Anda di halaman 1dari 38

BLENDED E-LEARNING FOR DISABILITY SEBAGAI UPAYA

PENGUATAN LITERASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS


SUMBER DAYA MANUSIA TUNANETRA

Disusun oleh :
Zahro Ubaydilla (041711433055) 2017
Retno Wulan Dari (041511233241) 2015
Arintis Wahyu Susanti (041511333124) 2015

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

ii
LEMBAR PERNYATAAN

iii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas Kehadirat-nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan karya tulis dengan judul “Blended E-Learning For Disability
Sebagai Upaya Penguatan Literasi untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya
Manusia Tunanetra ”. Karya tulis ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
karya ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan karya tulis ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan dalam karya tulis ini. Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya tulis selanjutnya. Akhir
kata kami berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 30 Agustus 2018

Penyusun

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................viii
ABSTRAK ..................................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................3
1.4 Manfaat ................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................5


2.1 Konsep E-learning dan Blended learning ...........................................................5
2.1.1 E-learning ..................................................................................................5
2.1.2 Blended Learning ......................................................................................6
2.2 Assistive Technology ...........................................................................................7
2.2.1 Definisi dan Penggunaan Assistive Technology ........................................7
2.2.2 Assistive Technology dan Komputer untuk Tunanetra ................................9
2.3 Konsep Audiobook ..............................................................................................10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................12


3.1 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................12
3.2 Teknik Pengolahan Data......................................................................................12
3.3 Analisis dan Sintesi ..............................................................................................12

BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN ...........................................................................13


4.1 Urgensi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Penyandang Tunanetra ...13
4.2 Peran Literasi Digital dalam Memberi Kemudahan Mengakses Pendidikan .......15
4.3 Desain Blended E-learning for Disability sebagai upaya Meningkatkan Kualitas
Sumber Daya Manusia Tunanetra ........................................................................16

v
BAB V PENUTUP .....................................................................................................20
5.1 Kesimpulan......................................................................................................20
5.2 Saran ...............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bonus demografi di Indonesia.............................................................. 1
Gambar 2.1 Konseps Blended Learning.................................................................. 6
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ................................................................................ 12
Gambar 4.1 Indonesia Peringkat 4 Pengguna Internet Asia .................................... 15
Gambar 4.2 Tampilan Menu Utama Website Blended E-learning For Disability .. 17

vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Tampilan halaman awal dari website blended e-learning untuk
disabilitas
Lampiran 2.Tampilan menu registrasi dari website blended e-learning untuk
disabilitas
lampiran 3. Tampilan halaman link universitas dari website blended e-learning
untuk penyaluran audiobook bagi disabilitas
Lampiran 4. Tampilan halaman official audiobook
Lampiran 5. Tampilan halaman audiobook references
Lampiran 6. Tampilan halaman audiobook available
Lampiran 7. Tampilan halaman informasi kontak

viii
BLENDED E-LEARNING FOR DISABILITY SEBAGAI UPAYA
PENGUATAN LITERASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA TUNANETRA
Zahro Ubaydilla1 , Retno Wulan Dari 2 , Arintis Wahyu Susanti 3

Universitas Airlangga

ABSTRAK
Menghadapi bonus demografi maka banyak hal krusial yang harus ditingkatka n
seperti kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
juga penting untuk pembangunan nasional. Kualitas sumber daya manusia di
Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara maju. Kualitas sumber daya
manusia bisa ditingkatkan melalui penguatan budaya literasi. Meskipun tingkat
melek huruf di Indonesia sudah bisa dikatakan baik, namun perlu dilakukan inovasi
untuk penguatan budaya literasi karena tidak semua manusia memiliki kemapuan
yang sama dalam menulis dan membaca. Kaum penyandang disabilitas seperti
penderita tunanetra tentunya memiliki kemampuan berbeda dalam membaca dan
menulis. Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah 1) Mengetahui urgensi
peningkatan kualitas sumber daya manusia penyandang tunanetra 2) Mengetahui
peran digital literasi dalam memberi kemudahan mengakses pengetahuan 3)
Membuat desain “Blended E-Learning For Disability” sebagai upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia tunanetra. Penulisan ini menggunaka n
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknologi memberi kemudahan di
berbagai bidang termasuk dalam bidang literasi. Saat ini literasi digital bisa
digunakan memudahkan mengakses informasi. Blended e-learning for disability
merupakan inovasi dalam upaya meningkatkan literasi digital penyandang
tunanetra. Blended e-learning for disability terdapat screen reader dalam
audiobook yang telah disediakan untuk difabel khususnya penyandang tunanetra.
Blended e-learning for disability menjadi sebuah inovasi literasi digital baru yang
lebih efisien dalam penerapannya untuk para difabel netra. Dengan perkembangan
literasi digital saat ini, tunanetra dapat berkontribusi dalam progam peningkata n
literasi menuju “Indonesia Emas tahun 2045”.

Kata Kunci: Blended e-learning, Literasi digital, Pemberdayaan tunanetra

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak tahun 1990 Indonesia memasuki periode bonus demografi yang


ditandai dengan berpotongnya grafik dependency ratio dengan working age dalam
skema demografi di Indonesia.

Gambar 1.1 Bonus demografi di Indonesia


Sumber : Bank Dunia
Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena bonus demografi menjadi hal
penting yang dibahas oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan jumlah usia angkatan
kerja mengalami tren peningkatan. Bisa dilihat pada grafik bahwa sejak tahun 1991
tren penduduk yang memiliki rentang usia 15 sampai 64 tahun mengalami tren yang
meningkat dan mengalami puncak bonus demografi di tahun 2030 yang mana
penduduk usia angkatan kerja mencapai 80 persen di tahun 2045 usia angkatan kerja
juga masih tinggi dengan presentase di atas 70 persen.

Bonus demografi bukan hanya membahas tentang kuantitas sumber daya


manusia akan tetapi juga penekanan terhadap kualitas SDM. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia penting dalam pembangunan nasional di era bonus demografi
dan menyongsong Indonesia emas 2045. Burhan (2017) menyatakan jumlah
penduduk yang besar berpotensi untuk pembangunan yang besar, akan tetapi
kuantitas bukanlah jaminan pembangunan. Peningkatan penduduk tanpa
peningkatan kesejahteraan bisa menjadi bencana, menimbulkan gangguan terhadap
program-program pembangunan yang sedang dilaksanakan dan menimbulka n
kesulitan bagi generasi selanjutnya.

1
Global Human Capital Report tahun 2017 mengkaji kualitas sumber daya
manusia di 130 negara. Dalam laporan tersebut menggunakan empat elemen
indikator human capital, yaitu capacity, deployment, development, dan know-how.
Indonesia menduduki peringkat 65 dari 130 negara salah satunya berdasarkan
indikator capacity. Berdasarkan capacity Indonesia berada di peringkat 64 dengan
nilai 69,7. Nilai ini didasarkan tingkat buta huruf dan kemampuan berhitung yang
telah mencapai nilai 99,7 di golongan umur 15-24 tahun. Pemerintah Indonesia
mengklaim bahwa buta aksara di Tanah Air tersisa 3,4 juta orang. Angka selaras
dalam kajian world economic forum menjelaskan kemampuan berhitung di kisaran
umur 55 sampai lebih dari 65 tahun masih kurang dari 90%.

Meskipun tingkat melek huruf di Indonesia sudah bisa dikatakan baik,


namun Indonesia harus memperkuat budaya literasi salah satunya dengan inovasi.
Pentingnya inovasi dalam budaya literasi dikarenakan tidak semua orang memilik i
kemampuan membaca dan menulis yang sama seperti tunanetra. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 sekitar 1,7 juta penduduk tunanetra di
Indonesia. Dari data tersebut sejumlah 270 ribu penduduk mengalami cacat buta
total dan 1,5 juta penduduk buta mata sebagian. Data tersebut menunjukkan bahwa
sangat penting adanya inovasi penguatan literasi untuk membantu tunanetra.

Di sekolah luar biasa, sistem pembelajaran untuk anak tunanetra


menggunakan huruf braile. Sistem sekolah luar biasa memiliki metode
pembelajaran yang disesuaikan untuk anak penyandang cacat sehingga anak
berkebutuhan khusus mudah dalam menerima materi pembelajaran yang
disampaikan. Namun, kemudahan menerima pembelajaran seperti di sekolah belum
dirasakan di perguruan tinggi. Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi (2017) menjelaskan bahwa perguruan tinggi dengan standar fasilitas lengkap
belum ada namun perguruan tinggi tetap di dorong agar bisa menjadi rumah belajar
yang inklusif dengan memberikan fasilitas untuk yang kekurangan.

Oleh karena itu perlu adanya media untuk mendukung pembelajaran untuk
mahasiswa penyandang tunanetra perguruan tinggi dengan melakukan
pengembangan inovasi.

2
Inovasi untuk mempermudah dalam bidang literasi guna membantu anak
berkebutuhan khusus seperti penyandang tunanetra di kalangan mahasiswa bisa
diwujudkan melalui audio book. Audio book saat ini sudah berkembang namun,
masih sangat minim audio book untuk referensi mata kuliah secara spesifik.

Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan maka penulis mengemukaka n


ide inovasi yaitu Blended e-learning merupakan pengembangan audio book untuk
meningkatkan kemampuan literasi penyandang tunanetra menuju Indonesia emas
2045.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan maka dirumuskan tiga


permasalahan yaitu :

1. Bagaimana urgensi peningkatan kualitas sumber daya manusia


penyandang tuna netra?
2. Bagaimana peran literasi digital dalam memberi kemudahan mengakses
pengetahuan?
3. Bagaimana konsep “ Blended e-learning for disability” sebagai upaya
meningkatkan kualitas sumber daya tunanetra?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu

1. Mendeskripsikan urgensi peningkatan kualitas sumber daya manusia


penyandang tuna netra
2. Mendeskripsikan peran literasi digital dalam memberi kemudahan
mengakses pengetahuan
3. Menjelaskan konsep “Blended e-learning for disability” sebagai upaya
meningkatkan kualitas sumber daya tunanetra

1.4 Manfaat

Manfaat karya tulis ilmiah ini secara teoritis maupun praktis

1. Manfaat teoritis

3
a. Memberikan sumbangasih pemikiran terhadap peningkata n
kualitas sumber daya manusia tunanetra
b. Memperkaya penulisan tentang literasi
2. Manfaat praktis
a. Bahan masukan, untuk peningkatan kualitas sumber daya
manusia
b. Memaparkan terobosan konkret dalam mendukung
perkembangan sumber daya manusia tunanetra

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep E-learning dan Blended learning
2.1.1 E-learning
Menurut Aminoto dan Phatoni (2014), e-learning merupakan sebuah
inovasi yang berkotribusi besar dalam proses pembelajaran. proses
pembelajaran ini tidak hanya melalui motode mendengarkan ceramah guru
tetapi siswa juga dapat menerapkan metode lain dalam pembelajaran seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. Dalam
pembelajaran e-learning, materi pelajaran dapat divisualisaikan ke berbagai
format dan bentuk yang lebih dinamis dan interaktif sehingga orang yang ingin
belajar akan termotivasi dalam proses pembelajaran.
Pada dasarnya ada dua tipe pembelajaran e-learning yaitu tipe
synchronous training dan asynchronous training (Susanti, 2008).
a. Synchronous training
Synchronous training merupakan tipe pelatihan yang mana pengajar dan
yang murid berada dalam satu waktu yang sama. Hal tersebut
menimbulkan interaksi langsung antara pengajar dan murid. Tipe-tipe
pembelajaran ini berupa seminar-seminar dan konferensi digital.
b. Asynchronous training
Asynchronous training merupakan proses pembelajaran dimana waktu
pengajar dan murid untuk melakukan proses tersebut tidak bersamaan.
pelatihan ini digunakan lebih banyak dalam pembelajaran e-learning
karena memberikan fleksibilitas murid untuk mengakses materi
pembelajaran.
Untuk mencapai pembalajaran e-learning yang efektif ada beberapa
program yang harus dikembangakan, diantaranya :
a. Informasi tentang unit-unit terkait dengan proses pembelajaran
seperti tujuan dan sasaran, silabus, metode pengajaran, jadwal
kuliah, tugas, jadwal doses, daftar referansi atau bahan bacaan dan
kontak pengajar.
b. Kemudahan akses ke sumber referensi

5
diktat dan catatan kuliah, bahan presentasi, contoh ujian yang lalu,
FAQ (frequently ask question), sumber-sumber referensi untuk
pengerjaan tugas, situs-situs bermanfaat dan artikel-artikel dalam
jurnal online.
c. Komunikasi dalam kelas
forum diskusi online, mailing list diskusi, papan pengumuman yang
menyediakan informasi (perubahan jadwal kuliah, informasi tugas
dan batas waktu pengumpulannya).
2.1.1 Blended Learning
Menurut Dwiyogo dalam wikibooks (2018) ada empat periodisasi tahap
perkembangan budaya manusia. Keempat tahap tersebut meliputi : (1) abad
agraris (sebelum tahun 1880), (2) abad industry (1880 -1985), (3) abad
informasi (1955-2000), dan (4) abad pengetahuan (2000 – sekarang). Dalam
abad pengetahuan proses pembelajaran menjadi semakin penting. Hal ini
didibuktikan dengan munculnya berbagai metode pembelajaran untuk
mentransfer ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah blended learning.

Gambar 2.1 Konseps Blended Learning


Sumber : Heinze dan Proctor, 2014
Blended learning terdiri kata blended yang berarti “kombinasi” atau
“campuran” dan learning yang berarti “belajar”. Dalam artikelnya Dwiyogo
mengatakan bahwa makna asli dari blended learning mengacu pada proses
kombinasi atau percampuran antara pembelajaran tatap muka (face to face) dan

6
pembelajaran berbasis komputer baik itu secara online maupun offline. Thorne
(2003) mengungkapkan blended learning sebagai representasi sebuah peluang
untuk mengintegrasikan kemajaun teknologi dan inovasi yang ditawarkan oleh
cara belajar online dengan interaksi dan partisipasi yang ditawarkan cara
belajar tradisional. Definisi lain dari blended learning diungkapkan Bersin
(2014) sebagai combination of different training “media” to create an optimum
training program for a specific audience. Menurut Dwiyogo (2018) blended
learning sebagai salah satu metode pembelajaran memerlukan peranan yang
penting dari pengajar. Peran pengajar disini dibutuhkan dalam rangka
menyampaikan materi pembelajaran dengan optimal.
Unsur-Unsur pembelajaran berbasis blended learning ada 6 (enam),
yaitu: (a) tatap muka (b) belajar mandiri, (c) aplikasi, (d) tutorial, (e) kerjasama,
dan (f) evaluasi. Karen Precel, et.al. (2009) melakukan terkait dengan
kontribusi komponen-komponen dalam blended learning. Hasil penelitia nnya
menunjukkan bahwa komponen pembelajaran yang dianggap paling
berkontribusi belajar adalah tugas-tugas (rerata = 4,72), buku cetak (rerata =
4,54), presentasi pertemuan (rerata = 4,42), dan pertemuan kuliah tatap muka
dengan instruktur (rerata = 4,15). Video online kuliah memberikan kontribus i
terhadap belajar (rerata = 3,83), buku pelajaran online memiliki kontributs i
rata-rata untuk belajar (rerata = 3.32). Rata-rata kontribusinya adalah (46,5%).

2.2 Assistive Technology


2.2.1 Definisi dan Penggunaan Assistive Technology
Menurut Undang-Undang Dasar 1945 sertiap orang berhak untuk
mendapatkan penddikan dan kehidupan yang layak, tak terkecuali para
penyandang disabilitas. Dengan perkembangan teknologi yang canggih, setiap
disabilitas saat ini terfasilitasi kebutuhannya untuk menjalankan kehidupan
sehari-hari. Fasilitas ini berupa teknologi asistif (assistive technology).
Technology Related Assistance for Person with Disabilities Act (1988)
menyatakan bahwa assistive technology adalah setiap item, peralatan atau
produk system, baik itu yang didapatkan dengan modifikasi secara komersil,
modifikasi sendiri atau penyesuaian untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan kemampuan fungsional dari individu yang mengala mi

7
disabilitas. Definisi ini hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Wati et.al
(2012). Dia menyatakan bahwa Teknologi asistif (assistive technology) atau
teknologi adaptif adalah sebuah istilah yang mencakup segala benda atau alat
bantu, alat yang adaptif, dan alat rehabilitasi yang dimodifikasi atau langsung
digunakan untuk meningkatkan atau merawat kemampuan disabled person.
Alat ini memberikan fungsi- fungsi yang mudah digunakan oleh para difabel.
Berdasarkan fungsinya, assistive technology dapat digunakan untuk:
1) Mengakses alat lain,
2) Meningkatkan komunikasi,
3) Meningkatkan kinerja akademik, dan
4) Meningkatkan keterampilan hidup yang mandiri.
Penggunaan assistive technology untuk mengakses alat lain yang
dimaksud adalah penggunaan assistive technology agar alat lain yang tidak
didisain secara khusus sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu.
Penggunaan assistive technology untuk memodifikasi atau mengadaptasi alat
lain sehingga dapat digunakan secara khusus oleh orang tertentu seperti
disabled person (Sugiarmin, 2012). Alves et.al (2009) melakukan penelitia n
mengenai assistive technology yang digunakan dalam pendidikan oleh orang
dnegan gangguan visual di brazil dengan 134 responden. Hasil penelitia nnya
menunjukkan bahwa assistive technology yang diterapkan dalam pembelajaran
memerlukan dukungan infrastruktur dan instruktur yang cakap. Teknologi
informasi adalah media yang penting dalam proses inklusi dan dapat
menggerakan independensi siswa dengan gangguan pengelihatan.
Untuk mengembangkan tekonologi asistif, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam fitur- fiturnya. Bedasarkan penelitian Parette (1997) dan
Rohstein dan Everson (1995) Fitur-fitur dalam output teknologi asistif tersebut
harus memiliki potensi untuk mengembangkan tingkat performa siswa, mudah
digunakan dan nyaman, memiliki fitur keamanan yang memadai,
ketergantungan dan tahan lama, memiliki implikasi yang panjang, mudah
untuk dilakukan perbaikan alat, probabilitas dan dapat dibandingkan dengan
alat lain. Dengan terpenuhinya syarat-yarat atas fitur tersebut assistive
technology diharapkan mampu meningkatkan kapabilitas para dibabel.

8
2.2.2 Assistive Technology dan Komputer untuk Tunanetra
Salah satu pengembangan assistive technology yang memenuhi syarat
fitur adalah penggunanan untuk komputer. Teknologi asistif berbasis komputer
dapat membantu siswa-siswa berkebutuhan khusus mengerjakan tugas-tugas
terkait belajar. Beberapa teknologi asistif memungkinkan siswa dengan
disabilitas untuk mengakses komputer, dan memberikan peluang pendidikan
yang sebelumnya belum pernah ditawarkan.
Assistive technology yang berperan besar dalam pengembanga n
kemampuan disabilitas adalah penggunaan beberbasis komputer. Teknologi
asistif seperti ini mampu memberikan kemudahan bagi siswa difabel dalam
mengakses komputer dan teknologi informasi. Teknologi asistif ini umumnya
menggunakan modifikasi perangkat yang sudah ada. Misalnya modifikasi pada
keyboard sehingga dapat digunakan oleh orang dengan satu tangan atau satu
jari untuk mengetik. Program-program pengenalan suara memungkinkan siswa
dengan disabilitas fisik memasukkan suara teks kedalam computer atau
memerintah program tanpa melalui keyboard .
Dalam perkembangannya, teknologi asistif untuk penyandang
disabilitas tunanetra memiliki perkembangan yang cukup signifikan untuk
bidang pendidikan. Pengembangan ini tidak hanya ada pada perangkat keras
computer tetapi juga meliputi perangkat lunak computer. Sebagai contoh
tulisan besar dan translasi huruf braile dengan bantuan komputer membantu
komunikasi siswa-siswa tunanetra. Software translasi braille bekerja dengan
cara mengkonversikan teks menjadi format braille yang tepat. Software
pembesar layar memperbesar ukuran teks dan grafik. Contoh lainnya adalah
speech recognition. Speech recognition merupakan teknologi untuk mengena li
huruf, kata atau kalimat yang diucapkan oleh seseorang tanpa mempedulika n
identitas orang terkait (Saefulloh, 2008). Teknologi ini dapat digunaka n
sebagai alat bantu pengganti fungsi mata yang hilang seperti dalam aktivitas
mengetik ataupun membaca. Salah satu contoh aplikasi speech recognitio n
adalah “Windows Speech Recognition” yang digunakan untuk membantu
pengguna dalam berinteraksi dengan sistem. Fasilitas ini dirancang bagi
pengguna yang ingin membatasi penggunaan mouse dan keyboard dengan
tetap menjaga atau meningkatkan produktivitas kerja secara keseluruhan.

9
Para penyandang tuna netra tidak hanya dapat menggunakan komputer
untuk membantu proses pembelajaran tetapi mereka juga dapat menggunaka n
komputer sebagai sumber informasi. Saat ini telah ada situs web yang yang
diciptakan untuk memudahkan siswa-siswa dengan disabilitas. Situs-situs web
khusus telah diciptakan untuk memudahkan siswa-siswa dengan disabilitas.
Salah satunya situs web yang dikembangkan dan dipromosikan oleh Center
for Applied Special Technology (CAST), sebuah organisasi yang misinya
adalah memperluas kesempatan bagi orang-orang dengan disabilitas melalui
penggunaan computer dan berbagai teknologi asistif. CAST enawarkan sebuah
situs web yang disebut "Bobby" dan alat-alat berbasis-web yang menganalis is
aksesibilitas berbagai halaman web.

2.3 Konsep Audiobook


Audiobook merupakan rekaman audio yang terdapat dalam buku baik
berupa teks, gambar,dan ilustrasi lainnya. Produksi audiobook
mengoptimalkan music dan sound effect sehingga pendengar dapat memaha mi
isi buku tanpa harus membaca, bahkan bias sambal melakukan aktivitas sehari-
hari(Anwas, 2014). Menurut Handayani (2016) Audiobook merupakan sebuah
buku bersuara yang dapat digunakan saudara muslim tunanetra untuk
memperoleh ilmu islam. Manfaat dari menggunakan audionook ini adalah akan
memperlancar komunikasi diantara muslim tunanetra dan muslim awas.
Ide audiobook telah dirintis sejak 1931 pada Kongres Amerika Talking
Book Program. Program buku ini telah ditetapkan sebagai alat bantu untuk
tunanetra yang tidak dapat membaca buku cetak. Buku bersuara ini
dikembangkan pertama kali oleh Yayasan Orang Buta Amerika pada tahun
1933, hinga tahun 1996 didirikan Audie Award oleh Audio Publisher
Association.
Konsep audiobook pada zaman modern telah diterapkan dalam
penelitian Wahidah dan Dewi (2015) dengan judul “Software Openbook
sebagai Jembatan Kesenjangan Informasi pada Tunanetra di Yayasan
Komunitas Sahabat Mata Mijen Semarang”. Dalam penelitainnya audiobook
yang dikembangkan dalam bentuk software ini dapat membantu tunanetra
mengakses informasi dari sumber tercetak, yaitu mengalihmediakan informa s i

10
dari bentuk tercetak ke bentuk elektronik. Selain itu, peran openbook dalam
akses informasi ke sumber elektronik, yaitu untuk mengedit informa s i,
mengalihmediakan ke bentuk audio agar mudah didengarkan, sebagai alat
untuk memperbesar dan mewarnai huruf untuk pengguna low vision. Software
openbook dapat dijadikan sebagai alat bantu tunanetra dalam memperole h
informasi untuk memenuhi kebutuhan informasinya.
Kelebihan audiobook untuk penyandang tunanetra adalah mereka
hanya perlu mendengarkan kata demi kata tanpa perlu membaca text secara
langsung. Apabila dalam proses mendengarkan ternyata ada yang perlu
diulang, maka pendengar hanya perlu menekan tombol rewind atau previous
untuk mendengarkan kembali.
Maya Riski Handayani telah melakukan penelitian dengan judul
“Audiobook Sebagai Alat Bantu memperlancar Komunikasi dalam Penyebaran
Dakwah Islam Penyandang Tunanetra” pada tahun 2016. Hasil penelitia nnya
menunjukkan bahwa efek dari banyaknya audiobook dakwah dapat membantu
saudara tunanetra muslim untuk lancer berkomunikasi dengan saudara muslim
awas. Hal tersebut disebabkan banyaknya tunanetra muslim yang diminta
menjadi dai/penceramah di lingkungan tempat mereka tinggal.

11
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah studi pustaka. Data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang
bersumber dari jurnal, prosiding konferensi serta informasi yang berkaitan
dengan blended learning dan tunanetra dari website instansi tertentu dan berita
harian kedibel untuk menghasilkan suatu acuan. Data acuan yang telah
dikumpulkan kemudian simpan dan dicarikan teori solusi pengembangan yang
relevan.
3.5 Teknik Pengolahan Data
Data acuan yang telah dikumpulkan dibandingkan dengan referensi
pustaka dan keadaan aktual pembelajaran tunanetra yang sudah tersedia serta
kondisi ideal yang diharapkan di masa depan kemudian menghasilka n
pemikiran konsep dasar solusi yang diusulkan.
3.6 Analisis dan Sintesi
Bedasarkan karakteristiknya, penulis menggunakan metode analis is
deskriptif, yaitu analisis yang membicarakan beberapa kemungkinana untuk
memecahkan masalah aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan
mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterpretasikannya (Sukardi,
2003). Dalam hal ini, penulis menggunakan metode deskriptif untuk
menjelaskan permasalahan pembelajaran tunanetra saat ini dan membangun
blended e-learning untuk tunanetra sebagai solusi permasalahan tersebut.
Studi Pustaka

Da ta Tertulis Medi a Elektronik

Jurna l Informasi
Pros i ding l a man web
konferensi Beri ta terkait
Buku

Da ta Acuan Kondi si Ideal

La ndasan Konsep blended e-learning


Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
Sumber: Ilustrasi Penulis

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Urgensi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Penyandang


Tunanetra

Salah satu jenis disabilitas yang banyak terjadi dalam masyarakat adalah
kebutaan. Bedasarkan data dari kementerian kesehatan Indonesia pada tahun 2016
yang disampaikan oleh dr. Rita Polana Sp.M. , angka kebutaan di Indonesia adalah
1,5% dari total penduduk Indonesia (± 240.000.000 jiwa). Angka ini di klaim
sebagai tingkat kebutaan tertinggi di Asia Tenggara. Menurut Tjahjo D.
Gondhowiardjo, Ketua Komnas Penanggulangan gangguan pengelihatan dan
kebutaan (PGPK) tingkat kebutaan di Indonesia ini melebihi ambang batas yang
ditetapkan WHO. Ambang batas tersebut adalah 1%. hal ini berarti bahwa masalah
kebutaan di Indonesia dapat memberikan dampak sosial yang serius apabila tidak
segera di tangani.

Dampak sosial yang dimaksudkan adalah pengesampingan kepentinga n


penyandang tunanetra karena kurangnya keterampilan yang dimiliki. Dalam teori
hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow variasi kebutuhan manusia tersusun
dalam bentuk hierarki yang terdiri dari (1)kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan
keamanan, (3) kebutuhan dimiliki dan cinta, dan (4) kebutuhan harga diri
(Novitasarie, 2015). Kebutuhan yang mendasar harus dicapai terlebih dahulu untuk
mencapai kebutuhan yang lebih tinggi. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan
dasar yang harus dimiliki bahkan untuk para penyandang tunanetra. Akan tetapi
fakta dalam masyarakat menunjukkan bahwa kebutuhan pendidikan tunanetra
belum dipenuhi seluruhnya.

Masyarakat penyandang tuna netra kerap mendapatkan perlakuan


diskriminasi dalam mendapatkan pendidikan. Misalnya saja kasus yang didapati
oleh Yayasan Mitra Netra. Bedasarkan artikel dalam website yayasan, pihak
yayasan tengah mendampingi ibu penyandang tunanetra yang memperjuangka n
anaknya untuk mendaftar di sekolah yang terdekat dengan rumah setelah anak
tersebut ditolak oleh pihak sekolah . Sekolah tersebut merupakan sekolah swasta

13
yang terletak di Kawasan Jaga Karsa, Jakarta. Sekolah tersebut melabeli dirinya
sebagai sekolah inklusi karena sekolah tersebut menerima anak-anak dengan
kebutuhan khusus, hanya saja seolah tersebut belum pernah menerima pendaftar
tuna netra. Mereka menolak anak tunanetra tersebut dengan alasan sekolah tersebut
merupakan sekolah unggulan dengan capaian akademis yang tinggi. pihak sekolah
mengaku takut apabila anak-anak penyandang tunanetra tidak dapat mengik uti
pelajaran dengan baik karena keterbatasan yang dimilikinya.

Diskriminasi terhadap tunanetra tidak hanya terjadi pada bidang


pendidikan, tetapi juga pekerjaan. Beberapa perusahaan telah memberika n
kesempatan bagi penyandang tunanetra untuk medapatkan pekerjaan formal dengan
syarat telah menempuh pendidikan tertentu. Kasus diskriminasi terjadi dalam
perusahaan disebabkan karena perusahaan masih belum siap secara teknis untuk
memberikan fasilitas kepada tunanetra dan karyawan lain belum terbiasa bekerja
dengan para penyandang tunanetra sehingga mereka dipandang sebelah mata
(Mahdia, 2014).

Penyandang tunanetra mencari kemampuan alternatif lain apabila mereka


tidak memiliki latar pendidikan yang cukup untuk bekerja secara formal. Dalam
masyarakat, kita menemukan banyak tuna netra memilih jalan hidup sebagai tukang
pijat atau musisi untuk mendapatkan kehidupan yang layak.. Penyandang tunanetra
melakukan trials and errors dalam melatih kemampuan pijatnya pertama kali,
tetapi ada juga yang memilih untuk mencari pelatihan. Ada kekurangan dari trials
and error ini memakan waktu yang cukup lama, karena pelakunya harus mencari
tahu sendiri metode apa yang benar dan apa yang salah dalam setiap detail yang
dilakukan. Hambatan lain dengan trials and errors ini adalah semangat tunanetra
untuk melakukan uji coba yang terus menerus. Metode trials and errors ini dapat
dikatakan belum efektif. Oleh karena itu para penyandang tunanetra yang belum
mendapatkan pelatihan ini memerlukan bimbingan lebih lanjut (Noor, 2014).

Bedasarkan jumlah penyandangnya, tunanetra memiliki jumlah yang


potensial untuk diberdayakan melalui pendidikan sehingga risiko diskriminas i
dapat dikurangi. Pemberdayaan disabilitas termasuk tunanetra sebenarnya telah
diupayakan pemerintah melalui Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang

14
pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Sekolah-sekolah inklusi mulai bermuncula n
sejak diterbitkannya peraturan tersebut. Pada tahun 2016 jumlah sekolah inklus i
sudah mencapai 31. 724 sekolah (kemendikbud, 2017). Dengan banyaknya fasilitas
jumlah sekolah inklusi tersebut harapannya penyandang tunanetra dapat
mengambangkan diri dengan optimal.

4.2 Peran Literasi Digital dalam Memberi Kemudahan Mengakses


Pendidikan

Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997),
literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunaka n
informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang
diakses melalui piranti komputer. Bawden (2001) menawarkan pemahaman baru
mengenai literasi digital yang berakar pada literasi komputer dan literasi informas i.

Literasi digital juga merupakan konsekuensi pertumbuhan pengguna


internet di Indonesia. Pada tahun 2015 jumlah pengguna internet di Indonesia
mendapatkan peringkat empat di banding negara – negara di Asia lainnya. Posisi
Indonesia di peringkat empat berada setelah negara Cina, India, dan Jepang.

Gambar 4.1 Indonesia Peringkat 4 Pengguna Internet Asia

Sumber: Katadata.id

Jumlah pengguna internet di Indonesia yang kuantitasnya besar sudah


seharusnya mendorong penetrasi literasi digital di Indonesia. Menurut penelitia n

15
novi (2017) dengan menggunakan sembilan sampel kota di Indonesia menyatakan
bahwa perguruan tinggi merupakan pihak yang mendominasi dalam menggunaka n
literasi digital dengan prosentase (56,14%), yang diikuti dengan pemerinta h
(14,34%), komunitas (13,52%), lembaga swadaya masyarakat (5,32%), sekolah
dan korporasi masing- masing sebesar 3,68%. Pelaku lainnya adalah asosiasi
profesi dan ormas sebesar 2,86%, plus media (0,4%).

Perguruan tinggi merupakan menggunakan literasi digital seperti e-learning


dalam proses pembelajaran. E-learning hampir digunakan di seluruh perguruan
tinggi Indonesia. E-learning memudahkan dosen dalam memberikan materi dan
tugas melalui perkembangan teknologi.

Pembelajaran menggunakan teknologi seperti audiobook juga bisa


diterapkan dalam perguruan tinggi untuk memberi kemudahan kepada mahasiswa
terutama yang berkebutuhan khusus. Audio book berupa mata kuliah bisa
digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa tunanetra dalam menggali ilmu
pengetahuan. Adanya audio book yang terstandarisasi di perguruan tinggi dapat
membantu perguruan tinggi menjadi rumah belajar yang inklusif sesuai denga n
harapan pemerintah.

4.3 Desain Blended E-learning for Disability sebagai upaya Meningkatkan


Kualitas Sumber Daya Manusia Tunanetra

Blended E-learning memiliki beberapa karakteristik yaitu : model ini


menggunakan desain e-learning sebagai media pembelajaran yang berisi materi
pembelajaran konsep teknologi informasi yang tersedia dalam website “Blended E-
learning For Disability” dan dapat didownload dimana dan kapan saja. Blended E-
learning dapat memudahkan dosen maupun mahasiswa dalam berinteraks i dengan
materi kuliah maupun antara dosen dengan mahasiswa. Setelah di uji coba kan
maka diketahui bahwa pembelajaran menggunakan model Blended E-learning yang
dikembangkan memiliki kemenarikan yang baik.

Tahap pengembangan model pembelajaran pada “Blended E-Learning For


Disability”, pada tahap ini dijelaskan pengembangan model Pembelajaran Blended
Learning adalah sebagai berikut : pada tahap awal dosen melakukan registrasi untuk

16
menjadi member/anggota pada e-learning, setelah mendapatkan login user dan
password maka dosen melakukan login dan membuat permohonan untuk menjadi
instruktur kepada admin, setelah mendapat persetujuan dari admin maka dosen akan
membuat matakuliah, forum, chatting dan lain-lain sesuai fasilitas yang ada pada e-
learning Atutor. Mahasiswa juga akan melakukan hal yang sama untuk registrasi
member/anggota dan setelah mendapatkan user dan password mahasiswa dapat
login. Mahasiswa yang berhasil login dan masuk ke mata kuliah yang bersangkutan
maka dapat melakukan download, chatting, konsultasi pada forum dan lain-lain.

Mahasiswa kemudian mempersiapkan materi yang di dapat dari download


melalui Blended E-learning For Disability sesuai materi Audio Book untuk mata
kuliah yang bersangkutan. Mata kuliah Audio Book pada website Blendede E-
learning For Disability terdiri dari mata kuliah bidang social humaniora (Soshum)
yaitu ekonomi, social politik, ilmu budaya, dan lain-lain.

Blended E-learning For Disability membuka donasi Audio Book untuk para
donator yang ingin mambantu para mahasiswa difabel dalam mendapatakan materi
Audio Book. Donasi ini dibuka untuk semua khalangan dari dosen, mahasiswa, dan
masyarakat umum. Untuk donasi Audio Book telah disediakan link donasi dalam
bentuk google drive dan donator bisa mengirimkan donasi Audio Book nya dalam
bentuk soft file pada google drive yang telah disediakan pada website.

Gambar 4.2 Tampilan Menu Utama Website Blended E-learning For


Disability
Sumber : ilustrasi penulis

17
Pada gambar 4.2 ditampilkan menu utama website blended e-learning for
disability, menu utama pada website ini terdiri dari Home, Regist menu, Link
Universitas, Donasi Audio Book, Audio Book yang tersedia, dan Contact. Berikut
penjelasan dari desain menu utama dalam website Blended E-Learning For
Disability :
1. Home (lampiran 1)
Pada menu ini secara otomatis menampilkan isi keseluruhan website blended-
elearning.com yang terdiri dari link registrasi, link donasi, dan deskripsi Blended
E-learning. Menu home ini juga sebgai menu utama yang ditampilkan dalam
pembukaan website
2. Registrasi (lampiran 2)
Pada menu ini tersedia link Registrasi untuk mahasiswa pengguna website
Blended E-Learing For Disability. Tujuan registrasi adalah untuk melakukan
pemetaan pengguna aktif website ini sehingga pembaruan fitur-fitur audio book
akan terus berlanjut untuk mahasiswa pengguna website khususnya mahasiswa
disabilitas yang dapat menggunakan audio book dalam website Blended E-learing
For Disability.
3. Link Universitas (lampiran 3)
Sesuai dengan menu sebelumnya yaitu link khusus untuk para mahasiswa
pengguna website, selanjutnya pada menu ini tersedia link Universitas. Link
universitas merupakan link pendaftaran khusus untuk universitas yang ingin
bergabung dengan progam pada website ini. Website ini bekerja sama dengan dosen
pengajar mata kuliah, dengan cara : dosen registrasi pada link universitas dengan
mengisi Nama,Email,NIP, dan Asal Universitas untuk mendapatkan materi audio
book yang terdapat dalam website ini. Kemudian, dosen membantu mahas iswa
disabilitas untuk mengakses website ini, sehingga dengan menggunakan audio book
yang sesuai dengan e-book dosen pengajar dan mahasiswa disabilitas dapat
terbantu dalam memahami mata kuliah tersebut.
4. Official Audio Book (lampiran 4)
Official Audio Book merupakan menu untuk para donator yang ingin berdonasi
E-book untuk diberikan Audio Book. E-book untuk donasi yaitu E-book mata
kuliah soshum yaitu, ekonomi, sejarah, social dan politik, psikologi, ilmu budaya,

18
dll. Para donatur dapat berdonasi dengan cara mengupload file E-book nya pada
link yang tersedia pada menu Official Audio Book ini. File E-book donasi dari para
donatur, yang telah di upload pada link donasi akan ditampilkan pada menu ini,
sehingga selanjutnya untuk donasi pengisian suara untuk menjadikan E-book
menjadi Audio book dapat diproses pada menu selanjutnya yaitu Audio Book
References.
5. Audio Book References (lampiran 5)
Pada menu ini tersedia Referensi Audio Book dengan cara mengisi suara sesuai
E-book yang tersedia di menu Official Audio Book, Jadi terbuka donasi untuk
pengisian suara E-book dengan membuka Link donasi audio book yang tersedia
pada menu ini. Syarat donasi ini yaitu harus sesuai dengan materi per bab pada E-
book donasi pada menu Official Audio Book.
6. Audio Book Available (lampiran 6)
Audio Book Available, pada menu ini tersedia audio book yang sudah lengkap
E-book dan Audio nya, dan dapat di download untuk para mahasiswa pengguna
website ini. Audio Book yang telah tersedia sesuai dengan donasi Audio Book pada
menu sebelumnya yaitu Audio Book mata kuliah soshum yang terdiri dari, ekonomi,
sejarah, ilmu politik, ilmu budaya, dll.
7. Contact (lampiran 7)
Pada menu ini tersedia narahubung untuk memberikan informasi yang lebih
jelas terkait dengan website Blended E-learning For Disability. Narahubung
menyediakan E-mail dan Line untuk memberikan informasi terkait website ini.

19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tunanetra (penderita kebutaan) merupakan difabel yang banyak ditemui
dalam masyarakat. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia angka
kebutaan di Indonesia adalah 1,5%. Jumlah ini melebihi ambang batas yang
ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) yaitu 1%. Walaupun jumlahnya
besar, Tunanetra di Indonesia masih mengalami perlakuan diskriminatif baik itu
dalam Pendidikan maupun pekerjaan walaupun jumlahnya. Oleh karena itu
tunanetra di Indonesia perlu diberdayakan.

Pendidikan inklusi juga bisa diakselerasi melalui pesatnya perkembangan


tekhnologi salah satunya melalui literasi digital. Literasi digital bisa diwujudkan
melalui audio book. Adanya audio book sangat membantu tuna netra dalam
mengakses pengetahuan terutama kalangan mahasiswa.

Blended e-learning for disability merupakan inovasi yang digagas untuk


membantu mahasiswa tunanetra dalam mengakses pengetahuan. Inovasinya berupa
website yang berisi kumpulan audio book ditujukan untuk mahasiswa yang
mengambil jurusan sosial humaniora. Terdapat beberapa menu utama yaitu Audio
Book References, Audio Book Available dan Audio Book Available.

5.2 Saran
Karya tulis ini merupakan pengebangan inovasi Blended e-learning untuk
disabilitas. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan refensi untuk melakukan
penelitian implementatif dan evaluative terkait pengembangan blended e-learning
untuk disabilitas selanjutnya

20
DAFTAR PUSTAKA
Alves et.al. 2009.”Assistive Technology Applied to Education of Student with
Visual Impairment”. Journal of Public Health Vol.26 No.(2).
Anwas.2014.”Audiobook : Media Pembelajaran Masyarakat Modern.” Jurnal
Teknodik Vol.18 No.(1).
Bersin, Josh. 2004. The Blended Learning Book : Best Parctice, proven
Methodologies, and Lesson Learned. San Francisco : Pfeiffer.
Buckingham, D. 2007. Digital Media Literacies: rethinking media education in the
age of the Internet. Research in Comparative and International
Education,2(1), 43-55.
Bawden. Information And Digital Literacies: A Review Of Concepts", Journal of
Documentation,Vol. 57 Iss 2 pp. 218–259. 2001, diakses dalam
http://www.emeraldinsight.com.ezproxy.ugm.ac.id/doi/pdfplus/10.1108/EU
M0000000007083.
Callaghar, Mark. 2017. “Does learner engagement and understanding increase with
the use of asynchronous discussion in a blended learning environment? ”.
artikel dalam http://markcallaher.com (diakses Agustus 2018).
Databank.worldbank.org.
Dwiyogo, Wasis D. 2018. “Pembelajaran Berbasis Blended Learning”. artikel
dalam http://www.id.wikibooks.org (diakses agustus 2018).
Gilster. 1997. Digital Literacy. New York: Wiley
Global Human Capital Report. (2017). World Economic Forum Lansir Peringkat
Kualitas SDM Dunia, Ini Peringkat Indonesia. Artikel dalam
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/09/14/world-economic-
forum-lansir-peringkat-kualitas-sdm-dunia- ini-peringkat- indonesia diakses
27 Agustus 2018
Handayani, M.R. 2016.”Audiobook sebagai Alat Bantu Memperlancar Komunikas i
dalam Penyebaran dakwah Islam Penyandang Tunanetra”. Islamic
Communication Journal Vol.1No.(1).
kemendikbud. 2017. data Statistik Pendidikan 2016.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Materi Pendukung Literasi
Digital Gerakan Literasi Nasional. Jakarta : Tim GLN Kemendikbud.
Kurniawan, Iwan. 2015. “Implementasi Pendidikan bagi Siswa Tunanetra di
Sekolah Dasar Inklusi”. Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04.
Kurnia, novi. 2017. Peta Gerakan Literasi Digital di Indonesia : Studi Tengtang
Pelaku, Ragam Kegiatan, kelompok sasaran dan Mitra.

21
Mahdia, Asrini. 2014. “Stres Kerja pada Tuna Netra yang Bekerja Sebagai
Karyawan Perusahaan Berbasis Profit di Jakarta”. Jurnal Psikologi Vo.7
No.(2).
Mayer, R.E. 2009. Multimedia learning: Prinsipprinsip dan aplikasi. (Terjemahan
Baroto Tavip Indrojarwo) Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Buku asli diterbitka n
tahun 1999)
Mihai, A., & Christova, A. 2011. Teaching european studies: A blended learning
approach. Institute for european studies (IES) - Vrije Universiteit Brussel
(VUB). Belgium. International journal of emerging technologies in learning
(iJET). Vol. 6, No. 4, 1-2. 10 Oktober 2011, dari http://euce.or
Noor, Afif. 2014. “Pemberdayaan Ekonomi Tunanetra Komunitas Sahabat Mata
Desa Jatisari Kecamatan Mijeng Semarang”. Dimas Vol. 14 No. (1).
Novitasarie, Actavia. 2015. “Politik Pengakuan : Memperjuangkan Kepentingan
Kelompok Difabel (Tuna Netra) Kota Surabaya”. Jurnal Politik Muda Vol. 4
No.(1).
Permendiknas No. 70 Tahun 2009 tentang “Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik
yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat
Istimewa”.
Precel et.al. 2009. “Pedagogical and Design Aspects of a Blended Learning Course”.
International Review of Research in Open and Distance Learning Vol.10 No.
2.
Roza, Adek Media. (2016). Indonesia Peringkat 4 Pengguna Internet Asia. Artikel
dalam https://katadata.co.id/grafik/2016/01/13/indonesia-peringkat- 4-
pengguna- internet-asia. Diakses 30 Agustus 2018
Rudiyati, Sari. 2011. “Potret Sekolah Inklusif di Indonesia”. Seminar Umum
Memilih Sekolah yang Tepat bagi Anak berkebutuhan Khusus.Makalah
Saefulloh, C.2008. "Sistem Pengenalan Suara Huruf Vokal dari Pembicara Tungga l
Secara Online dengan Fast Fourier Transform sebagai Ekstraksi Ciri".
Universitas Komputer Indonesia.
Sugiarmin, Mohammad.2012. “Pengembangan Teknologi Asistif bagi Anak
Berkebutuhan Khusus dalam Seting Pendidikan Inklusif”. Skripsi Program
Pendidikan Luar Biasa.
Susanti, Erma. 2008. “Rancang Bangun Aplikasi E-learrning”. Jurnal Teknologi
Vol. 1 No. (1).
Thorne, Kaye. 2003. Blended Learning: How to integrate online & traditiona l
learning. London: Kagan Page Limited.
Wahidah dan Dewi. 2015. “Software Openbook Sebagai Jembatan Kesenjangan
Informasi Pada Tunanetra Di Yayasan Komunitas Sahabat Mata Mijen
Semarang”. Universitas Diponegoro.

22
Wati, Minly Tandi et.al. 2012.” Aplikasi untuk Membantu Proses Ujian Pelajar
Tuna Netra dengan Menggunakan Windows Speech Recognition”Politek nik
Caltek Riau.
Wina Sanjaya. 2011. Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
World Economic Forum. (2017). World Economic Forum Lansir Peringkat SDM
di Dunia. Ini Peringkat Indonesia. Diakses 28 Agustus 2018
www.bps.go.id

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


1. Nama : Zahro Ubaydilla

23
TTL : Tulungagung 31 Maret 1999
Pengalaman Organisasi : Staf Science KSEI AcSES FEB UNAIR
KTI yg pernah dibuat : Halal travel eco syariah
Penghargaan Ilmiah lainnya : Juara 2 Research Day HIMA EKIS UNAIR

Alamat : Tulungagung
No Hp : 089698956888
Email : zahroubaydilla@gmail.com
Jenis Kelamin : perempuan
Riwayat Pendidikan
SD : SDN 1 Kedungwaru
SMP : MTsN Tulungagung
SMA: MAN 2 Tulungagung

2. Nama : Arintis Wahyu Susanti

TTL : Trenggalek, 25 Maret 1997


Pengalaman Organisasi :
-Sekretaris Divisi Science AcSES 2017
- Koperasi Syariah MIKA 2017
KTI yg pernah dibuat : Peningkatan Kualitas Penyajian Laporan Keuangan
melalui Psynow Project untuk meningkatkan Akuntabilitas Pemerintah
Desa
Penghargaan Ilmiah Lainnya :
- Juara 3 Accounting paper competition, STIE Pebanas Surabaya

Alamat : Jalan Karangmenjangan VI no 34, Surabaya


No Hp : 085233133063

24
Email : arin.wahyu.susanti@gmail.com
Jenis Kelamin : Perempuan

Riwayat pendidikan
SD : SDN 1 Salamwates
SMP : SMPN 1 Trenggalek
SMA: SMAN 1 Trenggalek
3. Nama : Retno Wulan Dari

TTL : Jombang, 12 September 1996


Pengalaman Organisasi : Bendahara Divisi Research and paper AcSES
2017
KTI yg pernah dibuat :
- Halalfinancing.com sebagai upaya pembiayaan dan sertifikasi industri
halal
- Ex-convict project sebagai upaya penciptaan lapangan kerja bagi
mantan narapidana dan mendukung pengembangan umkm di indonesia

Penghargaan Ilmiah Lainnya :


-Juara 2 call for paper iqtishoduna 2017
- Juara 2 Call for sharia paper temilreg 2018

Alamat : jalan dharmawangsa gang 7 no 8


No Hp : 085730079597
Email : retnowulandari52@gmail.com
Jenis Kelamin : perempuan
Riwayat pendidikan
SD : MI sulaimaniyah kauman
SMP : smpn 2 mojoagung
SMA: sman mojoagung

LAMPIRAN

25
Lampiran 1. Tampilan halaman awal dari website blended e-learning untuk
disabilitas

Lampiran 2. Tampilan menu registrasi dari website blended e-learning untuk


disabilitas

lampiran 3. Tampilan halaman link universitas dari website blended e-learning


untuk penyaluran audiobook bagi disabilitas

26
Lampiran 4. Tampilan halaman official audiobook

Lampiran 5. Tampilan halaman audiobook references

27
Lampiran 6. Tampilan halaman audiobook available

Lampiran 7. Tampilan halaman informasi kontak

28
29

Anda mungkin juga menyukai