1, (2012) 1-6 1
Abstrak—DPPU (Depot Pengisian Bahan Bakar Pesawat Pada DPPU Pertamina Juanda masih terdapat beberapa
Udara) merupakan salah satu fasilitas vital di bandar udara. titik atau node yang sistem safety-nya belum bekerja secara
Bahan bakar pesawat yang dijual di DPPU Pertamina adalah optimal. Untuk mengantisipasi kejadian berbahaya yang
Avtur jenis Jet A-1 yang merupakan bahan bakar untuk jenis mungkin terjadi pada saat sistem sedang bekerja maka
pesawat komersial yang memiliki titik nyala sekitar 38oC. Lokasi
yang menjadi tempat penelitian ini adalah DPPU pada Bandar
diperlukan sistem pengaman pada lokasi yang belum
Udara Juanda Surabaya. Masih terdapatnya beberapa titik yang terproteksi yang mampu mendeteksi dan mencegah terjadinya
belum terpasang sistem safety menjadi latar belakang keadaan out of control. Salah satunya adalah dengan
dilakukannya penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah memberikan suatu Safety Instrumented Function (SIF) yang
merancang suatu Safety Instrumented System (SIS) yang mampu berupa sensor, logic solver serta aktuator sebagai safety
mencegah kegagalan proses dan mengembalikan proses ke instrumented system
kondisi normal. Sehingga dari permasalahan yang ada, dalam penelitian ini
Proses pertama yang dilakukan adalah analisa Hazard And dirancang suatu Safety Instrumented System untuk
Operabilty Study (hazop) untuk mengidentifikasi titik – titik meningkatkan sistem keamanan di DPPU Pertamina Juanda
mana saja yang memiliki tingkat hazard tinggi dan masih belum
dan untuk mengantisipasi terjadinya kejadian yang tidak
memiliki sistem proteksi. Didapatkan 2 titik yang akan menjadi
fokus pada penelitian ini yaitu pada jalur refluks dan pada filter. diinginkan atau kondisi bahaya dengan menggunakan Hazard
Proses perancangan dimulai dengan penentuan nilai target Safety and Operabilty Study (hazop) sebagai analisa bahaya.
Integrity Level (SIL) yang ingin dicapai dan jenis Safety
Instrumented Function (SIF) yang digunakan sebagai penyusun
SIS ditentukan. SIS dimodelkan pada software simulasi II. URAIAN PENELITIAN
komputasi untuk diintegrasikan dengan sistem Basic Proces A. Deskripsi Proses di DPPU Pertamina Juanda
Control System (BPCS) dimana SIS akan diimplementasikan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa SIS mampu bekerja DPPU PERTAMINA menyuplai bahan bakar yang berasal
untuk mencegah kegagalan proses dan mengembalikan proses ke dari storage tank menuju header yang berada di apron. Tipe
kondisi normal. Nilai Probability Failure On Demand (PFD) total pengisian bahan bakar di bandar udara Juanda ini
untuk masing-masing SIS yaitu di jalur reflux dan filter sebesar menggunakan tipe pengisian dengan menggunakan pipa
0.0300 dan 0.056 yang berarti SIS pada 2 titik ini digolongkan bawah tanah di bawah hydrant dan selain itu juga
pada Safety Integrty Level (SIL) 1 menggunakan mobil pengangkut bahan bakar avtur yang
disebut refueler tank.
Kata Kunci— Pengujian, Safety Instrumented System, Safety
Integrity Level
I. PENDAHULUAN
bahan bakar tidak dapat dilakukan bersamaan pada 1 tank, C. Penentuan Target Safety Integrity Level
karena apabila valve inlet membuka, maka valve outlet akan Berdasarkan tinjauan proses dan hasil wawancara dengan
menutup, dan begitupun sebaliknya apabila valve outlet yang pihak maintenance DPPU Pertamina saat pengambilan data di
membuka maka valve inlet akan menutup. Jumlah pengiriman plant, maka SIS yang akan dirancang memiliki nilai Safety
bahan bakar bergantung dari permintaan. Integrity Level (SIL) 1. Proses di plant DPPU Pertamina ini
DPPU memiliki 5 pompa dalam kondisi 4 beroperasi dan 1
berupa sistem On/Off yang berarsitektur 1oo1, yang ditandai
sebagai cadangan. Semakin banyak bahan bakar yang
dengan sensor tunggal, dan aktuator tunggal [3].
dikirimkan, semakin banyak pula pompa yang beroperasi.
Untuk penyalaan pompa pertama (ke-1) digunakan pressure di D. Jalur Reflux
hydrant pit sebagai trigger. Pressure normal di hydrant dijaga Jalur ini digunakan untuk mengembalikan aliran fluida ke
sekitar 11.5 bar. Apabila pressure turun hingga 7 bar yang arah inlet pompa. Terdapat 1 loop pengendalian dengan
menandakan ada permintaan bahan bakar, maka pompa instrumen yang digunakan yaitu flow transmitter, flow
pertama akan menyala. Selanjutnya, apabila flow transmitter controller serta flow control valve pada jalur ini. Flow control
membaca flowrate yang dikirimkan mencapai 150 m3/jam valve akan membuka apabila flow yang terukur pada flow
maka pompa kedua (ke-2) akan menyala, apabila flowrate transmitter yang berada di header mencapai 68 m3/jam ke
mengalami peningkatan 150 m3 / jam menjadi 300 m3/jam bawah. Bahan bakar akan dialirkan melalui jalur reflux apabila
maka pompa ketiga (ke-3) akan menyala dan begitu kecepatan menurun, tujuannya adalah supaya kelebihan bahan
seterusnya hingga pompa keempat (ke-4). bakar yang disedot oleh pompa tidak bertumpuk di header,
Bahan bakar yang dikirimkan ke pesawat harus benar- sehingga aliran fluida berputar – putar di jalur pompa.
benar dipastikan bebas dari kandungan air dan partikel- Spesifikasi pompa mengharuskan aliran untuk mengalir
partikel impuritas lainnya. Terdapat beberapa penyaring atau dengan kecepatan 68 m3/jam, sehingga di jalur reflux ini
filter water separator yang berfungsi untuk menyaring air dan diberikan sebuah loop pengendalian untuk mengatur bukaan
kotoran – kotoran yang terkandung dalam avtur. Bahan bakar control valve supaya kecepatan aliran tetap berada pada
yang dikirimkan ke header akan diputar balik melalui jalur kecepatan tersebut. Jenis control valve yang menggunakan
reflux untuk menghindari adanya kelebihan aliran di header motor sebagai penggeraknya membuat control valve ini
selain itu juga untuk mempersiapkan pompa apabila masih kurang cepat memberikan respon saat flow controller
terdapat permintaan. Aliran tidak serta merta berhenti ketika memberikan perintah, sehingga kemungkinan jalur ini untuk
permintaan telah selesai namun dibiarkan mengalir berputar mengalami overpressure sangat tinggi. Sesungguhnya jalur
kembali ke inlet pompa selama 1 menit. Apabila flow pada reflux ini telah memiliki sistem proteksi berupa jalur bypass,
header menurun hingga 68 m3/jam maka FCV di jalur reflux namun tidak terkontrol secara otomatik dan masih bersifat
akan membuka untuk mengalirkan fluida sisa dari header manual. Tentu saja hal ini membuat sistem ini tidak mampu
kembali ke jalur inlet pompa. di jalur ini flow dijaga minimum mencegah terjadinya bahaya secara cepat. Berikut ini
68 m3/jam. Hal ini merupakan ketentuan dari spesifikasi merupakan gambar process flow diagram dari sistem
pompa, sehingga terdapat 1 loop pengendalian pada jalur pengisian bahan bakar beserta jalur refluxnya.
reflux untuk mengendalikan laju aliran fluida yang akan
Header A
FT PCV
masuk ke pompa. PT
Filter
TI
F
PI MOV
Pompa A
berikut: PT I-9
I-21 F
Tank F
tidak dapat tersaring dan masih memiliki kandungan air serta 𝜆𝜆𝜆𝜆𝜆𝜆𝜆𝜆𝜆𝜆𝜆𝜆𝜆𝜆𝜆𝜆 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑔𝑔𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 =
kotoran-kotoran. Terdapat beberapa filter dengan lokasi yang 2
berbeda-beda, 5 diantaranya yaitu filter F102-A dan F102-E (2)
yang berlokasi di dekat pompa. Filter sering sekali mengalami
1
over-pressure difference, karena tidak terdapat sistem 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 = (3)
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
pengendalian di dalamnya. PD hanya dipantau melalui
pressure differential gauge yang terpasang di lokal. Berikut ini dimana:
merupakan gambar process flow diagram (PFD) filter. PFDavg_element = Probability Failure on Demand
Average
λ = Laju kegagalan (failure rate)
TI = Interval time / test function (hour)
PDG RRF = Risk Reduction Factor
LS
PT
Tabel 1.
Tingkatan SIL dengan nilai PFD dan RRF [3]
Filter
V-1
Pompa
ketentuan dari spesifikasi pompa. Control valve yang Dari gambar tampak bahwa variabel proses yang diukur
digunakan pada loop pengendalian ini adalah jenis motor adalah flow yang akan masuk ke inlet pompa. Pada gambar
operating valve yang menggunakan motor sebagai tersebut tampak jelas perbedaan antara fungsi BPCS dengan
penggeraknya. Menurut hasil wawancara dengan operator di SIS. Dimana BPCS bekerja sebagai sistem kendali utama yang
sana FCV yang digerakkan dengan motor seringkali terlambat mengendalikan flow fluida yang akan masuk ke inlet pompa
memberikan respon ketika controller memberikan instruksi berdasarkan error set point yang diperoleh dari measured
opening, sehingga fluida tertimbun di depan control valve dan variable. Flow transmitter BPCS berfungsi sebagai sensor
terjadi overpressure di jalur tersebut. Hal ini cukup yang mengukur laju aliran fluida dan hasil pengukuran
membahayakan mengingat fluida yang dialirkan adalah bahan tersebut akan diumpan balik untuk menentukan error. Error
bakar jenis avtur Jet-A1 yang memiliki flash point 38oC. yang didapat akan menjadi inputan controller BPCS untuk
mengatur laju aliran fluida dalam hal ini adalah avtur supaya
B. Safety Instrumented System Pada Jalur Reflux
dapat mendekati set point dengan mengatur opening control
Berdasarkan analisa hazop, ditentukan safety instrumented valve BPCS.
function yang sesuai dengan kondisi real plant di jalur reflux. SIS disini berfungsi untuk mengambil alih sistem kontrol
Berikut ini Safety Instrumented Function yang menjadi apabila terjadi kejadian yang tidak diinginkan yaitu flow
penyusun Safety Instrumented System yang akan dirancang. control valve terlambat merespon atau bahkan tidak mampu
• SIF sensor : flow switch membuka sehingga fluida terhambat mengalir dan terjadi
• SIF logic solver: safety PLC lonjakan tekanan di depan flow control valve.
• SIF final element: bypass valve type ball valve.
C. Pengujian Safety Instrumented System Pada Reflux
Pengujian ini merupakan pengujian SIS yang dilakukan
pertama kali. Prinsip kerja dari SIS ini adalah flow switch akan
men-sensing adanya perubahan flow pada keluaran control
valve, perubahan flow yang dimaksudkan di sini adalah
penurunan laju aliran yang keluar dari control valve,
selanjutnya apabila flow menurun hingga titik dibawah nilai
Gambar. 6. Blok SIS yang disimulasikan pada software simulasi komputasi.
setpoint maka flow switch akan memerintahkan logic solver
SIS untuk meng-interlock dan mengambil alih sistem.
Pada diagram blok di bawah ini disertakan komponen BPCS, Bersamaan dengan itu, valve pada jalur bypass akan membuka
hal ini dimaksudkan untuk membedakan sistem yang bekerja dan mengembalikan flow pada setpoint dan aliran yang
pada jalur reflux. menumpuk di jalur reflux dapat dialihkan melalui jalur bypass.
Flow
Switch
70
(SIS)
Logic Bypass
Solver valve
60
(SIS) (SIS)
Manipulated
Variable
Error 50
_ Flow Control Pipa
Laju Aliran (m3/jam)
Flow Controller
Valve (laju aliran)
(BPCS)
+
(BPCS) 68 m3/jam 40
30
Measured Variable
Flow Trasmitter 20
(BPCS)
10 Laju Aliran
Gambar. 7. Diagram Blok Integrasi BPCS dan SIS. Set Point
0
0 200 400 600 800 1000
Waktu (detik)
Gambar. 9. Grafik respon sistem ketika valve mengalami gagal membuka.
70
60
Laju Aliran Fluida (m3/jam)
50
40
Gambar. 4. Blok SIS filter yang dsimulasikan pada software simulasi
30 komputasi.
5.5
4.5
4
0 5 10 15
waktu (detik)
Gambar. 13. Grafik respon SIS saat PD mencapai batas maksimum
Setelah dicek dapat diketahui apakah filter membutuhkan • Hasil pengujian dengan software simulasi komputasi yang
penggantian elemen atau hanya memerlukan proses cleaning, tampak dari grafik respon SIS di masing-masing titik
sehingga apabila digunakan kembali nilai pressure difference menunjukkan bahwa SIS yang dirancang mampu
kembali normal dan tidak berpotensi bahaya. mencegah dan memitigasi bahaya.
• Setelah dilakukan perhitungan nilai Safety Integrity Level
F. Nilai Safety Integrity Level (SIL) dengan metode kuantitatif, didapatkan nilai
Probability Failure On Demand (PFD) total untuk
Setelah dilakukan perhitungan nilai Probability Failure On
masing-masing SIS yaitu di jalur reflux dan filter sebesar
Demand (PFD) pada masing-masing komponen SIS dan
0.0300 dan 0.056 yang berarti SIS pada 2 titik ini
kemudian dijumlahkan, maka diperoleh nilai PFD total untuk
digolongkan pada Safety Integrty Level (SIL) 1
tiap loop SIS yang tampak pada tabel berikut ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] ANSI/ISA-84.01, “Application of Safety Instrumented Systems for the
Process Industries”, Research Triangle Park, NC: American National
Standard Institute (1964).
[2] Fang,Laihua., Wu,Zongzhi., Wei, Lijun and Liu, Ji, “Design and
Development of Safety Instrumented System”, Proceedings of the IEEE
Int. Conf. on Automation and Logistics (2008)
[3] Goble, M. William, Harry Cheddie, “Safety Instrumented System
Verification” Practical Probabilistic Calculations. United State of
America: ISA (2005) 102
[4] IEC- 61882, “Hazard And Operability Studies (Hazop Studies)-
Application Guide”, Geneva: International Electrotechnical Commission
(2001).
[5] Macdonald, Dave, “Practical Hazops, Trips and Alarms”, Cape Town:
An imprint of Elsevier (2004). 97-129
[6] Pranadjaja, Vicky, Wilda Asmarini. (2011, March 06). Pendapatan
Avtur Pertamina Diperkirakan Melampaui Target. Available:
http://www.indonesiafinancetoday.com