Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Dalam praktik kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat


dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik
sesama rekan sejawat ataupun dengan klien serta keluarganya.Upaya meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh keterampilan bidan untuk berkomunikasi secara
efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien. Karena melalui komunikasi yang
efektif serta konseling yang berhasil, kelangsungan dan kesinambungan penggunaan jasa
pelayanan bidan untuk kesehatan wanita selama siklus kehidupan akan tercapai.Konseling
kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik, pemberian bantuan,
dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional (sesuai dengan bidangnya) oleh
bidan kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan
memenuhi kebutuhan klien.
Dalam memberikan asuhan kebidanan, bidan senantiasa menghadapi pasien yang
memiliki kondisi yang sangat kompleks sifatnya, baik ditinjau dari segi latar belakang sosial
budayanya, pendidikannya, cita-cita dan keinginannya. Gejolak emosional seperti ini harus
memperoleh respon yang positif dari seorang bidan selama memberikan pelayanan kebidanan
sehingga diperlukan sebuah straategi yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan kepada
pasien.

Usia remaja merupakan usia pematangan organ reproduksi, ada kalanya dimaan
seseorang sudah siap hamil atau belum. Usia muda menjalani kehamilan tentu lebih beresiko
terhadap terjadinya masalah pada organ reproduksi.
Kehamilan pada usia remaja biasanya berdampak pada kesehatan fisik dan mental.
Selain itu, berdampak pila pada ekonomi, pendidikan, demografi remaja itu sendiri, bayi,
keluarga, hingga masyarakat sekitar. Kehamilan di usia remaja juga merupakan masalah
serius terhadap kehidupan masa depan dan kesehatan remaja, baik dalam maupun diluar
ikatan pernikahan.
Kehamilan pada usia remaja biasanya berdampak pada kesehatan fisik dan mental. Selain
itu, berdampak pila pada ekonomi, pendidikan, demografi remaja itu sendiri, bayi, keluarga,
hingga masyarakat sekitar. Kehamilan di usia remaja juga merupakan masalah serius
terhadap kehidupan masa depan dan kesehatan remaja, baik dalam maupun diluar ikatan
pernikahan.
KTD adalah singkatan dari kehamilan tidak diinginkaN, istilah kehamilan yang tidak
diinginkan atau KTD mengandung arti sebagai kehamilan yang terjadi saat salah satu atau
kedua belah pihak dari pasangan tidak menginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang
sebenarnya diinginkan tapi tidak pada saat itu. Dimana kehamilan terjadi lebiH cepat dari
yang telah direncanakan.banyak yang berfikir bahwa KTD hanya terjadi pada remaja yaa.tapi
ternya tidak, pada pasangan yang telah menikah pun KTD masih mungkin terjadi,oleh karena
kehamilan yang terjadi memang sedang tidak diinginkan.

KTD ini bisa terjadi akibat telah dilakukannya hubungan seksual, baik yang dilakukan
secara sengaja ataupun tidaksengaja.
beberapa kejadian KTD disebabkan oleh karena:
1. Penundaan dan meningkatnya usia kawin serta semakin mudanya umur saat menarch
( menstruasi pertama kali) hal ini menyebabkan semakin jauhnya jarak saat menstrusi
sampai dengan menikah masa rawan semakin meningkat terbukti adanya meningkatnya
kehamilan diluar nikah

1
2. Kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi serta prilaku seksual yang
menyebabkan kehamilan
3. Tidak menggunakan lat kontrasepsi terutama bagi wanita yang sudah menikah
4. Kegagalan alat kontrasepsi
5. Kehamilan tersebut diakibatkan oleh pemerkosaan
6. Kondisi ibu yang tidak mengijinkan atau menderita penyakit-penyakit tertentu
7. Pertimbangan ekonomi,tidak memiliki biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak
8. Alasan karir atau sekolah karena kehamilan dianggap menghalangi karir atau pendidikan
sekolah
9. Kehamilan karena incest atau masih ada pertalian darah
10. Kondisi bayi yang dikandung cacat atau jenis kehamilannya tidak sesuai keinginan.

Faktor-faktor yang menyebabkan remaja mengalami kehamilan yang tidak


diinginkan,diantaranya antara lain :

1. Kurangnya perhatian dari orang tua, hail tersebut menjadisalah satu penyebab yang
mendasar dimana pola prilaku remaja itu pertama kali dibentuk dalam keluarga
2. Pergaulan, lingkungan sekitar remaja menjadi acuan penting dalam mengespresikan pola
tingkahlaku dimasyarakat jika rema mempunyai pergaulan yang salah yang dapat
menyebabkan dia terjerumus kepergaulan yang salah
3. Perkembangan zaman dengan majunya perkembangan zaman banyak tempatnya
menyediakan saranan bagi remaja lebih mudah mendapatkan hal-hal negatif
4. Kemajuan teknologi , mudahnya remaja untuk mendapatkan Dan memperolah informasi
yang berbau seks dan cara pengaplikasiannya pun dipermudah dengan beragam alat
kontrasepsi yang semakin meningkat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana strategi seorang bidan membantu klien dalam mengambil keputusan?


2. Bagaimana cara yang dilakukan apabila terlanjur hamil (KTD) terutama pada remaja?
3. Apakah dampak negatif KTD pada remaja?

1.3 TUJUAN

1 mengetahui strategi seorang bidan membantu klien dalam mengambil keputusan.


2. mengetahui cara pencegahan dari kehamilan yang tidak diinginkan (KTD).
3. mengetahui dampak negatif KTD pada remaja.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Strategi Membantu Klien Dalam Pengambilan Keputusan


Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi klien untuk
menyelesaikan masalah kegawatdaruratan terutama yang berhubungan dengan kebidanan.
Dalam konseling pengambilan keputusan mutlak diambil oleh klien, bidan hanya membantu
agar keputusan yang diambil klien tepat.
Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan :
1. Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya.beri kesempatan klien untuk melihat
lagi beberapa alternative pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
2. Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan, dengan melihat kembali
keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekuensi negative.
3. Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihan, bantu klien
mencermati pilihannya.
4. Membantu klien menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan masalahnya.
Teori Pengambilan Keputusan
Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi meliputi:
1. Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi pertanyaan “apa yg terjadi?”.
2. Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-akibat.
3. Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola berpikir mengambil pilihan.
4. Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis): didasarkan pada perhatian
peristiwa masa depan, yang mungkin & dapat terjadi.
Inti Pengambilan Keputusan
Berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the best alternative). Pengambilan
keputusan terletak dlm perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang
dalam perhatian & dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut
dilakukan setelah evaluasi/ penilaian mengenai efektifitasnya dlm mencapai tujuan yang
dikehendaki pengambil keputusan.
Langkah dalam pengambilan keputusan yang baik :
1. Identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien.
2. Susunlah daftar kehendak atau pilihan keputusan.
3. Untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya (POSITIF dan NEGATIF)
A. Hal-hal yang perlu ditekankan kepada klien dalam pengambilan keputusan.
1. Hati-hati dan bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan karena berkaitan dengan
masalah kehamilan, persalinan dan masa nifas. Pengambilan keputusan dibuat setelah klien
diberi informasi secukupnya untuk menimbang pilihan sesuai dengan situasinya.
2. Bantu klien dalam pengambilan keputusan dengan memberikan saran yang sesuai dengan
riwayat kesehatannya, keinginan pribadi dan situasi.
3. Keputusan merupakan hak dan menjadi tanggung jawab klien.
4. Konseling bukan proses informasi, melainkan informasi setelah konselor memperoleh data
atau informasi tentang keadaan dan kebutuhan klien dan informasi yang diberikan sesuai
dengan kondisi klien dan kebutuhannya.
B. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan.
1. Fisik
Orang akan mengambil keputusan didasarkan pada pertimbangan fisik. Biasanya
memilih hal – hal yang tidak berat dan memforsir tubuh serta tenaga. Ini tentunya didasarkan
pada rasa yang dialami oleh tubuh seperti rasa sakit, tidak nyaman atau kenikmatan. Ada
kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang sebaliknya
memilih tingkah laku yang menimbulkan kesenangan.

3
2. Emosional
Pengambilan keputusan hanya didasarkan pada pengambilan keputusan atau perasaan,
biasanya hal ini terjadi pada kaum perempuan. Sikap subyektifitas akan mempengaruhi sikap
yang diambil, sehingga orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subyektif
3. Rasional
Pengambilan keputusan secara rasional biasanya didasarkan pada pengetahuan dan
dilakukan oleh orang – orang terpelajar dan intelektual.
4. Praktikal
Didasarkan pada ketrampilan individual dan kemampuan melaksanakannya.
Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan diri melalui kemampuannya dalam
bertindak.
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang ke
orang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberi
hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
C. Tipe pengambilan keputusan
1. Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa – apa
Membiarkan kejadian berlalu, tanpa berbuat apa – apa karena ketidaksanggupan atau merasa
tidak sangup.
2. Pengambilan keputusan intuitif, bersifat segera.
Terasa sebagai keputusan yang paling tepat dan langsung diputuskan.
3. Pengambilan keputusan terpaksa, karena sudah krisis.
Sesuatu yang harus segera dilaksanakan.
4. Pengambilan keputusan reaktif
Seringkali dilakukan dalam situasi marah atau tergesa – gesa.
5. Pengambilan keputusan yang ditangguhkan
Dialihkan pada orang lain, membiarkan orang lain yang bertanggungjawab.
6. Pengambilan keputusan secara hati – hati
Difikirkan secara baik – baik, mempertimbangkan berbagai pilihan.
D. Pemberian informasi efektif
Pemberian informasi efektif bila:
1. Informasi yg diberikan spesifik, dapat membantu klien dalam mengambil keputusan.
2. Informasi disesuaikan dengan situasi klien, dan mudah dimengerti.
3. Diberikan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a. Singkat dan tepat (pilih hal-hal penting yg perlu diingat klien)
b. Menggunakan bahasa sederhana
c. Gunakan alat bantu visual sewaktu menjelaskan
d. Beri kesempatan klien bertanya dan minta klien mengulang hal-hal penting.
Tiga langkah dasar dalam memberikan nasihat atau penyuluhan pada klien:
1) memberi penjelasan, misalnya cara memberi salep mata, mengeringkan telinga, mengobati
luka di mulut, menyiapkan larutan oralit, atau melegakan tenggorok.
2) Memberi contoh, misalnya cara memegang anak pada saat di beri salep mata, menyiapkan
sumbu untuk mengeringfkan telinga, cara mencampur satu bungkus oralit dalam air yang
benar, cara membubuhi gention violet di mulut anak, cara melegakan tenggorok dengan
bahan atau obat yang aman dan dapat dibuat sendiri di rumah.
3) Memberi kesempatan untuk mempraktikan, misalnya cara membubuhi salep pada mata
bayi, mencampur dan melarutkan oralit, memberi dosis pertama anti biotik

4
E. Saat-saat Sulit Dalam Penerapan KIP/K
1. Diam
Makna “diam” (tidak bersuara) antara lain :
– Penolakan atau kebingungan klien.
– Klien dan konselor telah mencapai akhir suatu ide dan semata-mata ragu mengatakan apa
selanjutnya.
– Kebingungan karena kecemasan atau kebencian.
– Klien mengalami sakit dan tidak siap untuk bicara.
– Klien mengharapkan sesuatu dari konselor.
– Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.
– Klien baru menyadari ucapannya dan merupakan ekspresi emosional sebelumnya.
Hal yang harus dipahami saat klien diam :
– Klien tidak mau berbicara selama beberapa waktu klien merasa cemas atau marah.
– Bila terjadi di awal pertemuan setelah beberapa saat, konselor bisa mengatakan : “saya
mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan, biasanya pada pertemuan pertama klien-klien saya
juga merasa begitu. Apakah ibu merasa cemas?”
– Bila klien diam karena marah konselor dapat berkata : “bagaimana perasaan ibu
sekarang?”.
– Bila diam di tengah pertemuan konselor harus memperhatikan konteks pembicaraan dan
menilai mengapa hal ini terjadi. Lebih baik menunggu beberapa saat, beri kesempatan pada
klien untuk mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun tidak nyaman.
– Bila klien diam karena berfikir tidak perlu berusaha memecah kesunyian atau
menunjukkan sikap tidak menerima.
2. Klien Menangis
Tenangkan klien dengan menyentuh badan (menepuk-nepuk bahu atau memegang tangan
klien) secara hati-hati.
3. Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien
– Biasa terjadi jika konselor tidak dapat memecahkan atau membantu menyelesaikan
masalah seperti harapan klien.
– Misalnya pada kasus remaja putri yang ingin aborsi.
– Konselor dapat mengatakan pada klien bahwa dia akan selalu menyediakan waktu untuk
klien menghadapi saat-saat sulit meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaan.
4. Konselor melakukan kesalahan
Hal terpenting untuk menciptakan hubungan baik adalah jujur. Mengakui bahwa konselor
salah dan minta maaf adalah cara untuk menghargai klien.
5. Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien
Konselor dapat mengatakan bahwa ia tidak dapat menjawab pertanyaan klien, tetapi akan
berusaha mencari informasi tersebut untuk klien.
6. Klien menolak bantuan konselor
Ditunjukkan dengan klien enggan bicara. Tekankan hal positif, paling tidak klien telah datang
dan berkenalan dengan konselor, mungkin klien mau mempertimbangkan kembali. Sarankan
untuk melakukan pertemuan lanjutan.
7. Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor
Konselor sebaiknya mengatasi dengan mengatakan : “ orang kadang awalnya merasa lebih
nyaman berbicara dengan seseorang yang sama jenis kelaminnya,
8. Waktu yang dimiliki konselor terbatas.
Konselor memberikan informasi beberapa saat sebelum pertemuan, meminta maaf, menjelaskan
sebab keterbatasan waktunya, dan menunjukkan konselor berharap bertemu klien pada pertemuan
selanjutnya.
9. Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik

5
Konselor meminta pendapat kepada teman sesame petugas klinik untuk mengamati
pertemuan dan melihat dimana letak kesulitannya, apakah ada sikap klien yang membuat
konselor merasa ditolak klien.
10. Klien dan konselor sudah saling mengenal
Konselor melayani seperti pada umumnya, tekankan bahwa kerahasiaan akan tetap terjaga,
jelaskan bahwa konselor akan bersikap sedikit berbeda dengan sikap diluar konseling
terhadap klien sebagai temannya.
11. Klien berbicara terus dan yg dibicarakan tidak sesuai topic
Potong pembicaraannya setelah beberapa saat bila klien terus menerus mengulang
pembicaraannya.
12. Klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor.
Nyatakan pada klien bahwa cerita konselor tentang dirinya tidak akan membantu klien, oleh
karena itu lebih baik tidak bercerita.
13. Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.
Sebaiknya jujur kepada klien, terutama bila konselor bereaksi secara emosional pada klien,
karena klien akan mengamati hal itu.
14. Keadaan kritis
Komunikasikan dengan tegas tapi sopan keadaan darurat kepada keluarga. Berikan
penjelasan dengan singkat tapi jelas langkah-langkah yang harus dilakukan bersama untuk
mengatasi keadaan.
F. Upaya untuk mengatasi kesulitan
1. Tiap individu memahami dirinya, dengan memahami diri sendiri maka akan bisa mengatasi
kesulitan-kesulitan bidan sendiri.
2. Untuk memperlancar komunikasi siapkan materi, bahan, alat untuk mempermudah
penerimaan klien.
3. Menguasai ilmu komunikasi, sehingga dapat melakukan konseling pada semua klien
dengan bermacam karakter dan keterbatasan mereka.
4. Meletakkan kearifan sebagai dasar kepribadian konselor aktif.
Kearifan merupakan satu perangkat cirri kognitif dan afektif tertentu yg secara
langsung pada ketrampilan dan pemahaman hidup. Karakteristiknya meliputi :
a. Aspek afektif dan kesadaran meliputi empati, kepedulian, pengenalan rasa, deotomatisasi
(menolak kecenderungan kebiasaan, perilaku dan pola berfikir otomatik, menekankan
kesadaran tindakan dan pilihan yang bertanggungjawab).
b. Aspek kognitif meliputi penalaran dialetik (mengenal konteks, situasi, berorientasi pada
perubahan yang bermanfaat.
G. Kesulitan Saat Konseling
Beberapa kesulitan tersembunyi yang disadari oleh konselor, terutama konselor
pemula. Antara lain :
1. Berusaha terlalu banyak dan terlalu dini
2. Lebih banyak mengajar daripada membina hubungan
3. Penerimaan yang berlebihan
4. Menampilkan masalah konseling pada orang yang tidak berpengalaman.
5. Kecenderungan untuk menampilkan kepribadian konseling.
6. Merenungkan setelah sesi yang sulit.

2.2 cara yang dilakukan apabila terlanjur hamil (KTD) terutama pada remaja??
Pertama-tama yang harus dilakukan ialah :
Memastikan apakah kehamilan yang kamu alami memang benar kehamilan yang
tidak diinginkan (KTD) atau bukan.selanjutnya jika ternyata kehamilan memang KTD kamu
dapat mempertimbangkan beberapa hal ini apakah kamu ingin melanjutkan kehamilan atau

6
tidak jika memutuskan untuk meneruskan kehamilannya maka perlu dipikirkan apakah akan
menikah,membesarkan anak seorang diri,ataupun memberikan anak tersebut untuk
diadopsi.jikaremaja tersebut harus memiliki kesiapan keuangan untuk menjamin
kesejahteraan anaknya, memiliki kesiapan mental ataupun kejiwaan untuk dapat menerima
dan memelihara anaknya denan penuh perhatian dan kasih sayang, serta mampu
mengantisipasi kendala yang mungkin ada dilingkungan dan beradaptasi dengan lingkungan
itu sendiri, sehingga dapat hidup sehat dan layak.

Jika memutuskan untuk tidak meneruskan kehamilannya maka perlu


dipertimbangkan risiko yang akan dihadapi kemungkinan timbulnya penyesalan dan perasaan
bersalah kemungkinan terjadinya infeksi yang mengakibatkan peradangan dan resiko
kemungkinan timbulnya kemandulan.maka dari itulah carilah informasi,agar kamu tau
kemana kamu dapat mencari pertolongan yang tepat dan aman.

2.3 Dampak negatif KTD pada remaja


Kehamilan pada usia remaja apalagi disebabkan oleh hubungan seks pranikah dapat
menjadi trauma kejiwaan terhadap remaja putri teruttama bagi yang mengalami pertama kali
hal ini dikarenakan perkembangan kejiwaannya belum stabil
Resiko kehamilan pada remaja ditinjau dari aspek kesehatan antara lain dapat mengakibatkan
bayi dengan berat badan rendah dari kematian perinatal. Sedangkan bagi ibu dapat
menyababkan terjadinya abortus,perdarahan persalinan sulit dan lain-lain.
Remaja yang hamil amat berisiko menderita keracunan kehamilan (preklamsia dan eklamsia)
disproporsi kepala bayi dengan tulang-tulag jalan lahir oleh karena tulang-tulang panggulnya
belum tumbuh dengan sempurna. Remaja yang hamil juga kurang pengawasan.

selama kehamilan dan persalinan,akibatnya sering kekurangan nutrisi pada remaja tersebut
maupun janin yang dikandungnya. Sedangkan dari aspek sosial kehamilan tidak diinginkan
dapat mengakibatkan remaja tersebut menarik diri dari pergaulan sosial dari sekolah keluarga
dan masyarakat serta terjadi kecemasan terhadap kehamilannya.

7
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi klien untuk
menyelesaikan masalah kegawatdaruratan terutama yang berhubungan dengan kebidanan.
Dalam konseling pengambilan keputusan mutlak diambil oleh klien, bidan hanya membantu
agar keputusan yang diambil klien tepat. Oleh karena itu seorang bidan harus mampu
memahami keadaan klien, sehingga dalam pengambilan keputusan, klien bisa mengambil
keputusan yang terbaik untuk dirinya.

KTD adalah singkatan dari kehamilan tidak diinginka, istilah kehamilan yang tidak
diinginkan atau KTD mengandung arti sebagai kehamilan yang terjadi saat salah satu atau
kedua belah pihak dari pasangan tidak menginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang
sebenarnya diinginkan tapi tidak pada saat itu. Dimana kehamilan terjadi lebiH cepat dari
yang telah direncanakan.banyak yang berfikir bahwa KTD hanya terjadi pada remaja yaa.tapi
ternya tidak, pada pasangan yang telah menikah pun KTD masih mungkin terjadi,oleh karena
kehamilan yang terjadi memang sedang tidak diinginkan.
Kehamilan pada usia remaja apalagi disebabkan oleh hubungan seks pranikah dapat
menjadi trauma kejiwaan terhadap remaja putri teruttama bagi yang mengalami pertama kali
hal ini dikarenakan perkembangan kejiwaannya belum stabil. Resiko kehamilan pada remaja
ditinjau dari aspek kesehatan antara lain dapat mengakibatkan bayi dengan berat badan
rendah dari kematian perinatal. Sedangkan bagi ibu dapat menyababkan terjadinya
abortus,perdarahan persalinan sulit dan lain-lain. Remaja yang hamil amat berisiko menderita
keracunan kehamilan (preklamsia dan eklamsia) disproporsi kepala bayi dengan tulang-tulag
jalan lahir oleh karena tulang-tulang panggulnya belum tumbuh dengan sempurna. Remaja
yang hamil juga kurang pengawasan

3.2 SARAN

Diharapkan untuk menjadi seorang bidan (konselor ) yang baik, kita harus memiliki
kualitas pribadi serta pengetahuan yang luas,perilaku yangbaik,dan keterampilan yang
terapeutik agar dapat memegang peranan pentingdalam proses KIP/K (komunikasi
interpersonal/konseling) didalammenjalankan profesi untuk menjadi seorang Bidan
Profesional. Serta sebagai seorang wanita kita harus lebih memperhatikan penjagaan diri dari
perilaku-perilaku yang bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti pembahasan
diatas kehamilan yang tidak diinginkan akibat kurangnya penjagaan diri dan pengetahuan
yang dimiliki seorang wanita.

8
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono,Sarlito.W.1997.Psikologi Remaja.Raja Grafindo Persada : Jakarta.


BKKBN.2014.Buku Pegangan Kader BKR tentang Delapan Fungsi Keluarga. Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional:Jakarta
http://monaalfanny.wordpress.com//2012/11/30/remaja-ktd/
Yulifah, yuswanto. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan. Jakarta:Salemba
Medika.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2002. Komunikasi Efektif . Jakarta:Depkes RI
Johan T.A, dkk. 2009. komunikasi dan konseling dalam kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai