Disusun oleh :
Kelompok 4:
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay ”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Instrumentasi III. Tujuan yang lebih khusus dari
penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan,yang kami sajikan
berdasarkan berbagai sumber informasi dan referensi.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu SARI MUSRIFAH S.ST selaku
dosen pembimbing mata kuliah Instrumentasi III yang telah membimbing dan
memberikan materi kuliah demi lancarnya penyelesaian makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan pihak- pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Kami menyadari dalam menyusun materi yang telah disajikan ini masih
jauh dari sempurna, dimana banyak kekurangan dan perlu perbaikan. Untuk itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yag membangun dari pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.............................................................................................15
3.2 Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter
Perlmann dan Eva Engvall. Mereka menggunakan teknik ELISA ini dalam bidang
imunologi (ELISA konvensional) untuk menganalisis interaksi antara antigen dan
antibodi di dalam suatu sampel, dimana interaksi tersebut ditandai dengan
menggunakan suatu enzim yang berfungsi sebagai pelapor/ reporter/ signal.
(ELISA) adalah suatu teknik biokimia yang terutama digunakan dalam bidang
imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel.
ELISA telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang medis, patologi
1
tumbuhan, dan juga berbagai bidang industri. Penggunaan ELISA melibatkan
setidaknya satu antibodi dengan spesifitas yang lebih tinggi dibandingkan metode
imun lainnya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan membahas tentang
ELISA
2
adalah salah satu metode yang sensitif untuk mendeteksi antibodi, antigen,
hormon maupun bahan toksik. Metode ini merupakan pengembangan 1 dari
sistem deteksi dengan imunofluorescence atau radioaktif. Dalam teknik ini
beberapa enzim dapat dikonjugasi pada antigen dan antibodi. Dalam praktiknya,
enzim yang dipilih menunjukkan kinetika sederhana, dan dapat diuji dengan
prosedur sederhana.
Pertimbangan lain dalam penggunaan teknik ini adalah murah,
ketersediaan dan kestabilan substrat. Pembahasan lebih lanjut mengenai teknik
ELISA (Enzyme Linked-Immunosorbent Assay) akan dipaparkan dalam makalah
ini.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian ELISA.
2. Mengetahui dan memahami prinsip kerja ELISA.
3. Mengetahui dan memahami bagian-bagian dan komponen ELISA.
4. Mengetahui dan memahami prosedur penggunaan alat ELISA.
5. Mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan alat ELISA.
6. Mengetahui dan memahami cara kalibrasi dan perawatan alat ELISA.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dalam sampel. Teknik ELISA yang lama menggunakan substrat kromogenik,
meskipun metode-metode terbaru mengembangkan substrat fluorogenik yang
jauh lebih sensitif .
Prinsip dasar dari teknik ELISA ini secara simple dapat dijabarkan sebagai
berikut :
Pertama antigen atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan pada suatu
permukaan yang berupa microtiter. Penempelan tersebut dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu penempelan secara non spesifik dengan adsorbs ke permukaan
microtiter, dan penempelan secara spesifik dengan menggunakan antibody atau
antigen lain yang bersifat spesifik dengan antigen atau antibodi yang diuji (cara
ini digunakan pada teknik ELISA sandwich). Selanjutnya antibodi atau antigen
5
spesifik yang telah ditautkan dengan suatu enzim signal (disesuaikan dengan
sampel => bila sampel berupa antigen, maka digunakan antibodi spesifik ,
sedangkan bila sampel berupa antibodi, maka digunakan antigen spesifik)
dicampurkan ke atas permukaan tersebut, sehingga dapat terjadi interaksi antara
antibodi dengan antigen yang bersesuaian. Kemudian ke atas permukaan tersebut
dicampurkan suatau substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal. Pada saat
substrat tersebut dicampurkan ke permukaan, enzim yang bertaut dengan antibodi
atau antigen spesifik yang berinteraksi dengan antibodi atau antigen sampel akan
bereaksi dengan substrat dan menimbulkan suatu signal yang dapat dideteksi.
Pada ELISA flourescense misalnya, enzim yang tertaut dengan antibodi atau
antigen spesifik akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang
berupa pendaran flourescense.
6
2.3 Jenis dan bagian-bagian alat ELISA
7
atau N-oxysuccinimide pada permukaan yang dapat digunakan untuk hubungan
protein kovalen.
2. ELISA Pipet
3. Sistem Washer
8
c) Sistem semi-otomatis yang menangani satu strip atau pelat pada satu
waktu
d) Sistem sepenuhnya otomatis yang dapat memproses beberapa lempeng
9
Komponen-komponen mini vidas:
1. Tombol on/off
2. Tray
Berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan strip yang berisi sampel dan
reagen.
3. Display (Layar)
Berfungsi sebagai tempat untuk menampilkan program pada alat.
4. Printer
5. Inkubator
6. Berfungsi untuk proses inkubasi pada pemeriksaan, agar reaksi lebih
sempurna biasanya pada suhu 370C.
Berikut ini adalah contoh langkah kerja beberapa macam teknik ELISA,
yaitu:
a. Pendeteksian antibody dengan ELISA indirect:
10
1. Melapisi mikrotiter plate dengan antigen yang sudah dimurnikan dengan
membiarkan larutan berisi antigen menempel pada dinding/ permukaan selama
30-60 menit.
2. Membilas antigen yang tidak terikat dengan buffer.
3. Melapisi sisi-sisi tertentuyang mungkin tidak spesifik dilekati oleh antigen
dengan protein yang tidak berhubungan/ tidak spesifik (seperti larutan susu
bubuk).
4. Membilas protein yang tidak melekat.
5. Menambahkan sampel serum yang akan dideteksi antibodinya dan membiarkan
antibody spesifik untuk berikatan dengan antigen.
6. Membilas antibody yang tidak terikat.
7. Menambahkan anti-Ig yang akan berikatan pada daerah Fc pada antibody yang
spesifik (sebagai contoh, anti-rantai gamma manusia yang berikatan dengan
IgG manusia). Daerah Fc pada anti-Ig akan berikatan secara kovalen dengan
enzim.
8. Membilas kompleks antibody-enzim yang tidak terikat.
9. Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak berwarna yang terikat
ke enzim akan dikonversi menjadi produk.
10. Inkubasi sampai muncul warna, dan
11. Ukur dengan spectrometer. Jka semakin pekat warna yang dideteksi, maka
makin besar kadar antibody spesifik dalam sampel.
11
5. Menambahkan sampel yang akan dideteksi antigennya dan membiarkan
antibodi untuk berikatan dengan antigen spesifik dari sampel.
6. Membilas antigen yang tidak terikat.
7. Menambahkan antibody yang telah terlabeli dengan enzim dan bersifat spesifik
untuk epitope yang berbeda pada antigen sampel, sehingga terbentuk sandwich.
8. Membilas antibody-enzim yang tidak terikat.
9. Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak berwarna yang terikat
ke enzim akan dikonversi menjadi produk.
10. Inkubasi sampai muncul warna.
11. Ukur dengan spektrofotometer. Jika semakin pekat warna yang terdeteki, maka
makin besar kadarantigen spesifi dalam sampel.
12
inefektivitas dari larutan blocking sehingga antibodi sekunder atau antigen
asing dapat berinteraksi dengan antibodi bertaut enzim signal dan
menimbulkan signal.
4. Reaksi antara enzim signal dan substrat berlangsung relatif cepat, sehingga
pembacaan harus dilakukan dengan cepat (pada perkembangannya, hal ini
dapat diatasi dengan memberikan larutan untuk menghentikan reaksi).
a. Kalibrasi ELISA
1. Letakkan strip dan SPR pada Section yang dikehendaki (misal : section A)
2. Pilih “STATUS SCREEN” pada menu utama.
3. Pilih section yang dikehendaki (misal : section A).
4. Pilih posisi A1 (dengan menekan angka 1 pada keypad).
5. Pilih S dan angka 1 pada keypad (S1untuk posisi A1), lalu tekan enter.
Pilih S dan angka 1 pada keypad (S1untuk posisi A2), lalu tekan enter.
Pilih S dan angka 1 pada keypad (S1untuk posisi A3), apabila kalibrasi
triplo, lalu tekan enter.
pilih C dan angka 1 pada keypad (C1 untuk posisi A4), lalu tekan enter.
pilih C dan angka 2 pada keypad (C2 untuk posisi A5), lalu tekan enter.
6. Pilih sampel ID (pasien untuk posisi A6)
7. Masukkan sampel ID pasien tersebut (max 12 huruf / angka) lalu tekan
enter.
8. Setelah selesai tekan start.
9. Alat tersebut akan mengkalibrasi sendiri.
b. Perawatan ELISA
1. Pemeliharaan Harian:
a) Matikan alat setelah selesai digunakan
b) Bersihkan tray dari kotoran. atau debu denganmenggunakan spondadu atau
dengan tissue
2. Pemeliharaan 6 bulan :
Lakukan kalibrasi pada alat secara keseluruhan seperti : Lampu,proses
pembacaannya.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang
mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada
semua organisme.
14
2. Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik
biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk
mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel.
3. Pertama antigen atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan pada suatu
permukaan yang berupa microtiter. Penempelan tersebut dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu penempelan secara non spesifik dengan adsorbs ke
permukaan microtiter, dan penempelan secara spesifik dengan
menggunakan antibody atau antigen lain yang bersifat spesifik dengan
antigen atau antibodi yang diuji (cara ini digunakan pada teknik ELISA
sandwich). Selanjutnya antibodi atau antigen spesifik yang telah ditautkan
dengan suatu enzim signal (disesuaikan dengan sampel => bila sampel
berupa antigen, maka digunakan antibodi spesifik , sedangkan bila sampel
berupa antibodi, maka digunakan antigen spesifik) dicampurkan ke atas
permukaan tersebut, sehingga dapat terjadi interaksi antara antibodi
dengan antigen yang bersesuaian. Kemudian ke atas permukaan tersebut
dicampurkan suatau substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal.
Pada saat substrat tersebut dicampurkan ke permukaan, enzim yang bertaut
dengan antibodi atau antigen spesifik yang berinteraksi dengan antibodi
atau antigen sampel akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan suatu
signal yang dapat dideteksi.
4. Tehnik ELISA memiliki kelebihan dan kekurangan dalam proses
pemeriksaannya.
5. ELISA memerlukan kalibrasi dan perawatan sebelum dan sesudah
digunakan.
3.2 saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan terutama bagi
pembaca dan penyusun.
15
DAFTAR PUSTAKA
16