Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KIMIA INTI

“NUKLIDA, ISOTOP, DAN SIFAT-SIFAT INTI”

OLEH KELOMPOK 2:
Hudia Umami Faisal A1C116017

Nurul Rahmiah Fitri A1C116021

DOSEN PENGAMPU:

Prof.Dr.rer. nat. Asrial, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dilantunkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini sebagai tugas mata kuliah kimia intiuntuk menjadi salah satu syarat
mengikuti ujian semester.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing atas
bimbingan,dorongan, dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis sehingga
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan
insyaAllah sesuai dengan yang diharapkan. Penulis juga mengucapkan
terimakasih pula kepada rekan-rekan dari semua pihak yang terkait dalam
penyusunan makalah ini.
Pada dasarnya makalah ini disajikan khusus untuk membahas tentang
Isotop, Nuklida, dan Sifat-sifat Inti. Untuk lebih jelas simak pembahasan dalam
makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan pengetahuan yang
mendalam tentang Inti atom dan Struktur Inti kepada kita semua.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam mengupas
materi di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam hal sistematika
maupun teknik penulisannya. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
membangun penulis harapkan, sebagai masukan yang berharga demi kemajuan
penulis di masa mendatang.

Demikianlah makalah ini penulis sajikan, penulis berharap makalah ini


dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, bagi pembaca umumnya,dalam
memberikan pengetahuan tentang kimia.

Jambi, Februari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................. 4


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.3 Tujuan Makalah ............................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Isotop dan Nuklida .................................................... 6


2.2 Sifat-sifat Inti ................................................................................ 9
2.2.1 Massa dan Energi ................................................................ 9
2.2.1.1 Massa ......................................................................... 9
2.2.1.2 Energi Ikat ................................................................. 11
2.2.2 Spin Inti dan Momen Magnetik Inti .................................... 12
2.2.3 Jari-jari Inti .......................................................................... 15

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 18


BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Radioaktifitas adalah sifat suatu unsur yang dapat memancarkan radiasi


(pancaran sinar) secara spontan. Tergolong ke dalam zat radioaktif, unsur tersebut
biasanya bersifat labil, berarti tergolong zat radioaktif adalah isotopnya, karena
untuk mencapai kestabilan salah satunya harus melakukan peluruhan. Peluruhan
zat radioaktif untuk menghasilkan unsur yang lebih stabil sambil memancarkan
partikel seperti, partikel alpha α (sama dengan inti 4He), partikel beta (β), dan
partikel gamma (γ).
Ciri lain dari zat radioaktif adalah bahwa setiap zat yang memancarkan
radiasi pengion dengan aktivitas jenis lebih besar daripada 70 kBq/kg atau 2 nCi/g
(tujuh puluh kilobecquerel per kilogram atau dua nanocurie per gram). Angka 70
kBq/kg (2 nCi/g) tersebut merupakan patokan dasar untuk suatu zat dapat disebut
zat radioaktif pada umum-nya yang ditetapkan berdasarkan ketentuan dari Badan
Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency). Namun, masih
terdapat beberapa zat yang walaupun mempunyai aktivitas jenis lebih rendah
daripada batas itu dapat dianggap sebagai zat radioaktif karena tidak mungkin
ditentukan batas yang sama bagi semua zat mengingat sifat masing-masing zat
tersebut berbeda.
Tetapi masyarakat awam, radioisotop masih memberikan kesan
menyeramkan dan bahkan menakutkan. Namun, sesungguhnya radioisotop telah
memberikan kontribusi yang berarti dalam kehidupan manusia. Mereka
memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh umat manusia. Oleh sebab itu mulai
dari sekarang kita tidak boleh takut terhadap radioisotop. Sebenarnya radioisotop
bukanlah sesuatu yang menyeramkan bagi kehidupan manusia melainkan sesuatu
yang dapat dimanfaatkan dan berguna bagi kehidupan manusia. Selain di bidang
kesehatan, radioisotop juga dapat dimanfaatkan dalam bidang industri, pertanian,
arkeologi, pertambangan, kimia dan kesenian.
1. 2. Rumusan Masalah
1.2.1 apa yang dimaksud dengan nuklida?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan isotop ?
1.2.3 Apa saja sifat-sifat inti ?

1. 3 Tujuan Makalah
1.3.1 mengetahui dan memahami apa itu nuklida ?
1.3.2 mengetahui dan memahami apa itu isotop ?
1.3.3 memahami dan mengetahui sifat sifat dari inti ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Isotop dan Nuklida

- Nuklida Dan Penggolongannya

Nuklidaadalahistilahlain yangdigunakan untukmenyatakan suatujenis inti atom.


Nuklida ataujenis inti atom yang ada di alam ini jauhlebih
banyakdaripadaunsurkarena unsuryang samamungkin saja terdiriatas nuklidayang
berbeda.Unsurdituliskan dengan lambangatomnya, misalnya
unsuremasadalahAudanunsurbesiadalahFe.Sedangkan
penulisansuatunuklidaataujenisintiatomharusdiikutidenganjumlah.

Notasi umum untuk menyatakan suatu nuklida unsur 𝐴𝑍 𝑋N dituliskan sebagai ;

Dimana :

Z : nomor atom = jumlah proton dalam nuklida X

A : nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron dalam inti nuklida X

N : jumlah neutron dalam inti X= A – Z

Selanjutnya nuklida dapat di kelompokkan atas dasar :

1. Kesamaan dalam nilai Z,A dan N


2. Kestabilan nuklir dan pembentukannya di alam

- Pengembangan Atas Dasar Kesamaan Dalam Nilai Z, A , Dan N

Pada pengelompokkan ini dikenal istilah-istilah isotop ,isobar, isoton, dan isomer
inti.

a. Isotop
adalah nuklida-nuklida yang mempunyainomor atom (jumlah proton) sama,
tetapimempunyainomormassa(jumlah neutron) berbeda. Jadi,
setiapunsurmungkinsajaterdiri atasbeberapajenisnuklida yang sama. Isotop
yang mempunyai inti stabil disebut isotop stabil. Isotop tidak stabil
mempunyai inti tidak stabil yang merupakan nuklida radioaktif dan akan
meluruh. Nuklida yang dikenal terdapat lebih dari 3 000 nuklida, sekitar 280
di antaranya adalah nuklida stabil dan lainnya adalah nuklida radioaktif.
Beberapa contoh isotop stabil dan isotop tidak stabil adalah:

Unsur Isotop stabil Isotop tidak stabil


1 2 3
H H, H H
39 41 38 40 42 44
K K ,K K ,K ,K ,K
59 57 58 60 61
Co Co Co Co , Co , Co
206 208 205 207 209
Pb Pb , Pb Pb , Pb , Pb

b. Isobar
Kelompok nuklida yang memiliki nomor massa A sama, tetapi berbeda
nomor atomnya Z ,disebut sebagai isobar. Berarti nuklida tersebut memiliki Z + N
64 64
sama, tetapi dengan Z dan N yang berbeda, misalnya 27Co 37, 28Ni 36 , 64
29Cu 35 ,
64
30Zn 34 Dikenal istilah nuklida cermin yang menyatakan pasangan isobar yang
13
memiliki nilai Z dan N berbeda satu dan saling di pertukarkan . contoh : 6C 7-
13
6N 7 , sifat dari nuklida cermin memberikan informasi yang berharga dalam
memahami struktur nuklir.

c. Isoton
Kelompok nuklida yang memiliki jumlah neutron yang sama disebut
30 31 32
isoton, misalnya 14 Si, 15 P, 16 S, yang pada nuklida tersebut semuanya memiliki
16 neutron.

d. Isomer
Inti dengan nilai A dan Z sama, tetapi berbeda dalam tingkat energinya
disebut isomer inti. Inti dengan tingkat energi yang lebih tinggi dikenal sebagai
inti tereksitasi atau dalam keadaan metastabil (m) sedangkan yang paling rendah
energinya disebut sebagai keadaan dasar (grund state , g ). Jika terdapat lebih dari
satu isomer metastabil maka inti tersebut diberi superskrip kanan m1,m2 dan
seterusnya. Dengan urutan semakin meningkatnya energi eksitasi, misalnya
124
nuklida Sb memiliki tiga macam waktu paruh yaitu 60 hari 1,6 menit dan 20
124
menit . ketiga isomer inti Sb tersebut kemudian dibedakan berdasarkan
124
energinya dan dinotasikan sebagai berikut : Sb (keadaan dasar, t1/2 = 60 hari ) .
124
Sbm2 ( t1/2 = 1,6 menit) dan 124Sbm2 ( t½ = 20 menit).

- Penggolongan Nuklida Atas Dasar Kestabilan Dan Pembentukannya.


Berdasarkan kestabilannya nuklida dapt di kelompokkan menjadi nuklida stabil
dan nuklida tidak stabil atau radionuklida. Berdasarkan pembentukannya di alam,
radionuklida dapat di kelompokkan lebih lanjut menjadi :
- Radionuklida alam primer
- Radionuklida alam sekunder
- Radionuklida alam terinduksi
- Radionuklida buatan
a. Nuklida stabil, yaitu nuklida yang secara alamiah sepanjang masa tidak
mengalami perubahan nilai A maupun Z (tidak meluruh dalam waktu < 1021 th).
Contoh 12C, 16O,4 He dan sebagainya.
b. Radiouklida alam primer yaitu nuklida yang terbentuk secara alamiah dan
bersifat radioaktif samapi sekarang masih ditemukan karena memiliki waktu
paruh yang sangat panjang (dalam orde >109th). Contoh radionuklida alam primer
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel radionuklida alam primer


Jenis Waktu Kelimpahan hasil
Radionuklida peluruhan paruh isotop ( % ) peluruhan
(tahun) nuklida stabil
238
U α,β 4,47 x 109 99,275 206
Pb
232
Th α,β 1,41 x 1010 100 208
Pb
235
U α,β 7,04 x 108 0,72 207
Pb
40
K β -,EC, β + 1,28 x 109 0,0117 40
Ca,40Ar
57
Rb β- 4,8 x 1010 27,83 87
Sr
113
Cd β- 9 x 1015 12,2 113
ln
115
ln β- 5,1 x 1014 95,7 115
Sn
138
La EC, β - 1,1 x 1011 0,089 138
Ba, 138Ce
144
Nd Α 2,1 x 1015 23,8 140
Ce
147
Sm Α 1,06 x 1011 15,1 143
Nd
152
Gd Α 1,1 x 1014 0,20 148
Sm
176
Lu β- 3,6 x 1010 2,61 176
Hf
174
Hf Α 2,0 x 1015 0,16 170
Yb
187
Re β- 4 x 1010 62,60 187
Os
180
Pt Α 6 x 1011 0,013 186
Os

c. Radionuklida alam sekunder yaitu nuklida radioaktif yang selalu terbentuk


secara alamiah sebagai hasil peluruhan radionuklida alam primer. Contoh
radionuklida dalam deret turunan 238U,235U, dan 232Th.
d. Radionuklida alam terinduksi yaitu radionuklida secara terus menerus
terbentuk di alam ,walaupun memiliki waktu paruh yang relatif pendek,tetapi
14
selalu di temukan di alam dengan kelimpahan tertentu. Contoh C (T1/2= 5760
14
tahun) terbentuk terus menerus dari hasil interaksi sinar kosmik dengan N di
atmosfir.
e. Radionuklida buatan yaitu hasil transmutasi inti di laboratorium. Dengan
reaksi inti telah berhasil disintesa sejumlah nuklida yang tidak di temukan secara
alamiah. Jumlah nuklida buatan ini dari tahun ke tahun terus bertambah sampai
dengan tahun 1980 telah berhasil di sintesa 14 unsur sesudah uranium,didalam
sistem periodik unsur-unsur yang di hasilkan dari transmutasi inti. Demikian pula
unsur technetium (Z=41) dan promthium (Z=61) merupakan unsur-unsur buatan
237
yang tidak ditemukan secara alamiah. Selain itu Np (t1/2 = 2,14 x 106 th)
merupakan inti induk buatan pada deret radionuklida (4n +i) neptunium yang
melalui rangkaian peluruhannya dengan pemancaran alfa dan beta akan di
hasilkan inti209 Bi sebagai inti akhir peluruhan deret ini yang bersifat stabil.

2.2 Sifat-Sifat Inti

a. Komposisi Inti Atom


Dan eksperimen Rutherford dapat dijelaskan tentang
model inti, penentuan muatan inti dan ukuran inti atom.
Karena muatan dalam inti merupakan kelipatan eksak dan
muatan proton dan massa inti merupakan kelipatan eksak dan
massa proton, maka dianggap bahwa semua inti tersusun dan
proton. Jika ada inti bernomor massa A dan nomor atom Z,
maka inti tersebut mengandung A proton dan (A-Z) elektron
supaya muatan positifnya menjadi Z. Hipotesis proton-
elektron ini memiliki kelemahan, yaitu elektron yang terdapat
di dalam inti harus memiliki panjang gelombang de Brogue
(λ= h/mv) yang tidak boleh lebih besar daripada ukuran inti
(10-12cm). Pada kenyataannya, elektron dengan panjang
gelombang de Broglie mi memiliki energi kinetik yang lebih
besar daripada partikel beta yang dipancarkan dan inti atom.
Oleh karena itu hipotesis proton-elektron menimbulkan
keraguan bahwa elektron bebas merupakan partikel penyusun
inti atom.
Pada tahun 1932, J. Chadwick menemukan neutron,
yaitu partikel yang memiliki muatan nol atau netral dan
massanya mendekati massa proton. Karena hipotesis
elektronproton tidak dapat menjelaskan beberapa sifat inti,
maka segera ditinggalkan sesudah penemuan neutron
ditinggalkan sesudah penemuan neutron. Sejak saat itu mulai
dipercaya bahwa inti terdiri dan neutron. Jumlah proton
dalam inti disebut sebagai nomor atom (Z). Jumlah neutron
dalam inti disebut sebagai jumlah neutron (N). Jumlah dan
banyaknya proton dan neutron disebut sebagai nomor massa
(A).
A=Z+N (1-3)
Simbol yang digunakan untuk menunjukkan jenis inti
adalah simbol kimia dan unsur tersebut dengan nomor atom
di tulis sebagai subscrip kiri dan nomor massa sebagai
superscrip, misalnya memiliki nomor atom 2 dan nomor
massa 4.
2.2.1 Massa dan Energi

2.2.1.1 Massa

Massa proton dan neutron dalam satuan massa atom ( sebesar 1/12 massa
isotop ) adalahmasa proton mp = 1,007 276 63 ± 0,000 000 08 u
energi rehat proton (mpC2) = 938,256 ± 0,005 MeV
massa neutron mn = 1, 008, 665 4 ± 0,000 000 4 u
energi rehat neutron (mpC2) = 939,550 ± 0,005 MeVdengan 1 u = satuan massa
atom = 931,5 MeV/c2 = 1,6605402 x 10-27 kg
Proton dan neutron mempunyai massa yang hampir sama, selisihnya tidak lebih
besar dari 1 %, keduanya mempunyai energi rehat kurang lebih 939 MeV. Karena
proton bermuatan listrik, massanya dapat diukur langsung secara eksperimen
dengan spektograf massa, sedang pengukuran massa neutron dilakukan secara
tidak langsung. Massa inti tidak sama dengaan Z kali massa proton ditambah N
kali massa neutron, melainkan lebih kecil dari nilai tersebut.

massa inti < ( Z mp + N mp )< [ Z mp + ( A – Z ) mp ] Sebagai penyusun inti,


proton dan neutron yang berinteraksi jangkau pendek dan serupa tersebut
dinamakan nukleon.
Massa inti atom sangat kecil jika dinyatakan dengan satuan massa biasa, yaitu
kurang dan 10.21 gram. Oleh karena itu harus dinyatakan dengan satuan yang
berbeda. Satuan yang diakui secara universal adalah didasarkan pada massa atom
12C yang berada dalam keadaan netral dan tingkat energi dasar. Satuan yang
dimaksud adalah sma (satuan massa atom) atau amu (atomic mass unit).
1 sma = ½ massa atom 12C
1 kg atom (kg mol) 12C = 12 kg, sehingga
1 gram atom (1 gram mol) 12C = 1 mol = 12.10-3 kg
1 gram atom 12C = 6.022. 1023 atom / molekul
1 12𝑥10−3 10−3
1 sma = x 23
= kg = 1,66043. 10-27
12 6,02252.10 6,02252.1023

Dari kesetaraan massa dan energi (E = mc2), maka 1 sma setara dengan
energi sebesar 1,492232.10.-10 joule. Dalam sistem atom, energi pada umumnya
dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV). Satu elektron volt didefinisikan
sebagai energi yang diperoleh satu elektron yang bermuatan 1,6.10-19 coulomb
setelah menempuh beda potensial sebesar 1 volt, atau
1 eV = 1,6021.10-19 joule
1 sma = 1,66043. 10-27 kg = 1,492232. 10-10 joule = 9,3148.108 eV = 931, 48 MeV

Massa dari berbagai elemen atom diketahui lebih besar dan berat atom.
16
Sebagai contoh isotop oksigen O terdapat 8 proton, 8 neutron dan 8 elektron;
jumlah massanya sama dengan 16,132 amu, sedangkan berat atomnya sebesar
16
15,99491 amu. Isotop oksigen O lebih ringan 0,13709 amu dan elemen
penyusun. Perbedaan antara total massa proton, neutron dan elektron secara
individu dengan massa atom disebut mass defect. Persamaan untuk mass defect
adalah

mass defect = Z.mh + (A-Z). mn – M

dimana:

Z : nomor atom
MH : massa atom hidrogen

Mn : massa neutron

A-Z : nomor neutron

M : berat atom

Jika berat atom pada persamaan di atas diganti dengan massa inti, maka massa
atom hidrogen harus diganti massa proton.

2.2.1.2 Energi Ikat

Massa sebuah inti stabil selalu lebih kecil daripada massa gaungan nucleon-
nukleon pembentuknya.Selisih massa antara gabungan massa nucleon-nukleon
pembentuk inti dengan massa inti stabilnya disebut defek massa (mass
defect).Energi ikat inti adalah energi yang dilepaskan jika penyusun inti
bergabung membentuk inti. Energi dengan jumlah yang sama akan diperlukan
untuk memecah inti atom menjadi elemen penyusun, karena itu energi yang
ekivalen dengan mass defect digunakan sebagai ukuran dan energi ikat inti.
Apabila mh, mn dan M dinyatakan dalam satuan massa atom (amu), maka energi
ikat inti dinyatakan dalam satuan MeV, dengan persamaan berikut: Suatu atom
yang massanya M(A,Z) dengan Z adalah jumlah proton dan N adalah jumlah
neutron dalam keadaan bebas memiliki energi diam (rest energy) sebesar,
RE = Z.mp.c2 + N.mn.c2 + Z.me.c2
Energi ikat nucleon A = Z + N dalam inti tersebut adalah
B(A,Z) = Z.mH.C2 + N.MN.C2 – M (A,Z).C2
Energi ikat rata – rata per nucleon adalah ;
B(A,Z)
Ḃ(A,Z) = 𝐴
16
Mass defect untuk isotop O adalah 0,13709 sma, dengan demikian energi
ikatnya adalah
931,4 x 0,13709 MeV = 127,68 MeV
16 16
Karena ada 16 nukleon di dalam inti O, maka energi ikat rata-rata dan O
adalah 127,68/16 atau 7,06 MeV/nukleon. Untuk inti-inti ringan energi ikat per
nukleon relatif kecil, sekitar 7,4 sampai dengan 8,7 MeV/nukleon dan akan
bertambah (naik) dengan bertambahnya nomor massa, akan mencapai nilai
maksimum mendekati 8,8 MeV (nukleon dalam rentang nomor massa 40 sampai
dengan 120. Untuk nomor massa yang lebih besar, energi ikat per nukleon akan
berkurang sampai dengan 7,6 MeV/nukleon (untuk uranium).
Seperti elektron atom, inti atom juga berada di beberapa tingkat energi,
dengan perbedaan celah energi antara tingkat-tingkat inti lebih besar dibandingkan
tingkat-tingkat elektronik. Pada umumnya, energi pemisahan dan tingkat-tingkat
inti berorde juta eV. Jika (E2-E1) sebesar 1 MeV atau 106 eV, maka panjang
gelombang radiasi dari transisi tersebut adalah 1,2 x 1012 cm. Panjang gelombang
tersebut berhubungan dengan panjang gelombang sinar X sangat pendek atau
sinar gamma panjang. Dengan demikian sinar gamma dipancarkan karena transisi
inti dan tingkat energi lebih tinggi ke tingkat lebih rendah.
Ciri penting dan tingkat eksitasi adalah energi yang dipancarkan tidak benar-
benar tajam, spektrum energinya berupa pita bukan garis. Hal ini untuk memenuhi
prinsip ketidakpastian Heisenberg, yaitu ketidakpastian pengukuran waktu
berhubungan dengan ketidakpastian pengukuran energi.
Jika keadaan inti tersebut tidak stabil dengan waktu hidup rata-rata τ, maka
energinya tidak memiliki nilai tertentu, hanya tingkat dasar yang memiliki τ =
akan berenergi mutlak tepat. Ketidakpastian energi ini diukur dengan level width
Ӷ dan hubungannya dengan τ adalah

Ӷ.r = 2𝜋 = 6.6 . 10-16 eV.s

Ӷ didefinisikan sebagai berikut, jika E adalah energy di pusat pita (yaitu


energy dengan probabilitas paling besar), maka energi seebsar E + ½ Ӷ akan
terjadi ½ kali energi E.

2.2.2 Spin Inti Dan Momen Magnetik Inti

Bilangan kuantum magnetik spin disimbolkan dengan ms pada pembahasan


elektron. Sementara untuk inti disimbolkan dengan mI (di mana I adalah bilangan
kuantum spin inti). Bilangan kuantum magnetik spin berhubungan erat dengan
momentum sudut intrinsik. Momentum sudut intrinsik adalah momentum sudut
yang terdapat dalam partikel itu sendiri. Momentum sudut intrinsik elektron tidak
bergantung pada momentum sudut orbitalnya.

Dalam pembahasan elektron mengelilingi inti atom akan menghasilkan


medan magnetik. Medan magnetik ini akan berinteraksi dengan medan magnetik
akibat momentum sudut elektron. Pauli menyebutkan bahwa bilangan kuantum
yang berhubungan dengan momentum sudut intrinsik elektron ini dengan nama
bilangan kuantum magnetik spin yang memiliki nilai ms=+1/2 dan ms=-1/2.Untuk
menjelaskan lebih lanjut ide Pauli. Goudsmit dan Uhlenbeck memisalkan elektron
seperti bola pejal bermuatan. Momentum sudut intrinsik elektron dianggapnya
sebagai akibat puntiran elektron yang berputar terhadap sumbunya (seperti rotasi
bumi). Pada waktu elektron berpuntir berlawanan arah gerak jarum jam, elektron
mempunyai bilangan kuantum magnetik spin ms=+1/2 dan ketika berpuntir searah
jarum jam ms=-1/2.

Besarnya momentum sudut intrinsik atau spin (puntiran) elektron ini


diberikan oleh rumus S=ℏ√(s(s+1)) dengan s=1/2 (s dinamakan bilangan kuantum
spin). Proyeksi spin elektron ini pada sumbu z diberikan oleh SZ=ms ℏ dengan ms
menyatakan bilangan kuantum magnetik spin.Selain elektron, partikel lain yang
juga memiliki spin adalah proton dan neutron. Besar spin proton dan neutron
sama dengan spin elektron, yaitu :S=ℏ√(1/2(1/2+1))=√3/2ℏ. Bilangan kuantum
spin proton dan neutron adalah ½. Hal ini karena harus memenuhi ketentuan
seperti yang dinyatakan oleh Fermi-Dirac. Berikut penjelasannya.
Partikel elementer penyusun materi yang berada pada kolom pertama, kedua dan
ketiga (12 partikel) masuk dalam kategori fermion, partikel-partikel tersebut
mematuhi kaidah yang berlaku pada statistika Fermi-Dirac (dikemukakan oleh
Enrico Fermi dan Paul Dirac secara terpisah) diantaranya adalah , memiliki spin
kelipatan ½, mematuhi prinsip eksklusi Pauli dan fungsi gelombangnya bersifat
antisimetri. Sedangkan yang berada pada kolom terakhir (4 partikel) masuk
kategori boson. “Mereka” adalah partikel elementer yang menjadi mediator
(perantara) pada proses terjadinya suatu interaksi dan mematuhi statistika Bose-
Einstein (dikemukakan oleh Satyendra Nath Bose dan Albert Einstein secara
terpisah) diantaranya adalah memiliki spin kelipatan bilangan bulat, tidak
mematuhi prinsip eksklusi Pauli dan fungsi gelombangnya bersifat
simetris. Bagian yang berwarna ungu adalah partikel yang masuk kategori quark.
Terdapat 6 jenis quark yaitu: up, down, charm, strange, top dan bottom. Murray
Gell-Mann memberi nama partikel tersebut dengan sebutan quark setelah ia
mendengar bunyi bebek (kwork kwork kwork) dan membaca buku karangan
James joyce yang berjudul Finnegans Wake yang didalamnya terdapat kata quark.
Di alam semesta, quark tidak ditemukan “seorang diri” melainkan berada secara
bersama dalam suatu partikel komposit bernama hadron. Salah satu jenis partikel
hadron adalah proton. Photon mempunyai spin S=ℏ√(1(1+1) )=ℏ√2 dan bilangan
kuantum spin photon s=1.

a. Spin Inti

Proton dan netron mempunyai sudut intrinsik yang disebut spin. Spin S ini
berperilaku seperti momentum sudut, namun tidak tergantung pada gerak orbital.
Hal serupa juga dinyatakan dalam pembahasan tentang spin elektron. Bahwa
dalam usaha untuk menerangkan struktur halus garis spektral dan efek Zeeman
anomalous, S.A. Goudsmit dan G.E. Uhlenbeck pada tahun 1925 mengusulkan
bahwa elektron memiliki momentum sudut intrinsik yang bebas dari momentum
sudut orbitalnya dan berkaitan dengan momentum sudut itu terdapat momen
magnetik (Beiser,1981:206).

Apa yang ada dalam pikiran Goudsmit dan Uhlenbeck ialah suatu
gambaran klasik dari elektron sebagai bola yang bermuatan yang berpusing pada
sumbunya. Hal ini tentunya berlaku pada permasalahan inti atom. Proton dan
netron pun secara gambaran klasik berpusing pada sumbunya sehingga memiliki
sudut intrinsik yang disebut spin.Spin inti SI berhubungan dengan bilangan
kuantum spin inti I sebagai

S_I=ℏ√(I(I+1))

Bilangan kuantum spin inti I digunakan untuk memerikan momentum


sudut spin inti SI. Harga yang diperbolehkan untuk bilangan kuantum spin proton
dan neutron adalah I=1/2 seperti halnya pada spin elektron. Persyaratan ini datang
dari teori Dirac dan dapat juga diperoleh secara empiris dari data spektral. Dalam
penurunan rumusnya Dirac menyatakan bahwa sebuah partikel yang mempunyai
massa dan muatan seperti elektron (maupun proton dan neutron) harus memiliki
momentum sudut intrinsik dan momen magnetik seperti yang diusulkan Goudsmit
dan Uhlenbeck.Jika I=1/2S_I=ℏ√(I(I+1))=ℏ√(1/2(1/2+1))=√3/2ℏ
Momentum sudut spin intiKuantisasi ruang spin inti diperikan oleh bilangan
kuantum magnetik spin ms. Seperti halnya momentum sudut orbital boleh
memiliki orientasi 2l+1 dalam medan magnetik dari +l hingga –l, vektor
momentum sudut spin inti dapat meiliki 2I+1=2 orientasi yang diberi spesifikasi
oleh mI=+1/2 dan mI=-1/2.Komponen Sz momentum sudut spin inti sepanjang
arah medan magnetik dalam arah z ditentukan oleh bilangan kuantum magnetik
spin, sehingga S_Z=m_I ℏ=±1/2 ℏ.

Neutron dan proton yang menjadi penyusun inti bukan merupakan partikel
stasioner. Seperti bumi kita, partikel-partikel tersebut juga memiliki spin
(intrinsik) dan gerakan orbital. Spin (intrinsik) dan momentum angular orbital
neutron dan proton secara individu di dalam inti bergabung memberikan resultan
momentum angular yang disebut sebagai spin inti, biasanya dilambangkan
dengan I. Spin inti dengan nomor massa ganjil adalah : I = ½, 3/2, 5/2, 7/2, dll.
Spin inti dengan nomor massa genap adalah : I = 0, 1, 2, 3, 4, dll Spin inti
dengan nomor massa genap yang berada di tingkat dasarnya adalah 0 atau 1.
Apabila semua koordinat yang menggambarkan partikel dalam sistem diubah
(termasuk 3 koordinat ruang dan spin) menjadi koordinat yang menggambarkan
partikel yang identik lainnya di dalam sistem, maka besarnya (magnitude) fungsi
gelombang yang mewakili sistem haruslah bernilai tetap, tetapi fungsi gelombang
kemungkinan berubah tanda atau tetap (tanda tidak berubah). Jika fungsi
gelombang berubah tanda pada saat seluruh koordinat ruang dibalik
(berlawanan), maka inti disebut memiliki paritas ganjil. Sebaliknya, jika tanda
tidak berubah maka inti dikatakan memiliki paritas genap. Sebagai contoh : 2+
artinya inti memiliki spin 2 dan paritas genap; ½ - artinya inti memiliki spin ½
dan Paritas ganjil.
dimana :

µ : momen magnetic h : konstanta Planck

m : massa rehat electron e : muatan listrik

c : kecepatan cahaya

Momen magnetik elektron disebut satu magneton Bohr. Momen magnetik


proton dapat juga ditentukan dengan persamaan di atas tetapi massa elektron
diganti dengan massa proton. Karena proton memiliki dimensi 1836 lebih berat
daripada elektron, maka momen magnetiknya 1836 kali lebih kecil danipada
elektron. Momen magnetik proton disebut satu magneton inti. Momen magnetic
inti berorde satu atau beberapa magneton inti. Sifat-sifat magnetik elektron
digunakan sebagai dasar kerja “Electron Spin Resonance” (ESR) dan sifat-sifat
magnetik inti digunakan sebagai dasar kerja spektrometer “Nuclear Magnetic
Resonance” (NMR).

2.2.3 Jari Jari Inti

Semua eksperimen yang dilakukan untuk menentukan radius inti


menunjukkan bahwa perkiraan secara kasar untuk radius inti adalah dimana,

R = r0. A1/3

r𝜃 : konstanta yang tidak tergantung pada A (sekitar1, 1 sampai dengan


1,6 fm) ahh\\]

A : nomor massa

Dengan demikian volume inti sebanding dengan massa inti, sehingga semua inti
memiliki densitas yang hampir sama.

Bentuk inti atom tidak selalu bulat (sferis) tetapi dapat berbentuk
oblate(IA=IB< IC) atau prolate(IA<IB = IC) seperti bola rugby. Inti yang memiliki
jumlah proton genap dan neutron juga genap selalu berbentuk bulat (sferis). Inti
dengan nomor massa (A) ganjil dapat berbentuk oblate atau prolate.
Pengertian jari jari nuklir tidak mungkin dinyatakan dalam suatu definisi
tunggal yang menjelaskan semua gejala inti. Jari jari nuklir berdasarkan distribusi
massa tidak identik dengan jari jari nuklir berdasarkan distribusi muatan. Nilai jari
jari nuklir akan bergantung pada metoda penentuannya dan dapat bervariasi
sekitar 10-20%. Walaupun demikian dasar penentuan dapat dimulai dari
pengertian mengenai tetapan rapat massa materi inti ρ yang dapat dinyatakan
sebagai :

Maka jari jari inti diungkapkan sebagai :

𝐴
ρ≈4 = tetap
𝜋𝑅 3
3

Dengan r0 = tetapan satuan jari jari inti

1
R = r0𝐴3

Untuk menentukan nilai r0 terdapat beberapa teknik, yang dapat digolongkan atas:

 Metoda yang didasarkan efek coulumb yaitu penembakan inti dengan


electron berenergi tinggi (100-200 MeV) atau proton berenergi 20 MeV dan
kajian distribusi sudut dari hamburan partikel. Jari jari yang diperoleh dengan
metoda ini disebut jari jari elektromagnetik atau jari jari coulomb. Penentuan r0
dengan metode ini menghasilkan
R= 1,28 F untuk A<50
R=1,21 F untuk A>50
F= 1 ferni =10-15
 Metoda yang didasarkan gaya nuklir yaitu hamburan partikel alfa
berenergi tinggi, waktu paruh pemancar alfa, hamburan neutron cepat, dan
penampang lintang reaksi inti yang melibatkan pemancaran neutron. Jari jari yang
ditentukan dengan metode ini disebut jari jari potensial atau jari jari gaya nuklir.
Penentuan r0 dengan metode ini menghasilkan :
R = 1,33 F (dengan hamburan partikel alfa atau proton berenergi tinggi)
R= 1,48 F (dari waktu paruh pemancar alfa)
R= 1,4 F (dengan hamburan neutron cepat)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Nuklida adalah jenis atom yang dibedakan terhadap atom-atom lain


karena jumlah proton dan neutron (nucleon) yang dikandungnya dituliskan
𝐴
𝑍 𝑋 N dituliskan sebagai ;

Dimana :

Z : nomor atom = jumlah proton dalam nuklida X

A : nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron dalam inti nuklida X

N : jumlah neutron dalam inti X= A – Z

2. Isotop adalah bentuk dari unsur yang nukleusnya memiliki nomor


atom yang sama,tetapi jumlah proton di nukleus dengan massa atom yang
berbeda karena mereka memiliki jumlah neutron yang berbeda.
3. Sifat – sifat inti
 Massa dan Energi
Massa inti atom sangat kecil jika dinyatakan dengan satuan massa biasa,
yaitu kurang dan 10.21 gram. Oleh karena itu harus dinyatakan dengan
satuan yang berbeda.
Energi ikat inti adalah energi yang dilepaskan jika penyusun inti
bergabung membentuk inti
 Spin Inti Dan Momen Magnetik Inti
Spin(intrinsik)danmomentumangularorbitalneutrondanprotonsecaraindi
vidudidalam intibergabungmemberikanresultanmomentumangularyang
disebutsebagaispininti, biasanya dilambangkandenganI. Sedangkan,
Momenmagnetik
elektrondisebutsatumagnetonBohr.Momenmagnetikproton
dapatjugaditentukandenganpersamaandiatastetapimassa
elektrondigantidengan massaproton

 Jari Jari Inti


Semua eksperimen yang dilakukan untuk menentukan radius inti
menunjukkan bahwa perkiraan secara kasar untuk radius inti adalah
dimana,

R = r0. A1/3
r𝜃 : konstanta yang tidak tergantung pada A (sekitar1, 1 sampai dengan 1,6
fm)A : nomor massa
DAFTAR PUSTAKA

Friedlander G,. Kennedy J.W, Macias E.S, Miller J.M. 1981. Nuclear and
Radiochemistry. New York : John Wiley & Sons

http://ansn.bapeten.go.id/files/ins_Dasar_Fisika_Radiasi.pdf

http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download

Anda mungkin juga menyukai