Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOMEKANIKA &

BIOTRANSPORTASI
PENGATURAN SUHU TUBUH ENDOTERM

.............................................................................

NAMA : Evangelina Tessia Pricilla


NIM : 081611733026
KELOMPOK K-2

PRODI TEKNIK BIOMEDIK - DEPARTEMEN FISIKA


FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

2018
ABSTRAK

Thermoregulasi merupakan salah satu fungsi fisiologis tubuh yang diperlukan


untuk menjaga kondisi homeostatis. Apabila thermoregulasi tidak berjalan dengan
baik, organ tubuh dapat mengalami malfungsi bahkan berujung kematian. Oleh
karena itu, masing-masing individu perlu untuk mengetahui kondisi suhu tubuh
endotermnya. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan organisme
endoterm (homoioterm) dalam mempertahankan panas tubuh manusia. Metode
yang dilakukan adalah melakukan pengukuran suhu lingkungan dan waktu
pengukuran, kemudian melakukan pengukuran suhu tubuh dengan menempatkan
thermometer pada ketiak/secara aksila selama 5 menit masing-masing saat
melakukan aktivitas sebagai berikut: ketika akan tidur, setelah bangun tidur, setelah
mandi pagi dengan air dingin, setelah berolahraga, sela kuliah di siang hari, setelah
mandi dengan air hangat di malam hari. Kesimpulan yang didapatkan adalah.
thermoregulasi dipengaruhi oleh jenis kelamin, jenis aktivitas, waktu pengukuran,
suhu lingkungan, serta faktor lainnya seperti hormon, jaringan lemak, dan lain-lain.

Kata kunci: aktivitas, endoterm, thermoregulasi,

PENDAHULUAN

Jiji (2018) melansir data Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana


Jepang yang mencatat 30.410 orang di rawat di rumah sakit, sedangkan 20 korban
meninggal dunia akibat heatstroke pada bulan Oktober lalu. Tidak hanya Jepang,
Korea Selatan dan Korea Utara pun mengalami bencana heatwave yang
mengakibatkan 1040 warganya menjalani rawat inap dan 10 orang lainnya
meninggal dunia (New Scientist Staff and Press Association, 2018).

Apa sih heatstroke itu? Heatstroke merupakan kondisi suhu tubuh melebihi
suhu normal 37 0C ± 0,5 oC akibat thermoregulasi tidak berfungi dengan baik yang
disebabkan oleh pemaparan atau kontak tubuh secara langsung dengan suhu tinggi
dalam waktu lama. Heatstroke dapat menyebabkan shock, kegagalan fungsi organ,
kerusakan otak, bahkan kematian.

Hal ini menunjukkan pentingnya fungsi thermoregulasi pada tubuh


manusia. Thermoregulasi merupakan sistem pertahanan suhu tubuh normal yang
relatif konstan (Tansey dan Johnson, 2015). Pada umumnya, perpindahan kalor
pada tubuh manusia melibatkan beberapa proses yaitu: radiasi, konduksi, konveksi,
dan evaporasi. Diantara semuanya, radiasi memiliki prosentase paling besar yaitu
60% dari total perpindahan kalor.

Perpindahan kalor melalui radiasi terjadi melalui transportasi panas pada


pembuluh darah subkutan yang menyebabkan perpindahan kalor menuju
lingkungan melalui radiasi, konduksi terjadi akibat gerakan molekul pada jaringan
kulit dengan mentransferkan energi kinetik ke lingkungan, konveksi ditandai
dengan adanya arus listrik pada permukaan kulit yang mampu menyingkirkan
molekul air agar tidak menyerap kalor lebih banyak, sedangkan evaporasi ditandai
dengan terjadinya proses penguapan air dalam tubuh (misalnya, keringat) yang
mengonsumsi energi panas dalam tubuh (Diaz dan Becker, 2010).

Gambar 1 Refleks Thermoregulator (Silverthorn, 2013)


Kuntarti (n.d.) sebagai salah satu dosen UI menyebutkan pada bahan
literature pengajarannya mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
sebagai berikut:

1. Variasi diurnal – suhu tubuh bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu
terendah terjadi pada pagi hari apabila individu memiliki pola tidur
normal, sedangkan suhu tertinggi terjadi pada awal malam.
2. Aktivitas fisik – Setelah latihan berat, suhu tubuh dapat mengalami
kenaikan hingga mencapai 40 oC. Hal ini diakibatkan aktivitas otot
rangka meningkatkan kalor yang dihasilkan dalam tubuh.
3. Jenis kelamin – hal ini berkaitan dengan aktivitas metabolisme beserta
pengaruh hormon yang mengakibatkan suhu tubuh laki-laki lebih tinggi
dibandingkan suhu tubuh perempuan. Pada perepuan, suhu tubuh pada
saat ovulasi dapat meningkat 0,3 – 0,5 oC terhadap suhu di pagi hari.
4. Lingkungan – Suhu lingkungan yang tinggi maupun kondisi lingkungan
yang lembab akan meningkatkan suhu tubuh.

Adapun tujuan praktikum yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:


Gambar 2 Respons Homeostatis terhadap Perubahan Lingkungan (Silverthorn, 2013)
1. Mempelajari kemampuan organisme endoterm (homoioterm) dalam
mempertahankan panas tubuh manusia.

Alat dan Bahan

1. Termometer
2. Kapas
3. Alkohol/cairan pembersih lainnya

Metode Praktikum

1. Praktikan mencatat suhu lingkungan dan waktu pengukuran yang


dilakukan.
2. Setiap sebelum mulai mengukur, praktikan harus memastikan bahwa air
raksa mencapai skala 35 oC lalu membersihkan ujung thermometer
dengan cairan pembersih seperti alcohol.
3. Melakukan pengukuran suhu pada ketiak selama 5 menit pada aktivitas
berikut ini:
a. Setelah bangun tidur.
b. Sebelum tidur
c. Setelah mandi pagi dengan air dingin.
d. Setelah beraktivitas (berolahraga).
e. Sela-sela kuliah pada siang hari yang panas.
f. Setelah mandi dengan air hangat di malam hari.

Data Pengamatan

Suhu
Suhu
Waktu tubuh
Nama Aktivitas Lingkungan Keterangan
Pengukuran (dalam
(dalam oC)
oC)

Bangun 06.45 35,4 29 Ruangan


pagi dengan
Tessia
pendingin
kipas angin
Berangkat 01.30 35,6 30 Ruangan
tidur dengan
pendingin
kipas angin
Kuliah 13.20 35.5 26 Ruangan
Siang ber-ac
Mandi 19.20 35.2 30 Tanpa air
Malam panas
Mandi 07.10 35.1 29
Pagi
Olahraga 17.15 36.3 30 Lari di
tempat
Bangun 06.57 35,4 29 Ruangan
pagi dengan
pendingin
kipas angin
Berangkat 01.26 36,3 30 Ruangan
tidur dengan
pendingin
kipas angin
Kuliah 12.02 36,7 23 Ruangan
Agam
Siang ber-ac
Mandi 18.30 35,7 29
Malam
Mandi 07.15 35,2 30
Pagi
Olahraga 20.04 37,3 25 Push up,
pull up, sit
up. Ruangan
berac
Pembahasan

Perbedaan Kelamin
Pada umumnya, perempuan memiliki suhu dasar tubuh yang lebih tinggi
dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan perempuan cenderung memiliki
kemampuan penyimpanan lemak dan fluktuasi hormon yang lebih dominan
dibandingkan pria. Akan tetapi, hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan
bahwa rata-rata suhu Agam lebih tinggi dibandingkan Tessia. Penulis mencatat
bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan antara Agam dengan Tessia dan
mengakibatkan suhu rata-rata Agam lebih tinggi dibandingkan Tessia, yaitu:

1. Tessia memiliki berat tubuh yang lebih ringan dibandingkan Agam. Tidak
hanya itu, Tessia dikategorikan ‘kurus’ berdasarkan nilai berat badannya.
Lemak menghalangi jalur keluarnya penguapan air atau keringat. Hal ini
memungkinkan terjadinya penahanan kalor dalam tubuh sehingga tidak
mudah lepas ke lingkungan dan berakibat pada peningkatan suhu tubuh.
2. Agam memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan Tessia. Individu
dengan massa otot yang lebih besar cenderung memiliki suhu tubuh lebih
tinggi karena kontraksi otot mengakibatkan pelepasan kalor yang
meningkatkan suhu tubuh.
3. Pada saat masa pengukuran, Tessia sedang tidak dalam masa haid sehingga
diasumsikan kadar hormon normal—tidak terjadi fluktuasi.

Perbedaan suhu antara kondisi akan berangkat tidur, kuliah siang, dan
bangun tidur

Hasil praktikum Agam dan Tessia sama-sama menunjukkan suhu ketika akan
berangkat tidur lebih tinggi dibandingkan bangun tidur. Penulis mengindikasikan
bahwa hal ini terjadi karena dalam kondisi akan berangkat tidur, tubuh individu
berada kondisi telah bekerja seharian penuh. Sehingga, aktivitas metabolisme tubuh
di malam hari lebih tinggi dibandingkan saat bangun tidur dimana tubuh baru
selesai istirahat yang cukup.

Pada saat siang hari, suhu tubuh Tessia berada di antara nilai berangkat tidur
dengan bangun tidur. Akan tetapi, Agam justru menunjukkan nilai suhu tubuh
paling tinggi melebihi nilai suhu tubuh saat berangkat tidur. Secara literatur,
kenaikan suhu tubuh pada saat siang hari tidak melebihi suhu pada malam hari. Hal
ini dimungkinkan karena jam tidur Agam yang jauh melebihi jam normal tidur
malam (sekitar jam 9). Hal ini diakibatkan tubuh pada saat melebihi jam tidur
normal, otak pun akan memberikan perintah atau koordinasi pada bagian tubuh
lainnya untuk mengurangi aktivitas agar tidak kelelahan. Oleh karena itu, suhu
tubuh Agam pada saat malam hari lebih tinggi dibandingkan siang hari.

Perbedaan suhu antara aktivitas mandi pagi vs bangun pagi, mandi malam
vs akan berangkat tidur, dan mandi pagi vs mandi malam.

Hasil praktikum keduanya menunjukkan bahwa nilai suhu tubuh setelah mandi
pagi lebih rendah dibandingkan ketika baru bangun pagi dan setelah mandi malam
pun nilainya lebih rendah dibandingkan ketika akan berangkat tidur walaupun
keduanya sama-sama dilakukan dalam waktu pagi ataupun malam. Hal ini
disebabkan pada saat mandi, air cenderung menyerap kalor dalam tubuh manusia
melalui proses konveksi. Penyerapan kalor ini disebabkan oleh adanya ikatan
hidrogen di dalam molekul. Oleh karena itu, suhu mandi setelah mandi yang
melibatkan kontak secara langsung dengan air lebih rendah dibandingkan suhu pada
aktivitas lainnya walaupun dilakukan pada waktu berdekatan atau sama.

Nilai suhu tubuh pada saat setelah mandi pagi lebih rendah dibandingkan mandi
malam karena seperti pada penjelasan sebelumnya. Di pagi hari, kondisi tubuh
manusia dalam keadaan ‘fresh’ karena telah beristirahat seharian dan metabolisme
tubuh lebih rendah saat pagi hari dibandingkan malam hari.

Perbedaan suhu setelah berolahraga dibandingkan aktivitas lainnya

Pada saat olahraga, otot memerlukan energi jauh lebih banyak dibandingkan
kondisi normal. Oleh karena itu, reaksi metabolisme yang terjadi dalam tubuh pun
lebih tinggi dibandingkan kegiatan lainnya yang tidak terlalu melibatkan fisik
terlalu intens hingga tubuh mengeluarkan keringat sebagai bentuk pelepasan energi
kalor berlebihan sebagai bentuk thermoregulasi. Selain itu, durasi berapa lamanya
seseorang melakukan olahraga dan seberapa berat tingkat aktivitas yang dilakukan
juga mempengaruhi tingginya suhu tubuh yang dihasilkan karena mengakibatkan
perbedaan intensitas kinerja otot yang terjadi selama berolahraga.

KESIMPULAN
Thermoregulasi dipengaruhi oleh jenis kelamin, jenis aktivitas, waktu pengukuran,
suhu lingkungan, serta faktor lainnya seperti hormon, jaringan lemak, dan lain-lain.
Hasil praktikum secara keseluruhan menunjukkan suhu Agam lebih tinggi
dibandingkan Tessia. Apabila ditinjau secara waktu pengukuran, suhu tubuh Tessia
pada malam hari lebih tinggi dibandingkan saat waktu pengukuran lainnya,
sedangkan suhu tubuh Agam memiliki nilai tertinggi pada saat siang hari.
Berdasarkan aktivitas, suhu tubuh pada saat mandi paling rendah, sedangkan suhu
pada saat setelah olahraga memiliki nilai paling tinggi.

REFERENSI

Díaz, M., & Becker, D. E. (2010). Thermoregulation: physiological and clinical


considerations during sedation and general anesthesia. Anesthesia
progress, 57(1), 25-32; quiz 33-4.
Jiji. (2018). 30,410 were rushed to hospital with heatstroke in August, Japan's national fire
agency reports | The Japan Times. [online] Available at:
https://www.japantimes.co.jp/news/2018/09/20/national/30410-rushed-hospital-
heatstroke-august-japans-national-fire-agency-reports/#.W9nLNWgzY2y
[Accessed 30 Oct. 2018].

New Scientist Staff and Press Association. (2018). Deadly heatwave hits Japan and Korea
as temperatures soar past 40°C. [online] Available at:
https://www.newscientist.com/article/2174782-deadly-heatwave-hits-japan-and-
korea-as-temperatures-soar-past-40c/ [Accessed 30 Oct. 2018].

Silverthorn, D. U. (2007). Human physiology: An integrated approach. San


Francisco: Pearson/Benjamin Cummings.
Tansey, E. and Johnson, C. (2015). Recent advances in thermoregulation. Advances in
Physiology Education, 39(3), pp.139-148.

Anda mungkin juga menyukai