Disusun oleh :
Disusun Oleh :
Mengetahui,
Ka. Instalasi Gizi RS.MitraPlumbon Clinical Instructure
ii
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan
yang berjudul “Laporan Hazard Analysis Critical Control Points pada Menu Ayam
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin
1. Ibu Alina Hizni SKM, MPH, Ketua Program Studi D-III Gizi Cirebon Politeknik
Lapangan
3. Ibu Risna Rismayanti, AMG Kepala Instalasi Gizi RS. Mitra Plumbon
4. Bapak Gilang Gumelar Hamdani, AMG ahli gizi RS. Mitra Plumbon Clinical
iii
6. Sahabat-sahabatku, teman seperjuangan Penta Nutrition yang selalu memberikan
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan laporan ini.
mengingat keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan saran
dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan laporan ini agar lebih baik.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di bidang kesehatan
dan gizi.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
11. Tetapkan Prosedur Verifikasi (Prinsip 6) ............................................................ 19
12. Tetapkan Penyimpanan Catatan dan Dokumntasi (Prinsip7).............................. 21
D. Ayam Bakar Barbeque ................................................................................................ 22
1. Daging Ayam .......................................................................................................... 22
2. Garam...................................................................................................................... 24
3. Kecap ...................................................................................................................... 24
4. Saus Tomat.............................................................................................................. 26
5. Bawang Putih .......................................................................................................... 27
6. Air RO..................................................................................................................... 28
7. Minyak Goreng ....................................................................................................... 28
8. Bawang Bombay ..................................................................................................... 29
9. Saus Barbeque ......................................................................................................... 30
BAB III RENCANA PENERAPAN HACCP DAN CCP ...................................................... 31
A. Rencana Penerapan HACCP (Planning of HACCP for food production) ..................... 31
1. Tim HACCP................................................................................................................ 31
2. Deskripsi Produk ..................................................................................................... 31
3. Identifikasi Penggunaan Produk ............................................................................. 33
4. Diagram Alir Proses ................................................................................................ 34
5. Veriifikasi Diagram Alir Proses ..................................Error! Bookmark not defined.
6. Analisis Bahaya Dan Tindakan Pencegahan (Prinsip 1) ......................................... 36
7. Penetapan CCP (Prinsip 2) ...................................................................................... 46
8. Penetapan Batas Kritis (Critical Limit) (Prinsip 3) ................................................. 47
9. Monitoring Ccp, Tindakan Koreksi, Verifikasi, Dokumentasi (Prinsip 4 –7) ........ 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 51
LAMPIRAN............................................................................................................................ 53
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak
melalui makanan dan minuman yang dikenal dengan food borne disease
tidak baik terdapat pada air, makanan, dan susu (Pelczar, 2008).
harus optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan standar kesehatan, serta
1
rumah sakit yang tidak memenuhi standar kesehatan juga dapat menyebabkan
dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan penampilan, rasa, tekstur, aroma
dan sanitasi dari makanan tersebut. Salah satu cara pengawasan mutu makanan
dapat timbul pada berbagai titik atau tahap produksi tertentu, tetapi dapat
kegiatan yang dimulai dari penangan bahan mentah, pemilihan bahan mentah,
Sakit Mitra Plumbon merupakan salah satu rumah sakit yang menerapkan sistem
oleh bagian Instalasi Gizi RS Mitra Plumbon salah satunya adalah ayam bakar
barbeque. Menu ini perlu dilakukan tindakan HACCP mengingat bahan bakunya
berupa daging ayam yang rentan terhadap bahaya biologi, fisik dan kimia. Selain
bahaya yang berasal dari bahan baku, bahaya juga dapat timbul pada saat
2
penerimaan maupun persiapan bahan baku. Bahaya tersebut timbul bila kualitas
bahan tidak sesuai standar, ada kontaminasi dengan bahan makanan yang lain
dan kebersihan alat pada saat digunakan. Oleh karena itu untuk menerapkan
Plumbon.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
barbeque
barbeque
3
C. Manfaat Pengamatan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi HACCP
metode yang rasional dan ilmiah untuk penjaminan mutu makanan. Sistem ini
terdiri atas identifikasi serta pengkajian yang sistematis terhadap bahaya (hazard)
jaminan mutu yang mendasarkan kepada kesadaran bahwa bahaya (hazard) dapat
timbul pada berbagai titik atau tahap produksi tertentu, tetapi dapat dilakukan
bahaya kemanan pangan dan sebagai alat manajemen yang digunakan untuk
B. Sejarah HACCP
sehingga dapat diterima sebagai sistem yang diakui dalam menjamin kemanan
pangan. HACCP ditemukan pada tahun 1960, dan berkembang pesat sejak tahun
1990.
5
Konsep HACCP pertama kali dikembangkan oleh perusahaan Pilsbury
Force Space Laboraratory Project Group pada tahun 1959 yang mengadakan
diadopsi oleh FAO atau WHO Codex Alimentarius Commision pada tahun 1993,
untuk mencakup sistem HACCP, maka beberapa negara di dunia mulai merubah
sistem keamanan pangan dari “end product testing” menjadi aplikasi HACCP.
Tahun 1998 Indonesia mengadopsi Hazard Analysis and Critical Control Point
(HACCP) System and Guildelines for its Aplication menjadi Standar Nasional
langkah awal persiapan dan diikuti dengan 7 langkah berikutnya yang merupakan
6
1. Pembentukan Tim HACCP
efektif. Secara optimal, hal tersebut dapat dicapai dari berbagai disiplin ilmu.
Apabila beberapa keahlian tidak tersedia, diperlukan konsultan dari pihak luar
yang cukup akan produk dan prosesnya, serta mempunyai keahlian yang
cukup untuk:
- Mengidentifikasi bahaya
penyimpangan
7
2. Deskripsi Produk
HACCP, 1998).
sensitif (balita, manula, orang sakit dan lain-lain). Sedangkan cara menangani,
Bagan alir harus disusun oleh tim HACCP. Dalam bagan alir harus
bisa membuat diagram alir tunggal yang mencakup keseluruhan proses atau
serangkaian diagram yang lebih kecil jika yang dipakai adalah teknik
8
modular. Diagram ini harus memuat rincian teknis yang memadai untuk
anggota tim sehingga mereka dapat mengikuti setiap langkah mulai dari
- Gambaran desain/perlengkapan
rutin/nonrutin.
konsumen secara negative yang meliputi bahaya biologis, kimia atau fisik
baik dari dalam atau kondisi dari makanan yang berpotensi menyebabkan
terhadap produk pangan dan bahan mentah, ingredient serta bahan tambahan
untuk menentukan risiko terhadap bahaya biologis, kimia dan fisik. Kemudian
9
akan terjadi. Setelah itu direncanakan suatu tindakan pencegahan terhadap
kimia dan bahaya fisik. Kemudian bahaya dianalisis oleh tim HACCP.
a. Bahaya Biologis
Pada umumnya patogen ini mati atau tidak aktif oleh proses memasak
pendistribusian.
10
karena itu setiap tindakan pengendalian harus diterapkan pada titik yang
yaitu faktor intrinsik, seperti pH, kadar air/aktivitas air (aw), nutrien,
11
saginata)
- Cacing pipih
(Fasciola hepatica)
5 Algea (ganggang) - Dinofalgelata
- Ganggang biru-hijau
- Ganggang coklat emas
b. Bahaya Kimia
tahap produksi. Dalam bahan makanan bahaya kimia dapat berasal dari
alergen.
3 Alergen
4 Logam beracun
9 Aditif kimia
12
10 Filotoksi-sianida, estrogen
11 Zootoksin
c. Bahaya Fisik
pengolahan bahan makanan ataupun makanan secara tidak benar. Bahaya fisik
umumnya yang terdapat pada makanan adalah pecahan gelas, logam , batu,
daun, ranting, kayu, perhiasan, pasir dan lain-lain. Berikut ini adalah beberapa
13
Logam Bahan baku, alat kantor, Gunakan pemasok yang
wadah, peralatan, sudah dididik dan diakui,
peralatan pembersih melarang adanya logam di
daerah pengolahan,
menggunakan detekteor
logam
Critical control point (CCP) atau titik kendali kritis merupakan tahapan
hingga mencapai level yang dapat diterima.Level yang dapat diterima artinya
pada kadar atau dosis yang tidak akan menimbulkan sakit pada manusia yang
mengkonsumsinya.
14
Satu bahaya dapat dihilangkan dengan satu atau lebih tahapan CCP.
tiga tahap CCP, yaitu diseleksi, dikupas dan dicuci. Sebaliknya, Satu CCP
sebagai CCP atau bukan. Namun, setiap bahan baku perlu diuji apakah
ditangani dengan suatu tahap/proses, maka tahap atau proses tersebut yang
media tumbuhnya mikroba. Agar mikroba mati, maka air dapat direbus).
disinkronkan
15
16
a. Pohon Keputusan CCP
P Apakah tahap ini dapat menghilangkan atau mengurangi potensi bahaya sampai batas YA
2 yang dapat diterima?
TIDAK
P Apakah kontaminasi oleh bahaya yang diidentifikasi dapat terjadi sampai melebihi
3 batas yang dikehendaki atau dapatkah terjadi peningkatan sampai melebihi batas?
TIDAK CCP
16
b. Matriks Analisa Signifikansi Bahaya
Keterangan:
b) Tingkat keakutan bahaya sedang : bahaya yang mempunyai potensi mengancam jiwa
manusia.
c) Tingkat keakutan bahaya rendah : bahaya yang mengakibatkan pangan tidak layak
konsumsi.
Untuk mengetahui keakutan akibat mikroba dapat lihat klasifikasi dampak mikroba
dan standar teknis serta observasi unit produksi . Batas kritis ini tidak boleh
dapat dikontrol. Batas kritis menunjukkan perbedaan antara produk yang aman
dan tidak aman sehingga proses produksi dapat dikelola dalam tingkat yang
17
aman.
dengan mudah untuk dikontrol di dalam proses produksi berlangsung. Untuk itu
batas kritis perlu diusahakan dalam bentuk batas-batas kritis fisik, dan jika tidak
dicatat oleh unit usaha untuk melaporkan keadaan CCP. Kegiatan untuk
menjamin bahwa batas kritis tidak terlampaui. Monitoring batas kritis ini
ada lima cara monitoring CCP, yaitu observasi visual, evaluasi sensori, pengujian
cepat karena mereka berhubungan dengan kegiatan pengolahan dan waktu untuk
18
analisa pengujian yang lama. Pengujian fisik dan kimia selalu didahulukan
10. Tetapkan tindakan koreksi untuk penyimpangan yang mungkin terjadi (Prinsip 5)
ketika kesalahan kritis ditemukan atau batas kritis terlampaui. Apabila terjadi
kegagalan dalam pengawasan pada CCP, maka tindakan koreksi harus segera
sesuai rencana HACCP. Dalam pelaksanaan program HACCP ada dua macam
verifikasi, yaitu :
a. Verifikasi internal
19
harus menyusun dan mendokumentasikan prosedur verifikasi yang mencakup
inspeksi verifikasi yang baik, mereview dokumentasi atau catatan CCP, review
deviasi dalam proses produksi dan disposisi produk, inspeksi terhadap operasi
produksi apakah CCP masih dalam pengawasan yang benar dan bila
b. Verifikasi eksternal
Verifikasi dari pihak luar yang dilakukan oleh lembaga verifikasi atau
sertifikasi system HACCP. Hal ini dapat dilihat dengan adanya supervisor
peralatan. Frekuensi verifikasi tergantung kepada risiko produk dan level dari
1) Validasi HACCP
3) Pengujian produk
4) Auditing
20
12. Tetapkan Penyimpanan Catatan dan Dokumntasi (Prinsip7)
Pencatatan yang tepat dan efisien adalah penting untuk penerapan satu sistem
- Bukti keamanan produk berkaitan dengan prosedur dan proses yang ada
menunjukan bahwa sistem itu memang disusun dengan tepat dan berfungsi
dengan benar. Sistem dokumentasi HACCP harus memiliki standar yang baik,
misalnya dapat dibaca dengan jelas dan tidak ada coretan ataupun cairan
sangat penting untuk menganalisis tren, yang nantinya akan dibutuhkan saat
- Setiap rancangan HACCP diberi satu nomor rujukan unik yang menjadi
acuan silang bagi semua dokumen yang terkait dengan rencana itu.
- Catatan harus diarsipkan dan disimpan selama jangka waktu yang memadai,
Anturan umunya, catatan harus disimpan minimal 1 tahun setelah akhir masa
21
simpan produk walaupun sistem manajemen mutu resminya mungkin
penyimpanan
- Catatan audit
- Catatan kalibari
1. Daging Ayam
Daging ayam merupakan daging yang memiliki nilai gizi tinggi, dapat
disajikan dengan mudah dan cepat, rendah kalori serta disukai oleh sebagian besar
orang. Zat gizi yang terdapat dalam daging ayam yaitu karbohidrat, mineral
(sodium, potassium, magnesium, kalsium, zat besi, fosfor, sulfur, yodium, serta
vitamin A, niasin, riboflavin, thiamin, dan vitamin C. Selain itu, daging ayam
22
mempunyai serat yang empuk sehingga mudah dicerna oleh tubuh, rasa dan
aromanya juga dapat bercampur dengan berbagai macam bumbu (Mountney, 1983
dilakukan dalam keadaan segar,dingin atau beku di ruang atau tempat yang sesuai
Mutu dan kualitas daging secara umum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sifat
daging dan daya terima konsumen terhadap daging tersebut. Sifat daging dapat
dilihat dari kandungan gizi, sementara daya terima konsumen dipengaruhi oleh
sifat keempukan, rasa, aroma, warna, dan daya mengikat air (Lawrie, 1955 dalam
Kasmadiharaja, 2008).
Tingkat Mutu
No. Faktor mutu
Mutu I Mutu II Mutu II
1. Konformasi Sempurna Ada sedikit kelainan pada
Ada kelainan pada
tulang dada atau pahatulang dada dan paha
2. Perdagingan Tebal Sedang Tipis
3. Perlemakan Banyak Banyak Sedikit
4. Keutuhan Utuh Tulang utuh, kulit sobek
Tulang ada yang
sedikit, tetapi tidak pada
patah, ujung sayap
bagian dada terlepas ada kulit
yang sobek pada
bagian dada
5. Perubahan Bebas dari memar Ada memar sedikit tetapi Ada memar sedikit
warna dan atau “frezee tidak pada bagian dada dan tetapi tidak ada
burn” tidak “freeze burn” “freeze burn”
Sumber: (SNI, 2009)
23
5. Escherichia coli cfu/g Maksimum 1 x 101
6. Campylobacter sp per 25 g Negatif
2. Garam
Garam adalah bahan yang sangat penting dalam pengawetan ikan, daging,
dan bahan pangan lainnya. Garam dipergunakan manusia sebagai salah satu
metoda pengawetan pangan yang pertama dan masih dipergunakan secara luas
3. Kecap
produk pencita rasa khususnya di negara Asia yang merupakan produk bumbu
(condiment) yang tertua di Cina selama lebih dari 3000 tahun (Muangthai dkk,
2009 dalam Meutia, 2015). Kecap kedelai dibuat menggunakan kacang kedelai
yang dicampurkan dengan terigu, garam, air, dan mikroba seperti Aspergillus
oryzae atau Aspergillus zozae (Impolsup, dkk, 1981 dalam Meutia, 2015).
24
Tabel 8. Spesifikasi Persyaratan Mutu Kecap Kedelai
Persyaratan
No. Jenis Uji Satuan
Manis Asin
1 Keadaan
6.1 Pengawet
benzoat
benzoate
01-0222-1995 0222-1995
7 Cemaran logam
25
7.5 Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,05 Maks. 0,05
9 Cemaran mikroba
4. Saus Tomat
Saus tomat merupakan produk yang dihasilkan dari campuran bubur tomat
atau pasta tomat atau padatan tomat yang diperoleh dari tomat yang masak, yang
diolah dengan bumbu-bumbu, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain
26
4.2 Pewarna tambahan Sesuai dengan SNI
01-0222-1995 dan
peraturan di bidang
makanan yang
berlaku
5. Cemaran logam
5.1 Tembaga (Cu) mg/kg maks. 1,0
5.2 Timbal (Pb) mg/kg maks. 50,0
5.3 Raksa (Hg) mg/kg maks. 0,03
5.4 Seng (Zn) mg/kg maks. 40,0
5.5 Timah (Sn) mg/kg maks. 40,0 /
(250,0)**)
6 Cemaran Arsen mg/kg maks. 1,0
7. Cemaran mikroba
7.1 Angka lempeng total koloni/g maks 2 x 102
9.2 Kapang dan khamir koloni/g maks. 50
Sumber: (SNI, 2004).
5. Bawang Putih
Bawang putih adalah umbi dari tanaman bawang putih (Allium sativum L)
yang terdiri dari suing-siung bernas, kompak dan masih terbungkus oleh kulit luar,
Syarat
No. Karakteristik Cara pengujian
Mutu I Mutu II
1. Kesesuaian sifat varietas Seragam Seragam Organoleptik
2. Tingkat ketuaan Tua Tua Oraganoleptik
3. Kekompakan siung Kompak Kurang kompak Organoleptik
4. Kebernasan Bernas Kurang bernas Organoleptik
5. Kekeringan Kering simpan Kering simpan Organoleptik
6. Kulit luar pembungkus Sempurna Sempurna Organoleptik
umbi menutup umbi menutup umbi
7. Kerusakan, % (bobot- 5 8 SP-SMP-310-1981
bobot) maks.
8. Busuk, % (bobot-bobot) 1 2 SP-SMP-311-1981
maks.
9. Diameter minimum (cm) 3,0 2,5 SP-SMP-309-1981
10. Kotoran Tidak ada Tidak ada Organoleptik
Sumber: (SNI, 1992).
27
6. Air RO
Air Reverse Osmosis merupakan air yang telah diolah dengan membuang
polutan-polutan berbahaya didalam air PAM atau air sumur seperti logam-logam
berat pestisida, racun-racun, zat kimia, partikel-partikel radio aktif , bakteri, virus,
dan sebagainya.
7. Minyak Goreng
dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh
titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak
Adapun standar mutu minyak goreng di Indonesia diatur dalam SNI 01-3741-2002
28
Kriteria Uji Satuan Syarat
larut)
tambahan 722/Menkes/Per/IX/88
Cemaran logam:
8. Bawang Bombay
Bawang Bombay adalah jenis bawang yang paling banyak dan luas
29
9. Saus Barbeque
Saus barbeque adalah saus yang memiliki cita rasa yang unik karena rasa
yang didapat yaitu asam, manis, gurih, dan juga sedikit pedas. Warna dari saus ini
30
BAB III
1. Tim HACCP
2. Deskripsi Produk
31
Tabel 14. Deskripsi produk
Kondisi
6 Suhu ruang
Penyimpanan
Persiapan untuk
10 Ada
konsumen
Persyaratan
11 Tidak ada (Bisa untuk pasien biasa, diet, dan anak)
Konsumen
Cara produksi
14 singkat Rebus, Tumis, dan Ungkep
32
3. Identifikasi Penggunaan Produk
Ayam bakar barbeque merupakan salah satu produk olahan dari bahan ayam
yang merupakan lauk hewani untuk menu makan siang pada siklus menu ke- 9 di
Ayam Bakar Barbeque siap dikonsumsi oleh pasien non diet, diet dan pasien
anak
33
4. Diagram Alir Proses
Penerimaan Penyeleksian 2
Penyeleksian 1 Panaskan
Pencucian 1 Pengupasan 2
Pengupasan 1
Pengirisan 1 Pengirisan 2
Penirisan 1 Penumisan
Penerimaan Penyeleksian 2
Penyeleksian 1 Panaskan
Pencucian 1 (25
Pengupasan 1 Pengupasan 2
menit)
Pengirisan 1 Pengirisan 2
Penirisan Penumisan
ayam rebus 3menit
450C
Sampai ke ruang
Pencampuran dan pemasakan 730C (23 distribusi 350C
menit)
35
6. Analisis Bahaya Dan Tindakan Pencegahan (Prinsip 1)
a. Analisa Bahaya pada Bahan Baku Produksi
36
K Residu pestisida R R TS (menggunakan
F Tanah R R TS pisau bersih)
- Pencucian 2
dengan air bersih
yang memenuhi
syarat air minum
(tidak berbau,
tidak berasa, dan
tidak berwarna)
- Penyeleksian 1
(Pemilihan
bawang bombay
sesuai dengan
spesifikasi)
3 Bawang putih B BacillusCereus, ulat R R TS - Pengupasan 2
K Residu pestisida R R TS (menggunakan
F Tanah R R TS pisau bersih)
- Pencucian 2
dengan air bersih
yang memenuhi
syarat air minum
37
(tidak berbau,
tidak berasa, dan
tidak berwarna)
- Penyeleksian 2
(Pemilihan
bawang bombay
sesuai dengan
spesifikasi)
4 Saus Barbeque F Kemasan, tanggal kadaluarsa R R TS - Melihat tanggal
kadaluarsa pada
kemasan saus
barbeque dan
kemasannya
tertutup rapat
- Setelah
digunakan, saus
disimpan dalam
lemari pendingin
5 Kecap F Kemasan, tanggal kadaluarsa R R TS - Melihat tanggal
kadaluarsa pada
kemasan kecap
38
dan kemasannya
tertutup rapat
- Setelah dibuka
dari kemasan,
kecap segera
dituangkan/disim
pan dalam botol
yang tertutup
rapat
6 Minyak goreng F Kemasan, tanggal kadaluarsa R R TS - Melihat tanggal
kadaluarsa pada
kemasan minyak
goreng dan
kemasannya
tertutup rapat
7 Saus tomat F Kemasan, tanggal kadaluarsa R R TS - Melihat tanggal
kadaluarsa pada
kemasan saus
tomat dan
kemasannya
tertutup rapat
39
8 Air B Kontaminasi E.Coli S R TS - Menggunakan air
F Air yang berbau R R TS bersih yang
memenuhi syarat
air minum (tidak
berbau, tidak
berasa, dan tidak
berwarna)
Keterangan :
* T = Tinggi; S = Sedang; R = Rendah
** S = Signifikan; T = Tidak Signifikan
40
b. Identifikasi Kelompok Bahaya Bahan Baku
Kelompok Bahaya
No Bahan Baku Kategori Resiko
A B C D E F
1 Daging Ayam √ √ √ VI
2 Bawang bombay √ I
3 Bawang putih √ I
4 Saus barbeque √ √ II
5 Kecap √ √ II
6 Minyak goring √ √ II
7 Saus tomat √ √ II
Ayam bakar
8 √ √ √ √ IV
barbeque
Keterangan :
A = Makanan non steriluntuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti)
B = Mengandung bahan yang sensitif thd bahaya biologis/kimia/fisik
C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan
E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi /konsumsi
41
F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen
Keparaha
Peluang/ Signifikan
Bahaya n/
Tahapan Proses Penyebab Bahaya Reasonably si Bahaya Cara Pencegahan
B/F/K Severity
(T/S/R)* (S/T)**
(T/S/R)*
Penerimaan F Daging pucat kebiruan, bulu dan R S TS Bahan yang busuk,
kotoran, darah ayam kotor, dan rusak
(Daging ayam)
dipisahkan (harus
sesuai dengan
spesifikasi bahan
makanan)
B Bacillus Cereus, ulat R R TS Bahan yang busuk,
Penyeleksian 2 dan 3
kotor, dan rusak
F Tanah R R TS
(Bawang Bombay, dipisahkan (harus
sesuai dengan
bawang putih) spesifikasi bahan
makanan)
F Serpihan pisau, berkarat R R TS Dikupas dengan pisau
Pengupasan 2 dan 3
yang bersih dan tidak
(Bawang Bombay, berkarat dan pisau
dalam kondisi baik
42
bawang putih)
43
Pengirisan/pemotongan F Serpihan pisau berkarat R R TS Menggunakan pisau
yang bersih tidak
1,2
berkarat dan dalam
kondisi baik
Bawang Bombay,
bawang putih)
44
(Ayam dan bumbu APD yang lengkap
- Menggunakan alat-
berbeque)
alat masak yang
bersih dan
mengunakan air
yang bersih
Pemorsian F Debu, kotoran dari tempat penyajian, R S TS - Tidak membiarkan
makanan dalam
Rambut
kondisi terbuka
terlalu lama agar
terhindar dari debu
- Mencuci dan
membersihkan
tempat penyajian
(mangkuk, piring
dan lain-lain)
- Tenaga distribusi
menggunakan APD
yang lengkap
Pendistribusian F Suhu makanan dingin S R TS - Menggunakan troli
yang terdapat
45
pengatur suhu
Daging Ayam
Kontaminasi Salmonella, E. Coli, Staphylococcus
aureus, Campylobacter jejuni
46
8. Penetapan Batas Kritis (Critical Limit) (Prinsip 3)
Critical Control Point Potensi Bahaya Critical Limit (CL)
A. Bahan Baku
Daging ayam Biologi E. coli (1x101 koloni/g), Salmonella (negative/25g), Staphylococcus
aureus (1x102 koloni/g), Campylobacter jejuni(negative/25g) (SNI,
2009).
Fisik Tidak ada bulu, kotoran, bekas darah ayam, daging kebiruan, dan
memar.
B. Proses
Pencucian 1 ( Daging Ayam) Biologi E.coli<2 APM/mL.
Perebusan (Daging Ayam) Biologi E. coli (1x101 koloni/g), Salmonella (negative/25g), Staphylococcus
aureus (1x102 koloni/g), Campylobacter jejuni (negative/25g) (SNI,
2009).
47
9. Monitoring Ccp, Tindakan Koreksi, Verifikasi, Dokumentasi (Prinsip 4 – Prinsip 7)
A. Bahan Baku
Fisik Tidak ada bulu, Kondisi fisik Memberikan Di tempat QC Saat Mengganti Pensortiran Catatan
kotoran, bekas daging ayam spesifikasi penerimaan penerima bahan baku daging ayam harian
darah ayam, bahan bahan an bahan yang sesuai penerimaan
48
daging makanan makanan makanan spesifikasi bahan
kebiruan, dan yang akan makanan
memar. dibeli
B. Proses
Prinsip
Prinsip 3 Prinsip 4 Prinsip 5 Prinsip 6 Prinsip 7
2
Bahaya
CCP Pemantauan
Potensial Batas Kritis Tindakan
(Tahap Siap Verifikasi Rekaman
(Critical Limit) Apa Bagaimana Dimana Kapan Koreksi
Proses) a
Pencucia Biologi (E.coli<2 Cemaran Uji Ruang laboratorium QC Kontiny Miencuci Melakukan Dokument
n1 APM/mL). mikroba dari laboratoriu mikrobiologi u kembali uji asi hasil uji
(ayam) air pencucian m daging mikrobiolo laboratoriu
menggunaka gi air m
n air
mengalir dan
bersih
Perebusa Biologi E. coli (1x101 Cemaran Pengukura Ruang pengolahan dan QC Kontiny Melakukan - Uji Dokument
n koloni/g), mikroba n suhu air Laboratorium u perebusan mikrobiolo asi uji lab
(Daging Salmonella perebusan), Mikrobiologi ulang gi dan
Ayam)
49
(negative/25g) dan uji menggunaka Mencatat pengeceka
, mikrobiolo n air suhu n suhu
Staphylococcu gi terstandar, perebusan perebusan
s aureus tidak daging
(1x102koloni/ terdapat ayam
g), cemaran
Campylobacte E.coli dan
r. Jejuni melakukan
(negative/25g) pemantauan
suhu kisaran
70oC –
100oC
50
DAFTAR PUSTAKA
Kasmadiharaja, H. 2008. “Kajian Penyimpanan Sosis, Naget Ayam dan Daging Ayam
Berbumbu dalam Kemasan Polipropilen Rigid”. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
Meutia, Y.R. 2015.Standarisasi Produk Kecap Kedelai Manis Sebagai Produk Khas
Indonesia.Jurnal Standarisasi Vol. 17.No.2.
Pelczar, M, J dan Chan, E, C, S. 2008.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI PRESS.
Priyanto, R. 2008. Besar Risiko Frekuensi Makan, Asupan Energi, Lemak, Serat, dan
Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obsesitas.
Puspita, W.L. 2010. Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Terhadap
Penurunan Bahaya Mikrobiologis Pada Makanan Khusus Anak Berbasis Hewani di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.Vol.
7.No.1.
SNI-01-3160-1992-Bawang-Putih.
SNI-01-3556-2000-Garam-Beryodium.
SNI-01-3543-1999-Kecap-Kedelai.
SNI-01-3741-2002-Minyak-Goreng.
SNI-01-3546-2004-Saus-Tomat.
SNI-7388-2009-Batas-Maksimum-Cemaran-Mikroba-dalam-Pangan.
51
Winarno, FG dan Surono. 2004. HACCP dan Penerapannya dalam Industri Pangan.
Bogor:M-BRIO PRESS. Cetakan 2.
52
LAMPIRAN
53
7. Penambahan air+ saus tomat 8. Bumbu yang sudah ditambahkan saus barbeque
54
10. Pengukuran suhu 11. Ayam barbeque diangkat
55
56
57
58