Anda di halaman 1dari 7

Sejarah kerajaan balanipa

Nama kelompok : siti rahma

: purnama

: muhdar

Kata pengantar

Daftar isi

Bab 1 pendahuluan

A.Latar belakang

B. Rumusan masalah

C.Tujuan

D.metode penelitian

Bab 2 kerajaan balanipa

A. kesimpulan

B. kritik dan saran

C. Daftar pustaka

D. Lampiran
Pendahuluan

a. leluhur

leluhur orang balanipa yang juga adalah leluhur orang mandar secara keseluruhan yang terdiri

dari “Pitu Ba’bana Binanga” (tujuh kerajaan yang bermukim diseputar muara sungai) yang

disingkat PBB yang juga disebut sebagai kelompok pertama dan “Pitu ulunna salu” (tujuh

kerajaan yang bermukim diseputar hulu sungai / pengunungan) yang disingkat PUS yang juga

disebut sebagai kelompok kedua dan beberapa kerajaan lainnya , baik kerajaan besar

maupaun kerjaan kecil termasuk dengan wilayah palili atau pallili yang keduanya berarti

penyanggah sebagai satu rumpun keluarga karena berasal dari satu leluhur, oleh karena itu

dalam membicarakan leluhur orang mandar karena balanipa adalah bagian integral dari

mandar itu sendiri sekaligus sebagai ketua persekatan yang kemudian mendapat gelar

“Arayang” (yang dibesarkan).

Dalam salah satu naskah lokal (lontar) dimandar ditemukan keterangan yang menyatakan

bahwa manusia pertama yang datang di mandar adalah seorang yang mendarat dihulu “sungai

saddang” sementara ada pula pendapat lain menyatakan bahwa tomakaka yang pertama

menetap di Ulu’ saddang. Keterangan ini memberikan petujuk bahwa pemukiman di mandar

telah berlangsung jauh sebelum terjadi penurunan permukaan laut (Masa Glasial). Selain itu

juga ada pula pemahaman bahwa penduduk yang menghuni daerah ini adalah kelompok

migran yang datang dari daerah lain yang diperkirakan berdasarkan bukti peninggalan sejarah

yaitu berasal dari daratan daerah cina selatan yang kemudian menetap dan membangun

persekutuan masyarakat , yang awal kedatangnnya mendarat didaerah mamuju yaitu sampaga

kalumpang , Tasiu dan Toangsang serta daerah lainya (saat itu daerah dan wilayah tersebut

belum bernama), Merdeka kemudian menyesuaikan dengan kondisi alam dimana ia menetap
Gambaran proses politik dengan konsep manusia petama di mandar adalah konsep

“Tomanurung” artinya orang yang turun dari langit (de’ uit den hemel neergedaalde) atau

orang yang tiba-tiba muncul tampa diketahui dengan pasti dari dari mana ia datang akan

tetapi mempunyai kelebihan bahkan ada yang mengatakan bahwa dia sangat sakit manraguna

, menurut kepercayaan disaat penduduk mandar masih menganut paham animisme atau

paham. Agama buhda dan hindu dan konsep ini merupakan mitos yang menjadi keoercayaan

orang mandar dahulu hingga saat ini. Mitos tentang “ Tomanurung “ juga mengandung

konsep pengakuan ketaatan terhadap kekuasaan raja-raja yang berasal dari langit (hemelschen

oorsprong) atau ia adalah jelmaan dewa yang menitis kedunia yang ditempatkan menjadi

tokoh pemersatu yang berhasil memulihkan kehidupan masyarakat dan membangun tatanan

pemerintah bersifat kerajaan yang terorganisir dalam bentuk monarkhi akan tetapi pemerintah

yang bersifat raja (Mara’dia) sebagai pemegan kendali politik yang tidak memiliki kekuasaan

mutlak sebagai layaknya seorang raja yang berkuasa penuh karena selain pemerintah

(kerajaan) di balanipa khususnya dan mandar pada umumnya , juga dibentuk pula dewan

hadat ( lembaga adat ) yang berfungsi mengontrol kewenangan pemegan kendali politik

Dalam beberapa lontar yang ada di mandar sepakat penunjuk bahwa manusia pertama yang

berkembang di mandar ditemukan di HUlu sungai saddang dan meraka adalah para

“Tomanurung “ (orang yang turun dari langit atau juga disebut turun dari kayangan ) yang

bernama “Tobisse Ditallang “ (orang yang muncul dari kedalam air) dan kemudian beranak

tujuh orang yang salah satuanya bernama “ Panggakapadang”, dan kemudian melahirkan

sebelas anak yang diantaranya adalah sebagai berikut:

a.Daeng Tumana

B.Lamber susu (lombeng susu)

c. Daeng Mangana
d. Sahalima

e. Palao

f. To Andiri

g. Daeng Palulung

h. Todipikung

i. Tolambana

j. Tapani Bulu

k. Topali

Dari sebelas anak tersebut diatas yang kemudian menyebar keseluruh penjuru dalam wilayah

mandar dan yang paling menonjol keberadaannya adalah Topali yang melahirkan

Todipaturung Dilangit dan Lember Susu yang menetap di kalumpang mamuju yang dalam

catatan sejarah menurungkan 41 (empat puluh satu) Tomakaka yang kembali menyebar

dalam wilayah mandar kemudian mengadakan kawin marwin dengan keturunan

Todipaturung di langi untuk tampil sebagai pemimpin dalam beberapa kerjaan di mandar.

Dalam catatan lain disebut bahwa “Tobisse di Tallang” (orang yang datang dari kedalaman

air) yang melahirkan tujuh anak, salah satu diantaranya bernama “Pangkopadang” yang

kawin dengan “Torijene” (orang yang datang dari kedalaman air) ada juga pendapat yang

menyatakan bahwa Pangkopadan kawin dengan “Sanre Bone’ yang kemudian melahirkan

anak berjumlah sebelas orang diantaranya : “Tobabinna ana” Pangkopadan” (anak

kesayangan pangkopadan) penduduk Pitu Ba’bana Binanga dan Pitu Ulunna Salu serta Arua

Tapparittina Uwai dan dearah Palli


Dalam catatan sejarah tersebut tidak ditulis kepada siapa Tobabinna anak Pangko Padang

kawin yang selanjutnya melahirkan anak yang disebut “Pa’doran” lalu kemudian “Pa’doran”

melahirkan anak bernama “Lember Susu” (buah dada panjang) dan anak kedua dari

Tobabinna anak pangko padang yaitu yang disebut Topali yang kemudian melahirkan

seorang yang bergelar “To dipaturung di Langi “” (orang yang diturunkan dari langit) yang

kawin dengan “Tokommbang di Bura” (orang yang lahir dari busa air) dari hasil perkawinan

ini melahirkan genarasi yang sampai pada seseorang yang disebut “Tiura-urra” lalu

melahirkan diantaranya yaitu anak bertama bernama “luluaya” yang artinya anak sulung dan

adiknya “Irerasi” yang artinya berleher indah karena lehernya seakan bergaris-garis yang juga

disebut “Membaro Pamengan” (berleher bagaikan barang antik) ibu kandung dari karaeng

Tumapparisi Kallona” sombaiya ri Gowa ke IX (raja gowa yang ke IX), dan yang bungsu

bernama “Iweappas” yang juga disebut “Itabittoang” (orang yang bersinar bagai bintang

dilangi), yang kawin dengan anak Tomakaka di lemo yaitu “puang di Gandang” maka

lahirnya Imanyambungi yang juga bernama “Tomaurra” (manusia yang selalu membuat

orang berkumpul segera bubar) yang kemudian setelah wafat bergelar ‘Todilaling” yang

memiliki dua pengertian yaitu pertama adalah orang yang dibawa berulankali dan yang kedua

adalah orang yang dianatar depan segalah berbagai macam keperluan dan dia adalah I cika

bakal bangsawan di Balanipa mandar

Dari sumber cerita rakyat, ada juga manusia sebelas persi Tabulahan yang menurut sumber

ini juga adalah anak cucu dari Pangkopadang yang manatap di Ulu salu yaitu lima orang

terdiri dari.

a. Daeng Tumana

b. Dareng Matana

c. Tammi
d. Tajoong

e. Salahama

Dan enam orang diantaranya berkembang, di Pitu Ba,bana Binanga, yang terdiri dari:

a. Daeng Mallulung di Taramanu

b. Tola’binna di Kalumpang

c. Makkendaeng di Mamuju

d. Tokarmbatu di Simboro

e. Tambulubassi di Tappalang

f. Tokayyang Pudung di Mekkatta

Dari beberapa versi yang penulis uraikan diatas yang masing-masing mempunyai dasar untuk

layak dipercaya namun pada seminar sejarah Mandar yang berlangsung di Tinambung

Balanipa Polewali Mandar (dahulu Polewali Mamasa ) mementapkan bahwa nenek moyang

orang mandar berasal dari hulu sungai saddang , yaitu Pangkopadang sebagia cikal bakal (deo

pricther) penduduk yang mrndiami kawasan Mandar yang dalam perjalanan selanjutnya oleh

generasi mereka terjalin kembali hubungan kekerabatan dengan kawin marwin diantara satu

dengan yang lainya.

Dari sumber yang sedikit berbeda sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, tidak perlu

dipersoalan apalagi untuk dipertentangkan karena semuanya memiliki bukti yang cukup kuat,

sehingga para budayawan dan peneliti sejarah sepakat menunjuk Pangkopadang yang kawin

dengan “Torije’ne” sebagai nenek moyang orang mandar, Karena dari padanyalah lahir

manusia sebelas bersaudarah yang kemudian menyebar keberbagai penjuru di Mandar, dan

itulah nenek moyang manusia yang berkembang di Pitu Ulunna Salu dan Pitu Ba’bana
Binanga serta Arrua Tapparittina Uwai dan daerah palili yang terdiri dari Binanga Karaeng di

selatan , Basokang di timur dan pualu salisingan dibarat serta Lalombi diutara.

Anda mungkin juga menyukai