Kelainan Bayi Baru Lahir
Kelainan Bayi Baru Lahir
Oleh :
Dwi Yuniarti
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya
makalah ini dapat penulis selesaikan. Adapun judul makalah ini adalah, “Kelainan Kongenital
Bayi Baru Lahir”.
Penulis menyadari bahwa untuk menyelesaikan makalah ini diperlukan proses perjuangan
dan ketekunan.Dalam proses penyusunan makalah ini penulis tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak lain. Untuk itulah perkenankan penulis pada kesempatan ini untuk mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat selaku dosen yang telah membimbing penulis, kepada
teman-teman, dan kepada berbaga pihak yang terkait.
Doa penulis semoga segala bantuan dari semua pihak yang telah membantu penulis
mendapatkan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Untuk itu penulis menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah
ini memberi manfaat bagi yang membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak
konsepsi dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin dalam
kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Khususnya pada
bayi berat badan rendah diperkirakan kira-kiraa 20% diantaranya meninggal karena kelainan
kongenital dalam minggu pertama kehidupannya. Malformasi kongenital merupakan kausa
penting terjadinya keguguran, lahir mati dan kematian neonatal.
Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih sangat tinggi pada bayi yang
mengalami penyakit bawaan. Salah satu sebab morbiditas pada bayi adalah atresia duedoni
esophagus, meningokel eosephalokel, hidrosephalus, fimosis, hipospadia dan kelainan
metabolik dan endokrin. Sebagian besar penyakit bawaan pada bayi disebabkan oleh kelainan
genetik dan kebiasaan ibu pada saat hamil mengkonsumsi alkohol, rokok dan narkotika.
Dari uraian diatas diharapkan seorang bidan dapat melakukan penanganan secara
terpadu. Dari masalah yang ada diatas setidaknya dapat memberikan pertolongan pertama
dengan dapat untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, tetapi jika kondisi
lebih parah kita harus melakukan tindakan segera mungkin untuk rujukan.
Berdasarkan hal-hal diatas, makalah yang berjudul “Asuhan Neonatus dengan Cacat
Bawaan dan Penatalaksanaannya” ini disusun untuk mengkaji lebih jauh mengenai neonatus
dengan kelainan kongenital serta penatalaksanaannya sehingga sebagai seorang bidan kita
mampu memberikan asuhan neonatus dengan tujuan meminimalisir angka kematian dan
kesakitan pada neonatus sehingga tugas mutlak seorang bidan dan terpenuhi dengan baik.
I.2 Tujuan
Adapun Tujuan dalam penulisaan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian kelainan kongenital/ cacat bawaan pada neonatus.
2. Untuk mengetahui penyebab kelainan kongenital
3. Untuk mengetahui diagnosis kelainan kongenital
4. Untuk mengetahui kelainan kongenital pada neonatus dan penatalaksanaannya
5. Untuk mengetahui cara pencegahan kelainan congenital atau cacat bawaan pada neonates
PEMBAHASAN
II.1. PENGERTIAN
b. Faktor mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan
kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ tersebut. Faktor
predisposisi dalam penumbuhan organ itu sendiri akan memptrmudah terjadinya
deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes
pada kaki seperti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus.
(clubfoot).
c. Faktor Infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang
terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya
infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam
penumbuhan suatu organ tubuh. Infeksi pada trimester pertama di samping dapat
menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya
abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleh virus
Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester
pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada
sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa
infeksi lain pada- trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital
antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis. Kelainan-
kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada
sistem saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroptalmia.
d. Faktor obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester
pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan
kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dapat menimbulkan
kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia
atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda
dengan tujuan yang kurang balk diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya
kelainan kongenital, walaupun hal MI secara laboratorik belum banyak diketahui secara
pasti.
Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari
pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal in] kadang-kadang
sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya
pada pemakaian transkuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau
preparat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan
sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
g. Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin sekali akan dapat menimbulkan
kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang
tua dikhawatirkan akan dapat mengakihatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali
dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk
keperluan diagnostik atau terapeutik sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan,
khususnya pada hamil muda.
h. Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat
menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan
menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang
lahir dari ibu yang balk gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein,
vitamin A riboflavin, folic acid, thiamin dan lain-lain dapat menaikkan kejadian
kelainan kongenital.
a. Labioskizis/Labiopalatoskizis
1) Pengertian
Labioskizis/Labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan serta
samping muka serta langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna.
2) Etiologi
banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. faktor
tersebut antara lain , yaitu :
1. factor Genetik atau keturunan
Dimana material genetic dalam kromosom yang mempengaruhi/. Dimana
dapat terjadi karena adaya adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada
setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang
kromosom non-sex ( kromosom 1 s/d 22 ) dan 1 pasang kromosom sex ( kromosom
X dan Y ) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi
Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel
penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi
hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat
pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang
terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
2. Kurang Nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil,
kekurangan asam folat.
3. Radiasi
4. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
5. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella
dan Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia
6. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat
toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin
7. Multifaktoral dan mutasi genetic
8. Diplasia ektodermal
3) Patofisiologi
4) Klasifikasi
1. Berdasarkan organ yang terlibat
Celah di bibir (labioskizis)
Celah di gusi (gnatoskizis)
Celah di langit (palatoskizis)
Celah dapat terjadi lebih dari satu organ mis = terjadi di bibir dan langit-langit
(labiopalatoskizis)
6) Diagnosis
Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah karena
pada celah sumbing mempunyai ciri fisik yang spesifik. Sebetulnya ada pemeriksaan
yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan janin apakah terjadi kelainan atau
idak. Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhya spesifik. Ibu hamil dapat
memeriksakan kandungannya dengan menggunakaan USG.
7) Komplikasi
Keadaan kelaianan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi
karenannya, yaitu ;
a) Kesulitan makan; dalami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah
palatum. Memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan yang benar
dan juga kesabaran dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing
b) Infeksi telinga dan hilangnya Dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang
menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi
makan akan kehilangan pendengaran.
c) Kesulitan berbicara. Otot – otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena
adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya
d) Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh,
sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus.
8) Penatalaksanaan
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini
dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas
dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga
untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten)yaitu,
Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu
dan kadar leukosit minimal 10.000/ui.
1.Perawatan
a. Menyusu ibu
c. Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi atau
belakang lidah bayi
d. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung untuk menelan banyak
udara
e. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka terbentuk
pada bagian pemisah lobang hidung
f. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal
ini terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk memberikan kesempatan pada
kulit yang lembut tersebut untuk sembuh
g. Setelah siap menyusu, perlahan-lahan bersihkan daerah sumbing dengan alat
berujung kapas yang dicelupkan dala hydrogen peroksida setengah kuat atau air
2. Pengobatan
Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan
selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi
waktu yang tepat untuk operasi tersebut bervariasi.
Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule
often yaitu umur > 10 mgg, BB > 10 pon/ 5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui
Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti dikerjakan
sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara lengkap seingga pusat
bicara otak belum membentuk cara bicara. Pada umur 8-9 tahun dilaksanakan
tindakan operasi penambahan tulang pada celah alveolus/maxilla untuk
memungkinkan ahli ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah
supaya normal.
Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan tulang-
tulang muka mendeteksi selesai.
Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki “kerusakan horseshoe”
yang lbar. Dalam hal ini, suatu kontur seperti balon bicara ditempl pada bagian
belakang gigi geligi menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih
baik.
Anak tersebut juga membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit sangat penting
untuk pembentukan bicara, perubahan struktur, juag pada sumbing yamh telah
diperbaik, dapat mempengaruhi pola bicar secara permanen.
1) lahir ; bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube) bila perlu untuk
membantu masuknya makanan kedalam lambung.
2) umur 1 minggu; pembuatan feeding plate untuk membantu menutup langit-langit dan
mengarahkan pertumbuhan, pemberian dot khusus.
3) umur 3 bulan; labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk hidung) dan
evaluasi telingga.
4) umur 18 bulan – 2 tahun; palathoplasty; tindakan operasi langit-langit bila terdapat
sumbing pada langit-langit.
5) Umur 4 tahun : dipertimbangkan repalatorapy atau pharingoplasty.
6) umur 6 tahun; evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
b) Meningokel
1) pengertian
Meningokel merupakan penyakit kongenital dari kelainan embriologis yang
disebut Neural tube defect (NTD). Meningokel disebabkan oleh banyak faktor dan
metibatkan banyak gen (multifaktoral dan poligenik). Banyak sekali penetitian yang
mengungkap bahwa sekitar tujuhpuluh persen kasus NTD dapat dicegah dengan
suplementasi asam fclai, sehingga defisiensi asam folat dianggap sebagai salah satu
faktor penting dalam teratogenesis meningokel. Basis molekut defisiensi asam folat
adafah kurang adekuatnya enzim enzim yang mentransfer gugus, karbon dalam proses
metiiasi protein dalam se1, baik dalam nukleus maupun mitokhondria, sehingga terjadi
gangguan biosintesis DNA dan RNA. serta kenaikan kadar homosistein.
2) Etiologi
Gangguan pembentukan komponen janin saat dalam kandungan
a) Tanda dan Gejala
Gangguan persarafan
Gangguan mental
Gangguan tingkat kesadaran
3) Penatalaksanaan
Pembedahan
c) Ensefalokel
1. Pengertian
Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya penonjolan
meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang
pada tulang tengkorak. Ensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf
selama perkembangan janin.
2. Gejala
Gejalanya berupa :
Hidrosefalus
kelumpuhan keempat anggota gerak (kuadriplegia spastik)
gangguan perkembangan
Mikrosefalus
gangguan penglihatan
keterbeiakangan mental dan pertumbuhan
Ataksia
kejang.
Beberapa anak memiliki kecerdasan yang normal. ensefalokel seringkali disertai dengan
kelainan kraniofasial atau kelainan otak lainnya.
3. Etiologi
Ada beberapa dugaan penyebab penyakit itu diantaranya, infeksi, faktor usia ibu
yang tertaiu muda atau tua ketika hamil, mutasi genetik, serta pola makan yang tidak
tepat sehingga mengakibatkan kekurangan asam folat. Langkah selanjutnya, sebelun
hamil, ibu sangat disarankan mengonsumsi asam folat dalam jumlah cukup. Pemeriksaan
laboratorium juga diperlukan untuk mendeteksi ada-tidaknya infeksi.
4. Penatalaksanaan
Mencegah Ensefalokel
Bagi ibu yang berencana hamil, ada baiknya mempersiapkan jauh jauh hari.
Misalnya, mengonsumsi makanan bergizi serta menambah supfemen yang mengandung
asam folat. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya beberapa kelainan yang bisa
menyerang bayi_ Safah satunya, encephalocele atau ensefalokel. Biasanya dilakukan
pembedahan untuk mengembalikan jaringan otak yang menonjol ke dalam tulang
tengkorak, membuang kantung dan memperbaiki kelainan kraniofasial yang terjadi.
Untuk hidrosefalus mungkin perlu dibuat suatu shunt. pengobatan lainnya bersifat,
simtomatis dan suportif. Prognosisnya tergantung kepada jaringan otak yang terkena,
lokasi kantung dan kelainan otak yang menyertainya.
d) Hidrosefalus
1. Pengertian
Hidrosefalus (kepala air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: “hydro” yang berarti air
dan “cephalus” yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengati “kepala
air”) adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan
serebro spinal). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang
vital.
2. Etiologi
Gangguan sirkulasi LCS
Gangguan produksi LCS
4. Penatalaksanaan
Pembedahan
Pemasangan “Suchn Suction”
e) Fimosis
1. Pengertian
Pada pria yang lebih tua, fimosis bisa terjadi akibat iritasi menzhun. Fimosis bisa
mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini diatasi dengan
melakukan penyunatan (sirkumsisi).
Adanya smegma pada ujung prepusium juga menyulitkan bayi berkemih maka setiap
memandikan bayi hendaknya prepusium didorong ke belakang kemudian ujungnya
dibersihkan dengan kapas yang telah dijerang dengan air matang.
2.Etiologi
Fimosis pada bayi laki-laki yang barn lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan
penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada
kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari
lahir, atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan. Bagaimana gejalanya?
Untuk menandai apakah anak memang mengalami funosis, orang tua sebaiknya
mencermati beberapa gejala berikut : Kulit penis anak tak bisa ditarik ke arah pangkal ketika
akan dibersihkan. Anak mengejan saat buang air kecil karena muara saluran kencing diujung
tertutup. Biasanya ia menangis dan pada ujung penisnya tampak menggembung. Air seni
yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan memancar dengan arah yang tidak dapat
diduga. Kalau sampai timbul infeksi, maka si buyung akan mengangis setiap buang air kecil
dan dapat pula disertai demam.
Jika gejala-gejala di atas ditemukan pada anak, sebaiknya bawa ia ke dokter. Jangan
sekali-kali mencoba membuka kulup secara paksa dengan menariknya ke pangkal penis.
Tindakan ini berbahaya, karena kulup yang ditarik ke pangkal dapat menjepit batang penis
dan menimbulkan rasa nyeri dan pembekakan yang hebat. Hal ini dalam istilah kedokteran
disebut para Fimosis. Jika si Buyung mengalami kesulitan buang air kecil, dokter akan
mencoba melebarkan kulit yang melekat, namun hal ini harus dilakukan dengan sangat hati-
hati oleh seorang dokter yang berpengalaman.
Jika upaya ini gagal, maka tindakan sirkumsisi (sunat) adalah jaian keluarnya, apalagi
jika fimosisnya menetap dan terjadi infeksi. Untuk melakukan sirkumsisi pada anak juga
harus dipertimbangkan masalah pembiusannya karena jika si Buyung takut dan merasa sakit
maka hal ini akan mempengaruhi kondisi kejiwaannya kelak kemudian hari. Selain itu jika
si Buyung meronta-ronta karena taku[ atau sakit, mal:a tindakan sirkumsisi ini malah akan
membahayakan, karena dapat melukai penisnya dan jahitan kulit penis tidak dapat
dikerjakan secara sempurna (info-sehat.com)
3.Penatalaksanaan
Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada kutit preputium 1 atau 2
kali sehari, selama 4-5 minggu, juga efektif dalam tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis
telah membaik, kebersihan atat ketamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik dan
dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi dan setelah berkemih untuk mencegah
kekambuhan fimosis.
f) Hipospadia
1. Definisi
Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang sering
ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya, hanya pengolahannya harus dilakukan oleh
mereka yang betul-betul ahli supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
Pada hipospadia muara orifisium uretra eksterna (lubang tempat air seni keluar)
berada diproksimal dari normalnya yaitu pada ujung distal glans penis, sepanjang ventral
batang penis sampai perineum. Jadi lubang saluran kencing letaknya bukan pada tempat
yang semestinya dan terletak di sebelah bawah penis bahkan ada yang terletak di rentang
kemaluan.
Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain, misalnya pada scrotum
dapat berupa undescensus testis, meorchisdism, disgenesis testis dan hidrotole pada penis
berupa propenil scrotum mikrophalasus dari torsi penile. Sedang kelainan ginjal dan ureter
berupa fused kidney, malrotasi, duplek dan refluk ureter.
2.Etiologi
Dari beberapa pasien yang ditangani ternyata mereka tinggal disekitar daerah
pembuangan sampah. Ada pula yang berasal ari keluarga petani. Penderita hipospadia
umumnya berasal dari keluarga kurang mampu. Akibatnya banyak diantara penderita tak
bisa segera ditangani.
3.Penatalaksanaan
Tindakan operasi harus dilakukan sebelum anak memasuki usia sekolah, diharapkan
anak tidak malu dengan keadaanya setelah tahu bahwa anak laki-laki lain kalau BAK beriri
sedangkan anak pengidap hipospadia harus jongkok seperti anak perempuan (karena lubang
penisnya berada di bagian bawah penis).
Selain itu jika hipospadia tidk dioperasi maka setelah dewasa dia akan sulit untuk
melakukan penetrasi/coitus , selain penis tidak dapat tegak dan lurus (pada hipospadia penis
bengkok akibat adanya chordae), lubangkeluar sperma terletak di bagian bawah.
Operasi hiposdia satu tahap (one stage urethra plasty) adalah tehnik operasi
sederhana yang sering dapat digunakan terutama untuk hipospadia tipe distal. Tipe distal ini
yang meatusnya letak anterior atau di middle. Meskipun hasilnya sering kurang begitu
bagus untukkelainan yang berat sehingga banyak dokter lebih memilih untuk melakukan 2
tahap untuk tipe hipospadia proksimal yang disertai dengan kelainan yang jauh lebih berat
maka one stage uretroplasty nyaris tidak dapat dilakukan.
Tipe hipospadia yang sering kali diikuti dengan kelainn-kelainan yang berat seperti
korda yang berat, globuler glans ygbengkok kearah ventral (bawah) dengan dorsal skinhood
dan propenil bifid scrotum. Intinya tipe hipospadi yang letak lubang air seninya lebih kearah
proksimal (jauh dari tempat semestinya) biasanya diikuti dengan penis yang bengkok dan
kelainan lain diskrotum atau sisa kulit yang sulit ditarik pada sat dilakukan operasi
pembuatan uretra.
Tahap 1 :
Dilakukan untuk meluruskan penis supaya posisi meatus (lubang tempat keluar kencing)
nantinya letaknya lebih proksimal (lebih mendekatiletak yang normal), memobilisasi
kulit dan prepurium untuk menutup bagian ventral/bawah penis.
Tahap 2 :
Setelah operasi biasanya pad lubang kencingbaru (post uretroplasty) masih dilindungi
dengan kateter sampai luka betul-betul menyembuh dan dapat dialiri air seni. Di bagian
supra pubik (bawah perut) dipasang juga kateter yang langsung menuju kandung kemih
untuk mengalirkan air seni. Tahap penyembuhan biasanya kateter diatas di non fungsikan
terlebih dahulu sampai seorang dokter yakin betul bahwa hasil urethroplasty nya dapat
difungsikan dengan baik, baru setelah itu kateter di lepas.
Gangguan metabolik herediter :Ada lebih dari 400 gangguan genetik biokimia,
kebanyakan terkait-X atau autosom resesif.
1.Etiologi
3. Pemeriksaan diagnostic
a. Lakukan penapisan metabolic
b. Hitung darah lengkap dan hitung jenis.
c. Urinalisis: zat pereduksi, keton, bau, dan warna.
d. Gas darah arteri: asidosis metabolik atau alkalosis respiratorik.
e. Elektrolit serum: peningkatan anion gap biasanya > 16 anion gap tidak terjadi pada
semua kesalahan metabolisme sejak lahir.
f. Glukosa darah
Hipoglikemia dapat dihubungkan dengan 3-Metil-gultakonik asiduria; penyakit
urine rnaple syrup; defisiensi 3-hidroksi-3-Metilglutaril CoA Liase; propionik
asidemia; metilmalonik asidemia; defisiensi Asil CoA dehidrogenase rantai
sedang; defisiensi karnitinl asilkarnitin translokase; serta defisiensi karnitin-
palmitil transferase I dan karnitin-palmitil transferase II.
Hipoglikemia tidak berhubungan dengan penyakit penyimpanan glikogen tipe II.
g. Kadar amonia plasma: sering melebihi 1000 µmol/L
h. Enzim hepar, termasuk kadar hilirubin total dan direk.
i. Asam amino plasma dan urine-, asam organik urine.
j. Kadar laktat plasma.
k. Mungkin memerlukan pemeriksaan khusus (mis., pemeriksaan biopsi kulit dan cairan
serebrospitial [CSFJ).
4. Intervensi
1. Berikan perawatan suportif. Hasilnya relatif cepat diperoleh.
2. Puasa sampai diagnosis diperoleh.
3. Lakukan selalu rujukan rnetabolik/genetik dan pertimbangkan pemindahan ke
institusi yang mengkhususkan pada gangguan metabolik herediter.
5. Hasil akhir
sebagian kesalahan metabolisme sejak lahir responsif terhadap pembahan diet:
sebagian kesalahan metabolisme sejak lahir letal dan memerlukan perawatan paliatif.
h) Atresia esofagus
1. Pengertian
2. Etiologi
Beberapa etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelaianan kongenital
atresia esofagus :
a. Faktor obat; Salah satu obat yang diketahui dapat menimbulkan kelainan
kongenital ialah thalidomine
b. Faktor radiasi; Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan
kelainan kongenital pada janian yang dapat mengakibatkan mutasi pada gen.
c. Faktor gizi; Penyelidikan menunjukan bahwa frekuensi kelainan congenital pada
bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan
3. Patofisiologi
Secara epidemiologi anomaly ini terjadi pada umur kehamilan 3-6 minggu akibat :
a. Diferensiasi usus depan yang tidak sempurna dalam memisahkan diri untuk masing-
masing menjadi esophagus dan trekea
b. Perkembangan sel endoteral yang tidak lengkap sehingga menyebabkan terjadinya
atresia
c. Perlekatan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula
trekeo esophagus. Faktor genetic tidak berperan dalam patogenesis ini
4. Klasifikasi
Tipe A = 87 %
Segmen bagian atas esophagus berakhir dikantong, segmen bagian bawah berhubungan
trachea melalui fistula, karena berhubungan dengan trachea maka berbahaya, bisa
tersedak dan sesak nafas
1. Pengertian
Atresia rekti yaitu obstruksi pada rektum (sekitar 2 c dari batas kulit anus). Pada pasien ini,
umumnya memiliki kanal dan anus yang normalAtresia anus yaitu obstruksi pada anus
2. Etiologi
Malformasi congenital
Manifestasi Klinik
Tidak bisa BAB melalui anus
Distensi abdomen
Tidak dapat dilakukan pemeriksaan suhu rectal
Perut kembung
Muntah
3. Penatalaksanaan :
1. pengertian
2. Etiologi
Degenerasi sekunder
Kelainan congenital
4. Penatalaksanaan
Pembedahan
k) Omfalokel
1. Pengertian
Omfalokel merupakan hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dalam kantong
peritoneum
2. Etiologi
Kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10
minggu
4. Penatalaksanaan
Bila kantong belum pecah, diberikan merkurokrom yang bertujuan untuk penebalan
selaput yang menutupi kantong
Pembedahan
l) Hernia Diafragmatika
Hernia diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui
suatu lubang pada diafragma. Diafragmatika adalah sekat yang membatasi rongga dada dan
rongga perut. Secara anatomi serat otot yang terletak lebih medial dan lateral diafragma
posterior yang berasal dari arkus lumboskral dan vertebrocostal triagone adalah tempat yang
paling lemah dan mudah terjadi rupture.
Menurut lokasinya hernia diafragma traumatika 69% pada sisi kiri, 24% pada sisi
kanan, dan 15% terjadi bilateral. Hal ini terjadi karena adanya hepar di sisi sebelah kanan yang
berperan sebagai proteksi dan memperkuat struktur hemidiafragma sisi sebelah kanan. Organ
abdomen yang dapat mengalami herniasi antara lain gaster, omentum, usus halus, kolon,
limpa’dan hepar. Juga dapat terjadi hernia inkarserata maupun strangulata dari saluran cerna
yang mengalami herniasi ke rongga toraks ini.
Lubang hernia dapat terjadi di peritoneal (tipr bochdalek) yang tersering ditemukan.
Pada hernia bochdalek umumnya langsung menunjukkan gejala pada saat bayi. Pada kasus
hernia bochdalek, bayi akan tampak kebiruan dan perut kembung.
Kemudian, anterolateral (tipe morgagni) atau di esofageal hiatus hernia. Umumnya baru
menimbulkan gejala pada usia dewasa.
Merupakan penonjolan pada bagian gelung atau ruas organ atau jaringan melalui lubang
abnormal. sedangkan Diafragmatika merupakan sekat yang membatasi pada rongga dada dan
rongga perut.
Kongenital
Akuisita
Hernia Hiatus esophagus Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-90% terjadi
pada sisi tubuh bagian kiri.
Penyebab
penyebab penyakit hernia ini adalah Janin tumbuh di uterus ibu sebelum lahir,
berbagai sistem organ berkembang dan matur. Diafragma berkembang antara minggu ke-7
sampai 10 minggu kehamilan. Esofagus (saluran yang menghubungkan tenggorokan ke
abdomen), abdomen, dan usus juga berkembang pada minggu itu.
Pada hernia tipe Bockdalek, diafragma berkembang tidak normal atau usus mungkin
terperangkap di rongga dada pada saat diafragma berkembang. Pada hernia tipe Morgagni,
otot yang seharusnya berkembang di tengah diafragma tidak berkembang secara wajar.
Pada kedua kasus di atas perkembangan diafragma dan saluran pencernaan tidak terjadi
secara normal. Hernia difragmatika terjadi karena berbagai faktor, yang berarti “banyak
faktor” baik faktor genetik maupun lingkungan.
Patofisiologis
Para ahli belum seluruhnya mengetahui faktor yang berperan dari penyebab hernia
diafragmatika, antara faktor lingkungan dan gen yang diturunkan orang tua.
Gejalanya berupa:
a. Gangguan pernafasan yang berat
b. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
c. Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
d. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
e. Takikardia (denyut jantung yang cepat).
Komplikasi
Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia. Jika hernianya
besar, biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak berkembang secara sempurna.
Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh udara.
Terbentuk massa yang mendorong jantung sehingga menekan paru-paru dan terjadilah
sindroma gawat pernafasan.
Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita hernia diafragmatika tipe
Bockdalek antara lain 20 % mengalami kerusakan kongenital paru-paru dan 5 – 16 %
mengalami kelainan kromosom.
Penatalaksanaan
m) Atresia Duodeni
1. Pengertian
Atresia Duodeni adalah obstruksi lumen usus oleh membran utuh, tali fibrosa yang
menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah
antara ujung-ujung duodenum yang tidak bersambung
2. Etiologi
Kegagalan rekanalisasi lumen usus selama masa kehamilan minggu ke-4 dan ke-5
Banyak terjadi pada bayi yang lahir premature
4. Penatalaksanaan
1.Masalah Perilaku
Masalah Perilaku adalah pola perilaku yang sulit, yang dapat mengancam hubungan yang
normal antara anak dengan orang lain di sekelilingnya.
Masalah perilaku bisa merupakan akibat dari lingkungan, kesehatan, tabiat atau
perkembangan anak.Masalah perilaku juga bisa timbul akibat hubungan yang tidak
harmonis dengan orang tua, guru maupun pengasuhnya.
Untuk mendiagnosis suatu masalah perilaku, biasanya ditanyakan menganai kegiatan anak
sehari-hari secara kronologis dan menyeluruh. Pembahasan dipusatkan pada lingkungan
yang menyebabkan timbulnya gangguan perilaku dan perilaku itu sendiri secara terperinci.
Juga dilakukan pengamatan terhadap interaksi antara anak dan orang tua.
Masalah perilaku semakin lama cenderung semakin memburuk karena itu untuk mencegah
progresivitasnya perlu dilakukan pengobatan dini .Kontak yang lebih positif dan lebih
menyenangkan antara orang tua dan anak dapat meningkatkan harga diri anak dan orang
tua. Interaksi yang lebih baik dapat membantu memecahkan lingkaran setan dari perilaku
negatif yang menyebabkan timbulnya respon negatif.
Masalah interaksi bisa mulai timbul pada beberapa bulan pertama kehidupan anak.
Kelelahan, kebencian dan rasa bersalah orang tua bercampur dengan rasa putus asa
sehingga mempengaruhi hubungan orang tua dengan bayinya.Hubungan yang buruk
antara anak dan orang tua bisa memperlambat perkembangan mental dan kemampuan
sosial anak dan bisa menyebabkan terjadinya kegagalan berkembang.
Kepada orang tua sebaiknya diberikan informasi yang lengkap mengenai perkembangan
bayi disertai nasihat atau kiat untuk menghadapinya.Tabiat bayi bisa dievaluasi dan
didiskusikan.Hal ini bisa membantu orang tua untuk lebih realistis dan menyadari bahwa
rasa bersalah dan konflik merupakan emosi yang normal dalam pengasuhan anak. Dengan
demikian orang tua akan belajar menerima perasaannya dan mencoba membangun
hubungan yang sehat.
3.Masalah Sosial
4.Masalah Spiritual
1. ASUHAN BIDAN
Tindakan segera :
dimana penanganan kelainan bawaan harus segera dilakukan. Dimana sebagai upaya
pertama untuk menyelamatkan penderita karena kelainan tersebut mengancam
jiwanya, seperti hernia diagfragmatika
Berencana :
tindakan lanjutan sebagai koreksi atas kelainan bawaan yang dialami sesuai dengan
waktu yang ditentukan, seperti anencepali. Kelainan congenital yang bersifat multiple
sering kali sukar untuk dikoreksi, sehingga koreksi bedah belum memungkinkan,
sementara penanganan secara klinis bersifat konservatif saja.
Secara medik :
Peran bidan pada kasus kelainan bawaan disini adalah memberikan informasi
yang jelas dan sesuai dengan yang ditemukan, dimana dijelaskan mengenai jenis,
etiologi, penanganan, dan prognosis kepada klien atau keluarganya, sehingga keluarga
dapat menerima dan siap dengan asuhan yang akan diberikan. Asuhan atau penanganan
yang diberikan baik bedah, medik, maupun koreksi lain yang dapat diberikan dapat
berhasil secara optimal.
1. Pasien dan keluarga akan merasakan perasaan yang tidak percaya, tidak bias menerima
dan sedih, hal tersebut merupakan reaksi yang normal khususnya bila kelainan tidak
dapat diprediksi sebelumnya. Perasaan diberlakukan tidak adil, putus asa, ertekan, cemas,
marah, gagal, dan ketakutan merupakan hal yang biasa.
2. Tanyakan pada ibu, apakah ia ingin melihat dan menggendong bayinya.
3. Berikan penjelasan bahwa kelainan bawaan bukanlah kesalahan orang tua. Memberikan
penjelasan atau gambaran tentang penyebab kelainan pada bayi mungkin dapat sedikit
menenangkan orang tua dan keluarganya.
4. Berikan penjelasan mengenai kemungkinan yang terjadi pada bayi, namun tidak
memberikan tekanan pada sisi negative pada kehidupan bayi di masa depan.
5. Jika bayi memiliki kelainan bawaan tertentu yang dapat diperbaiki melalui jalan operasi
(misal labioschizis), berikan penjelasan dan support pada orang tua dan keluarga. Namun
tidak memberikan harapan yang berlebihan jika tidak dapat disembuhkan.
6. Berikan orang tua menentukan pilihannya sendiri dan pendapat yang jujur tentang
kemungkinan hasilnya. Pastikan keputusan mereka dibuat berdasarkan inform consent
dan pemahaman yang cukup tentang semua kemungkinan yang terjadi.
7. Berikan kebebasan pada orang tua untuk menemui bayinya dan jika memungkinkan
biarkan bayi berada dengan ibu sepanjang waktu. Semakin banyak hal yang bisa
dilakukan oleh orang tua terhadap bayinya, semakin cepat pula mereka akan menerima
bayinya
8. Bila memungkinkan berikan bantuan pada orang tua untuk memperoleh akses dukungan
dari individu atau kelompok professional.
II.5 PANDANGAN ISLAM
Anak adalah rahasia orang tua dan pemegang keistimewaannya. Waktu orang tua
masih hidup, anak sebagai penenang, dan sewaktu ia pulang ke rahmatullah, anak
sebagai pelanjut dan lambang keabadian.
Anak mewarisi tanda-tanda kesamaan orang tua, termasuk juga ciri-ciri khas,
baik maupun buruk, tinggi maupun rendah. Dia adalah belahan jantungnya dan potongan
dari hatinya.
Justru itu Allah mengharamkan zina dan mewajibkan kawin, demi melindungi
nasab, sehingga air tidak tercampur, anak bisa dikenal siapa ayahnya dan ayah pun dapat
dikenal siapa anaknya.
Dengan perkawinan, seorang isteri menjadi hak milik khusus suami dan dia
dilarang berkhianat kepada suami, atau menyiram tanamannya dengan air orang lain.
Oleh karena itu setiap anak yang dilahirkan dari tempat tidur suami, mutlak menjadi
anak suami itu, tanpa memerlukan pengakuan atau pengumuman dari seorang ayah; atau
pengakuan dari seorang ibu, sebab setiap anak adalah milik yang seranjang. Begitulah
menurut apa yang dikatakan oleh Rasulullah s.a.w.26
Dari sini seorang suami tidak boleh mengingkari anak yang dilahirkan oleh
isterinya yang seranjang dengan dia dalam perkawinan yang sah. Pengingkaran seorang
suami terhadap nasab anaknya akan membawa bahaya yang besar dan suatu aib yang
sangat jelek, baik terhadap isteri maupun terhadap anaknya itu sendiri. Justru itu seorang
suami tidak boleh mengingkari anaknya karena suatu keraguan, atau dugaan atau karena
ada berita tidak baik yang mendatang.
Firman Allah :
“Dan bekas isteri-isteri anakmu yang berasal dari tulang rusukmu sendiri.” (an-Nisa’:
24)
Maka, seburuk apapun keadaan anak haruslah ayah terima, karena sudah dijelaskan
bahwa anak dan istri adalah bagian dari dirinya sendiri, jika dia mengingkari anaknya
berarti mengingkari dirinya sendiri sebagai makhluk. Ingat, Allah tidak menyukai orang
yang menyia-nyiakan apa yang telah diberikan kepada hambanya, karena seburuk
apapun pemberian itu menurut kita, tapi itu lah kenyataannya bahwa Allah tahu yang
terbaik untuk hambanya, dan semua itu pasti kebaikan yang diberikan_Nya.
Firman Allah:
“Allah tidak menjadikan anak-anak angkatmu itu sebagai anak-anakmu sendiri, yang
demikian itu adalah omongan-omonganmu dengan mulut-mulutmu, sedang Allah
berkata dengan benar dan Dialah yang menunjukkan ke jalan yang lurus. Panggillah
mereka (anak-anak) itu dengan bapa-bapa mereka, sebab dia itu lebih lurus di sisi Allah.
Jika kamu tidak mengetahui bapa-bapa mereka, maka mereka itu adalah saudaramu
seagama dan kawan-kawanmu.” (al-Ahzab: 4-5)
Firman-firman Allah:
“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-
istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami
imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS 25:74)
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS 46:15)
Bukan kelainan bawaan yang menjadikan orang tua harus mengutuk atau mengecap
anaknya sendiri sebagai sesuatu yang merugikan baginya, sesungguhnya :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat
dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul
sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum
kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelainan kongenital atau cacat bawaan pada
neonatus yaitu kelainan genetik dan kromosom, faktor genetik, faktor infeksi, faktor
obat, faktor umur ibu, faktor hormonal, faktor radiasi, faktor gizi, dan faktor-faktor
lainnya.
Kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus yaitu encephalocele,
hidrocephalus, bibir sumbing (Labio Paltoskiziz), atressia esofagus, atrssia ani,
hirschprung, spina bifida, kelainan jantung kongenital, omfalokel.
Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang memerlukan tindakan
bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang memerlukan
koreksi kosmetik.
Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini harus dibicarakan
dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab, langkah-langkah
penanganan dan prognosisnya.
Kelainan congenital atau cacat bawaan tidak dapat dicegah, melainkan resiko terjadinya
dapat dikurangi dengan tidak mengkonsumsi alcohol, menghindari rokok , obat terlarang,
makan makanan yang bergizi, olahraga teratur, menjalani vaksinasi, melakukan pemeriksaan
prenatal dengan rutin, dan menghindari zat-zat berbahaya lainnya.
B. Saran
Wiknjosastro, Hanifa, 2006, Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Haws., Paulette S., 2008, Asuhan Neonatus Rujukan Cepat, Jakarta: EGC
http://dokterbedahmalang.com/penyebab-timbulnya-celah-bibir-bibir-sumbing/
http://newbornclinic.wordpress.com/2009/04/19/kelainan-bawaan-bayi-baru-lahir-dan-
penyebabnya/