ANALISIS TEKNIKAL
Tujuan Pembelajaran
Dalam pandangan analisis teknikal, semua faktor fundamental sudah masuk ke dalam
dan dipresentasikan oleh harga yang terbentuk, sehingga tidak lagi perlu
mempertimbangkan segi fundamental suatu saham. Setelah terjadi pembentukan harga,
maka adalah mubazir untuk memperhatikan segi fundamental yang menyebabkannya.
Yang diperlukan adalah justru kemampuan membaca dengan benar arah yang akan
diambil oleh harga. Pekerjaan dalam analisis teknikal baru dimulai setelah harga
terbentuk di bursa.
Peranan Spekulan
Memang bursa saham juga menarik para spekulan yang tidak berminat
untuk berinvestasi dengan menahan saham untuk jangka panjang, atau
membeli produk secara fisik dengan menjualnya sebelum tiba tanggal
penyerahannya, sehingga likuiditasnya semakin meningkat lagi. Para
spekulan ingin menarik keuntungan dari kenaikan harga yang ditimbulkan
pada proses peningkatan nilai ekonomis yang sedang terjadi, sekaligus
menghasilkan peningkatan likuiditas yang menjadikan bursa sebagai pusat
ekonomi yang lebih memikat.
Likuiditas adalah tidak lain daripada jumlah peserta bursa yang terdiri dari
para investor saham dan pedagang komoditi dan memang akan
meningkat karena kehadiran para spekulan juga. Meskipun demikian
istilah spekulan tidak harus mengandung arti spekulasi yang
memaksudkan sikap untung-untungan, karena hanya menunjuk kepada
golongan peserta bukan investor saham dan bukan pedagang komoditi
juga.
Harga dan volume yang terbentuk dalam arus waktu akan menghasilkan
grafik yang bila dibaca dengan tepat akan bisa memberikan petunjuk
mengenai arah pergerakan selanjutnya sehingga para pelaku bursa bisa
terbantu untuk mengambil keputusan yang benar mengenai tindakan jual-
beli yang harus dan akan diambilnya kemudian. Adalah pada pembacaan
grafik ini manakala pelaku bursa sudah mulai melaksanakan suatu analisis,
yang tidak mungkin bisa terjadi bila pendekatan yang ditempuh adalah
judi atau untung-untungan secara murni belaka.
Bila ingin diadakan analisis yang lebih terinci dan luas, maka dapat dibuat
penghitungan lebih rumit tentang kinerja perusahaan publik yang
merupakan emiten sahamnya, atau dilaksanakan pengamatan peristiwa
yang menyangkut cuaca dan perkembangan ekonomi serta sosial-politik
untuk komoditi yang sedang digelutinya.
masa yang akan datang. Pola historis ini dapat terlihat dari
waktu ke waktu digrafik. Pola-pola ini mempunyai makna
yang dapat diinterprestasikan untuk memprediksikan
pergerakan harga.
TREND
Trend merupakan salah satu prinsip analisis teknikal yang
paling sering digunakan. Analis berpendapat bahwa harga
bergerak dalam suatu trend. Trend harga ini dapat naik, turun
atau mendatar.
MOVING AVERAGE
Moving Average adalah rata-rata harga pada periode waktu
tertentu. Untuk menghitung moving average ini Anda harus
terlebih dahulu menentukan periode waktu, misalnya N hari dan
Anda harus memiliki data sebanyak minimal N hari tersebut.
STOCHASTIC OSCILATOR
Stochastic Oscilator dikembangkan oleh George C. Lane dan
sangat popular di kalangan para investor, khususnya yang
berorientasi jangka pendek, walaupun tetap efektif jika
Untuk gerak balik lembah, yang terjadi adalah sebaliknya dan tidak begitu
sulit untuk membayangkannya. Harga penutupan yang cenderung berada
berdekatan dengan harga terrendah selama beberapa periode
sebelumnya, pada saat gerak balik terjadi, akan melibatkan kenaikan yang
tajam disertai volume yang tinggi.
Yang perlu diperhatikan adalah sasaran harga yang dimulai dari titik
penembusan dan berjalan minimal sejauh jarak antara puncak dan lembah
pola ini.
Berikut ini adalah pola gerak balik berupa kepala dan bahu yang bisa
berada di puncak (top) atau lembah (bottom), namun bisa juga terdapat
dalam gerak harga berkesinambungan.
Pada gerak balik kepala dan bahu, yang perlu diperhatikan adalah garis
lehernya yang tidak selalu harus berupa garis datar, kemudian adanya titik
penembusan dan titik gerak balik pada garis leher. Selanjutnya yang
penting adalah sasaran harga (price objective) yang berada pada jarak
yang sama antaranya terhadap garis leher dan jarak demikian mulai dari
puncak pola ini.
Berbeda dari puncak atau lembah bulat yang juga disebut top or bottom
saucer dan melibatkan pasar yang serba lambat, maka gerak palik puncak
atau lembah ganda (double top or bottom) menggambarkan pasar yang
lebih aktif. Manfaat dari pola ini adalah adanya aba-aba titik tembus
Dalam pola segitiga naik atau turun, harus ada kaki horisontal sebagai
garis penghambat (resistance line) atau pendukung (support) dan garis
pendukung dan penghambat bersudut negatif dan positif, yang disentuh
paling sedikit tiga kali oleh gelombang harga di antaranya, sebelum
tertembus ke atas atau ke bawah. Namun perlu dipastikan dahulu apakah
titik tembus menjadi kenyataan untuk membuat pola ini terbentuk dengan
sempurna, barulah boleh diambil tindakan beli atau jual.
ada paling sedikit tiga buah gelombang harga yang menyentuh garis
penghambat dan pendukung yang berjalan agak sejajar; adalah baik
untuk mengkonfirmasi dahulu selama dua atau tiga periode bahwa titik
tembus adalah memang sah.
Pada baji naik (ascending wedge}, pola kesinambungan ini didahului arah
gejala turun, bergerak agak naik untuk melalui suatu titik tembus,
meneruskan arah gejala turun tersebut. Untuk membentuk pola ini harus
ada paling sedikit tiga buah gelombang harga yang menyentuh garis
penghambat dan pendukung yang berbentuk seperti baji; adalah baik
untuk mengkonfirmasi dahulu selama dua atau tiga periode bahwa titik
tembus adalah memang sah.
Berbeda dari segitiga naik atau turun, maka segitiga simetris tidak
mencakup garis arah gejala yang horisontal sebagai salah satu kaki
pembatasnya, namun makna yang sama berlaku meskipun tenaga
pendorong untuk menghasilkan titik tembus tidaklah sekuat seperti pada
segitiga naik atau turun yang biasa.
Pada pola kepala dan bahu naik yang berada di pasar yang sedang
menguat, maka kepalanya berada lebih rendah daripada kedua bahunya.
Interpretasi gerak harga adalah juga seperti untuk pola versi gerak
baliknya dan bisa dijadikan sebagai pedoman tindakan jual-beli.
Bisa juga terjadi peningkatan volume pada suatu arah gerak harga, maka
yang ditemukan dengan demikian adalah suatu kesenjangan lari (runaway
gap). Kesenjangan demiikian bisa menghasilkan suatu sasaran harga
(price objective) yang jaraknya diukur mulai dari titik kesenjangan dan
panjangnya adalah sama dengan lembah atau puncak sebelumnya ke titik
tersebut.
Ada juga yang disebut sebagai kesenjangan pulau gerak balik (island
reversal gap) yang dibatasi oleh suatu kesenjangan usai (exhaustion gap)
dan kesenjangan tembus (breakaway gap) seperti menurut gambar di
atas.
Garis arah gejala turun (down trendline) yang ditarik dari puncak A ke B
terus sampai memotong grafik harga pada tanggal 23 September 98 kita
mendapatkan pentunjuk membeli pada harga penutupan Rp375, maka
tindakan beli tentu diambil pada hari berikutnya, namun dengan adanya
perkembangan teknologi dalam bentuk komputer yang bisa menghitung
dengan cepat, ada cara yang lebih canggih untuk mendapatkan sinyal
jual-beli.
Bila pedoman garis gejala turun (down trendline) yang juga bisa disebut
garis penghambat dalam gambar di atas, memberikan indikasi membeli
pada tanggal 23 Sep 98 pada harga penutupan Rp375, maka petunjuk
rata-rata gejala sederhana (simple moving average) 10 hari, adalah untuk
tanggal 18 Sep 98 pada Rp275 sehingga jelaslah bahwa analisis dengan
rata-rata gejala adalah lebih akurat daripada hanya dengan garis gejala.