Anda di halaman 1dari 28

Kisah si Tikus yang Rakus

Pada suatu hari, diceritakan ada seekor tikus yang terkenal akan kerakusannya. Tikus ini
suka memakan apapun yang ada dihadapannya, mulai dari sepotong daging sapi, tanah, bahkan
kartu KTP yang jatuh ke tanah pun juga pernah dia makan. Alkisah, sang tikus ini berencana
untuk memakan sebuah tiang listrik. Memang sudah sangat lama sang tikus ingin menyantap
benda tersebut. Terlebih, dia juga sudah bosan dengan makanan-makanan yang sudah pernah dia
makan. Sang tikus pun lalu mendekati sebuah tiang listrik yang ada di di pinggir jalan dan
mencoba untuk menggerogotinya. Namun nahas, tiang listrik itu tidak dapat digerogotinya dan
membuat giginya patah satu persatu. Sang tikus pun hanya bisa meringis kesakitan dan meratapi
gigi-giginya yang telah patah. Sejak saat itu, sang tikus pun sudah memutuskan untuk tidak
bersikap rakus.

Struktur Fabel:

1. Orientasi:
o Tokoh dan watak: Sang tikus yang rakus wataknya.
o Latar waktu dan tempat: pada suatu hari dan di pinggir jalan.
2. Komplikasi: Komplikasi pada contoh fabel di ats adalah saat sang tikus mendekati tiang
listrik dan mencoba untuk menggerogotinya, namun gagal dan malah membuat gigi-
giginya patah.
3. Resolusi: resolusi pada fabel di atas terletak pada kalimat sang tikus pun hanya bisa
meringis kesakitan dan meratapi gigi-giginya yang sudah patah.
4. Koda:
o Perubahan sikap:

pada kalimat akhir fabel di atas, dijelaskan bahwa sang tikus sudah tidak bersikap rakus
semenjak gigi-giginya patah akibat mencoba memakan tiang listrik. Kalimat terakhir tersebut
merupakan perubahan sikap pada fabel di atas.

o Amanat:

berdasarkan keseluruhan cerita pada fabel tersebut, bisa disimpulkan bahwa amanat atau peran
moral pada fabel di atas adalah kita selaku manusia dilarang untuk bersikap rakus. Sebab, sikap
tersebut dapat memberikan dampak negatif kepada diri kita seperti halnya sang tikus yang gigi-
giginya patah akibat sikap buruknya tersebut.
“Katak dan Ular Piton”

Disebuah danau hiduplah dua binatang bernama katak dan ular air. Katak tersebut
melompat lompat disekitar danau karena ia termasuk hewan yang suka ingin tahu. Katak tersebut
ingin mencari kegiatan baru dengan cara berpetualang disekitar danau. Dengan senangnya sang
katak melompat lompat menjauhi danau. Iapun terkejut karena ada semak semak yang goyang.
Ternyata dibalik semak semak tersebut muncullah ular piton. Katakpun kaget dan berusaha
menjauhi ular piton, kemudian ia berusaha kembali ke danau lagi. Sebelum katak menjauhi ular,
ternyata si piton menyadari keberadaan katak. Ular tersebut berusaha mendekati katak dan
merayap dengan cepat.
Setelah ular dekat dengan katak, ia segera mengangkat kepalanya dengan tinggi dan
berkata, “ Hai katak gemuk apa yang kau lakukan dihutan ini?” Katak tersebut takut dengan ular
dan berusaha untuk menjauh. Sang ular pun berkata bahwa ia tak akan memakan katak karena ia
sudah memakan kelinci kecil. Kemudian sang kata berkata, “ Aku ingin berpetulang dan mencari
kegiatan baru”. Sang ular menawarkan petualangan yang seru dan katakpun mau. Apabila katak
ingin mencoba petualangan baru, ia harus menjelajahi hutan sendirian. Katakpun belum pernah
menelusuri sekitar hutan karena ia takut dimangsa hewan hewan buas lainnya.
Sang ular meawarkan bantuan untuk menemani katak menjelajahi hutan. Ia berkata,” Wahai
ular carilah tali dan ikatkan pada ekorku.” Sang kata bertanya, “ Untuk apa tali itu?” Tali tersebut
untuk menjaga agar katak tidak tertinggal jauh ketika dihutan, jadi ia tetap aman bersama ular.
Katak tersebut tidak pikir panjang dan menerima tawaran ular. Katakpun mencari tali dan
mengikatkan perutnya dengan ekor sang ular. Setelah itu mereka berjalan menjelajahi hutan,
sampai ditengah hutan sang ular memiliki niat buruk. Ia ingin berusaha membelit katak. Ular
tesebut berusaha membelit katak namun tubuh katak disambar oleh elang dan digelantungkan di
udara. Elang tadi menyadari bahwa ia juga menangkap piton karena ekornya terikat dengan
katak.
Pesan moral dari contoh cerita fabel singkat diatas yaitu jauhilah niat buruk terhadap orang
lain karena dikemudian hari akan merugikan kita.
“Kelinci dan Siput”

Pada jaman dahulu hiduplah dua binatang dihutan yang luas. Binatang itu ialah kelinci dan
siput. Kelinci tersebut memiliki sifat sangat sombong dan pemarah. Bahkan sang kelinci sering
meremehkan hewan hewan lainnya. Ketika ia berjalan jalan disekitar hutan, kelinci itu bertemu
sang siput berjalan dengan lambatnya. Kelinci berkata, “ Siput, apa yang kamu lakukan disini?”
Siput menjawab,” Aku sedang mencari penghidupan.” Kelinci tersebut malah marah karena ia
berpikir sang siput hanya berlagak mencari penghidupan. Si siput berusaha menjelaskan maksud
jawabannya tadi namun kelinci tetap saja marah bahkan ia juga mengancam akan menginjak
tubuh siput.
Akhirnya siput menantang adu kecepatan dengan kelinci. Mendengar tantangan tersebut
sang kelinci marah besar. Ia menerima tawaran siput dan berkata dengan keras agar hewan
hewan lain menjadi saksi perlombaan lari antara kelinci dengan siput. Hari perlombaan tiba,
kelinci dan siput tadi berlomba lari untuk sampai kefinish. Namun sebelumnya si siput memiliki
akal untuk meminta siput siput lainnya berada di titik titik jalur lomba lari sampai ke finish. Hal
ini dikarenakan cangkang semua siput memiiliki kesamaan, dengan begitu hewan hewan lain
tidak akan curiga. Kelincipun melompat dan berlari meninggalkan siput dijalur start. Akhirnya
rencana siput berjalan lancar dan akhirnya siput tadi menjadi pemenang walaupun sebenarnya
yang memasuki finish ialah temannya. Dengan kemenangan siput membuat kelinci menjadi tidak
sombong dan tidak pemarah lagi.
Pesan moral contoh cerita fabel singkat diatas ialah jangan suka meremehkan orang lain
dengan kesombongan kita. Kesombongan tersebut akan membuat kita rugi dan menyesal
dikemudian hari.
“Gajah, Kerbau dan Harimau”

Suatu hari ada seekor kerbau mencari gajah didalam hutan. Kerbau tersebut mencari gajah
untuk menemaninya mencari makanan dihutan. Setelah lama mencari akhirnya kerbau melihat
gajah yang sedang berjalan. Gajah tersebut mau menemani kerbau untuk mencari makanan,
tetapi sebelum bertemu gajah sang kerbau menemui harimau terlebih dahulu. Sang kerbau juga
meminta harimau untuk menemaninya mencari makanan dihutan dan harimau menerima
ajakannya. Setelah kerbau mengumpulkan gajah dan harimau. Kemudian mereka berusaha
melakukan perburuan makanan bersama. Mereka berusaha menangkap hewan hewan lain dan
merebut makanan hewan lain juga. Ketiga hewan itu bekerja sama untuk memburu makanan
dihutan.
Hewan hewan tersebut mulai dari pagi sampai sore mencari makanan. Mereka berhasil
menangkap hewan lain dan merebut makanannya. Berbagai jenis makanan dikumpulkan mulai
dari buah buahan sampai hewan hewan hidup. Harimau menunjuk kerbau untuk membagi
makanannya. Kerbau tersebut menghitung banyaknya makanan dan membagi tiga dengan adil.
Sang harimau merasa tidak adil dan marah, akhirnya ia menerkam kerbau dan tumpukan
makanannya menjadi bertambah. Setelah itu harimau menunjuk gajah untuk membagi
makanannya. Akhirnya karena harimau merasa masih kurang akhirnya ia juga menerkam gajah.
Harimau tersebut serakah karena merasa kekurangan makanan dan menerkam kedua temannya
tadi.
Pesan moral dari contoh cerita fabel pendek diatas ialah jangan memiliki sifat serakah dan
kurang agar tidak dijauhi oleh orang lain. Karena pada suatu hari kita akan membutuhkan
bantuan orang lain juga. Namun pada akhirnya orang lain tidak mau untuk membantu kita.
“Kancil dan Anjing Pemburu”

Disebuah hutan ada pemburu yang ditemani anjingnya. Ia mencari hewan hewan hutan
untuk dimangsanya. Anjing tersebut dilatih untuk memburu hewan hewan dihutan. Pemburu
tersebut akhirnya mencari buruannya bersama sang anjing. Ditengah tengah pemburuannya, ia
melihat kancil sedang makan. Ia berusaha mengejar sang kancil sampai akhirnya sang kancil
tertangkap. Sang kancil berusaha keras mengindari pemburu dan anjingnya. Namun apa daya
dia malah tertangkap dan dimasukkan ke dalam kandang. Sang kancil termasuk hewan yang
cerdik dihutan. Ia berusaha keluar dari kandang tesebut. Sang kancil berusaha menipu anjing tadi
agar ia bisa membantu mengeluarkannya dari kandang. Kancil berkata bahwa ialah yang
disayang oleh pemburu karena kancil diberikan makanan yang banyak dan diberikan kasih
sayang lebih. Ia juga berkata bahwa anjing tadi akan digantikan oleh kancil.
Dengan berpikir panjang akhirnya anjing berhasil ditipu oleh sang kancil. Ia termakan kata
katanya dan tidak terima atas perkataan kancil. Akhirnya anjing membuka pintu kandang dan
mengusir kancil dari tempatnya. Anjing juga mengancam kancil apaila ia masih mendekati
pemburu, ia akan dimangsa oleh anjing. Sang kancilpun menjauhi temoat pemburu tadi dan
berusaha meloloskan diri. Sang pemburu datang untuk mengambil buruannya. Melihat
buruannya yang lepas membuat pemburu sangat marah. Pemburu tadi akhirnya marah kepada
anjing tadi. Dengan kecerdikan kancil membuatnya terlepas dari bahaya yang mengancamnya.
Pesan moral dari contoh cerita fabel diatas ialah apabila kita mempunyai semangat dan
keinginan kuat untuk mewujudkannya. Maka cepat atau lambat pasti keinginan tersebut akan
terwujud.
Gajah Yang Baik Hati Dan Suka Menolong

Pada suatu hari ada seekor gajah yang sangat baik, tubuhnya tinggi, besar dan gemuk,
belalainya sangat panjang dan kuat, sepasang gading yang kuat dan kokoh, gajah itu snagat baik
hati, dia selalu memberi makan binatang-binatang yang kelaparan, ia pun selalu memberikan
pertolongan pada mereka yang kesusahan, baik binatang itu yang besar maupun binatang yang
kecil seperti tikus dan semut
Pada suatu hari gajah mengadakan perjalanan yang sangat jauh ia berkeliling hutan dan
bertemu dengan harimau yang sedang kesakitan karena terkena pohon yang jatuh. “gajah-gajah
tolong aku” kata harimau dengan sedikit menahan sakit. mendengar teriakan harimau, gajah
langsung menolong dengan mengangkat pohon yang menghimpit tubuh harimau dengan
belalainya. “terima kasih kawan seandainya kamu tidak segera datang menolongku, mungkin aku
sudah mati tertindih pohon yang sangat besar ini, sekali lagi terima kasih gajah” kata harimau,
gajah pun berkata “kamu harus bersyukur karna masih bisa selamat dan hanya mengalami luka
ringan”, “kamu benar gajah rasanya tidak ada binatang lain yang sangup menolongku untuk
mengangkat pohon sebesar itu selain kamu” saut harimau, dan gajah kembali berkata “sudahlah
kita sesama makhluk hidup harus saling tolong menolong bukankah begitu”, meskipun gajah
memiliki kekuatan yang tidak dimiliki binatang lain, tapi gajah tetep rendah hati, dan tidak
menyombongkan diri. gajah pun bertemu dengan seekor kancil yang sedang asyik menikmati
mentimun di kebun pak tani, kancil pun berkada didalam hati “perutku sekarang sudah kenyang
aku harus segera mencari air minum” sikancil lalu segera meninggalkan kebun itu ia berjalan
kearah sungai untuk minum. setelah berjalan sampai disungai, ia tidak mendapat air sedikitpun,
air sungai kering sehingga tidak ada air yang ia minum untuk membasahi tenggorokanya yang
mulai kering.
Sikancil berkeliling hutan mencari minum, kancil merasa kecewa karena saat tiba dipingir
rawah dan tepi danau tidak mendapatkan air sedikitpun. satu-satunya yang belum ia datangi
adalah sebuah kolam yang besar yang berada ditangah tengah hutan “sekarang aku harus pergi ke
kolam yang besar itu, mungkin saja disana masih banyak air yang bisa diminum, mungkin disana
aku akan mendapatkan air yang segar” kancil berkata dalam hati, setelah beberapa saat si kancil
berjalan melewati pohon jati, sampailah dikolam itu. “ternyata benar dugaanku, masih ada air
dikolam ini” gumam sikancil, sebenarnya kolam itu kecil dan sangat dalam ketika musim hujan,
tetapi karena musim kemarau air kolam tersebut tinggal separuh sehingga terlihat seperti kolam
yang besar tanpa berfikir panjang sikancil langsung terjun kedalam. ia merasa sangat gembira
karena mendapatkan air minum, ia meminum dengan sepuas puas tenggorokannya sudah basah
dan tenggorokanya sudah pulih kembali, badannya kini menjadi segar. namun ketika dia akan
kembali pulang ia terperosok kedalam kolam tersebut tolong-tolong gajah mendengar teriakan
itu dan langsung menolongnya.
Pesan moral: “mesipun berbadan besar dan kuat kita tidak boleh sombong dan senantiasa
harus saling menolong seperti apa yang dilakukan gajah”
Keledai dan Katak

Disebuah pemukiman diujung bukit nan hijau ada seorang kakek yang memiliki keledai
pagi itu kakek tersebut menyuruh keledai untuk membawa kayu “nah keledai, sekarang pergilah
antarkan kayu ini ya, hati hati ya..” sang keledai pun segera pergi untuk mengantar kayu tersebut.

Namun ditengah perjalanan, keledai bertemu dengan kambing “eh, keledai, mau kamu
bawa kemana kayu kayu itu?” tanya kambing “ah kambing aku mau membawa kayu–kayu ini
kepasar” jawab keledai, “apa tidak berat kayu-kayu itu?” tanya kambing lagi “aku sudah terbiasa
membawa kayu-kayu ini” kata keledai sambil melanjutkan perjalan “ya sudah hati hati ya” ucap
kambing menutup pembicaraan.

Diperjalanan berikutnya, keledai menemui sebuah sungai dan keledai pun tidak dapat
melewatinya jalan satu-satunya harus menyebrangi sebuah jembatan. Keledai sudah berhati-hati
saat melewati sungai terdebut namun karena jembatan itu kecil, jadi tak mampu menopang tubuh
keledai, hingga keledai pun terjatuh tercebur kedalam sungai tersebut, “tolong, tolong, tolong
aku….”

Disaat bersamaan ada sekumpulan katak yang sedang berenang, “ah.. segar sekal air ini !”
Karena keledai tercebur sang katak pun mendekati keledai, keledai meminta bantuan kepada si
katak “tolong aku katak, aku tidak bisa keluar dari sungai ini, aku sudah tidak sangup katak” kata
si keledai meminta tolong, katak pun berkata “ah.. si keledai, baru saja di sungai kau sudah
begitu sedih dan menderita.

Lihat aku !, sepanjang hidupku aku berada di sungai, tapi aku tidak pernah mengeluh, dan
kami senang berada disini, kalau kau tidak sanggup naik, ya sudalah, tidak usah menangis, kamu
manja sih, berusaha yang lebih keras” si keledai menjawab “kamu jangan sombong katak, kamu
bisa bantu aku tidak?“ bukannya membantu malah mmengejekku. ”

Aku bilang kamu harus berusaha keledai” jawab katak mencari alasan “dari tadi aku sudah
berusaha, tapi tidak berhasil” katak mencari alasan lagi “tubuhmu kan besar, serahkan tenagamu,
katanya keledai binatang yang kuat, ayo tunjukan” si keledai pun menyahut “aku memang
binatang yang kuat, lihat saja di atas punggunku, aku bisa angkut banyak kayu sekaligus, kalau
kamu kuat tidak mengangkat kayu sebanyak ini?”

Dari kejahuan si kancil melihat ada keledai dan katak yang sedang berbincang-bincang,
dan kancil pun mendengar percakapan mereka, “hai teman-teman!“ sapa kancil!, “hai kancil”
jawab keledai dan katak bersamaan. “aku mendengar pembicaraan kalian sejak tadi loo,
bagaimana ceritanya dirimu bisa berada di sungai wahai si keledai?” keledai pun menceritakan
pada kancil “tadi sewaktu aku menyebrang sungai, jembatanya patah dan aku tercebur, aku minta
tolong pada katak, katak malah mengejeku”, katak pun meminta maaf pada kancil “maaf deeh.
aku kan tidak bermaksud mengejek. Kami hanya mencoba memberi semangat kok, tubuh kami
kecil, lalu apa yang bisa kami lakukan untuk menolong mu yang berbadan besar, walaupun kami
hidup disungai ini” si kancil tersenyum, “oww begitu ketahuilah teman-teman, kita hidup di
tempat yang berbeda katak harus hidup di air, karena katak makan dan berkembang biak di air,
sedangkan aku dan keledai hidup di daratan, makan dan berkembang biak di daratan juga, tapi
alangkah baiknya bila kita hidup di tempat yang berbeda, kita tetap saling tolong menolong,
setuju!” nah keledai sekarang kami akan membantumu, aku akan mengangkat kayu itu satu
persatu dari pundak mu agar beban mu berkurang dan kamu bisa melangkah naik di dasar sungai,
akhirnya si keledai bisa keluar dari sungai tersebut dan keledai berterimah kasih kepada katak
dan kancil “terimakasih ya katak dan kancil kalian telah menolongku!” katak dan kancil
menjawab “sama sama keledai”.

Pesan moral: “bahwasanya kita sesama makhluk hidup harus saling tolong menolong, tidak
peduli bagaimana cara kita hidup, dimanapun kita hidup, tidak peduli ras atau golongan maupun
agamanya.”
Gagak dan Elang

Pada suatu hari di hutan lereng gunung, ada seekor burung gagak yang sedang mencari makan.
Burung gagak itu memiliki anak namanya Raga, seekor anak burung gagak yang sangat periang
dan pantang menyerah. Kemanapun orang tuanya pergi, Raga selalu ikut dan membantu mencari
makanan.

Ke esokan hari, Ibu Raga keluar ingin mencari makanan, Raga waktu itu yang masih tertidur
tiba-tiba terbangun.
“Ibu mau kemana?” tanya Raga.
“Ibu mau mencari makanan untuk keluarga kita” jawab Ibu gagak.
“Raga ikut, bu. Raga ingin mencari cacing kesukaan Raga” pinta Raga.
“Iya nak, tapi kamu harus tetap waspada, jangan jauh-jauh dari ibu” ucap ibu gagak.
“baik bu” jawab Raga.

Padi itu mereka terbang ke arah timur, mereka turun dari sawah-kesawah untuk mencari tikus
sawah. Raga dengan cerdiknya mendapatkan banyak cacing sawah. Namun tiba-tiba dari atas ada
seekor elang yang juga mencari makan, elang itu memang terkenal sering merebut makanan
gagak. Ketika gagak ingin menerkam seekor tikus, tiba-tiba elang menyahutnya dari atas.

“Hai elang, mengapa kamu suka merebut makananku?” bentak gagak.


“Kamu sangat lamban gagak, siapa cepat dia dapat” ejek elang.
“mengapa kamu tidak mencari makanan sendiri, dasar pengganggu” ucap gagak.
Sementara itu, Raga yang melihat ibunya sedang kesal sama elang, tiba-tiba terbang ke atas
kemudian turun menyahut kembali seeokor tikus dari tangan di elang.
“Hey, anak gagak. Apa yang kamu lakukan?, kembalikan makananku” teriak elang.
“Aku hanya merebut kembali makanan ini dari ibuku, aku tidak mencuri dari kamu” ucap Raga.
“Dasar gagak kecil, cepat kembalikan” ucap elang tampak marah.
“Tidak, ini adalah milik kami, kamu yang mencarinya dan kamu telah mencurinya dari kamu”
jawab Raga.
Ibu gagak hanya terdiam, ia sangat bangga sekali memiliki anak yang pemberani dan cerdik.
Elang yang mulai tampak kesal, tampak sudang bersiap-siap menyerang gagak.
“Aku tidak takut sama kamu, selama kami benar” ucap Raga.
“Baiklah kalau itu mau mu, sekarang rasakan pembalasanku” teriak Raga.
Tiba-tiba ibu gagak menyela, tak ingin anaknya dalam masalah, ibu gagak langsung
menghadang.
“Apa kamu tidak malu elang?, beraninya sama anak kecil” ejek ibu gagak.
“Kalau kamu pemberani, hadapi aku” tambah ibu gagak.
“Kalian berdua maju semuanya, aku tidak takut” ucap elang.
Disaat elang bersiap-siap menyerang Raga dan ibunya, tiba-tiba rombongan burung gagak
terbang melewati mereka dan berhenti.
“Elang, kamu buat masalah lagi?” tanya salah satu gagak.
Elang hanya terdiam dan kabur karena ketakutan, Raga dan ibunya lega karna elang itu sudah
pergi.
“Terima kasih atas bantuan kalian” ucap ibu gagak.
“Sama-sama, anakmu cukup berani melawan si elang. Aku salut padanya” jawab salah satu
gagak.
“Terima kasih paman, Raga berani jika benar. Itu yang ibu ajarkan” ucap Raga.
Akhirnya rombongan gagak itu pamit ingin melanjutkan perjalanannya. Raga dan ibunya terbang
pulang ke rumah mereka. Ibu bangga sekali Raga kini tumbuh menjadi anak yang berani dalam
kebenaran dan cerdik.

Pesan Moral: “Kebenaran harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Kalau tidak maka
kebenaran pasti dikalahkan oleh kebatilan.”
Beruang dan Lebah

Suatu hari seekor beruang berjalan di sepanjang hutan untuk mencari makanan. Beruang
berniat mencari buah-buahan untuk bekal makanan selama beberapa hari. Tanpa sengaja beruang
menemukan sebuah pohon yang tumbang. Pohon tersebut ternyata dihuni oleh lebah yang tengah
membuat sarang. Beruang pun penasaran dengan sarang lebah tersebut.

Beruang mulai mengendus-endus sarang dengan hidungnya. Dengan berhati-hati beruang


melihat ke dalam sarang. Beruang berharap lebah tidak sedang berada di dalam sarang sehingga
ia bisa mengambil madu yang ada di dalamnya.

Malang bagi beruang ternyata pada saat ia menengok ke dalam sarang, kawanan lebah
sedang menuju ke sarangnya usai mencari sari makanan dari bunga-bunga. Tidak dapat dihindari
kawanan lebah yang berjumlah ribuan tersebut menyerang beruang.

Dengan keras beruang mencoba melawannya dan berlari untuk menuju rumahnya. Tetapi
kawanan lebah semakin ganas dan justru memanggil lebah dari beberapa sarang yang ada di
hutan untk membantu mengejar beruang. Pada akhirnya, beruang tidak bisa menghindar dan
merelakan tubuhnya digigit habis oleh kawanan lebah.

Tamat.

Pesan moral: tidak boleh tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu dan memikirkan perasaan
orang lain yang mungkin terganggu dengan apa yang akan kita lakukan.
Kelinci dan Kura Kura

Pada suatu hari di sebuah hutan, ada seekor Kura kura yang berniat untuk menantang
seekor kelinci yang dikenal sombong dalam pertandingan adu cepat berlari. Kura-kura berani
menantang kelinci karena sebelumnya telah dihina oleh kelinci. Kura-kura dianggap sebagai
binatang yang lamban dan bodoh.

Saat mendengar tantangan dari kura-kura, kelinci pun tanpa pikir panjang menerima
tantangan tersebut dengan penuh percaya diri. “Bodohnya kura-kura ini menantangku berlari,
padahal sudah jelas pemenangnya adalah aku”, ucap kelinci dalam hatinya. Kelinci pun
meninggalkan kura-kura dengan senyum sinisnya.

Keesokan harinya telah disiapkan jalur panjang yang akan dilewati keduanya untuk adu
lari. Hewan-hewan yang lain sudah penasaran untuk menonton perlombaan itu. Dukungan hewan
yang lain ditujukan kepada kura-kura yang memang baik hati sekaligus mereka juga kesal
dengan prilaku sombong kelinci.

Bertugas sebagai wasit, seekor kera yang didaulat pun memberikan aba-aba sebagai tanda
dimulainya perlombaan. Dalam waktu yang singkat kelinci jauh memimpin, namun kura-kura
tak menyerah begitu saja. Kura-kura semakin cepat berlari.

Beberapa saat pun berlalu. Setelah berlari dengan kencangnya, kelinci merasa lelah di
tengah perjalanan. Dia bergumam, “Kura-kura masih jauh di belakangku, rasanya aku bisa
istirahat sebentar untuk memulihkan tenaga”. Kelinci bersandar di bawah pohon dan tertidur
disana.

Beberapa waktu kemudian ia terbangun dan terkejut, kelinci berharap kura-kura masih
dibelakangnya. Dengan cepat kelinci berlari menuju garis finish. Kelinci masih yakin akan
kemenangannya menghadapi kura-kura. Namun kenyataan berkata lain, kura-kura sudah sampai
terlebih dulu di garis finish. Ternyata kelinci tertidur cukup lama di bawah pohon, sehingga
kemenangan pun didapatkan kura-kura. Semuanya bersorak gembira, kelinci akhirnya pergi
dengan malu.

Tamat.

Pesan moral: kesombongan hanya akan menimbulkan keburukan


Si Monyet Yang Nakal

Di sebuah hutan, tinggallah seekor monyet yang sangat nakal dan suka membuat
kerusuhan. Dia bernama Moli. Suatu hari Moli sedang berebut makanan dengan monyet lainnya.
Padahal makanan itu bukan milik Moli, tetapi ia tetap berniat untuk mendapatkannya.

“Hai, Moli. Jangan kau merebut makananku. Kenapa kau suka mengambil milik orang
lain?”
“Biar saja, memangnyatidak boleh.terserah saya, dong!” akhirnya monyet pemilik makanan itu
mengalah kemudian monyet itu pulang dan menceritakan sikap Moli kepada warga di hutan.
Monyet itu juga menasehati warga hutan agar tidak berteman dengan Moli dan menjauhi Moli
yang nakal.

Sejak saat itu Moli merasa kesepian karena tidak ada satu hewan pun yang mau berteman
dengannya. Beberapa hari kemudian Moli bergegas pergi meninggalkan hutan. Ia berharap dapat
memperoleh teman di daerah lain. Sepanjang jalan Moli sangat murung. Hingga akhirnya ia
bertemu dengan seekor burung. Burung itu sangat heran meilat kemurungan Moli.

“Hai, teman. Mengapa wajahmu sangat murung?” sapa burung itu.

“Saya pergi dari huta. Karena semua hewan di huta selalu menganggapku jahil dan suka
menang sendiri!” jawab Moli.

“Tidak uash sedih, saya bisa membantumu.” Burung pun menasehati Moli agar tidak
mengulangi kesalahannyadan menghindari sifat nakalnya. Tetapi Moli tidak memperdulikan
nasehat burung. Moli justru merasa tersinggung, kemudian ia segera pergi meninggalkan tempat
itu.

Sewaktu Moli melanjutkan perjalanan, ia bertemu dengan monyrt yang pernah


diganggunya. Tetapi Moli enggan meminta maaf, ia malah membuat keributan lagi dengan
monyet itu. Mereka pun saling adu mulut hingga akhirnya terjadi pertengkaran antara mereka. Di
tengah pertengkaran yang kemudian berlanjut pada perkelahian, Moli jatu terpeleset ke jurang
yang sangat dalam. Mulai saat itu tidak terdengar lagi kabar Moli, si monyet yang
nakal.sepeninggal Moli, suasana dalam hutan terasa aman tenteram dan damai.
Kecerdikan Menumbuhkan Kebaikan

Di sebuah gurun pasir, hiduplah ular dan tikus pasir. Sebenarnya ular sangat ingin memangsa
tikus. Sedangkan tikus berusaha mencari akal agar ular tidak lagi berniat memangsanya. Saat itu
ular sangat lapar, padahal ia sedang tidak mempunyai sedikit pun makanan. Sedangkan tikus
yang berada tidak jauh dari ular sedang asyik melahap makanannya. Ular merasa tidak senang
melihat kelakuan tikus.

“Dengarkan ucapanku, wahai, tikus yang angkuh! Aku pasti akan mendapatkan tubuhmu yang
mungil dan lezat itu!” teriak ular mengancam tikus.
“Hei, Ular. Berusaha dan bekerjalah. Jangan hanya berani mengancam. Kalau hanya
mengancam, seekor semut pun bisa!” ular sangat marah mendengar ejekan tikus. Ia lalu kembali
ke sarangnya dengan perut yang lapar. Sedangkan tikus masih lahap dengan makanannya.

Waktu terus berjalan, tetapi ular tidak juga menemukan makanan. Ia juga enggan untuk keluar
dari sarangnya. Sementara itu tikus sudah lelap dalam sarangnya. Ular yang masih dalam
keadaan lapar segera mengandap-endap mendekati sarang tikus meski ia masih sangat kesal
terhadap tikus. Dan kini ular telah berada di sisi tikus yang sedang tidur pulas.

“Hei, Tikus. Aku sudah berada di sebelahmu dan siap untuk menyantapmu!” kata ular
mengagetkan tikus. Tikus segera terbangun dari tidurnya. Sambil berpura-pura menguap, ia
mulai memutar otak agar bisa lolos dari cengkraman ular.
“Tunggu dulu Ular, sahabatku. Kalau kau ingin memakanku, kau harus berpikir dulu. Kita hanya
berdua di sini, tidak ada hewan lain. Jika kau memakanku maka kau akan sendiri. Kau tidak akan
mempunyai teman yang dapat kauajak mencari makan. Kalau begitu kau tidak akan makan dan
akhirnya kau akan mati!” sejenak ular terdiam. Ia mencoba merenungkan nasehat tikus.
“Jadi kita tidak bisa hidup sendiri?”
“Tentu. Bukankah kita bisa berteman dan tentunya kita dapat mencari makan bersama. Bukankah
itu lebih menyenangkan daripada nantinya setelah kau memakanku kau hanya akan hidup
sendiri.” Ular mengangguk tanda mengerti.
“Baiklah kalau begitu maafkan aku!” Tikus pun memaafkan ular. Mereka tersenyum bahagia,
kemudian beranjak mencari makanan bersama-sama.
Pertolongan Membawa Bahagia

Di sebuah tembok rumah yang indah, terdapat beberapa ekor cicak yang sedang melata.
Salah satunya adalah cicak buruk rupa yang nasibnya selalu malang. Ia selalu diejek oleh teman-
temannya.
Suatu hari, ia merambat pada sebuah dinding sambil merenung. Berbagai bayangan dan impian
menyatu dalam pikirannya.

“Kenapa nasibku begitu malang? Kenapa semua teman-temanku selalu membenciku?


Akankah aku bahagia seperti hewan lain?” kata cicak. Tiba-tiba datang seekor nyamuk, sahabat
cicak.
“Kenapa kau murung, wahai cicak?” tanya nyamuk khawatir
“Nyamuk sahabatku, kenapa aku merasa selalu malang?”
“Cicak, sebenarnya kau diciptakan penuh kelebihan. Kau dapat merambat di dinding tanpa jatuh.
Kau dapat mengecoh lawanmu dengan memutus ekormu saat kau ada dalam bahaya. Mengapa
kau masih saja bersedih?”
“Aku tidak disukai teman-temanku karena aku berwajah buruk!”
“Tenanglah, teman! Semuanya pasti akan berakhir, asalkan kau sabar.” Nyamuk terus menghibur
hati cicak.
“Terima kasih kau telah membuatku kembali bersemangat.” Nyamuk hanya tersenyum.
Kemudian pergi meninggalkan cicak.

Cicak pulang dengan hati yang tenang. Dalam hati ia berjanji untuk tidak menyakiti
nyamuk, apalagi memakannya. Di tengah jalan, ia melihat rombongan teman-temannya yang
sedang mencari makanan, yaitu nyamuk. Cicak berusaha mencegah. Ia takut kalau nyamuk
sahabatnya akan menjadi mangsa teman-temannya. Namun, teman-teman cicak justru marah
ketika mendengar larangan cicak. Cicak pun menggunakan berbagai cara untuk mencegah
teman-temannya.

“Nyamuk-nyamuk itu juga berhak hidup seperti kita. Jadi kita tidak berhak merampas
kehidupan yang diberikan Tuhan pada nyamuk nyamuk itu. Bukankah kita bisa mencari
makanan yang lain, yang tidak merugikan makhluk lain?” mendengar itu, cicak-cicak sadar kalau
selama ini mereka telah berbuat salah. Mereka segera meminta maaf pada cicak. Dan mereka
berjanji tidak akan menyakiti, bahkan memakan nyamuk lagi. Cicak merasa puas. Ia bisa
menyadarkan teman-temannya, juga melindungi nyamu, sahabatnya. Hari ini cicak sangat
senang, karena hari ini ia dapat berguna bagi makhluk lain.
Harimau Yang Terjerumus

Di sebuah hutan, tinggallah binatang-binatang yang kehidupannya aman dan tenteram.


Tetapi sejak kedatangan harimau buas, sering terjadi kerusuhan di hutan karena harimau itu
sering mengacau. Namun ada satu binatang yang berani menentang harimau, yaitu Pena si
kucing jantan.

Sampai suatu hari, harimau yang biasa dipanggil Harim, membuat keributan di rumah
Pena. Pena yang melihat kalau Harim sedang mengacau di rumahnya. Ia merasa sangat kasihan
pada orang tuanya karena itu ia segera mengambil tindakan. Pena berusaha mengalih kan
perhatia Harim

“He..Harim, keluarlah, kalau kamu jantan kejarlah aku!” Pena sengaja berkata dengan
keras.

Mendengar teriakan Pena Harim merasa ditantang. Ia pun segera keluar dari rumah Pena
dan mulai mengejar Pena yang telah berlari cukup jauh. Sedangkan itu Pena yang sedang dikejar
Harim berusaha mencari ide untuk membuat jera Harim. Tidak terasa mereka telah sampai di
tengah hutan. Ketika melihat sumur tua di tengah hutan, Pena pun mendapat ide. Ia sangat yakin
kalau harimau yang kelihatannya parkasa dan menakutkan belum tentu mempunyai otak yang
cemerlang.Pena segera berhenti ketika sampai di tepi sumur.

“Sekarang kamu mau kemana, ha?” kata Harim sambil memamerkan giginya
“Tunggu dulu Harim! Kalau kau mau memangsaku, kau harus kalahkan dulu temanku yang
hendak menantangmu. Dan temanku itu bersembunyi dalamsana.” Kata Pena sambil menunjuk
pada sumur tua itu.

Kemudian Harim mendekati sumur dan ia segera menunjukkan giginya yang runcing. Tapi
alangkah kagetnya Harim, karena hewan yang ada dalam sumur itu mengikuti gerakannya
dengan sangat mirip. Harim memamerkan cakarnya yang tajam, tapi hewan itu juga
menirukannya dengan persis. Kini Hari sangat marah . tanpa berpikir panjang ia segera
melompat masuk dalam sumur. Dan tidak lama kemudian Harim telah mati.

Pena tersenyum puas karena dapat mengelabuhi Harim. Sebenanya ia tidak tega. Tetapi itu
adalah balasan yang setimpal atas perbuatannya pada binatang penghuni hutan. Karena
kecerdikannya itu, ia di kenal sebagai hewan yang cerdik, pandai, cerdas dan pemberani.
Patih Buaya Yang Korupsi

Di sebuah sungai, tinggallah sekelompok buaya yang dipimpin oleh seorang raja yang arif
bijaksana. Raja buaya selalu memikirkan kehidupan rakyatnya, sehingga raja sangat disayangi
dan dicintai rakyatnya. Rakyat buaya pun hidup makmur dan tenteram.

Pada musim penghujan, keadaan buaya sedang menderita karena banjir melanda sungai.
Rakyat buaya kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Melihat rakyat buaya menderita,
raja merasa harus bertanggung jawab atas rakyatnya. Semakin hari raja semakin prihatin melihat
pemderitaan yang dialami rakyatnya. Akhirnya raja memutuskan untuk membagikan makanan
yang disimpannya untuk berjaga-jaga sewaktu musim hujan tiba. Dengan segera raja mengutus
kedua patihnya untuk membagikan makanan itu pada rakyatnya secara adil. Kedua patih
kepercayaan raja buaya dengan senang hati menerima titah rajanya.

Kedua patih itu segera membagi-bagikan makanan seperti apa yang diperintahkan raja.
Namun pada waktu itu patih Karta melihat patih Narta mengurangi setengah dari makanan yang
akan dibagikan pada rakyat.
“Hai, Patih Narta. Kenapa kau memakan sebagian makanan yang seharusnya diberikan pada
rakyat?” Namun rupanya patih Narta tidak mempedulikan larangan patih Karta. Ia bahkan
mengatakan kalau patih Karta iri melihat keberhasilannya mendapat sebagian dari makanan
rakyat.

Dengan sabar patih Karta menasehati patih Narta. Namun patih Narta justru mengejek
nasehat patih Karta sehingga terjadilah adu mulut antara keduanya.
“Apa hakmu melarangku berbuat sesuatu yang aku sukai?”
“Tapi ini makanan milik rakyat! Lihatlah di luar sana rakyat buaya sangat menderita. Mereka
sedang kelaparan! Kalau kau terus begini, kau akan kulaporkan kepada raja, agar kau dihukum
dengan setimpal!”

Namun belum sempat Patih Karta melapor ke raja, Patih Narta menyerangnya dari
belakang. Di antara mereka terjadi perkelahian hebat. Keduanya sama-sama kuat. Namun di
mana pun kejahatan pasti kalah oleh kebenaran. Begitu juga dengan patih Narta. Ia pun mati.
Kematiannya bukan karena serangan patih Karta, melainkan kepalanya membentur batu besar di
tepi sungai karena terlalu bernafsu menyerang Patih Karta.

Hari itu juga Patih Karta melaporkan kejadian itu pada raja buaya. Ia juga menceritakan
tingkah laku Patih Narta. Mendengar itu raja buaya sangat bangga pada Patih Karta yang sangat
setia padanya. Sejak itu kehidupan rakyat buaya semakin aman dan tenteram karena dipimpin
raja yang arif dengan seorang patih yang sangat setia.
Keharuan Seekor Anjing

Pagi yang begitu patah dengan rasa si Anjing dalam menanamkan hatinya pada kupu-kupu
yang sedang menari-nari di taman saat si Anjing menjaga rumah majikannya yang bernama pak
Bolot. Keharuan si Anjing datang di saat tarian kupu-kupu semakin indah dan semakin lucu.

Si Anjing mencoba untuk menirukan tarian kupu-kupu, namun tidak dapat dicapainya.
Anjing berkata.
“Kenapa aku tidak bisa seperti mereka., padahal kata pak Bolot aku cantik?” kata si Anjing kesal
“Percuma aku cantik kalau tidak dapat menari.” Si Anjing tetap mencoba menirukan kupu-kupu
tetapi ia tetap tidak bisa.
Dengan keharuan itu si Anjing menangis. Si Kupu menangkap suara tangisan si Anjing, lalu
mendekatinya.
“Anjing, kenapa kau menangis?” tanya si Kupu.
“Aku tidak bisa menari dan terbang sepertimu! Padahal kata majikanku aku sangat cantik.”
Jawab si Anjing. Si Kupu mencoba menasehati si Anjing. Tidak lama kemudian turunlah hujan.
Si Kupu bersama teman-temannya segera pergi mencari tempat berteduh.

Setelah beberapa hari. Si Anjing merusak taman di sekitar rumah pak Bolot, agar si Kupu
bersama teman-temannya tidak lagi dapat menari-nari di taman. Setelah beberapa lama,
datanglah si Kupu bersama teman-temannya. Si Kupu melihat si Anjing yang sedang merusak
taman menjadi marah.

“Tunggu…, kenapa kamu merusak taman disini?” tanya si Kupu


“Memangnya kenapa? Ini kan tama milik majikanku? Bukan milikmu?”
“Memang ini bukan tamanku! Tapi kau telah merusak tanaman yang tidak bersalah!”
pertengkaran semakin ramai, namun sedikit mereda ketika pak Bolot datang dengan wajah marah
karena melihat tamannya yang indah menjadi berantakan.
“Siapa yang telah merusak tamanku ini?” tanya pak Bolot. Si Anjing kemudian mengaku kalau
ia yang merusak taman. Ia juga memberikan alasannya.

Ternyata si Anjing telah menganggap kalau kupu-kupu telah mencuri madu yang ada pada
bunga. Pak Bolot tersenyum, ia kemudian menjelaskan bahwa kupu-kupu tidak mencuri madu.
Pandai menari, terbang dan menghisap madu adalah kodrat setiap kupu-kupu. Si Anjing kini
sadar akan kesalahannya. Ia segera minta maaf pada si Kupu dan teman-temannya, maupun pada
pak Bolot.
Seekor Anak Kambing yang Cerdik

Ibu kambing tinggal bersama anaknya di dalam hutan. Suatu hari, ibu kambing ingin pergi
ke suatu tempat. Ia berpesan, agar anaknya membuka pintu rumah, kecuali untuk ibunya. Agar
anaknya tidak salah mengenali, ibu kandungnya mengajarkan sebuah lagu. Jika lagu itu
dinyanyikan di depan pintu, maka ibu kambinglah yang datang. Namun, tanpa mereka ketahui,
ternyata serigala ikut mendengarkan lagu tersebut.

Ibu kambing akhirnya pergi. Serigala segera datang ke depan pintu. Ia menyanyikan lagu
yang didengarnya tadi. Mendengar lagu itu, anak kambing menjadi ragu. Bukankah ibunya baru
saja pergi? Kok ibunya sudah kembali? Suara yang didengarnya juga tidak seperti suara ibunya.
Haruskan ia membuka pintu?

Namun anak kambing tidak segera membuka pintu. Ia mengintip lewat celah di bawah
pintu, dan melihat sepasang kaki milik serigala.

Anak kambing segera berteriak. Serigala takut teriakan anak kambing akan membuat
binatang lain berdatangan. Dengan ketakutan, serigala pun segera pergi dari sana.

Untunglah anak kambing tidak membuka pintu dan dengan cerdik memeriksa dulu siapa
yang datang.
Awal Mula Permusuhan Kucing dan Anjing

Dahulu, anjing dan kucing adalah pasangan suami istri yang rukun. Suatu ketika kucing
sakit. Maka anjing menggantikan tugas kucing mengurus rumah. Melihat anjing ternyata pandai
memasak dan membersihkan rumah, timbul niat jahat kucing. Ia berpura-pura sakit, sehingga
semua pekerjaan rumah akan dikerjakan oleh anjing. Kucing hanya tidur-tiduran saja.

Lama-kelamaan anjing menjadi curiga kok kucing tidak sembuh-sembuh dari sakitnya?
Suatu hari anjing berpura-pura pamit pergi keluar. Namun sebenarnya anjing bersembunyi di
halaman. Setelah anjing pergi, kucing segera bangun dari tempat tidur dan menari-nari secara
riang.

Anjing yang diam-diam memperhatikan kucing akhirnya merasa marah. Ia segera masuk
ke rumah dan mengusir kucing keluar. Anjing pun mengejar kucing sampai jauh. Akhirnya,
sampai saat ini apabila melihat kucing, maka anjing akan segera mengejarnya.
Kisah Ayam Betina dan Burung Elang

Dahulu kala, ada seekor elang yang melamar ayam betina menjadi istrinya. Suatu ketika
elang mau pergi ke suatu tempa. Ia selalu memberi sebuah cincin kepada ayam betina. Cincin itu
dikalungkan ke leher ayam betina agar tidak hilang.

Berita tentang elang yang melamar ayam betina diketahui oleh ayam jantan. Ia pun tidak
senang mendengar berita tersebut. Maka ketika elang pergi, ayam jantan merampas cincin dari
ayam betina dan membuangnya sejauh mungkin.

Ayam betina yang merasa kebingungan saat elang kembali dan menanyakan cincinnya.
Saat mengetahu cincinnya hilang, elang menjadi sangat marah.

Ayam betina yang ketakutan berjanji akan mencari cincin itu. Elang lalu mengancam ayam
betina, selama cincin itu belum ditemukan, maka elang akan memangsa anak-anak ayam betina.

Sejak saat itulah, ayam betina selalu tampak mengais tanah untuk mencari cincin elang
yang hilang. Dan selama itu pula, elang terus mengincar anak-anak ayam betina untuk dimangsa.
Balas Budi Seekor Semut
Suatu hari ada seekor semut jatuh tergelincir ke sungai yang berarus deras. Semut itu
berteriak minta pertolongan, seekor merpati mendengar teriakan itu. Ia segera terbang membaca
sehelai daun dan menghampiri semut yang hampir tenggelam. Semut segera berpegangan pada
daun yang dibawa merpati. Akhirnya semut pun selamat.
Beberapa lama kemudian, seorang pemburu, membidikkan senapannya mengincar merpati.
Semut yang melihat itu segera berlari menghampiri si pemburu. Sekuat mungkin semut
menggigit kaki pemburu. Pemburu yang kesakitan tanpa sengaja menembakkan senjatanya.
Merpati yang mendengar tembakan tersebut menjadi terkejut dan terbang menjauh.
Dari atas, merpati melihat semut yang pernah ditolongnya menjauh dari kaki pemburu.
Setelah situasi aman, merpati menghampiri semut dan berterima kasih. Semut yang mendengar
hal itu berkata bahwa ia hanya membalas apa yang pernah merpati lakukan. Yaitu
menyelamatkan nyawa semut ketika hampir tenggelam di sungai.
Tak disangka semut membalas budi merpati dengan menyelamatkannya dari tembakan
sang pemburu.
Awal Mula Kambing Gunung

Suatu ketika, ketenangan sekelompok kambing terganggu karena ada seekor serigala yang
ingin memangsa mereka. Kambing-kambing itu pun menjadi gelisah. Mereka takut kalau tiba-
tiba serigala muncul dan menerkam mereka.

Kambing tua yang menjadi pemimpin kelompok segera mencari akal agar mereka bisa
hidup tenang lagi.

Kambing tua memutuskan agar kelompok kambing pindah ke sebuah tebing batu yang
tinggi. Mereka pun mulai memanjat. Berkali-kali mereka tergelincir. Namun dengan usaha keras
akhirnya semua kambing berhasil sampai ke atas tebing batu.

Tak lama kemudian serigala muncul. Serigala berusaha memanjat tebing,namun selalu
gagal. Para kambing pun merasa aman tinggal di atas tebing, mereka tidak ingin turun lagi. Sejak
saat itulah, kambing yang tinggal di atas tebing tinggi disebut dengan kambing gunung
Asal Mula Belang di Tubuh Zebra

Suatu ketika, terjadi muslim kemarau yang sangat lama. Banyak mata air yang menjadi
kering. Para hewan pun kesulitan mendapatkan air. Namun ada satu kolam yang masih berisi air.
Kolam tersebut dijaga oleh seekor babun yang mengaku sebagai pemilik kolam.

Suatu hari zebra datang untuk minum di sana. Ketika itu zebra masih berbulu putih polos.
Melihat zebra mendekati kolamnya. Babun marah dan mendorong zebra. Akhirnya zebra pun
terjatuh dekat api unggun yang dibuat babun untuk menghangatkan badannya jika malam hari
tiba. Beberapa bagian bulu zebra hangus terkena api dan menyisakan belang-belang hitam.
Ternyata zebra menyukai belang-belang itu.

Sejak saat itulah bulu zebra menjadi belang-belang putih hitam.


Seekor Anjing yang Serakah

Ada seekor anjing yang baru saja mencuri sepotong daging. Ia berlari menghindari kejaran
pemiliknya. Si anjing memutuskan untuk melewati jembatan dan menyeberangi sungai agar tidak
bisa dikejar. Saat berada di atas jembatan, anjing melihat ke bawah dan ternyata ada anjing lain
yang juga sedang membawa sepotong daging.
Anjing itu berpikir, kalau ia berhasil mengalahkan anjing di sungai. Ia bisa mendapatkan
dua potong daging tanpa pikir panjang, anjing di atas jembatan lalu menggonggong dengan keras
dan menyerang anjing di sungai. Daging yang ada pada mulutnya terlepas dan hilang jatuh ke
dalam sungai. Saat itu anjing menyadari kesalahannya. Anjing yang diserangnya ternyata adalah
bayangannya sendiri di sungai.
Akibat keserakahannya, anjing tidak hanya gagal mendapatkan dua potong daing. Namun
ia pun kehilangan daging yang dicurinya.
Babi dan Domba

Di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota. Letaknya di sebuah lembah yang hijau, dengan
pepohonan yang rimbun. Disana tinggal beberapa keluarga saja, namun mereka memiliki usaha
perternakan babi dan domba yang terkenal. Mereka memperkerjakan beberapa orang dari desa terdekat di
sekitar lembah itu. Pekerja-pekerja ini, sehari-hari ditugaskan untuk mengembalakan domba dan
memberikan makanan untuk babi.
Apabila domba telah memilki bulu yang cukup lebat, mereka akan mengambil bulunya dengan cara
memangkas dengan gunting khusus. Kemudian bulu domba tersebut diperdagangkan ke pasar kota atau
menunggu pembeli datang.
Begitupula dengan ternak babi. Apabila telah cukup besar dan memiliki berat yang cukup, akan
diperdagangkan ke kota terdekat atau menunggu para langganannya datang membeli.
Jumlah domba dan babi yang dimiliki cukup banyak di kampung itu, sehingga hampir setiap bulan
terlihat banyak pembeli dari kota yang datang ke desa tersebut.
Konon di zaman itu, binatang dapat berbicara satu dengan lainya dengan bahasa yang tidak
dimengerti oleh manusia.
Kebetulan saja, kandang domba dan babi tidak berjahuan. Sehingga mudah diamati oleh para
pekerja atau pemiliknya. Tanpa disadari kondisi kandang yang berdekatan itu, membuat babi dan domba
kadang berbicara.
Sehari-hari, kedua kandang itu ribut dengan suara domba dan babi. Tanpa disadari manusia yang
tidak mengenal bahasa binatang pada saat itu, sebenarnya suara gaduh itu bertanda babi dan domba
sedang mengejek satu dengan lainnya.
Pada saat hari penjualan babi tiba. Beberapa babi besar biasanya dikeluarkan dari kandang untuk
ditimbang dan diserahkan kepada pembeli yang telah memilih sebelumnya.
Pada suatu ketika, seekor babi muda yang sudah cukup besar dipilih untuk dijual. Pemilik ternak
itu menyuruh beberapa pekerja untuk segera mengeluarkan babi tersebut dari kandangnya. Namun tidak
disangka, para pekerja sulit untuk menangkapnya.
Berbeda dengan babi-babi dewasa pada umumnya. Babi muda itu berlari mengintari kandang agar
supaya sulit ditangkap oleh para pekerja. Namun karena pekerja-pekerja tersebut telah berpengalaman,
mereka berhasil menangkapnya dan mengikat kedua pasang kakinya dengan tali agar mudah dikeluarkan
dari kandang.
Terdengar babi muda itu berteriak sambil meronta-ronta. Mendengar teriakan babi muda yang
ketakutan, terdengar teriakan dari kawanan domba dari kandangnya.
“Penakut!” teriak mereka serentak.
Kemudian salah satu dari kawanan domba itu berkata, “Kenapa kamu harus berteriak dan menangis
begitu gaduh, padahal teman-temanmu yang lain jarang melakukan hal yang sama. Mereka semua pasrah
akan nasibnya, karena pada suatu saat semua ternak akan disembelih para pembeli.”
Mendengar ucapan dari domba dari kandang sebelah, seeokor babi dewasa kemudian
membalasnya,
“Hai domba yang sok bijaksana! Engkau dapat berkata demikian dengan entengnya, karena engkau
tidak mengalami hal yang sama. Apabila setiap pekerja datang menghampirimu, dan mengeluarkanmu
dari kandang, mereka hanya mencukur bulu-bulumu, kemudian memasukan kembali engkau kedalam
kandang.
Tetapi lihatlah kami, setiap kami diambil, tandanya sebentar lagi nyawa kami akan hilang.
Disembelih oleh para pedagang kota. Hidup kami tidak lama seperti hidup yang kamu nikmati. Begitu
tegakah engkau, melihat seorang anak babi di penghujung kematiannya, kemudian kalian semua
metertawai dan mengejeknya?”
Seketika itu juga, terdengar kandang domba sunyi senyap. Mereka semua merenungkan apa yang
dikatakan oleh babi dewasa tadi. Mereka kemudian menyadari, begitu beruntungnya mereka, dapat
menikmati hidup lebih lama daripada seekor babi. Kemudian domba dewasa meminta maaf kepada babi
dewasa tadi, atas perlakuan mereka yang tidak pantas.
Babi dewasapun dapat memahami keadaan itu, lalu melanjutkan kegiatanya berguling dalam
sedikit lumpur didalam kandangnya. Sementara babi muda tadi, berhasil dibawa oleh pembeli
meninggalkan desa.
***
Cerita ini memberikan suatu pelajaran berharga bagi kita. Ketika orang lain mengalami masalah
atau sedang kesusahaan, mungkin kita tidak dapat membantu atau memberi lebih banyak, namun bukan
berarti kita diam. Berilah dukungan moral untuk menguatkan mereka.
Semut dan Merpati
Pada suatu hari, ketika musim panas, segerombolan semut-semut sedang berjalan beriringan sambil
membawa makanan diatas kepala mereka. Semut-semut itu terlihat begitu kompak dan sangat bersahabat satu
dengan yang lain.
Pemimpin mereka adalah seekor semut gagah yang berjalan paling depan yang dengan cekatan selalu
memberi aba-aba saat harus berbelok ataupun melangkah, agar makanan yang dibawa mereka, tidak jatuh ke tanah.
“Satu!!..dua!!..kiri!!..kiri..!!” Sang pimpinan memberi komando…”Awas!! di depan ada tanjakan!!” katanya
lagi sebagai peringatan. Semut-semut yang lain cepat-cepat bersiap-siap agar makanannya tidak terjatuh dan mulai
menanjak. “dibawah ada sungai, kita harus belok kekiri!” kata sang pemimpin lagi, rombongan semut di belakang
mengikuti terus petunjuk dari pimpinan mereka hingga akhirnya mereka tiba di sarangnya.
Setelah meletakan hasil bawaan mereka, semut-semut itu berpisah untuk mengerjakan tugas-tugas mereka
yang lain.
Adalah seekor semut yang masih muda belia. Rasa ingin taunya tentang dunia di luar sarangnya, begitu besar
sehingga dia memberanikan diri untuk meminta iijin kepada sang pemimpin agar dapat diijinkan keluar dari sarang
untuk memulai petualangannya.
“ehmm..maaf pak pemimpin” kata semut muda itu terbata-bata. “Apa boleh aku pergi keluar untuk melihat-
lihat? Aku berjanji kalau aku tidak akan pergi lama” katanya lagi. Sang pemimpin semut itupun menatap dengan
penuh rasa sayang kepada semut muda itu
“Anakku, jika engkau ingin pergi berjalan-jalan, aku tidak akan melarangmu. Tetapi berhati-hatilah karena
dunia di luar sarang ini sangat luas dan kejam” katanya dengan bijaksana. Alangkah senangnya hati semut muda itu.
Setelah menyiapkan bekal untuk perjalanannya, berpamitanlah semut muda kepada sang pemimpin “Pak
pemimpin, aku akan pergi sekarang,” katanya dengan penuh semangat.
“Berhati-hatilah di jalan, dan segeralah pulang,” kata sang pemimpin sambil menepuk-nepuk bahu semut
muda itu. Maka berangkatlah semut muda itu dengan penuh semangat dan sukacita.
Kebetulan tak jauh dari sarang semut itu, terdapat sungai dengan air yang jernih. Karena rasa ingin tahunya,
semutpun berjalan menelusuri jalan yang lembab, beberapa kali ia harus memanjat beberapa dahan pohon dan
rerumputan.
Semut muda berjalan tanpa mengenal lelah hingga akhirnya dia merasa sangat haus. Semut muda segera
mencari air untuk diminumnya. Di kejauhan, dilihatnya mata air yang sangat jernih, lalu semut muda ini pun segera
berjalan menuju mata air yang sejuk itu.
Setelah dekat dengan mata air, semut muda sempat kebingungan, karena ternyata setelah dekat, letak mata air
itu lebih tinggi dari tanah yang dipijaknya. Tetapi semut muda tidak kehilangan akal. Dia naik perlahan-lahan keatas
sebuah batang rumput yang daunnya menjulur ke arah mata air itu.
Saat dia hampir saja mencapai puncaknya, tiba-tiba semut muda terpeleset dan jatuh kedalam mata air. Semut
muda berusaha untuk menyelamatkan diri, tetapi dia kesulitan karena dia tidak bisa berenang.
Saat semut muda sedang bertarung antara hidup dan mati untuk menyelamatkan dirinya, seekor burung
merpati yang sejak tadi asyik memperhatikan tingkah semut muda itu, tergerak oleh belas kasihan, lalu segera
mematuk daun di pohon yang sedang dihinggapinya hingga jatuh ke dekat semut muda yang hampir tenggelam.
Semut muda segera menggapai daun itu dan dengan bersusah payah dia berusaha untuk naik keatas daun.
Ketika sampai di atas daun, semut muda menatap burung merpati dengan penuh rasa terima kasih. Burung merpati
pun terbang kearah daun itu dan mendorong dengan paruhnya agar daun tersebut menepi kepinggir mata air.
“Hai burung merpati, terima kasih atas pertolonganmu hari ini. Jika bukan karena engkau, aku sudah mati
tenggelam tadi,” kata semut muda itu sambil berusaha untuk turun dari daun itu menuju ke tanah. Burung merpati
menjawab
“sama-sama semut. Apa yang sedang kau lakukan di tempat ini?” tanya merpati.
“Aku sedang berjalan-jalan untuk melihat dunia di luar sarangku, lalu aku kehausan. Saat aku sedang
memanjat rumput itu, aku terjatuh,” kata semut muda.
“Apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya merpati lagi.
“Aku akan kembali ke sarangku, karena ibu bapakku pasti sedang mencemaskan diriku,” jawab semut muda
lagi.
Sementara semut muda dan merpati sedang bercakap-cakap, mereka tidak menyadari bahwa ada bahaya yang
sedang mengintai. Seorang pemburu sedang mengarahkan senjatanya kearah burung merpati dan siap
menembaknya. Saat burung merpati menyadari keadaan itu, dia pun segera terbang ke atas meninggalkan semut
muda sendiri.
Melihat kejadian ini, semut muda segera berlari kearah si pemburu dan dengan sigap dia memanjat sepatu si
pemburu dan masuk kedalam sepatu itu. Segera digigitlah kaki si pemburu. Pemburu menjerit karena kesakitan lalu
segera melemparkan senjatanya ke bawah untuk cepat-cepat melepaskan sepatunya. Semut muda keluar dari sepatu
sang pemburu lalu pergi meninggalkan tempat itu.
“Terima kasih semut, kau sudah menyelamatkan nyawaku hari ini,” kata burung merpati.
“Sama-sama burung merpati. Tadipun engkau sudah menyelamatkan nyawaku,” kata semut muda. Akhirnya
merekapun berpisah.
***
Pesan moral dari cerita diatas: Persahabatan tidak mengenal perbedaan, bahwa siapa menabur kebaikkan,
maka kebaikkan pulalah yang akan dituainya.
KISAH KURA-KURA DAN ULAR

Pada zaman dahulu hiduplah seekor ular yang sedang kelaparan .

Waktu itu dia sedang berkeliaran di area laut , karena tak tahan akan lapar iapun mengunjungi

temannya sang kura - kura . Tibahlah ia di rumah sang kura-kura, kata sang kura -kura "Ada

apa

kau kesini wahai kawanku ". Sang ular menjawab "aku sedang kelaparan wahai kawanku " kalau

begitu masuklah kerumahku di dalam rumahku terdapat banyak makanan .

Sang ular pun menjawab "terima kasih wahai kawanku kau memang sangat baik " ya jangan

sungkan karena aku adalah sahabatmu , sekarang kamu meminta bantuan kepadaku

mungkin esok hari aku yang meminta bantuan kepadamu .

Akhirnya sang ularpun tidak kelaparan lagi , sang ular berterima kasih kepada sang kura -kura

karena telah membantunya, merekapun hidup saling membantu satu sama lain seumur hidupnya

AMANAT DARI CERITA DI ATAS ADALAH

"KITA HARUS MEMBATU SESAMA KARENA KITA TIDAK TAHU

APAKAH ESOK KITA JUGA AKAN BUTUH BANTUAN ORANG LAIN"


KISAH SINGA DAN HARIMAU

Dulu hidup seekor harimau dan sing mereka adalah teman akrab

pertemanan mereka sangatlah kuat , sampai suatu ketika mereka diuji oleh hewan hutan

untuk saling membunuh , sang singa berkata " mengapa aku harus membunuh temanku "

hewan hutan berkata 'karena raja hutan hanya satu " benarkah begitu kata sang singa .

Harimau berkata kepada sang singa " jika kalau hanya ada satu raja hutan kaulah temanku "

sang singa menjawab " apakah kau tidak apa apa teman " peran raja bagiku tidak penting

yang penting adalah persahabtan kita jangan sampai putus , putus hanya karena kedudukan

Pada akhirnya sang singa menjadi raja dan sang harimau menjadi pendamping sang singa ,

merekapun bersahabat walau sring kali ada debat tapi, mereka menjadi baik kembali .

Amanat Dari cerita di atas adalah

"JANGAN LAH MEREBUTKAN KEDUDUKAN

KARENA ITY HANYA AKAN MEMBUATMU

MENUMPAHKAN DARAH "


Kisah Ulat dan Ular

Kisah ini dimulai saat musim berganti. Alkisah ada dua ekor hewan yang hidup dalam satu
sarang, namun jarang saling menyapa maklum keduanya memiliki karakter yang berbeda. Yang
satu bernama Ulat dan satu lagi Ular. Keduanya tetap bisa hidup bersama, ya abis mo gimana
lagi, kedua-duanya dianggap sama yang satu menjijikkan, yang satu menakutkan.

Namun, ada perbedaan mencolok mengenai kebiasaan keduanya yang akan membuat orang
merenung. Satu musim, ulat memilih untuk berpindah ke bagian ranting pohon, lalu ia berubah
menjadi suatu makhluk “beku” dan tidak makan sama sekali alias berpuasa. Di sisi lain, ular
melakukan puasa pula. Waktu pun berlalu… Dari makhluk beku itu, keluar sesosok makhluk
cantik nan indah, ya dialah si ulat tadi yang kini telah berubah menjadi kupu-kupu cantik.
Puasanya selama berhari-hari itu menghasilkan hal yang di luar dugaan, ulat yang dulunya
dianggap menjijikkan kini disukai hampir oleh semua orang. Lain halnya dengan ular, setelah
berpuasa selama berhari-hari ia hanya berganti kulit, malah kini ia semakin jahat karena dalih ia
lapar.

Sahabat, alangkah berbedanya hasil keduanya (antara si ulat dan si ular) padahal ‘ritual’
yang dijalani keduanya sama, puasa. Lalu, yang manakah kita? Ulat yang menjadi kupu-kupu
yang indah setelah puasanya, dan malah kini ia bisa terbang kemana pun ia mau karena sayap
yang dimilikinya. Ataukah si ular yang semakin menjadi, ia tak berubah kecuali kulitnya saja?
Yang pasti semua butuh perjuangan.

Anda mungkin juga menyukai