Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH INSTRUMENTASI III

“ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)”

Disusun oleh :

Kelompok 4:

 Erin Syahrani AR : P00341017062


 Ispan Al Ibrahim : P00341017072
 Muh. Ramadhan : P00341017080
 Sitti Nur Kholifah : P00341017092
 Sitti Masyitha : P00341017093
 Sri Mulia Elni Naningsih : P00341017094
 Sri Rahayu Puspita : P00341017095
 Suci Rahmawati : P00341017096
 Vermi : P00341017098
 Wildayanti : P00341017099
 Yolanda Aprilia Ole Lejap : P00341017100

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TINGKAT II B
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay ”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Instrumentasi III. Tujuan yang lebih khusus dari
penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan,yang kami sajikan
berdasarkan berbagai sumber informasi dan referensi.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu SARI MUSRIFAH S.ST selaku
dosen pembimbing mata kuliah Instrumentasi III yang telah membimbing dan
memberikan materi kuliah demi lancarnya penyelesaian makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan pihak- pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.

Kami menyadari dalam menyusun materi yang telah disajikan ini masih
jauh dari sempurna, dimana banyak kekurangan dan perlu perbaikan. Untuk itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yag membangun dari pembaca.

Kendari, 15 Oktober 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ELISA...................................................................................4


2.2 Prinsip Kerja ELISA...............................................................................5
2.3 Bagian-bagian dan komponen ELISA....................................................7
2.4 Prosedur penggunaan alat ELISA...........................................................10
2.5 Kekurangan dan Kelebihan alat ELISA..................................................12
2.6 Cara Kalibrasi dan Perawatan alat ELISA..............................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................15
3.2 Saran........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imunitas tubuh manusia


maupun hewan, merupakan disiplin ilmu yang dalam perkembangannya berakar
dari pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi. Sedangkan Serologi ialah ilmu
yang mempelajari reaksi antigen antibody secara invitro.Pemeriksaan serologik
sering dilakukan sebagai upaya menegakkan diagnosis. Walaupun saat ini
pemeriksaan serologik tidak terbatas pada penyakit infeksi, namun untuk
menunjang diagnosis penyakit infeksi memang hal yang sering dilkukan.
memungkinkan dilakukannya pengamatan secara in vitro terhadap perubahan
kompleks antigen-antibodi (Ag-Ab).

ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) atau 'penetapan kadar


imunosorben taut-enzim' merupakan uji serologis yang umum digunakan di
berbagai laboratorium imunologi. Uji ini memiliki beberapa keunggulan seperti
teknik pengerjaan yang relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas
yang cukup tinggi. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann
dan Eva Engvall untuk menganalisis adanya interaksi antigendengan antibodi di
dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor (reporter label).

Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter
Perlmann dan Eva Engvall. Mereka menggunakan teknik ELISA ini dalam bidang
imunologi (ELISA konvensional) untuk menganalisis interaksi antara antigen dan
antibodi di dalam suatu sampel, dimana interaksi tersebut ditandai dengan
menggunakan suatu enzim yang berfungsi sebagai pelapor/ reporter/ signal.
(ELISA) adalah suatu teknik biokimia yang terutama digunakan dalam bidang
imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel.
ELISA telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang medis, patologi

1
tumbuhan, dan juga berbagai bidang industri. Penggunaan ELISA melibatkan
setidaknya satu antibodi dengan spesifitas yang lebih tinggi dibandingkan metode
imun lainnya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan membahas tentang
ELISA

Perkembangan imunologi yang begitu cepat tidak terlepas dari dorongan


perkembangan cabang ilmu lain serta metode pemeriksaan laboratorium yang
ditunjang dengan peralatan yang semakin canggih. Analisis, baik kualitatif
maupun kuantitatif, terhadap berbagai gambaran tanggapan kekebalan
menyebabkan semakin bertambahnya pemahaman terhadap pathogenesis berbagai
penyakit.

Dalam bidang kesehatan, pemahaman semacam ini, ditambah penguasaan


prosedur laboratorium, semakin membuka kemungkinan penerapan imunologi
upaya diagnostik berbagai penyakit. Teknik imunodiagnostik cukup luas dan
bervariasi, semuanya berdasarkan reaksi sistim kekebalan dalam tubuh manusia
yang diaplikasikan secara in vitro. Imunoassay merupakan salah satu teknik
imunodiagnostik paling banyak digunakan. Teknik ini berdasarkan reaksi kimia
antara dua jenis analit (antigen dan anti bodi) yang dapat rnemberi hasil bervariasi
bergantung indikatornya. Sebagai indikator biasanya digunakan bahan radioaktif
biasanya yodium 125 (radioimmunoassay/ RIA), sistim enzim-substrat tertentu
seperti peroksidasekloronaftol, fosfatase-bromo-kloro-indolinfosfat, zat golongan
fuorokrom atau fluoresen dan lain-lain.

Pada pengembangan immunoassay banyak pilihan teknik yang dapat


digunakan sebagai acuan untuk mendapatkan hasil yang optimal, tetapi tidak
sedikit yang terbentur pada tingkat sensitivitasnya. Berdasarkan “Label” atau
substansi yang terkonjugasi ke antigen atau antibodi untuk menggambarkan reaksi
Ag-Ab, maka teknik immunoassay dibagi menjadi EIA (Enzyme ImmunoAssay),
ELISA (Enzyme Linked-Immunosorbent Assay), RIA (Radio ImmunoAssay), IFA
(ImmunoFluorescence Assay), dan LIA (Luminescence ImmunoAssay). ELISA

2
adalah salah satu metode yang sensitif untuk mendeteksi antibodi, antigen,
hormon maupun bahan toksik. Metode ini merupakan pengembangan 1 dari
sistem deteksi dengan imunofluorescence atau radioaktif. Dalam teknik ini
beberapa enzim dapat dikonjugasi pada antigen dan antibodi. Dalam praktiknya,
enzim yang dipilih menunjukkan kinetika sederhana, dan dapat diuji dengan
prosedur sederhana.
Pertimbangan lain dalam penggunaan teknik ini adalah murah,
ketersediaan dan kestabilan substrat. Pembahasan lebih lanjut mengenai teknik
ELISA (Enzyme Linked-Immunosorbent Assay) akan dipaparkan dalam makalah
ini.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian dari ELISA?
2. Bagaimana prinsip kerja ELISA?
3. Apa bagian-bagian dan komponen alat ELISA?
4. Bagaimana prosedur penggunaan alat ELISA?
5. Apa Kelebihan dan kekurangan ELISA?
6. Bagaimana cara kalibrasi dan perawatan alat ELISA?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian ELISA.
2. Mengetahui dan memahami prinsip kerja ELISA.
3. Mengetahui dan memahami bagian-bagian dan komponen ELISA.
4. Mengetahui dan memahami prosedur penggunaan alat ELISA.
5. Mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan alat ELISA.
6. Mengetahui dan memahami cara kalibrasi dan perawatan alat ELISA.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay )

Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik biokimia


yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran
antibodi atau antigen dalam suatu sampel. ELISA telah digunakan sebagai alat
diagnostik dalam bidang medis, patologi tumbuhan, dan juga berbagai bidang
industri. Dalam pengertian sederhana, sejumlah antigen yang tidak dikenal
ditempelkan pada suatu permukaan, kemudian antibodi spesifik dicucikan pada
permukaan tersebut, sehingga akan berikatan dengan antigennya. Antibodi ini
terikat dengan suatu enzim, dan pada tahap terakhir, ditambahkan substansi yang
dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal yang dapat dideteksi. Dalam ELISA
fluoresensi, saat cahaya dengan panjang gelombang tertentu disinarkan pada
suatu sampel, kompleks antigen/antibodi akan berfluoresensi sehingga jumlah
antigen pada sampel dapat disimpulkan berdasarkan besarnya fluoresensi.

Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan spesifitas


untuk antigen tertentu. Sampel dengan jumlah antigen yang tidak diketahui
diimobilisasi pada suatu permukaan solid (biasanya berupa lempeng mikrotiter
polistirene), baik yang non-spesifik (melalui penyerapan pada permukaan) atau
spesifik (melalui penangkapan oleh antibodi lain yang spesifik untuk antigen
yang sama, disebut ‘sandwich’ ELISA). Setelah antigen diimobilisasi, antibodi
pendeteksi ditambahkan, membentuk kompleks dengan antigen. Antibodi
pendeteksi dapat berikatan juga dengan enzim, atau dapat dideteksi secara
langsung oleh antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim melalui
biokonjugasi. Di antara tiap tahap, plate harus dicuci dengan larutan deterjen
lembut untuk membuang kelebihan protein atau antibodi yang tidak terikat.
Setelah tahap pencucian terakhir, dalam plate ditambahkan substrat enzimatik
untuk memproduksi sinyal yang visibel, yang menunjukkan kuantitas antigen

4
dalam sampel. Teknik ELISA yang lama menggunakan substrat kromogenik,
meskipun metode-metode terbaru mengembangkan substrat fluorogenik yang
jauh lebih sensitif .

Melakukan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan kekhususan


untuk antigen tertentu.Sampel dengan jumlah yang tidak diketahui dari antigen
diimobilisasi pada dukungan yang solid (biasanya piring polystyrene microtiter,
melihat secara detail di bagian perangkat ELISA ) baik non-spesifik (melalui
adsorpsi ke permukaan) atau secara khusus (melalui penangkapan oleh antibodi
lain spesifik terhadap antigen yang sama, dalam "sandwich" ELISA ). Setelah
antigen diimobilisasi, antibodi deteksi ditambahkan, membentuk kompleks
dengan antigen. Deteksi antibodi dapat kovalen dihubungkan dengan enzim, atau
sendiri bisa dideteksi dengan antibodi sekunder yang terkait dengan enzim
melalui bioconjugation. Bagian inkubasi antibodi ELISA mirip dengan yang
dari western blot. Antara setiap langkah, piring biasanya dicuci dengan larutan
deterjen ringan untuk menghilangkan protein atau antibodi yang tidak secara
khusus terikat. Setelah akhir langkah mencuci, piring dikembangkan dengan
menambahkan substrat enzimatik untuk menghasilkan sinyal terlihat, yang
menunjukkan kuantitas antigen dalam sampel.

2.2 Prinsip kerja ELISA

Prinsip dasar dari teknik ELISA ini secara simple dapat dijabarkan sebagai
berikut :
Pertama antigen atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan pada suatu
permukaan yang berupa microtiter. Penempelan tersebut dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu penempelan secara non spesifik dengan adsorbs ke permukaan
microtiter, dan penempelan secara spesifik dengan menggunakan antibody atau
antigen lain yang bersifat spesifik dengan antigen atau antibodi yang diuji (cara
ini digunakan pada teknik ELISA sandwich). Selanjutnya antibodi atau antigen

5
spesifik yang telah ditautkan dengan suatu enzim signal (disesuaikan dengan
sampel => bila sampel berupa antigen, maka digunakan antibodi spesifik ,
sedangkan bila sampel berupa antibodi, maka digunakan antigen spesifik)
dicampurkan ke atas permukaan tersebut, sehingga dapat terjadi interaksi antara
antibodi dengan antigen yang bersesuaian. Kemudian ke atas permukaan tersebut
dicampurkan suatau substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal. Pada saat
substrat tersebut dicampurkan ke permukaan, enzim yang bertaut dengan antibodi
atau antigen spesifik yang berinteraksi dengan antibodi atau antigen sampel akan
bereaksi dengan substrat dan menimbulkan suatu signal yang dapat dideteksi.
Pada ELISA flourescense misalnya, enzim yang tertaut dengan antibodi atau
antigen spesifik akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang
berupa pendaran flourescense.

Sebagian besar metode ELISA dikembangkan untuk deteksi antigen atau


antibodi terdiri dari antibodi atau antigen yang cocok dengan yang dicari, yang
kemudian dibentuk dalam fase solid, seperti permukaan plastik dari plat polivinil
atau tube polistirene, di dalamnya sumuran yang dalam dari microdilution (cairan
sejumlah mikro) atau di bagian luar dari plastik sferis atau bead (mirip seperti
kelereng kecil) yang terbuat dari logam. Sistem tersebut dinamakan Solid Phase
Immonusrbent Assay.

6
2.3 Jenis dan bagian-bagian alat ELISA

1. Pelat Fase-ELISA yang Solid

Piring 96-baik ELISA kebanyakan pelat yang digunakan dalam ELISA


adalah polystyrene atau turunan dari polistiren yang diperoleh dengan modifikasi
kimia atau radiasi permukaan. Konfigurasi yang paling umum adalah 96 sumur
yang disusun menjadi 8 baris dan 12 kolom. Setiap sumur memiliki kira-kira 350
ul volume dengan area internal sekitar 2,5 cm 2. Baru-baru ini, 384 sumur dan
1536 pelat sumur telah dikembangkan dengan dimensi keseluruhan yang sama
seperti pelat 96 piring tradisional. Mereka digunakan dalam penyaringan
throughput yang tinggi. Selain itu, 96 piring sumur dengan sumur setengah
volume sumur tradisional tersedia. Pengujian dilakukan di sumur setengah volume
identik dalam kinerja dengan ukuran tradisional, tetapi mampu menghemat
banyak dalam reagen. Inovasi lain baru-baru ini adalah mengkonfigurasi sumur
sehingga area di mana bagian bawah bertemu sisi sumur dibulatkan bukan pada
sudut 90 derajat. Ini telah dilaporkan untuk mendapatkan pencucian sumur yang
lebih baik. Namun alternatif lain adalah menambahkan sirip ke bagian dalam
sumur untuk menambahkan lebih banyak area permukaan untuk adsorpsi.

Selain piring yang tidak dilapisi, ada berbagai modifikasi yang


meninggalkan gugus amina atau reaktif seperti kelompok maleimide, hidrazin

7
atau N-oxysuccinimide pada permukaan yang dapat digunakan untuk hubungan
protein kovalen.

2. ELISA Pipet

a) Pipet multichannel dan pipet single-channel


b) Single-channel, fixed-volume dan volume-disesuaikan (1–20 μL, 10–100
μL, 20–200 μL, dll.)
c) Multichannel, 8- dan 12-channel
d) Unit pengeluaran otomatis semi-otomatis
e) Sistem sepenuhnya otomatis yang dapat memproses beberapa lempeng

3. Sistem Washer

a) Sistem pencucian semi-otomatis


b) Sistem manual yang mencuci satu baris atau kolom sekaligus

8
c) Sistem semi-otomatis yang menangani satu strip atau pelat pada satu
waktu
d) Sistem sepenuhnya otomatis yang dapat memproses beberapa lempeng

4. Pembaca Lempeng ELISA

a) Pembaca lempeng otomatis


b) Pembaca manual yang membaca satu baris atau sekaligus pada satu waktu
c) Pembaca semi-otomatis yang membaca satu piring sekaligus
d) Sistem sepenuhnya otomatis yang dapat memproses beberapa lempeng
secara bersamaan

Contoh bagian-bagian alat ELISA jenis Mini Vida:


Alat mini vidas adalah salah satu alat yang digunakan untuk pemeriksaan
imunologi. Prinsip alat ini merupakan modifikasi dari prinsip ELISA yang
pembacaannya berdasarkan fluoresensi.

9
Komponen-komponen mini vidas:
1. Tombol on/off
2. Tray
Berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan strip yang berisi sampel dan
reagen.
3. Display (Layar)
Berfungsi sebagai tempat untuk menampilkan program pada alat.
4. Printer
5. Inkubator
6. Berfungsi untuk proses inkubasi pada pemeriksaan, agar reaksi lebih
sempurna biasanya pada suhu 370C.

2.4 Prosedur Pengunaan Alat Elisa

Berikut ini adalah contoh langkah kerja beberapa macam teknik ELISA,
yaitu:
a. Pendeteksian antibody dengan ELISA indirect:

10
1. Melapisi mikrotiter plate dengan antigen yang sudah dimurnikan dengan
membiarkan larutan berisi antigen menempel pada dinding/ permukaan selama
30-60 menit.
2. Membilas antigen yang tidak terikat dengan buffer.
3. Melapisi sisi-sisi tertentuyang mungkin tidak spesifik dilekati oleh antigen
dengan protein yang tidak berhubungan/ tidak spesifik (seperti larutan susu
bubuk).
4. Membilas protein yang tidak melekat.
5. Menambahkan sampel serum yang akan dideteksi antibodinya dan membiarkan
antibody spesifik untuk berikatan dengan antigen.
6. Membilas antibody yang tidak terikat.
7. Menambahkan anti-Ig yang akan berikatan pada daerah Fc pada antibody yang
spesifik (sebagai contoh, anti-rantai gamma manusia yang berikatan dengan
IgG manusia). Daerah Fc pada anti-Ig akan berikatan secara kovalen dengan
enzim.
8. Membilas kompleks antibody-enzim yang tidak terikat.
9. Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak berwarna yang terikat
ke enzim akan dikonversi menjadi produk.
10. Inkubasi sampai muncul warna, dan
11. Ukur dengan spectrometer. Jka semakin pekat warna yang dideteksi, maka
makin besar kadar antibody spesifik dalam sampel.

b. Pendeteksian antigen dengan ELISA sandwich:


1. Melapisi mikrotiter plate dengan antibodi yang sudah dimurnikandimurnikan
dengan membiarkan larutan berisi antigen menempel pada dinding/ permukaan
selama 30-60 menit.
2. Membilas antibodi yang tidak terikat dengan buffer.
3. Melapisi sisi-sisi tertentuyang mungkin tidak spesifik dilekati oleh antigen
dengan protein yang tidak berhubungan/ tidak spesifik (seperti larutan susu
bubuk).
4. Membilas protein yang tidak melekat.

11
5. Menambahkan sampel yang akan dideteksi antigennya dan membiarkan
antibodi untuk berikatan dengan antigen spesifik dari sampel.
6. Membilas antigen yang tidak terikat.
7. Menambahkan antibody yang telah terlabeli dengan enzim dan bersifat spesifik
untuk epitope yang berbeda pada antigen sampel, sehingga terbentuk sandwich.
8. Membilas antibody-enzim yang tidak terikat.
9. Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak berwarna yang terikat
ke enzim akan dikonversi menjadi produk.
10. Inkubasi sampai muncul warna.
11. Ukur dengan spektrofotometer. Jika semakin pekat warna yang terdeteki, maka
makin besar kadarantigen spesifi dalam sampel.

.5 Kelebihan dan Kekurangan Alat ELISA


Teknik ELISA ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain :
1. Teknik pengerjaan relatif sederhana
2. Relatif ekonomis (karena jenis a antibodi yang digunakan hanya satu saja,
sehingga menghemat biaya untuk membeli banyak jenis antibodi)
3. Hasil memiliki tingkat sensitivitas yang cukup tinggi.
4. Dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan antigen walaupun kadar
antigen tersebut sangat rendah (hal ini disebabkan sifat interaksi antara
antibodi atau antigen yang bersifat sangat spesifik)
5. Dapat digunakan dalam banyak macam pengujian.

Sedangkan kekurangan dari teknik ELISA antara lain :


1. Jenis antibodi yang dapat digunakan pada uji dengan teknik ELISA ini hanya
jenis antibodi monoklonal (antibodi yang hanya mengenali satu antigen).
2. Harga antibodi monoklonal relatif lebih mahal daripada antibodi poliklonal,
sehingga pengujian teknik ELISA ini membutuhkan biaya yang relatif
mahal.
3. Pada beberapa macam teknik ELISA, dapat terjadi kesalahan pengujian
akibat kontrol negatif yang menunjukkan respons positif yang disebabkan

12
inefektivitas dari larutan blocking sehingga antibodi sekunder atau antigen
asing dapat berinteraksi dengan antibodi bertaut enzim signal dan
menimbulkan signal.
4. Reaksi antara enzim signal dan substrat berlangsung relatif cepat, sehingga
pembacaan harus dilakukan dengan cepat (pada perkembangannya, hal ini
dapat diatasi dengan memberikan larutan untuk menghentikan reaksi).

2.6 Kalibrasi dan Perawatan Alat Elisa

a. Kalibrasi ELISA
1. Letakkan strip dan SPR pada Section yang dikehendaki (misal : section A)
2. Pilih “STATUS SCREEN” pada menu utama.
3. Pilih section yang dikehendaki (misal : section A).
4. Pilih posisi A1 (dengan menekan angka 1 pada keypad).
5. Pilih S dan angka 1 pada keypad (S1untuk posisi A1), lalu tekan enter.
Pilih S dan angka 1 pada keypad (S1untuk posisi A2), lalu tekan enter.
Pilih S dan angka 1 pada keypad (S1untuk posisi A3), apabila kalibrasi
triplo, lalu tekan enter.
pilih C dan angka 1 pada keypad (C1 untuk posisi A4), lalu tekan enter.
pilih C dan angka 2 pada keypad (C2 untuk posisi A5), lalu tekan enter.
6. Pilih sampel ID (pasien untuk posisi A6)
7. Masukkan sampel ID pasien tersebut (max 12 huruf / angka) lalu tekan
enter.
8. Setelah selesai tekan start.
9. Alat tersebut akan mengkalibrasi sendiri.

b. Perawatan ELISA

1. Pemeliharaan Harian:
a) Matikan alat setelah selesai digunakan
b) Bersihkan tray dari kotoran. atau debu denganmenggunakan spondadu atau
dengan tissue
2. Pemeliharaan 6 bulan :
Lakukan kalibrasi pada alat secara keseluruhan seperti : Lampu,proses
pembacaannya.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang
mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada
semua organisme.

14
2. Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik
biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk
mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel.
3. Pertama antigen atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan pada suatu
permukaan yang berupa microtiter. Penempelan tersebut dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu penempelan secara non spesifik dengan adsorbs ke
permukaan microtiter, dan penempelan secara spesifik dengan
menggunakan antibody atau antigen lain yang bersifat spesifik dengan
antigen atau antibodi yang diuji (cara ini digunakan pada teknik ELISA
sandwich). Selanjutnya antibodi atau antigen spesifik yang telah ditautkan
dengan suatu enzim signal (disesuaikan dengan sampel => bila sampel
berupa antigen, maka digunakan antibodi spesifik , sedangkan bila sampel
berupa antibodi, maka digunakan antigen spesifik) dicampurkan ke atas
permukaan tersebut, sehingga dapat terjadi interaksi antara antibodi
dengan antigen yang bersesuaian. Kemudian ke atas permukaan tersebut
dicampurkan suatau substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal.
Pada saat substrat tersebut dicampurkan ke permukaan, enzim yang bertaut
dengan antibodi atau antigen spesifik yang berinteraksi dengan antibodi
atau antigen sampel akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan suatu
signal yang dapat dideteksi.
4. Tehnik ELISA memiliki kelebihan dan kekurangan dalam proses
pemeriksaannya.
5. ELISA memerlukan kalibrasi dan perawatan sebelum dan sesudah
digunakan.
3.2 saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan terutama bagi
pembaca dan penyusun.

15
DAFTAR PUSTAKA

Brahmana K. 1981. Immunologi, Serologi dan Tata Kerja Laboratorium. Medan.

Putriani, Tanry. 2015. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) (Online)


Melalui: http://yazhidbazhar.blogspot.com/2015/09/elisa-enzyme-linked-
immunosorbent-assay.html

16

Anda mungkin juga menyukai