Anda di halaman 1dari 10

Perbedaan Classical Commodity/Reverse Murabaha, Organized

Commodity/Reverse Murabaha, dengan Murabaha (Bai’ Muajjal/bai’


Bitsaman Ajil)

Dosen pengampu :
Dian Andari, S,E., M.Sc

Disusun oleh :
Adi Wahyu Saputra (15/381915/EK/20496)
Agung Wicaksono Kusumawardhana (15/381918/EK/20499)
Dwiani Kartikasari (15/381940/EK/20521)
Finda Ardianti (15/381946/EK/20527)

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2018
Pengertian Ba’i Bitsaman Ajil (BBA)
Ba’i Bitsaman Ajil terdiri dari tiga kata yaitu ba’i yang artinya jual beli, thaman yang
artinya harga dan ajil yang artinya menunda. Bai’ bitsaman ajil adalah akad jual beli barang dengan
pembayaran angsuran, sedangkan harga jual adalah harga pokok ditambah dengan keuntungan
yang disepakati. Sedangkan dalam konteks transaksi di bank syariah, Muhamad (2000:119)
berpendapat ba’i bitsaman ajil (BBA), pembiayaan berakad jual beli, adalah suatu perjanjian
pembiayaan yang disepakati antara bank Islam dengan nasabah, dimana bank Islam menyediakan
dananya untuk sebuah investasi dan atau pembelian barang modal dan usaha anggotanya yang
kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau angsuran. Jumlah kewajiban
yang dibayarkan oleh peminjaman adalah jumlah atas harga barang modal dan mark-up yang
disepakati.

Skema Ba’i Bitsaman Ajil

(1)
Penjual (4) Pembeli
(5)

(3)
(2)
Produsen/supplier

Keterangan:
(1) Penjual dan pembeli melakukan akad murabahah
(2) Penjual memesan dan membeli pada produsen
(3) Barang diserahkan dari produsen
(4) Barang diserahkan kepada pembeli
(5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli secara mencicil/tangguh/kredit
Dasar Hukum Ba’i Bitsaman Ajil (BBA)
1. Q.S An-Nisa’ : 29
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan hak sesamamu dengan jalan yang
bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu” (An-Nisa’: 29).
2. HR. Ibnu Majah No: 2280
“Dari Suhaib r.a bahwa Rosullah SAW bersabda: ada tiga perkara yang didalamnya
terdapat keberkatan, yaitu: menjual secara kredit, muqaradhah (nama lain dari
mudharabah), mencampurkan tepung dengan gandum untuk kepentingan rumah tangga
dan bukan untuk dijual ” (HR. Ibnu Majah No: 2280).

Pengertian Classical Commodity/Reverse Murabaha, Organized Commodity/Reverse


Murabaha
Kebalikan dari akad murabahah adalah tawarruq. Tawarruq adalah akad jual beli
komoditas yang melibatkan tiga pihak yakni pihak pertama sebagai penjual komoditas kepada
pihak kedua secara kredit / cicilan (deffered payment), kemudian pihak kedua akan menjual
komoditas tersebut kepada pihak ketiga secara tunai dengan harga jual yang lebih rendah daripada
harga belinya, sehingga pihak kedua akan mengalami kerugian atas penjualan komoditas kepada
pihak ketiga. Sedangkan tawarruq dalam konteks transaksi di Lembaga Keuangan Syariah (LKS),
adalah transaksi jual beli dimana LKS yang surplus mendapat pesanan dari LKS defisit untuk
membeli komoditas, LKS surplus kemudian membeli komoditas dari pasar dan menjualnya kepada
LKS defisit dengan sistem pembayaran kredit / cicilan (deferred payment), selanjutnya LKS defisit
akan menjual komoditas tersebut kepada konsumen dengan sistem pembayaran tunai. Organized
Tawarruq adalah praktik tawarruq yang melibatkan pihak bank membeli komoditas dari penjual
pihak pertama (perusahaan) di pasar nasional maupun internasional dan menjual komoditas
tersebut ke pihak klien (mustawriq). Setelah itu pihak bank akan mencari pembeli pihak ketiga
untuk komoditas yang telah dibeli oleh mustawriq tadi. Hal ini terlihat seperti skema untuk
mendapatkan dana oleh beberapa pihak.
Skema Classical Tawarruq

(2)
Penjual Mustawriq
(1)

(3) (4)

Pembeli

Keterangan:

(1) Mustawriq mendatangi penjual untuk membeli barang dagangannya

(2) Penjual menjual dan menyerahkan barangnya kepada mustawriq secara kredit/tangguh

(3) Mustawriq menjual dan menyerahkan barang tersebut kepada pembeli/pihak ketiga

(4) Pembeli membayar secara tunai kepada mustawriq dengan harga yang lebih rendah

Skema Organized Tawarruq

Broker 1

(2) (8)

(7)

(4) Mustawriq
Bank Syariah

(3)

(6) (1)

(5)

Broker 2
Keterangan:

(1) Bank menerima dokumen transaksi Tawarruq dari Mustawriq

(2) Bank membeli barang dari Broker 1

(3) Bank menjual barang tersebut kepada mustawriq secara kredit/tangguh

(4) Mustawriq meminta pihak Bank menjadi agen yang menjual kembali barang tersebut ke
pasar

(5) Sebagai agen, Bank menjual barang kepada broker 2

(6) Broker 2 membayar barang tersebut secara tunai kepada Bank

(7) Bank mengkredit customer’s account atas hasil penjualan barang

(8) Mustawriq membayar Bank secara mencicil

Dasar Hukum Tawarruq

Ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama terkait tawarruq dan masing-masing pendapat
memiliki dasar hukumnya.
1. Pendapat yang tidak memperbolehkan tawarruq

Ulama yang tidak memperbolehkan umumnya menyamakan konsep tawarruq ini


sama dengan bai’u al-‘inah. Bai’u al-‘inah adalah menjual suatu barang secara kredit
(muajjalan) dengan harga tertentu, kemudian membelinya kembali secara kontan (hâlan)
dengan harga yang tentunya lebih murah dari harga kredit, waktu antara menjual dan
membeli dilakukan dalam waktu yang bersamaan atau tempo. Kesamaan konsep tawarruq
dan bai’u al-‘inah ini terletak pada “motif utama pelaku” adalah agar ia mendapatkan
hutangan uang. Dengan memahami “motif utama” transaksi ini, maka para ulama yang
melarang tawarruq berpandangan bahwa ini hanyalah sebuah siasat (hilah) untuk
menghindari bunga (riba). Pelaku mendapatkan hajatnya berupa mendapatkan hutangan,
akan tetapi hutang yang didapat, merupakan hutang yang di salah satu pihak menerima
surplus (berkelebihan), sementara di pihak yang lain mendapatkan defisit (kekurangan).
Selisih antara surplus dan defisit ini menyerupai riba.
2. Pendapat yang memperbolehkan tawarruq

Pandangan ulama yang membolehkan tawarruq ini didasarkan pada penelitian


terhadap QS Al-Baqarah: 275, yaitu:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.”

Dalam ayat di atas secara jelas Allah SWT membolehkan akad jual beli, dan
melarang riba. Dalam kitab Ahkâmul Qur’ân, dijelaskan terkait dengan pengertian
kehalalan jual beli sebagaimana yang dikandung dalam ayat di atas, yaitu menyangkut dua
hal, pertama, halalnya jual beli atas suatu barang/perkara antara dua orang yang saling
bertransaksi adalah bila dari kedua belah pihak saling ridla antara satu sama lain. Kedua,
jika barang yang menjadi objek transaksi bukan termasuk perkara yang dilarang melalui
lisan Rasulullah SAW.

Persamaan Classical Tawarruq dan Organized Tawarruq


1. Komoditas dijual ke pihak ketiga, bukan ke pembeli pertama
2. Pembeli pertama mendapatkan likuiditas yang diinginkan

Perbedaan Classical Tawarruq dan Organized Tawarruq


1. Pihak Bank pada Organized Tawarruq tidak memegang barang fisik yang
diperjualbelikan, pihak bank kerap hanya melakukan operasinya dengan kertas dan
tagihan tanpa memegang barang tersebut.
2. Tidak ada sirkulasi barang yang nyata antara bank dan mustawriq, dan antara bank
dan perusahaan yang menjual barang di pasar nasional maupun internasional.
3. Inti dari Organized Tawarruq adalah cara bagi bank untuk meminjamkan dana
berbunga. Bank menggunakan komoditas yang “diperjualbelikan” sebagai kedok
untuk meminjamkan dana berbunga tersebut karena bank membayar harga
komoditas walaupun komoditas itu sebenarnya tidak ada (tidak dipegang oleh pihak
bank).

Perbedaan Classical Tawarruq dan Organized Tawarruq dengan murabaha (bai


bitsaman ajil/bai muajjal)
1. Ba’i tawarruq merupakan bentuk akad jual beli yang melibatkan beberapa pihak,
ketika pemilik barang menjual barangnya kepada pembeli pertama dengan cara
pembayaran kredit, kemudian pembeli pertama menjual kembali barang tersebut
kepada pembeli lain secara tunai dengan harga lebih rendah. Sementara itu, Bai’
bitsaman ajil adalah akad jual beli barang dengan pembayaran angsuran, harga jual
adalah harga pokok ditambah dengan keuntungan yang disepakati.
2. Dalam Ba’i bitsaman ajil pembeli barang memerlukan barang tersebut, tetapi tidak
memiliki kas secara mencukupi. Ba’i tawarruq dilakukan karena pembeli barang
tersebut tidak memerlukan barangnya, tetapi sebagai solusi untuk memenuhi
kebutuhan likuiditasnya.
3. Ba’i bitsaman ajil diperbolehkan karena disamakan dengan transaksi Murabahah,
digariskan fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000.
Sementara itu, Ba’i tawarruq masih perlu dikaji lagi karena ada yang pro dan
kontra. Pro karena sesuai akad jual beli, kontra karena sama halnya dengan Ba'i
al‘innah yang telah dilarang transaksinya oleh Rasulullah SAW yang memiliki
tujuan untuk mendapatkan uang tunai dan bukan kepemilikan barang yang telah
dibelinya.
4. Ba’i tawarruq menurut mahzab Hanafi, Syafi’i dan Hambali adalah sah, sedangkan
menurut mahzab Maliki tidak sah karena menyerupai Ba’i al’innah. Kemudian,
pandangan Ba’i bitsaman ajil insyaallah menurut empat mahzab dianggap sah.

Perbedaan antara Classical Tawarruq, Organized Tawarruq, dan Murabaha (Ba’i bitsaman Ajil)
dapat diringkas dalam tabel berikut ini.
Aspek
Classical Tawarruq Organized Tawarruq Ba’i bitsaman Ajil

Kepemilikan barang Barang telah Bank tidak Barang telah


dipegang dan dimiliki memegang dan tidak dipegang dan dimiliki
oleh Bank sebelum memiliki komoditas oleh Bank sebelum
dikirimkan kepada dikirimkan kepada
nasabah (pembeli nasabah
pertama)

Pemindahan fisik Ada pemindahan fisik Tidak ada Ada pemindahan fisik
komoditas komoditas antara pemindahan fisik komoditas antara
bank dengan nasabah komoditas antara bank dengan nasabah
dan antara bank bank dengan nasabah dan antara bank
dengan perusahaan dan antara bank dengan perusahaan
dengan perusahaan

Tujuan nasabah Mendapatkan Mendapatkan Mendapatkan


likuiditas likuiditas barang/komoditas
yang diinginkan
namun tidak
mempunyai uang
untuk membeli

Pihak yang terlibat Tiga pihak Empat pihak Tiga pihak


(ditambah agen)

Peran Bank Bank tidak ditunjuk Bank ditunjuk Bank tidak ditunjuk
menjadi wakil menjadi wakil menjadi wakil
nasabah untuk nasabah untuk nasabah untuk
menjual komoditas menjual komoditas menjual komoditas
kepada pihak lain kepada pihak lain kepada pihak lain
karena nasabah karena tujuan nasabah
menjual komoditas untuk memiliki
nya sendiri komoditas tersebut

Contoh transaksi X membeli barang X membeli barang X membeli barang


dari Y seharga dari Y seharga dari Y seharga
Rp1.000.000,00 Rp1.000.000,00 Rp1.000.000,00
secara kredit dan secara kredit dan secara kredit dan
dicicil selama sepuluh dicicil selama sepuluh dicicil selama sepuluh
bulan; kemudian bulan, kemudian Y bulan
setelah Y menerima ditunjuk sebagai agen
barang, Y menjual untuk menjual barang
barang tersebut tersebut secara tunai
kepada Z seharga ke pihak lain sebelum
Rp800.000,00 secara barang tersebut
tunai. menjadi milik X.
Daftar Pustaka
A. Karim, Adiwarman. 2006. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. RajaGrafindo Persada:
Jakarta.

Nurhayati, S & Wasilah. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi 4. Jakarta : Salemba
Empat

Syamsudin, Muhammad. 2017. Mengenal Akad Tawarruq dalam Hukum Islam, Halal atau
Haram?. Diakses pada 10 September 2018. http://www.nu.or.id/post/read/84330/mengenal-akad-
tawarruq-dalam-hukum-islam-halal-atau-haram

Syafi’i Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press dan
Tazakia Cendikia: Jakarta.

Aziz Alhadad, A. (n.d.). TAWARRUQ, ITS ESSENCE AND ITS TYPES: MAINSTREAM
TAWARRUQ AND ORGANIZED TAWARRUQ. [ebook] Available at:
http://www.assaif.org/chi/.../Tawarruq,%20its%20Essence%20and%20Its%20Types.pdf
[Accessed 10 Sep. 2018].

Warta Madrasah. 2018. Pengertian Ba’i Bitsaman Ajil. Diakses pada 11 September 2018.
<http://www.wartamadrasahku.com/2018/04/pengertian-bai-bitsaman-ajil.htm>
Suganda, Asep Dadan. 2015. Analisis Teori Bai’ Tawarruq dalam Muamalah Maliyah. Jurnal
Islamiconomic, Vol.6, No.1, diakses 11 September 2018,
<https://media.neliti.com/media/publications/255692-analisis-teori-bai-tawarruq-dalam-muamal-
c693b98b.pdf>

Anda mungkin juga menyukai