kepribadian berdasarkan DSM-5 adalah pola


perilaku dan pengalaman batin seseorang yang sudah tertanam
sejak lama dan terlihat berbeda secara signifikan dibandingkan
dengan kultur yang ada, bersifat tidak fleksibel, muncul pada usia
remaja atau dewasa muda, stabil dari waktu ke waktu,
menyebabkan ketidakbahagiaan atau gangguan, yang
dimanifestasikan pada setidaknya dua dari empat area berikut yaitu
kognisi, afektivitas, fungsi interpersonal, atau kendali impuls. Jika
kepribadian seseorang tampak kaku dan maladaptif serta
menyebabkan gangguan fungsional dan tekanan, diagnosis
gangguan kepribadian dapat ditegakan.
Berdasarkan PPDGJ-III gangguan kepribadian adalah pola
perilaku yang tertanam dalam,muncul sebagai respon yang kaku
terhadap rentangan situasi pribadi dan sosial yang luas. Hal ini
menggambarkan deviasi ekstrem maupun deviasi bermakna dari
cara indibidu pada umumnya dalam suatu budaya tertentu
memandang, memikirkan, merasakan, dan khususnya berhubungan
dengan orang lain. Pola perilaku demikian cenderung stabil dan
meliputi bermacam-macam perilaku dan fungsu psikologis.
Kebanyakan, tapi tidak selalu berhubungan dengan berbagai derajat
penderitaan pribadi dan masalah dalam fungsi sosial dan
penampilan.
Gangguan kepribadian berbeda dari perubahan kepribadian
dalam waktu dan cara terjadinya: gangguan kepribadian adalah
suatu proses perkembangan, yang muncul ketika masa kanak-kanak
atau remaja dan berlanjut sampai dewasa. Gangguan kepribadian
bukan keadaan sekunder dari gangguan jiwa lain atau penyakit
otak, meskipun dapat didahului dan timbul bersamaan dengan
gangguan lain. Sebaliknya, perubahan kepribadian adalah suatu
proses yang didapat, biasanya pada usia dewasa, setelah stress
berat atau berkepanjangan, deprivasi lingkungan yang ekstrem,
gangguan jiwa yang parah atau penyakit/cedera otak.

Orang dengan gangguan kepribadian pada umumnya tidak


merasa perlu untuk berubah dan mendapatkan pengobatan ,
dibandingkan pasien penderita gangguan anxietas, gangguan
depresi, dan gangguan obsesif-kompulsif. DSM IV menyebutkan
bahwa orang dengan gangguan kepribadian cenderung
menganggap trait-trait tersebut sebagai ego-syntonic sebagai
bagian alami dari diri mereka dan alloplastic - beradaptasi dengan
cara merubah hal-hal diluar dirinya dibandingkan dirinya sendiri.
Pasien juga tidak merasa cemas akan keribadian mereka karena
mereka tidak merasakan langsung dampak buruk dari kepribadian
mereka, tetapi orang disekitarnya yang merasakan. Akibatnya,
orang dengan gangguan kepribadian lebih cenderung dibawa ke
dokter spesialis kejiwaan oleh orang lain daripada oleh diri mereka
sendiri dan cenderung lebih sulit untuk diobati.
Gangguan kepribadian dicantumkan pada Aksis II dalam
sistem diagnostik multiaksial DSM-IV-TR.
DSM-IV menetapkan kriteria umum diagnostik untuk gangguan
kepribadian yang meliputi:
a)

Pola pengalaman batin dan perilaku yang menyimpang dari


budaya yang diharapkan. Pola ini dapat bermanifestasi dalam
dua atau lebih area berikut: kesadaran, afek, pengendalian
impuls, dan hubungan dengan orang lain.
b) Pola yang tidak fleksibel dan berakar mendalam
(menyerap).
c) Pola yang mengarah pada penderitaan yang signifikan.
d) Pola yang stabil dan dapat ditelusuri kembali ke masa
remaja dan awal masa dewasa.
e) Pola ini bukan merupakan manifestasi dari gangguan
mental lain.
f) Pola ini tidak memiliki efek fisiologis langsung dari
penggunaan zat (contoh penyalahgunaan zat, medikasi)
atau kondisi medis umum (contoh cidera kepala).

DSM membagi gangguan kepribadian menjadi 3 kelompok


berdasarkan kemiripan deskriptifnya:

Kelompok A

: orang yang dianggap aneh atau eksentrik.

Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian paranoid,


skizoid, dan skizotipal.

Kelompok B: orang dengan perilaku yang terlalu dramatis,


emosional, dan eratik (tidak menentu). Kelompok ini terdiri
dari gangguan kepribadian antisosial, ambang (borderline),
histrionik, dan narsistik.

Kelompok C: orang yang sering kali tampak cemas atau


ketakutan. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian
menghindar, dependen, dan obsesif-kompulsif.

Penderita umumnya dapat menderita lebih dari satu gangguan


kepribadian. Dan jika hal ini terjadi, klinisi harus mendiagnosis
setiap gangguan kepribadian yang terjadi.

B. Etiologi Gangguan Kepribadian


1) Faktor Genetik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat
terhadap 15.000 pasangan anak kembar ditemukan bahwa kembar
monozigot memiliki kemungkinan untuk sama-sama mengalami
gangguan kepribadian yang sama dibandingkan dengan kembar
dizigotik. Kembar monozigot yang dibesarkan secara terpisahjuga
memiliki kesamaan dengan kembar monozigot yang dibesarkan
bersama-sama. Kesamaan tersebut meliputi kepribadian dan
temperamen, minat pekerjaan dan aktivitas untuk mengisi waktu
luang, serta sikap sosial.
Gangguan kepribadian kelompok A lebih umum muncul pada
pasien yang memiliki anggota keluarga penderita skizofrenia,
terutama ganggua kepribadian skizotipal. Hubungan antara
skizofrenia dan gangguan kepribadian skizoid dan paranoid tidak
terlalu tampak nyata.
Gangguan kepribadian kelompok B juga dipengaruhi oleh
faktor genetik. Penderita gangguan kepribadian antisosial umumnya
memiliki anggota keluarga yang alkoholik. Penderita gangguan
borderline umumnya memiliki anggota keluarga yang mengalami
depresi dan gangguan mood. Pasien dengan gangguan kepribadian
histrionik umumnya memiliki hubungan dengan gangguan
somatisasi.
Dalam kelompok gangguan kepribadian C, pasien dengan
gangguan kepribadian avoidant (menghindar) umumnya memiliki
tingkat anxietas yang tinggi. Gangguan obsesif-kompulsif lebih
umum diderita oleh kembar monozigotik dibandingkan dengan
kembar dizigotik.

2) Faktor Biologis
Hormon
Orang yang menunjukkan sifat impulsif cenderung memiliki
tingkat testosteron, 17-estradiol, dan estron yang tinggi. Pada
primata, androgen meningkatkan kemungkinan agresi dan perilaku
seksual, tetapi peran testosteron dalam agresi manusia masih tidak
jelas. Kadar hormon DST pada gangguan kepribadian borderline
yang juga termasuk didalamnya terdapat gejala depresi ditemukan
abnormal.

Platelet Monoamine Oxidase


MAO adalah enzim yang bekerja dalam menginaktivasi
neurotransmitter seperti serotonin, dopamin, noradrenalin,

adrenalin, dan neurotransmitter lainnya yang memiliki gugus


monoamin. Kadar yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari MOA
dapat mengakibatkan gangguan psikaitri dan ganggua neurologis.
Kadar MOA yang tinggi merupakan salah satu penyebab dari
skizofrenia, depresi, ADHD, penyalahgunaan obat, dan migrain.
Kadar platelet monoamine oxidase (MAO) yang rendah berhubungan
dengan aktivitas dan kemampuan bersosialisasi pada hewan
monyet. Mahasiswa yang memiliki kadar MAO yang rendah
dilaporkan menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk
bersosialisasi dibandinkan mahasiswa dengan kadar MAO yang
tinggi. Penderita gangguan skizotipal juga ditemukan memiliki kadar
MAO yang rendah.

Smooth Pursuit Eye Movement


Adalah gerakan mata yang nampak gelisah. Biasa ditemukan

pada orang yang introvert, tingkat percaya diri rendah, dan


cenderung menarik diri, serta memiliki gangguan kepribadian
skizotipal. Adanya gerakan mata ini menunjukan peran genetik atau
keturunan.

Neurotransmitter

Endorfin memiliki efek yang sama dengan morfin yaitu


analgesik, dan penekanan dari gairah. Orang dengan kepribadian
phlegmatis memiliki tingkat endorfin yang tinggi. Level serotonin
ditemukan rendah pada orang dengan usaha buhug diri dan pada
pasien yang impulsif dan afresif. Sedangkan peningkatan dopamin
( sebagai contoh yang disebabkan oleh konsumsi amphetamine)
dapat mengakibatkan euphoria.

Elektrofisiologi
Perubahan gelombang elektrik pada EEG muncul pada pasien
dengan

gangguan kepribadian seperti misalnya gangguan

kepribadian antisosial

dan borderline memiliki gambaran EEG

slow wave activity.

3) Faktor Psikoanalitik
Teori psikoanalitik adalah suatu metode untuk mengobati
gangguan mental dan menjelaskan tentang pola perilaku manusia.
Sigmeund Freud, penemu dari teori ini, menyatakan bahwa perilaku
dari seseorang merupakan hasil interaksi dari tiga bagian penting
dari mental dan pikiran kita yaitu id, ego, dan superego. Teori ini
disebut sebagai structural theory . Konflik diantara ketiga bagian
dari alam bawah sadar kita ini yang membentuk karakter dan
kepribadian kita.
Id bekerja di alam bawah sadar yang menggunakan prinsip
kesenangan dan mencari pemuasan segera dari impuls biologis. Id
terdiri atas dua insting (atau dorongan) biologis yang disebut Eros
dan Thanatos. Eros , atau insting kehidupan, membantu manusia
untuk bertahan hidup dengan memunculkan dorongan untuk
respirasi, makan, dan seksual. Energi yang dihasilkan oleh insting
hidup ini disebut libido.
Berkebalikan dengan eros, Thanatos adalah insting kematian.
Ia adalah dorongan untuk menghancurkan yang ada disetiap
individu. Jika energi dari dorongan ini diproyeksikan keluar maka
akan diekspresikan sebagai agresivitas dan kejahatan. Freud

mempercayai bahwa Eros lebih berpengaruh dibandingkan


Thanatos, sehingga manusia dapat bertahan hidup dan tidak
menghancurkan dirinya sendiri.
Ego berkembang dari id saat manusia masih bayi. Tujuan dari
ego adalah untuk memuaskan dorongan dari id , dengan cara yang
aman dan dapat diterima secara sosial. Berkebalikan dengan id, ego
bekerja di pikiran sadar manusia (conscious mind) dan juga di
alam bawah sadar manusia.
Superego berkembang pada masa kanak-kanak dan
bertanggung jawab agar manusia mengikuti moral yang ada.
Superego memotivasi kita untuk berperilaku secara bertanggung
jawab dan sesuai sopan santun dan tata krama yang ada.
Konfilk yang terjadi diantara ketiganya disebabkan karena
ketiganya memiliki dorongan yang saling bertolak belakang. Jika
terjadi konflik antara id dan superego, ego harus bekerja sebagai
penengah dengan menggunakan mekanisme pertahanan (defense
mechanism) , yaitu :
Mekanisme
Repression

Deskripsi
Mekanisme alam bawah

Contoh

sadar kita yang di jalankan


oleh ego untuk mencegah
pikiran-pikiran
membahayakan yang ada
Denial

mencapai pikiran sadar kita


Penolakan pikiran kita
Perokok mungkin
terhadap kejadian dari luar

menolak untuk

diri kita agar pikiran kita

mengakui kepada

tidak menyadarinya.

dirinya sendiri bahwa

Misalnya jika suatu situasi

rokok tidak baik

terlalu berat untuk

untuk kesehatan

dihadapi, atau jika kita


menolak untuk
Projection

mengalami/mengetahuinya
Individu menganggap

Jika kita membenci

bahwa pikiran, perasaan,

seseorang, namun

dan motivasi yang buruk

superego kita

dari dirinya sendiri

menyatakan bahwa

merupakan pikiran,

kebencian tersebut

perasaan dan motivasi dari

tidak dapat diterima.

individu lain

Kita akan
menyelesaikan
masalah tersebut
dengan
mempercayai bahwa
orang tersebut yang

Displacement

Memuaskan suatu impuls

membenci kita.
Seseorang yang

(sebagai contoh agresifitas) marah dengan


dengan menggunakan

atasannya akan

objek pengganti

pulang ke rumah dan


menendang

Regression

Tingkah laku yang mundur

anjingnya
Seorang anak mulai

ke tahap psikologikal

kembali menghisap

sebelumya jika dihadapkan

jempolnya atau

kepada tekanan

mengompol saat
akan dibawa ke

Sublimation

Memuaskan suatu impuls

rumah sakit
Berolahraga untuk

(sebagai contoh agresifitas) mengeluarkan emosi


dengan menggunakan

agresivitas yang ada

objek pengganti yang


dapat diterima secara
sosial
Freud juga menyatakan bahwa perubahan kepribadian yang
terjadiisejak kecil dibentuk melalui 5 tahapan yang disebut tahapan
psikoseksual, dan disebut sebagai teori psikoseksual dalam

perkembangan. Pada setiap tahapan dari perkembagan ini terdapat


konflik antara dorongan biologis dengan ekspektasi sosial yang jika
setiap konflik internal tersebut dapat teratasi disetiap tahap makan
akan terbentuk kepribadian yang sepenuhnya matang.
Freud meyakini bahwa seorang anak lahir dengan libidodorongan untuk mendapatkan kepuasan seksual. Pada setiap tahap
perkembangan psikoseksual, anak akan mencari pemuasan dari
objek yang berbeda-beda.

Agar dapat sehat secara psikologis, setiap individu harus


dapat menyelesaikan setiap tahapan psikososial dengan sukses. Jika
seseorang tidak menyelesaikan setiap tahapan perkembangan ,
atau terjadi fiksasi pada tahap perkembangan tertentu, maka akan
terjadi gangguan mental dan kepribadian.

Sebagai contoh, jika terjadi fiksasi pada tahap oral, individu


akan memiliki karakter pasif dan dependent karena pada tahap ini
terdapat ketergantungan pada orang lain untuk memberinya
makanan. Sedangkan individu yang mengalami fiksasi pada tahap
anal akan memilki kepribadian keras kepala, pelit, dan sangat rajin
karena pada tahap ini dibutuhkan usaha yang keras untuk toilet
training.
4) Teori Character Armoring
Teori ini dikemukakan oleh William Reich, yang merupakan
murid dari Freud. Reich menyatakan bahwa pola karakteristik
pertahanan diri seseorang untuk melindunginya dari dorongan
internal dan kecemasan internal adalah unik dan merupakan
kepribadian orang tersebut. Setiap gangguan kepribadian memiliki
kelompok mekanisme pertahanannya masing-masing sehingga
melalui pengamatan akan karakter pertahanan ini, klinisi dapat
menentukan diagnosis gangguan kepribadian yang ada.

Dengan

menggunakan mekanisme pertahanan tersebut, pasien dengan


gangguan kepribadian akan dapat mengatasi rasa cemas, depresi,
marah, malu, bersalah, dan afek lainnya. Perilaku ini bersifat ego

syntoric-tidak menyebabkan gangguan bagi mereka namun bagi


orang lain. Hal ini pula yang menyebabkan terapi sulit untuk
dilakukan. Karena mekanisme pertahanan ini penting bagi pasien
untuk tidak merasakan hal-hal yang tidak menyenangkan dan
mereka tidak mau menghilangkannya.
Beberapa mekanisme pertahanan adalah sebagai berikut ;

Fantasi
Pasien skizoid yang dilabeli eksentrik, penyendiri, dan

penakut, mencari kebahagiaannya sendiri dengan membuat teman


imajinasi dan sangat tergantung dengan teman imajinasinya.

Disosiasi
Disosiasi atau penolakan adalah menggantikan afek yang

tidak menyenangkan dengan afek yang menyenangkan. Sebagai


contoh pasien histrionik yang dramatis dan memiliki emosi yang
dangkal akan tampak sebagai seorang dewasa yang cemas. Dan
untuk menutupi kecemasannya itu, mereka akan mencari kegiatankegiatan yang berbahaya dan menegangkan.

Isolation
Isolasi biasa ditemukan pada pasien dengan obsesif-kompulsif.

Karakteristik dari isolasi adalah individu yang sangat teratur dan


ingin selalu memegang kontrol atas segala sesuatunya.

Projection
Projeksi adalah tindakan individu yang menaruh kesalahan

pada orang lain atas perasaan, tindakan, dan motivasi yang salah
dari dirinya. Umumnya terdapat pada gangguan kepribadian
paranoid. Pasien paranoid yang sebenernya suka mencari kesalahan
orang lain dan sangat sensitif terhadap kritikan akan tampak penuh
curiga dan tidak dapat menaruh kepercayaan pada orang lain.

Splitting
Individu melihat segala sesuatunya dengan hitam dan putih.

Seseorang dianggap benar-benar baik, atau benar-benar buruk.


Sebagai contoh, seseorang di PHK oleh bos nya. Maka ia akan

meyatakan bahwa atasannya tersebut jahat. Ia tidak memikirkan


alasan dari pemecatannya tersebut dikarenakan atasannya tidak
memiliki pilihan lain, atau hanya menjalankan perintah dari
atasannya.
Mekanisme pertahanan ini umumnya dimiliki oleh pasien
dengan gangguan kepribadian borderline dimana pasien akan lebih
banyak melihat keburukan dari orang lain dibandingkan
kebaikannya, dan juga gangguan kepribadian narsistik dimana ia
menganggap hanya dirinya yang sempurna dan orang lain buruk.
Pada depresi juga umum ditemukan dimana penderita akan merasa
dirinya sepenuhnya buruh, atau usaha nya akan menjadi sukses
atau gagal sepenuhnya.

Passive Aggression
Pasien melampiaskan kemarahannya kepada dirinya sendiri.

Hal ini juga biasa disebut masochism. Termasuk didalamnya


menghina dan mempermalukan diri sendiri, melakukan hal-hal aneh
yang merugikan dirinya sendiri.

Acting Out
Dorongan, atau keinginan alam bawah sadar yang langsung

diekspresikan dengan tindakan, tanpa terlebih dahulu memikirkan


secara sadar dampak dari tindakannya tersebut. Sebagai contoh
adalah tantrum, penyiksaan anak, dan penyerangan tanpa motif.

Projective Identification
Umum ditemukan pada gangguan kepribadian borderline.

Pasien memiliki perasaan/dorongan tertentu terhadap


seseorang/sesuatu. Lalu pasien akan memaksa dengan cara yang
kasar orang tersebut untuk mengakui bahwa hal itu benar adanya.

C. Gangguan Kepribadian Narsistik

1) Definisi
Narsistik adalah gangguan kepribadian dimana terdapat pola
rasa kebesaran diri (dalam fantasi atau perilaku) , merasa dirinya sangat penting,
kebutuhan untuk dikagumi atau disanjung, kurang mampu berempati. Namun
demikian sebenarnya individu tersebut memiliki kepercayaan diri yang lemah dan
sangat rentan terhadap kritikan.
Berdasarkan DSM-V, narsisistik adalah pola kebesaran yang terjadi terus
menerus, merasa dirinya sangat penting, memiliki keyakinan dan fantasi akan
kesuksesan besar, memiliki respon yang berlebihan terhadap kritikan, sangat
mempentingkan kepercayaan dirinya dan image tentang dirinya, serta memiliki
gangguan hubungan interpersonal dengan orang lain.

2) Epidemiologi
Prevelensi gangguan kepribadian narsistik berdasarkan DSM-V
adalah kurang dari 1% pada populasi umum, 2%-16% pada populasi
klinis.
Gangguan ini umumnya lebih banyak ditemukan di pria
dibandingkan wanita. Gangguan ini juga memiliki kemungkinan
untuk diturunkan didalam keluarga karena individu dengan narsistik
akan membagikan pikiran tentang kebesaran, kecantikan, dan bakat
yang tidak realistik tersebut kepada anak-anaknya.

3) Diagnosis
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian narsistik berdasarkan DSM-IV :
Sebuah pola tentang kebesaran (dalam khayalan atau perilaku), membutuhkan
kekaguman, kurangnya empati, dimulai pada masa awal dewasa dan hadir dalam
berbagai konteks, seperti yang indikasikan oleh lima (atau lebih) hal sebagai berikut :
1. Secara berlebih merasa dirinya sangat penting (misalnya, melebih-lebihkan
prestasi dan bakat, mengharapkan untuk diakui sebagai yang unggul tanpa
prestasi nyata yang sepadan)

2. Memiliki preokupasi dengan fantasi kesuksesan tak terbatas, kekuasaan,


kecerdasan, kecantikan, atau kekasih ideal
3. Percaya bahwa ia adalah istimewa dan unik dan hanya dapat dipahami oleh,
atau harus bergaul dengan orang-orang yang spesial atau berstatus tinggi (atau
lembaga khusus)
4. Membutuhkan pujian berlebihan
5. Merasa dirinya mempunyai hak istimewa (contoh menuntut agar mendapat
perlakuan khusus, atau orang lain harus menurut kehendaknya)
6. Suka mengeksploitasi orang lain ; memanfaatkan orang lain untuk
kepentingannya sendiri
7. Tidak memiliki empati: tidak bersedia untuk mengenali atau mengidentifikasi
perasaan dan kebutuhan orang lain
8. Sering iri kepada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri kepadanya

9. Menunjukan

perilaku

sombong

dan

arogan

Kriteria diagnostik gangguan kepribadian narsistik berdasarkan DSM-V masih sama


dengan DSM-IV.

4) Gejala Klinis

Penderita gangguan kepribadian narsistik memiliki


perasaan kebesaran yang berlebihan dan menganggap
dirinya orang yang sangat penting. Mereka menganggap
diri mereka spesial dan pantas mendapatkan perlakuan
yang berbeda dari orang lain.

Mereka tidak dapat menerima kritik dengan baik.


Mereka dapat menjadi sangat gusar atau depresi jika
mendapatkan kritik. Individu ini menginginkan segala
sesuatu mengikuti aturan dan keinginannya serta memiliki
ambisi yang sangat besar untuk mencapai kekayaan dan
ketenaran.
Mereka memiliki kesulitan membina hubungan
dengan individu lainnya karena mereka dapat
menyebabkan orang disekitarnya gusar karena individu
yang narsis umumnya tidak mau mengikuti tata cara
bersikap secara konvensional yang sudah ada.
Mereka suka mengeksploitasi orang lain. Mereka
tidak dapat menunjukan simpati. Jika pun mereka
menunjukan simpati, hal tersebut dilakukan untuk
kepentingannya sendiri.
Karena tingkat kepercayaan dirinya yang rentan,
pasien akan sangat mudah menderita depresi. Selain itu
kesulitan bersosialisasi, masalah pekerjaan, penolakan,
dan kehilangan adalah hal-hal lain yang dapat
menyebabkan stress bagi individu yang narsis.
Gangguan narsistik bukan merupakan gangguan
kepribadian yang homogen. Individu yang narsistik adalah
individu yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang
rentan namun ditutupi dengan tindakan yang penuh
dengan pola kebesaran. Narisistik banyak dibagi menjadi
beberapa subtipe. Namun subtipe yang paling mendasar
adalah subtipe overt dan covert. Kriteria yang
terdapat di DSM lebih merujuk kepada subtipe overt.

Padahal, subtipe overt dan covert bagaikan dua sisi koin


yang berlawanan. Pasien penderita narsistik dapat tampil
dengan gejala overt maupun covert, dengan prinsip cara
berpikir yang sama bahwa mereka merasa mereka lebih
spesial dari orang lain, walaupun dengan manifestasi yang
berbeda.
Subtipe overt merujuk pada perilaku kebesaran,
ekshibisionis, tidak memperdulikan kebutuhan orang lain,
tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya, arogan, suka
mencari perhatian, sedikit terlihat cemas, dan sesuai
dengan kategori DSM adalah eksploitatif, tidak
memperdulikan orang lain, dan suka iri kepada orang lain.
Pada subtipe covert, pasien akan menunjukan
perilaku yang hipersensitif terhadap kritikan, tertutup,
lemah, terlihat penuh tekanan, dan tampil lebih sopan,
cenderung menghindar dari menjadi pusat perhatian. Cara
tipe covert dalam mengeskpresikan pola kebesarannya
adalah dengan pendapat berlebihan bahwa dirinya lebih
spesial dari yang lain, namun dalam konteks tekanan dan
penderitaan. Sebagai contoh, ia menderita lebih dari
orang lain.
Kedua subtipe tersebut memiliki kesamaan yaitu
hanya memikirkan dan memperdulikan dirinya sendiri,
serta memiliki ekspektasi kebesaran yang berlebihan dan
tidak realistik terhadap dirinya sendiri.
5) Diagnosis Banding
Borderline

Kesamaan dari dua gangguan ini adalah sama-sama


memiliki emosi yang tidak stabil, memiliki gambaran
tentang diri yang tidak benar, gangguan dalam mengelola
kemarahan, takut dengan penolakan, tidak
memperdulikan akibat dari kelakuan mereka,
membutuhkan perhatian, memiliki permasalahan dengan
pekerjaan, keluarga, dan interaksi sosial. Yang
membedakan :
o Pasien narsistik lebih tidak cemas dibandingkan
borderline
o Pasien narsistik hidupnya lebih tidak berantakan
o Pasien narsistik hampir tidak memiliki keinginan
untuk bunuh diri atau menyakiti dirinya sendiri
o Gambaran diri yang stabil
Histrionik
Gangguan ini memiliki kesamaan dimana samasama ingin

menjadi pusat perhatian oleh orang-orang

disekitarnya.
o Pasien cenderung memiliki kebanggaan yang
berlebihan pada pencapaian-pencapaiannya
o Pasien narsis relatif kurang menunjukan
emosinya
o Pasien narsis cenderung menganggap
kepentingan orang lain tidak sepenting
kepentingan dirinya
o Pasien narsis tidak membutuhkan validasi dari
orang-orang disekitarnya karena ia
menganggap ia sudah sepantasnya diterima
karena kehebatannya dan sudah sepantasnya
menjadi pusat perhatian.
Antisosial

Antisosial dan narsis sama-sama memiliki sifat yang


keras kepala, eksploitatif, dan tidak memiliki empati.
Namun,
o
o
o
o

Pasien
Pasien
Pasien
Pasien

narsis
narsis
narsis
narsis

tidak
tidak
tidak
tidak

impulsif
agresif
mencurangi orang lain
memiliki riwayat kriminal

pada masa remajanya


o Pasien narsis tidak memiliki ketergantungan
terhadap obat-obatan atau alkohol
Obsesif-Kompulsif
Obsesif-kompulsif dan antisosial memiliki kesamaan
yaitu sama-sama perfeksionis dalam mengerjakan sesuatu
dan tidak mempercayai orang lain untuk melakukannya.
Namun pada individu dengan obsesif-kompulsif, ia akan
mengkritik dirinya sendiri dan takut hasil pekerjaannya
tidak memuaskan. Sedangkan pada individu narsis, ia
menganggap hasil pekerjaannya adalah yang terbaik dan
sempurna.
Mania dan hipomania
Pola kebesaran mungkin muncul pada episode manik
atau hipomanik. Namun pola tersebut akan muncul
bersamaan dengan perubahan mood.
Penyalahgunaan Obat

6) Perjalanan Penyakit dan prognosis

Narsistik merupaka penyakit kronis yang sulit untuk

diterapi. Pasien tidak bisa menerima kenyataan mereka


bertambah tua karena pasien sangat mengutamakan
kecantikan/ketampanannya, kekuatannya, dan hal-hal lain
yang dimilikinya saat masih muda. Mereka rentan
terhadap krisis pada usia pertengahan (45-55 tahun)
dibandingkan dengan individu yang menderita gangguan
kepribadian lainnya.

7) Terapi

a) Psikoterapi
Terapi pada pasien narsistik tergolong sulit
karena untuk menjalaninya, pasien harus menolak sifat
kenarsisannya.
Terdapat dua teori psikoterapi yang
diperuntukan untuk pasien dengan kepribadian narsistik
yaitu teori yang dikemukakan oleh Otto Kernberg dan teori
yang dikemukakan oleh Heinz Kohut.
Teori Kernberg adalah teori pendekatan objectrelations yang bertujuan untuk menghilangkan pola
pikiran kebesaran pasien dengan mengkonfrontasi nya
secara langsung dengan pasien.
Teori Kohut lebih menggunakan pendekatan
empati dimana terapis akan mendukung pola pikir
kebesaran pasien namun membentuknya sehingga dapat
menjadi lebih ideal. Tujuan dari teori Kohut adalah untuk

memperbaiki struktur diri pasien yang memiliki


kekurangan sejak kecil.
Tidak ada studi yang menyatakan salah satu teori
lebih baik dari teori lainnya. Namun demikian, sebagian
besar klinisi menggunakan gabungan dari kedua teori
tersebut sehingga pola pendekatan pasien narsistik
menggunakan cara yang penuh empati dan sekaligus
memperhatikan kebutuhan pasien narsistik sebagai
mekanisme pertahanan dari kepercayaan dirinya yang
rendah.
Group therapy dahulu dianggap tidak cocok untuk
terapi individu narsistik karena pasien dianggap tidak bisa
menerima konsep tak and give, empati, kesabaran, dan
hubungan dengan orang lain yang ada pada terapi grup.
Namun saat ini pendapat tersebut dibuktikan salah. Terapi
grup jangka panjang bermanfaat untuk pasien narsisti
karena membuat mereka dapat menerima dan memberi
pendapat, membentuk kepercayaan, dan meningkatkan
kepercayaan diri mereka .
Cognitive Behaviour Therapy juga berpotensi
memiliki manfaat untuk pasien . CBT dapat membantu
pasien untuk mengatasi emosinya, mengatasi masalah
yang diakibatkan oleh narsistiknya.
b) Terapi psikofarmako
Tidak ada terapi farmaka yang khusus didesain
untuk pasien narsistik. Namun pasien dengan penyakit ini
dapat menggunakan psikofarmaka untuk membantu
meredakan gejalanya seperti depresi, anxietas, psikosis,

kelabilan mood, dan kurang dapat mengendalikan impuls.


Sebagian besar dari penderita narsistik juga menderita
gangguan dari axis I. Obat-obatan yang dapat diberikan :
Antidepressan (SSRI ; citalopram)
Antipsikotik ( risperidon)
Mood stabilizer ( Iamotrigine)

Daftar Pustaka

1.
2.
3.

4.

5.
6.
7.
8.

9.

Psikologiabnormal.wikispaces.com.PsikologiAbnormalNarcistikPersonalityDisorder
[Internet].2015[cited20December2015].Availablefrom:
https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Narcistik+Personality+Disorder
Mdguidelines.com.NarcissisticPersonalityDisorderMedicalDisabilityGuidelines
[Internet].2015[cited20December2015].Availablefrom:
http://www.mdguidelines.com/narcissisticpersonalitydisorder
Emedicine.medscape.com.NarcissisticPersonalityDisorderTreatment&Management:
ApproachConsiderations,Psychotherapy,PharmacologicTherapy[Internet].2015[cited20
December2015].Availablefrom:http://emedicine.medscape.com/article/1519417
treatment#d9
BurgemeesterA,V.TheDifferencebetweenBorderlineandNarcissisticPersonalitiesThe
NarcissisticLife[Internet].TheNarcissisticLife.2014[cited20December2015].Available
from:http://thenarcissisticlife.com/thedifferencebetweenborderlineandnarcissistic
personalities/
2015[cited20December2015].Availablefrom:http://www.hgp
piee.org/SummerSeminar/2010/pages/goldsmith_eng.pdf
2015[cited20December2015].Availablefrom:https://www.mentalhelp.net/articles/coping
strategiesanddefensemechanismsbasicandintermediatedefenses/disorder
2015[cited20December2015].Availablefrom:https://www.mentalhelp.net/articles/coping
strategiesanddefensemechanismsbasicandintermediatedefenses/disorder
2015[cited20December2015].Availablefrom:https://www.mentalhelp.net/articles/coping
strategiesanddefensemechanismsbasicandintermediatedefenses/disorder

Anda mungkin juga menyukai