Disusun Oleh :
Muhammad Refa Yanuar A
NPM :
0217101166
JURUSAN MANAJEMEN S1
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2018
Akar Masalah Konflik
Konflik antara perusahaan dan para buruh yang terjadi di PT. Tjiwi Kimia tidak
hanya terjadi kali ini saja. Sebelumnya, pada tahun 2012 juga pernah terjadi konflik
antara perusahaan dengan buruh yang disebabkan oleh adanya pemutusan hak kerja
(PHK) secara sepihak yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Sebagai reaksi atas
pemutusan secara sepihak tersebut, para buruh kemudian melakukan demo untuk
menuntut hak kerja mereka. Pasca terjadinya demo tersebut, perusahaan tetap tidak
memenuhi tuntutan dari para buruh yang telah di PHK, total buruh yang di PHK oleh
Tjiwi Kimia pada saat itu berjumlah sebanyak 72 buruh terhitung sejak bulan Februari
hingga Maret 2014.
Dalam perjalanannya gerakan buruh pasca reformasi (selama lebih dari sepuluh
tahun terakhir ini), dapat dilihat bahwa kehidupan buruh tidak banyak mengalami
perubahan. Hal ini dapat dilihat misalnya, meskipun pada saat ini pemerintah sudah
mengeluarkan beberapa regulasi mengenai perburuhan, akan tetapi buruh tetap saja
menerima upah yang relative rendah dengan jam kerja panjang dan keselamatan kerja
yang kurang memadai.
Kehidupan buruh yang selalu tertindas, juga tergambar pada konflik antara
perusahaan dan buruh yang terjadi di Tjiwi Kimia. Lebih jauh apabila dilihat konflik
tersebut, pasca terjadinya PHK di tahun 2012 lalu, saat ini buruh di Tjiwi Kimia juga
mengalami penindasan yang dilakukan oleh perusahaan. Salah satu bentuk penindasan
yang nampak adalah munculnya tenaga outsourcing yang dikontrak melalui mandor di
perusahaan tersebut.
Penggunaan tenaga outsourcing pada perusahaan seringkali memicu reaksi
keras dari kalangan masyarakat. Outsourcing merupakan bentuk baru penindasan yang
sebenarnya telah lama muncul dalam dunia tenaga kerja. Munculnya kebijakan
outsourcing di Indonesia sendiri berawal dari disahkan oleh munculnya Undang-
Undang No. 13 tahun 2003 tentang outsourcing.