Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUTORIAL BLOK 13

MODUL 4

LESI PUTIH DAN LESI BUKAN PUTIH

KELOMPOK 1

Tutor : Drg. Surya Nelis, Sp.PM

Ketua : Annisa Rahmi Mulyati

Sekretaris 1 : Mentari Puspita Anwar

Sekretaris 2 : Fayruza Muharammi

Anggota:

Miftahul Jannah

Hestia Warti

Annesha Metly

Annisa Ibifadhila

Dhira Pratiwi

Chaira Maulida

Athika Kharunnisa

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Andalas

2014
A. Terminologi
1. Eritematus : proses terjadinya warna kemerahan karena atropi epitel atau
peningkatan vaskularisasi

2. Wickham Striae : garis-garis halus berwarna putih atau abu-abu yang dapat
terlihat di permukaan atau bagian tepi papula dan plak dengan bagian atas
yang rata, atau garis putih yang berbentuk anyaman atau jala.

3. Lesi pigmentasi : pada mukosa oral terjadinya variasi dan dapat disebabkan
substansi endogen dari dalam tubuh atau eksogen dari luar tubuh.

B. Identifikasi Masalah
1. Apa saja diagnosis banding yang di dapat dari skenario ?
2. Apa sebenarnya diagnosa yang tepat untuk masalah diskenario ?
3. Apa hubungan restorasi amalgam yang pecah dengan lesi eritematus di
mukosa ?
4. Penanganan apa yang tepat untuk kasus diskenario ?
5. Kenapa ada lesi yang bisa diseka dan tidak ? apa yang terjadi jika lesi
diseka ?
6. Apa penyebab lesi putih-merah-biru dan pigmentasi
7. Apa beda lesi yang merupakan variasi normal, patologis dan premalignant ?
8. Apa contoh lesi variasi normal, pathologis dan premalignant ?
9. Apa contoh lesi pigmentasi ?

C. Analisa Masalah
1. Diagnosis Banding lesi diskenario
 Oral Lichen Planus
Karena penyebabnya bisa karena restorasi amalgam, wickham striae,
alergi ( delay hipersensitivity )
 LCR
Biasa muncul di mukosa bukal dekat restorasi
 Leukoplakia
Luka terasa perih, panas, kasar
Dipengaruhi kimia dan suhu (amalgam )
 Lupus eritematus
Banyak terjadi pada wanita
Ditemukan Wickham Striae
Menyerang usia reproduktif.

2. Diagnosa tepat untuk kasus diskenario :


 Daftar Masalah :
Luka pada mukosa bukal kanan pada regio 1.5 dan 1.7
Lesi ulseratif dan daerah eritematus yang ireguler ( 2.5 x 1.5 cm )
Terdapat wickham striae
Luka terasa perih , panas, dan kasar (simptom )
OH buruk
Restorasi amalgam yang pecah pada gigi 1.6
Pasien wanita berumur 32 tahun
Luka sudah berlangsung selama 2 minggu.

 Klasifikasi berdasarkan lesi :


Lesi putih : Wickham Striae
Lesi merah : adanya eritematus
Lesi kehilangan integritas : karena terjadi ulserasi

 Diagnosa : LCR
Berdasarkan lesi , bentuknya irreguler, lesi iretematus, wickham striae,
restorasi amalgam pecah.

3. Hubungan restorasi amalgam yang pecah dengan lesi eritematus :

 Jika restorasi amalgam pecah, bagian yang pecah akan melukai


mukosa ( traumatik ) nantinya akan terjadi eritema.
 Merkuri pada amalgam terpapar pada mukosa maka terjadi
hipersensitivity , dan terjadi peningkatan vaskularisasi

4. Penanganan yang tepat untuk kasus diskenario :


 Membongkar dan mengganti tambalan
 Pemberian steroid untuk masalah kalainan imun
 Karena OH buruk , maka diperbaiki dulu OH pasien.

5. Kenapa lesi bisa di seka :


 Karena ada lesi yang terdiri dari debris makanya bisa disejka, kalo
terdiri dari keratosis maka tidak bisa diseka
 Contoh lesi yang bisa diseka : leukoplakia

6. Penyebab lesi putih :


 Perubahan pada epitel
 Materi superficial
 Perubahan pada subepitel
Penyebab lesi pigmentasi
 Karakter ras
 Reaksi protektif jaringan terhadap sinar aktif
 Manifestasi dari jaringan sistemik
 Neoplasma
 Timbulnya hemoglobin
 Adanya amalgam atau debu masuk ke luka
 Pemakaian obat anti mikroba spektrum luas
 Pengaruh logam berat : obat tetes
 Merokok
Penyebab lesi merah
 Peningkatan vaskularisasi
 Atropi

7. Lesi variasi normal


 Adanya kelainan tapi tidak menyebabkan sakit dan tidak merugikan
atau merusak jaringan , kebanyakan orang mempunyai

Lesi patologis
 Menyebabkan sakit, merasakan simptom atau tidak, mengganggu
fungsi dan merusak jaringan

Lesi premalignant
 Ada efek terhadap pengobatan
 Sel tidak terjadi apoptosis sehingga menjadi keganasan

8. Lesi variasi normal


 Leukodema
 Fordyce granul
 Linea alba
 Fisure tonge
 Lingual varikositis

Lesi patologis
 Lesi merah putih
 Lesi kehilangan integritas
 Lesi pembesaran jaringan lunak

Lesi premalignant
 Eritroplakia
 Leukoplakia
 Lichen planus
 DLE

9. Contoh lesi pigmentasi :


 Mukositis

D. SKEMA
PEMERIKSAAN KLINIS

ANAMNESA :  Lesi ulseratif dan daerah eritematus


pada mukosa bukal kanan regio 1.5
 Wanita 32 tahun dan 1.7
 Luka pada pipi bagian dalam sejak  Bentuk iregular, ukuran 2,5 x 1,5 cm
2 minggu  Terdapat Wickham Striae
 Terasa perih , panas dan kasar  Restorasi amalgam yang pecah pada
 OH buruk gigi 1.6
 Wickham Striae dan daerah eritematus :
DIAGNOSIS BANDING
lesi merah-putih
 Lesi ulserasi : lesi kehilangan integritas  LCR
 Lesi sudah 2 minggu  OLP
 Insidensi pada usia 32 tahun  Lupus Eritematosus

PERBANDINGAN KASUS

 Lesi putih-merah biru


 Lesi pigmentasi
 Lesi variasi normal
 Lesi premalignant
E. Memformulasikan Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan lesi variasi normal
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan lesi putih-merah
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan lesi pigmentasi
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan lesi premalignant

F. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain

G. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan lesi variasi normal
a. Leukodema
Perubahan permukaan mukosa yang berwarna abu-abu

 Insiden :
Cendrung meningkat bersamaan dengan pertambahan usia
Ditemukan pada 50% anak-anak Afrika Amerika dan 92% pada orang dewasa
Afrika Amerika

 Lokasi :
Mukosa labial, palatum lunak dan dasar mulut ( jarang terjadi )

 Gambaran klinis :
Leukodema biasanya pucat dan bilateral
Pada pemeriksaan menunjukan adanya garis putih halus serta keriput
Pada kasus berat dan sudah lama dapat terlihat lipatan jaringan yang saling
menumpuk.
Diagnosis lesi ini dilakukan dengan meregangkan mukosa yang
menyebabkan warna putih secara signifikan hilang tapi dengan mengusap
lesi saja tidak akan menghilangkan warna putih pada lesi.

 Etiologi
Penonjolan lesi berhubungan dengan derajat pigmentasi melanin dibawahnya
Tingkat kebersihan mulut yang kurang
Kebiasaan merokok
Leukodema paling sering terjadi dalam kelompok usia 15-35 tahun.
Pria terserang 2x lebih banyak daripada wanita karena berhubungan dengan
penggunaan tembakau.

b. Fordyce Granule
Adanya kelenjar sabasae yang ditemukan dalam mukosa mulut.
Mukosa mulut biasanya mengandung banyak sekali glandula sabasea
tubuloacinar yang kecil atau besar, khususnya didaerah bibir dan mukosa
bukal, akan tetapi kadang juga dijumpai didaerah palatum, gingiva dan lidah.

 Insiden :
Keadaan lesi ini terhadi 80%-95% dari populasi dewasa dan juga anak”
Keadaan ini merupakan suatu kelenjar adrenal mukosa mulut yang normal.
Frekuensinya bervariasi sesuai dengan usia dan antara individu satu dengan
yang lain berbeda.
Keadaan tersebut jarang yang dijumpai mengalami perubahan histopatologis.

 Gambaran klinis :
Terdiri dari kelenjar sabasea individual yang mempunyai diameter 1- 2 mm
Papula yang sedikit menonjol
Berwarna putih seperti krim atau kuning
Lesi biasanya multipel
Membentuk kelompok, plak atau bercak.
Kelompok yang membesar dapat terasa jika diraba.

 Etiologi :
Granul fordyce muncul dari kelenjar sabasea yang waktu embrio terjebak
selama penggabungan prosesus maksila dan mandibula.

c. White Sponge Nervous


Kondisi ini diturunkan dan ditandai oleh munculnya plak berbentuk seperti
spons, berlipat, berwarna putih dan tidak bergejala.

 Gambaran klinis
Mempunyai pola gelombang simetris
Ukuran lesi bervariasi
Menunjukan parakeratosis yang menonjol
Penebalan dan hilangnya lapisan spinosom
Adanya anyaman perinuklear pada tonofilamen keratin

 Lokasi
Mukosa bukal pada kedua sisi
Mukosa labial
Lingis alveolar
Dasar mulut
Tidak mengenai tepi gingiva dan dorsum lidah

 Etiologi
Keadaan ini muncul pada saat lahir atau diawal masa kanak-kanak
Tetap ada seumur hidup
Oleh karena lesi ini diturunkan secara autosomal dominan, pada umumnya
keadaan ini dapat terjadi pada beberapa anggota keluarga sekaligus.

d. Linea Alba
 Temuan intraoral yang umum terjadi, tampak berupa garis gelombang putih
yang menonjol dengan panjang bervariasi an terletak mencolok pada garis
oklusi di mukosa bukal.
 Umumnya garis putih yang tidak bergejala ini mempunyai lebar 1-2 mm
dan meluas horizontal dari molar kedua sampai ke regio caninus mukosa
bukal, berakhir pada kalikulus angularis.
 Lesi paling sering ditemukan bilateral dan tidak bisa dihilangkan dengan
digosok, lesi berkembang sebagai respon terhadap aktivitas gesekan gigi-gigi
yang mengakibatkan epitel menjadi menebal ( hiperkeratonik).
 Kondisi ini sering dihubungkan dengan lidah krenasi dan dapat merupakan
tanda dari tekanan, bruksisme, cleanching, atau trauma mengisap.
e. Lidah geografik
 Kondisi peradangan jinak yang ditandai oleh bercak-bercak tidak teratur
yang khususnya berada pada dorsum lidah.
 Pola bercak tidak teratur membuat permukaan lidah tampak menyerupai
peta sehingga disebut geografik. Keadaan ini terjadi pada 1%populasi ,
wanita dan dewasa muda paling sering terkena.
 Penyebabnya tidak diketahui, tetapi strees, difisiensi nutrisi dan faktor
hormonal serta herediter ikut berperan disini. Kondisi ini secara klasik terjadi
pada permukaan dorsum dan lateral dari dua pertiga anterior lidah,
melibatkan hanya papila filiformis, sedangkan papila fungiformis tetap utuh.
 Lidah geografik terbagi dalam tiga pola :
a. Daerah bercak karena papila filiformis mengalami deskuamasi
b. Daerah bercak deskuamasi yang dikelilingi oleh tepi berwarna putih
menonjol dan berbentuk seperti cincin.
c. Daerah bercak papila filiformis yang mengalami deskuamasi dibatasi oleh
pita eritema akibat peradangan.
 Kondisi ini dapat muncul mendadak dan berlangsung selama berbulan-
bulan atau bertahun-tahun. Remisi spontan dan rekurensi merupakan hal
yang umum terjadi.
f. Lidah berfisura
 Kondisi yang relatif umum terjadi yang tampak berupa alur-alur atau fisura
linear pada dorsum lidah.
 Pada anak-anak sering berhubungan dengan kelainan yang diturunkandan
merupakan komponen dari sindrom Melkersson-Rosenthal. Pada orang
dewasa umumnya berhubungan dengan xerostomia.
 Beberapa obat terapeutik terutama agen anti depresi, antihistamin,
antihipertensi, dan obat jantung, dekongestan, obat penyekat ganglionik,
serta penerang-menimbulkan xerostomia dan lidah berfisura.
 Lidah berfisura dapat mempunyai penampilan yang bervariasi. Pada
beberapa keadaan tampak alur yang mencolok di garis tengah dan beberapa
alur lateral yang bercabang-cabang.
 Pada keadaan lain tampak adanya alur multipel, kedalaman 2-5mm dan
lebar bervariasi, yang semakin menyempit mendekati bagian tepi.
 Terdapat pulau-pulau papila diantara fisura, yang dapat terlihat kering,
atrofik atau geografik. Sebagian besar pasien tidak bergejala, meskipun
beberapa diantaranya melaporkan adanya rasa tidak nyaman ringan atau
rasa terbakar.
 Kondisi ini jinak dan tidak membutuhkan pengobatan. Meskipun demikian,
pasien harus didorong untuk menyikat daerah yang terkena guna
meminimalkan akumulasi sisa makanan dan bakteri
2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan lesi merah-putih
a. Hairy Leukoplakia
 Hairy leukoplakia adalah kelainan yang ditandai oleh lesi yang menonjol ,
berwarna putih, berkelok-kelok paa tepi lateral lidah.
 Keadaan ini disebabkan oleh replikasi virus Epstein-Bar didalam sel epitel
yang terkena. Lesi ini tampak hampir ekskluif pada pasien yang terinfeksi
human immunodeficiency virus (HIV) atau penderita imunosupresi akibat
obat-obatan yang diminum untuk transplantasi organ atau penyakit sistemik.
 Lesi putih terutama terletak pada tepi lateral lidah, tetapi dapat meluas
sampai menutup permukaan dorsal dan ventral, serta telah terdokumentasi
adanya lesi yang melibatkan mukosa palatum dan bukal.
 Hairy leukoplakia dinamakan demikian karena pada gambaran histologis
tampak pengelupasan permukaan parakeratotik yang tampak seperti rambut.
Organisme candida albicans sering dihubungkan dengan lesi ini.
 Lesi tahap awal mempunyai lipatan putih pucat dan merah muda normal
didekatnya yang menghasilkan pita bergerigi putih yang berjalan arah vertikal.
Pita ini pada akhirnya bergabung membentuk plak putih yang besar atau
bercak putih tebal dan luas.
 Lesi yang besar biasanya tidak bergejala, mempunyai tepi pembatas yang
tidak jelas, dan tidak bisa dihilangkan, dengan digosok. Lesi umunya
ditemukan billateral meski bia ditemukan lesi unilateral.
 Agen antivirus yang memblokir atau membatasi replikasi virus epstein bar
dapat bermanfaat mengurangi ukuran atau bahkan menghilangkan lesi .
terapi yang mengembalikankesehatan imun juga dapat menyembuhkan lesi
ini.
b. Kandidiasis Pseudomembranosa ( thrush )
 Kandidiasin pseudomembranosa adalah infeksi oportunistik yang disebabkan
oleh pertumbuhan jamur permukaan , candida albicans yang berlebihan.
 Infeksi ini tampak seperti plak mukosa yang luas, seperti beludru, berwarna
putih, dan tidak nyeri sampai lesi ini dikerok sehingga meninggalkan
permukaan yang merah, kasar, atau berdarah.
 Organisme ini memang ada di rongga mulut, saluran pencernaan, dan vagina.
Bayi yang ibunya terinfeksi thrush di vaginanya pada saat melahirkan dan
orang dewasa yang mengalami perubahan mikroflora normal karena
pemakaian antibiotik, steroid, atau perubahan sistemik seperti diabetes,
immunodefisiensi, atau kemoterapi, paling sering terkena keadaan ini.
 Tidak ada predileksi rasa maupun jenis kelamin. Kandidiasis
pseudomembranosa biasanya ditemukan pada mukosa bukal, lidah dan
palatum lunak. Pada pasien penderita asma yang memakai inhaler steroid,
polanya tampak berupa bercak bundar atau oval berwarna putih kemerahan
pada daerah berkontaknya aerosol dengan palatum.
 Diagnosis ditentukan melalu pemeriksaan klinis, biakan jamur, atau
pemeriksaan mikroskop langsung dari kerokanjaringan, hapusan sitologi yang
diberi kalsium hidroksida, pewarna gram atau acid-schiff periodic (PAS) dapat
menunjukan pertumbuhan organisme dengan cabang-cabang pseudohifa.
Obat antijamur baik topikal maupun sistemik yang diberikan selama 2 minggu
biasanya dapat meredakan keadaan ini.

c. Keratosis Karena Sigaret


 Keratosis adalah suatu kondisi yang ditandai oleh bercak menebal kulit.
 Kerosis karena sigaret adalah reaksi khusus yang terlihat pada orang yang
merokok sigaret dan tidak berfilter atau marijuana dalam waktu yang sangat
singkat.
 Lesi yang tampak saling berdempetan jika kedua bibir ditutup, melibatkan
bibir atas dan bawah ditempat tersebut biasa meletakan sigaret. bercak
keratotik ini berdiameter 7 mm dan terletak dilateral garis tengah. Papula
putih yang menonjol tampak disepanjang bercak, menghasilkan tekstur kasar
dan keras jika diraba.
 Keratosis karena sigaret meluas ke mukosa labial tetapi vermilion jarang
terkena. Pria lanjut usia adalah yang paling sering terkena.
 Menghilangkan kebiasaan merokok biasanya dapat membuat keratosis
menghilang . perkembangan ulser dan pembentukan borok dapat digunakan
sebagai tanda yang pantas dicurigai yang mengarah ke perubahan
neoplastik.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan lesi pigmentasi


 Lesi pigmentasi pada mukosa mulut dan kulit bisa berasal dari luar atau
dalam. Untuk pigmentasi endogen berfungsi sebagai suatu proteksi terhadap
ekposur yang berkepanjangan dari sinar matahari. Yang perlu diperhatikan
dokter gigi adalah pigmentasi endogen dari mukosa mulut dan jaringan
disekitar mulut yang berhubungan dengan berbagai macam penyakit sistemik
khususnya penyakit yang berasal dari endokrin.

PIGMENTASI ENDOGEN
a. Penyakit Addison
 Penyakit Addison adalah pigmentasi abnormal dari kulit dan membran
mukosa. Pigmentasi abnormal memiliki tendensi untuk timbul dalam jaringan
parut dan lipatan-lipatan kulit.
 Keadaaan ini juga dapat timbul pada mukosa mulut dimana keadaanya
tampak menyerupai bintil-bintil yang berwarna ungu kebiruan yang kelihatan
seperti menempel pada mukosa mulut.
 Gejala sistemik umum :
Lemah, mual dan muntah, dan tekanan darah yang rendah.
 Dokter gigi yang teliti mungkin dapat menjadi orang pertama yang mencurigai
penyakit ini karena adanya pigmentasi yang karakteristik dari mukosa mulut
dan gejala umum, contohnya malaise atau lemas, dan tekanan darah rendah.

b. Sindroma Peuth Jeghers


 Sindroma ini disertai dengan pigmentasi dari jaringan mulut. Baik kecil atau
besar, merupakan suatu kondisi yang diwariskan, dan dapat terjadi dalam
frekuensi yang sama besarnya baik pria atau wanita.
 Terdapat pigmentasi melanin yang abnormal dari daerah disekeliling mulut
daei wajah dan daerah interdigital tangan.
 Keadaan ini sendiri tidak berbahaya serta tidak membutuhkan terapi.
 Lesi ini jarang sekali kurang dari 3% mengalami degenerasi keganasan.
c. Neurofibromatosis ( penyakit von recklinghausen )
 Disertai dengan daerah pigmentasi yang disekret pada kulit yang disebut cafe
au lait
 Bercak-bercak pigmentasi disertai dengan tumor dari kulit dan membran
mukosa
 Manifestasi mulut : terdiri dari sejumlah tumor pada bibir, lidah dan gingiva.

PIGMENTASI EKSOGEN
 Terjadi karena adanya substansi asing yang masuk atau tertanam dalam
jaringan gingiva. Keadaan ini sering terjadi akibat kecelakaan selama masa
kanak-kanak.

a. Bismuthism
 Manifestasi kronis : gangguan gastrointestinal, mual , diare berdarah.
 Pigmentasi bismuth jarang terjadi pada anak-anak atau wanita yang selama
kehamilan.
 Garis bismuthism atau stomatitis bismuth biasanya terjadi sebagai akibat dari
masuknya atau injeksi garam-garam bismuth untuk tujuan terapeutik.
 Obat-obat bermerek dagang yang mengandung garam bismuth dan salep
atau pasta yang mengandung bismuth jika diaplikasikan secara berulang-
ulang kepermukaan luka yang bergranulasi.
 Gejala : sering terdapat rasa logam dimulut, rasa panas terbakar dari jaringan
mulut, gingivostomatitis, lidah terasa sakit dan membesar.
 Gambaran klinis : ulserasi dangkal, besar, dan sangat sakit dan kadang-
kadang terlihat pada mukosa pipi diregio molar.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan lesi premalignant
a. Lichen planus erosiva
 Lesi erosiva dan bulosa dari liken planus terjadi dalam bentuk yang parah dari
penyakit ini dimana degenerasi yang hebat pada lapisan basal dari epitelium
menyebabkan suatu pemisahan epitelium dari jaringan ikat dibawahnya,
dalam beberapa kasus lesi ini dimulai sebagai suatu vesikel dan bula dan
diklasifikasikan sebagai liken planus bulosa. Dalam kasus-kasus lain ,
penyakit ini ditandai oleh ulser dan disebut liken planus erosiva.
 Manifestasi klinis.
Liken planus erosiva dengan adanya vesikel, bula atau ulser yang dangkal
yang tidak beraturan dari mukosa mulut. Lesi ini biasanya terdapat selama
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan dan dapat dibedakan dari lesi-lesi
yang dijumpai pada stomatitis aftosa karena lesi dari stomatitis aftosa ini
terbentuk dan sembuh dalam waktu sepuluh hari sampai dua minggu.
 Diagnosa
Suatu diagnosa klinis mungkin dapat ditegakan bilamana lesi erosif atau
bulosa tersebut disertai dengan lesi putih yang khas dari liken planus. Namun
diagnosa pasti dapat diperoleh dengan biopsi. Biopsi dari lesi erosif akan
menunjukan degenerasi hidropik dari lapisan epitelium. Ini dapat
membedakanya dari cicatrial pemphigoid, yang juga merupakan suatu lesi
subepitel selain menunjukan suatu lapisan basal yang utuh atau pemphigus
vukgaris dimana akan terlihat akantolisis.
 Terapi
Bentuk erosif dan bulosa dai liken planus terasa sangat sakit. Terapi terpilih
untuk penyakit ini adalah kortikosteroid topikal. Betamethasone aerosol spray
telah dibuktikan efektif oleh green span. Steroid intralestional dapat
digunakan untuk lesi indolen dan dalam kasus ekserbasi yang hebat, steroid
sistemik mungkin dapat dipertimbangkan untuk jangka waktu yang pendek.
b. Leukoplakia
 Etiologi : faktor lokal. Ada banyak sekali agen etiologi yang bekerja secara
lokal, contohnya tembakau, alkohol, kandidiasis, reaksi elektrogalvanik, iritan
mekanis dan kemis, serta virus herpes simpleks. Dari faktor datas tembakau
telah diidentifikasi sebagai faktor penyebab yang uama berdasarkan
observasi klinis dan penyelidikan terhadap leukoplakia yang ditimbulkan
secara eksperimental dalam binatang dilaboratorium.
 Tempat dan transformasi keganasan.
Gambaran yang terlihat pada leukoplakia dalam beberapa hal mencerminkan
karakter dari mukosa yang terserang akan tetapi yang lebih penting, tempat
dapat menentuka angka transformasi keganasan. Faktor-faktor yang
menyangkut ketebalan dan derajat keratinisasi dari daerah yang berbeda dari
mukosa mulut, dan juga hal-hal yang menyangkut efek yang lebih menonjol
dari iritan tertentu dan fakor predisposisi pada tempat ertentu mungkin
terlibat.

Sebagaimana yang terlihat dasar mulut merupakan tempat yang resiko


tertinggi untuk terkena leukoplakia, 43% dari leukoplakia di tempai ini
menunjukan beberapa derajat displasia epitel, karsinoma insitu atau
karsinoma yang invasif dalam jaringan yang telah dibiopsi. Baik bibir ataupul
lidah 24% masing-masing juga menunjukan frekuensi yang sedang-sedang
saja dari perubahan serupa,sedangkan palatum dan pipi, mukosa rahang atas
dan mukosa rahang abwah, serta sulkus memiliki resiko relatif rendah 12%
sampai 15%

 Pedoman-pedoman penting untuk menangani leukoplakia :


a. Observasi klinis dari lesi yang dicurigai sebagai leukoplakia yang dicurigai
tanpa disertai biopsi merupakan suatu tindakan yang membahayakan
b. Respon klinik dari daerah hiperkeratonik di mukosa mulut tidak dapat
diramalkan, dan biopsi ulang pada selang waktu 6 sampai 12 bulan perlu
dilakukan, khususnya lesi menunjukan perubahan ukuran atau
karakteristik fisik
c. Kira-kira antara 6 sampai 10 % dari lesi leukoplakia yang menunjukan
tanda-tanda displasia akan berkembang menjadi suatu keganasan ,
kecuali untuk sejumlah tertentu dari lesi lesi dan lokasi yang disebutkan
dalam pedoman nomor empat, gambaran klinis dari lesi leukoplakia ini
secara umum merupakan suatu prediktor yang buruk untuk mengetahui
mana yang akan menjadi ganas.
d. Karena resiko yang lebih besar dari leukoplakia nodular ( berbintil-bintil )
dan verrucous leukoplakia serta leukoplakia dasar mulut serta dorsum
lidah untuk menjadi ganas makan eksisi dari lesi ini disertai dengan tindak
lanjut yang memadai sangatlah penting.
e. Rekurensi seringkali terjadi setelah pembuangan lesi. Jika iritan yang
diketahui dan faktor predisposisinya tidak dihilangkan.
Daftar Pustaka

Langlais, Robert P. Miller, Jill S. Nield-Gehrig, 2009. Atlas Berwarna Lesi Mulut Yang
Sering Ditemukan Edisi 4. EGC. Jakarta.

Brightman, Vernon J. Martin S, Greenberg. 1994. Burket Ilmu Penyakit Mulut


Diagnos dan Terapi Edisi ke 8 Jilid 1 Bahasa Indonesia. Binarupa Aksara.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai