Jurnal Ilmu Kesuburan Tanah
Jurnal Ilmu Kesuburan Tanah
Oleh:
Agustinus Jacob
DAS/ A236010041
e-mail: Agustinus_Jacob@jahoo.com
I. PENDAHULUAN
Dalam bidang pertanian, tanah memiliki arti yang lebih khusus dan penting
sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan
bercampur dengan sisa bahan organik dari organisme (vegetasi atau hewan) yang
hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan
air yang berasal dari hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke
tempat lain. Dalam proses pembentukan tanah, selain campuran bahan mineral dan
bahan organik terbentuk pula lapisan-lapisan tanah yang disebut horizon. Dengan
demikian tanah (dalam arti pertanian) dapat didefenisikan sebagai kumpulan benda
alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran
bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media tumbuhnya
tanaman.
Tulisan ini lebih menyoroti aspek Kesuburan Tanah dan bagaimana cara
mengevaluasi status kesuburan tanah untuk tujuan pengembangan dan peningkatan
produksi tanaman pertanian. Kesuburan Tanah mempelajari hubungan unsur-unsur
hara dalam tanah dengan pertumbuhan tanaman, pemupukan dan usaha-usaha lain
dalam memperbaiki sifat-sifat tanah (sifat fisik, kimia dan biologi tanah) untuk
pertumbuhan tanaman.
Sifat fisik tanah yang terpenting adalah : solum, tekstur, struktur, kadar air
tanah, drainase dan porisitas tanah, dll. Sifat kimia tanah meliputi : kadar unsur
hara tanah, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation tanah (KTK), kejenuhan basa
(KB), kemasaman dapat dipertukarkan (Al dan H), dan lain-lain. Sedangkan sifat
biologi tanah meliputi : bahan organik tanah, flora dan fauna tanah (khususnya
mikroorganisme penting : bakteri, fungi dan Algae), interaksi mikroorganisme tanah
dengan tanaman (simbiosa) dan polusi tanah.
Kadar unsur hara tanah yang diperoleh dari data analisis tanah bila
dibandingkan dengankebutuhan unsur hara bagi masing-masing jenis tanaman,
maka dapat diketahui apakah status/kadar unsur hara dalam tanah tersebut sangat
rendah (kurang), rendah, sedang, cukupataukah tinggi, sesuai kriteria tertentu
(Tabel 1).
Prinsip yang harus diperhatikan dalam uji tanah ialah bahwa metode analisa
tanah tersebut (1) harus dapat mengekstraksi bentuk unsur hara yang tersedia saja,
secara tepat. Jadi sifatnya selektif artinya tidak mengekstraksi bentuk yang tidak
dapat dimanfaatkan oleh tanaman, (2) metode analisa yang dipakai dilaboratorium
harus sederhana, cepat, mudah dilaksanakan dan memiliki ketepatan dan ketelitian
tinggi, (3) hasil analisis harus dapat direproduksi. Dengan demikian larutan kimia
yang dibuat harus didasarkan pada pengetahuan yang baik tentang bentuk-
bentuk kimia dari unsur hara di dalam tanah dan tentang sifat akar tanaman dan
mekaniusme pelarutan bentuk-bentuk kimia oleh akar tanaman.
Oleh karena itu uji kimia tanah perlu dikorelasikan dengan serapan hara oleh
tanaman melalui percobaan rumah kaca (uji korelasi) dan percobaan lapangan (uji
kalibrasi). Uji korelasi dimaksudkan untuk mendapatkan metode yang tepat untuk
suatu unsur dan tanaman tertentu. Sedangkan uji kalibrasi dimaksudkan untuk
mendapatkan hubungan antara selang kadar suatu unsur hara atau nilai kritisnya
dengan respons tanaman di lapangan terhadap unsur tersebut. Dengan demikian
memberikan nilai agronomik bagi angka uji tanah tersebut. Tanpa uji kalibrasi maka
angka-angka uji tanah tidak berarti sama sekali.
(1) Bekerja dengan contoh-contoh tanah yang memiliki selang kadar unsur hara
yang diteliti tersebut cukup lebar.
(2) Contoh tanah sebaiknya diambil dari daerah yang diketahui respons
tanamannya, yaitu dari yang sangat respons terhadap unsur tersebut sampai yang
tidak respons. Apabila hal ini sulit dilakukan, maka dapat ditempuh dengan
cara : mengkorelasikan hasil uji tanah dengan serapan hara ataupun dengan A-
value yaitu suatu teknik radioisotop dari Fried dan Dean (1952).
Tentang uji kalibrasi, hal yang perlu diingat ialah bahwa pengujian harus
dilakukan terhadap tiap jenis tanaman, tiap tanah dan tiap tipe iklim, dengan teknik
bercocok tanam yang sama.
Hasil uji tanah ini dipakai untuk: (1) menentukan jumlah hara yang tersedia
bagi tanaman, (2) memberi peringatan kepada petani tentang bahaya-bahaya yang
mungkin akan terjadi pada pertanamannya, baik bahaya defisiensi ataupun
keracunan, (3) menjadi dasar penetapan dosis pupuk, dan (4) memberikan perkiraan
produksi akibat pemakaian dosis pupuk tersebut sehingga memungkinkan
dilakukannya evaluasi ekonomi, (5) membantu pemerintah dalam menyusun
kebijaksanaan antara lain dalam hal pengadaan dan penyebaran pupuk, perencanaan
wilayah, dan infrastruktur.
Kekurangan unsur hara di dalam tanah dapat juga diketahui dari analisis
jaringan tanaman. Pendekatan ini didasarkan pada prinsip bahwa konsentrasi suatu
unsur hara di dalam tanaman merupakan hasil interaksi dari semua faktor yang
mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari dalam tanah. Analisis tanaman
umumnya dilakukan terhadap bagian-bagian tertentu saja ataupun seluruh bagian
tanaman. Interpretasi keadaan kesuburan tanah akan lebih baik apabila kedua cara ini
(analisis tanah dan tanaman) digabungkan. Teknik analisis tanaman lebih umum
dipakai untuk tanaman umur panjang dibandingkan tanaman semusim.
Seperti halnya dengan uji tanah, maka pada analisis tanamanpun pemilihan
metode analisis dilakukan melalui uji-uji korelasi dan kalibrasi. Uji korelasi disini
bertujuan untuk mencari hubungan yang paling baik dari kadar suatu unsur dalam
bagian-bagian tanaman tertentu atau seluruhnya dan pada umur-umur tertentu
dengan produksi tanaman. Pada uji kalibrasi dicari hubungan antara selang ataupun
nilai kritis dari unsur tersebut dalam tanaman dengan produksi tanaman. Teknik ini
banyak dipakai pada perkebunan tebu di Hawaii dengan istilah Crop
logging(Clements, 1980). Sebagai gambaran mengenai kandungan unsur hara
tanaman yang merupakan batas antara defisiensi dan kecukupan, disajikan pada
Tabel 2.
(1) Bagaimana bentuk dan pola keragaman atau variabilitas (baik horizontal
maupun vertikal) dalam nilai uji tanah pada keadaan lapangan.
(2) Dengan memperhitungkan keragaman yang ada, prosedur pengambilan contoh
yang bagaimana yang dapat memberikan estimasi praktis yang terbaik mengenai
ketersediaan unsur hara, dengan memperhitungkan pula faktor biaya dan tenaga.
(3) Bagian tanaman yang mana yang harus diambil sebagai contoh dan pada fase
pertumbuhan mana pengambilan contoh tersebut harus dibakukan untuk
berbagai jenis/tipe tanaman.
(4) Berapa banyak tanaman yang harus diambil sebagai contoh dan bagaimana
polanya.
(1) Uji tanah dan tanaman yang bagaimana yang perlu dimasukkan dalam program
analisa tanah dan tanaman.
(2) Apakah metode yang ada merupakan yang terbaik dalam menilai (assessing)
ketersediaan unsur hara tertentu dalam tanah.
(3) Atau diperlukan metode yang baru, dan bila ya apakah sudah cukup informasi
yang tersedia tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara
yang dimaksud.
(4) Bagaimana hubungan antara produksi tanaman di lapangan dengan nilai uji
tanah dan nilai analisis tanaman.
(5) Apakah metode analisa tanah dan tanaman yang diteliti tersebut dapat diadopsi
untuk analisa rutin.
c. Rekomendasi
(1) Bahan apa yang harus dipakai untuk koreksi keracunan atau adanya defisiensi
unsur hara tertentu pada suatu tanaman tertentu.
(2) Metode aplikasi pupuk/kapur yang bagaimana yang paling efisien.
(3) Waktu pemakaian pupuk/kapur (kapan sebaiknya pemupukan dilakukan).
(4) Dosis atau takaran pupuk yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tanaman
akan unsur hara dalam mencapai suatu tingkat produksi tertentu.
Untuk memilih metode uji tanah terbaik untuk berbagai jenis tanah
dilakukan Studi Korelasi. Sedangkan Uji Kalibrasi adalah untuk meneliti
hubungan nilai uji tanah dan tanaman dilapangan. Untuk proses kalibrasi yang lebih
penting adalah memperoleh informasi yang sedikit dari lokasi yang banyak daripada
yang banyak (mendalam) dari lokasi yang sedikit. Oleh karena itu desain percobaan
harus sesederhana mungkin.
Penyebab utama dari contoh yang tidak representatif ialah: (1) kontaminasi,
dan (2) jumlah contoh yang terlalu sedikit untuk daerah yang variabilitas
kesuburannya tinggi. Bahaya kontaminasi biasanya berasal dari tempat atau alat
pengambilan contoh dan lain-lain. Menghadapi contoh yang tidak representatif,
yang disebabkan oleh keragaman kesuburan tanah, maka persoalannya menjadi lebih
sulit. Untuk itu haruslah diketahui sifat dan sumber-sumber keragaman. Hal ini
dapat didekati secara statistika tetapi tidak sesederhana itu, karena sebaran data tidak
selalu normal. Dengan cara ini diperlukan contoh yang banyak sehingga sering
dinilai tidak praktis. Oleh sebab itu keragaman lapangan dapat didekati cukup
melalui :
Tabel 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983)
_________________________________________________________________________
Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
_________________________________________________________________________
Susunan Kation :
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
pH H2O < 4,5 4,5 - 5,5 5,6- 6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 > 8,5
______________________________________________________________________________
___________________________________________________________________
____________________________________________________________________
Cu (ppm) 1 3,4 10 21
Fe (ppm) 5 6 5 10
Mn (ppm) ±10 70 15 51
Zn (ppm) 10 10 15 21
Si (%) - 5 - -
____________________________________________________________
Contoh tanah dapat diambil setiap saat, dan langsung dilakukan analisis di
laboratorium. Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah sebaiknya pada kondisi
kapasitas lapang (keadaan kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira
cukup untuk dilakukan pengolahan tanah). Pengambilan contoh tanah terkait erat
dengan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan perencanaan pengelolaan
tanah-tanaman.
Secara umum contoh tanah diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem
pertanaman di lapangan. Untuk tanah yang digunakan secara intensif untuk
budidaya pertanian, contoh tanah diambil paling sedikit sekali dalam setahun. Pada
tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan diambil setiap 5
tahun sekali.
Contoh komposit ini biasanya diambil dari lapisan 0-20 cm, atau 0-20 cm dan
20-40 cm. Tiap contoh yang dibawa ke laboratorium, merupakan contoh komposit
dari sejumlah anak contoh (cores). Unit terkecil yang diwakili oleh satu contoh
komposit ditentukan oleh : (a) luas areal, (2) sumber-sumber variabilitas yang ada
(faktor-faktor pembentuk tanah, tekstur, penggunaan tanahnya, keadaan
pertumbuhan tanaman, dll.), yang diperkirakan dapat mempengaruhi sifat tanah.
Alat-alat yang diperlukan : Soil sampler (yang dapat mengambil contoh sama
banyak secara vertikal), pacul, pisau, ember, kantong plastik, label, buku catatan,
peta/denah lokasi pengambil contoh. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan contoh antara lain :
Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah
tererosi sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/sisa tanaman/jerami,
bekas penimbunan pupuk, kapur, bahan organik, atau bekas penggembalaan
ternak.
Permukaan tanah yang akan diambil contohnya harus bersih dari rumput-
rumputan, sisa tanaman, bahan organik segar/serasah, dan batu-batuan atau
kerikil.
Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan contoh harus bersih dari kotoran
dan tidak berkarat. Kantong plastik yang digunakan sebaiknya masih baru,
belum pernah dipakai untuk keperluan lain.
Jika contoh tidak representatif maka seluruh analisis yang diteliti dan biaya
yang mahal akan percuma, karena hasil yang diperoleh tidak absah. Untuk
mendapatkan sample tanaman yang representatif, khususnya jenis tanaman tertentu
merupakan masalah yang rumit dan dibutuhkan pengetahuan yang ahli dan
komprehensif mengenai aspek anatomi, fisiologi tanaman, dan faktor lingkungan
lainnya yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut.
Konsentrasi hara sangat bervariasi dengan jenis tanaman, dan komposisinya sangat
beragam dari waktu ke waktu dalam hari, ataupun bulan, dari jenis tanah yang
berbeda. Dengan demikian pengambilan contoh tanaman harus memperhatikan :
tempat, umur fisiologis dan bagian morfologis tanaman. Walau bagaimanapun
pengambilan contoh yang terbaik adalah bila hubungan konsentrasi hara dengan
produksi/pertumbuhan mempunyai korelasi yang paling besar.
______________________________________________________________
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Jagung :
Kacang-kacangan :
Kentang :
Kol/Kubis :
dari bongkol
Tomat (Lapang) :
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lanjutan Tabel 3.
_________________________________________________________________
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Umbi-umbian :
Tembakau :
penuh
Sorgum :
berbuah tanaman
Tebu :
Kacang tanah :
lateral
Kapas :
pemecahan pertama
Sweet corn :
jantan gelungan
Jeruk limau :
belum berbahaya
__________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
sumber : http://tumoutou.net/3_sem1_012/a_jacob.htm