Anda di halaman 1dari 26

6

PERANCANGAN CAMPURAN BETON

Perancangan campuran beton adalah merupakan suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
sifat-sifat fisik beton yang seekonomis mungkin dengan menggunakan material yang ada.
Material yang baik belum menjamin akan menghasilkan beton yang baik apabila proporsi
campuran tidak dirancang dengan benar. Ada beberapa macam metode yang dapat
digunakan untuk merancang komposisi campuran beton, namun belum tentu dapat
menghasilkan proporsi campuran yang optimum.
Pada dasarnya semua metode perancangan campuran beton berasal dari informasi
pendekatan. Demikian pula semua perancangan campuran beton mengikuti prosedur yang
sama yang pada akhirnya dengan modifikasi tertentu akan menghasilkan proporsi
campuran yang kira-kira sama. Pada umumnya untuk merancang campuran beton, harus
didahului dengan trial mix. Dari hasil trial mix akan diketahui kekurangan-kekurangan
pada campuran, misalnya nilai slump yang belum tercapai, terjadinya segregasi pada
adukan atau adukan belum kohesif. Pada dasarnya berat air yang tercantum di tabel pada
perancangan campuran beton bukanlah merupakan harga mutlak, tetapi dapat dikoreksi.

Perancangan Campuran Beton dengan Metode British


Pada perancangan dengan metode British ini, benda uji yang digunakan adalah kubus
ukuran 15x15x15 cm. Apabila benda uji merupakan silinder maka harus dikonversikan
terlebih dahulu ke benda uji kubus.
Untuk merancang beton dengan kuat tekan karakteristik (yang disyaratkan), maka langkah
pertama yang harus ditentukan adalah menentukan kuat tekan rata-rata rencana (target).
Kuat tekan rencana didasarkan atas probabilitas bahwa kuat tekan yang berada dibawah
kuat tekan karakteristik terbatas sampai 5 % saja. Dianggap bahwa distribusi kuat tekan
beton mengukuti distribusi normal, maka dapat ditulis hubungan antara kuat tekan
karakteristik dengan kuat tekan rata-rata rencana.
bk = bm - 1,64 S dimana
28
bk = Kuat tekan karakteristik
bm = Kuat tekan rencana (rata-rata)
S = Standar deviasi

Pada metode British, besarnya slump rencana untuk berbagai type struktur diperlihatkan
pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Nilai Slump yang Disyaratkan sesuai dengan Penggunaan Beton

Tingkat Kelecakan Slump (mm) Penggunaan Beton


Pembetonan jalan yang dipadatkan dengan
Sangat rendah 0-25 mm mesin penggetar

Pembetonan jalan yang dipadatkan dengan


Rendah 25-50 mm mesin penggetar

Beton bertulang, seperti pelat, balok, dan


Sedang 25-100 mm kolom yang dipadatkan dengan mesin
penggetar
Beton bertulang dengan tulangan rapat, pada
Tinggi 100-175 mm umumnya tidak perlu dipadatkan lagi

Pada metode British, penentuan faktor air semen diawali dengan menentukan perkiraan
kuat tekan beton untuk faktor air semen 0,5 diperlihatkan pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Perkiraan Kuat Tekan Beton dengan Faktor Air Semen 0,5

Tipe Semen Jenis Agregat Kuat Tekan (MPa) pada Umur (hari)
Kasar
3 7 28 91
Tipe I Tidak dipecah 22 31 43 50
Tipe V Dipecah 27 36 48 55
Tipe III Tidak dipecah 29 37 49 55
Dipecah 34 43 54 60

Penentuan faktor air semen untuk kuat tekan rencana ditentukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
29
1. Tentukan kuat tekan rencana, tipe semen, jenis agregat kasar serta umur kubus beton
dimana kuat tekan rencananya ditinjau.
2. Dari Tabel 6.2 ditentukan kuat tekan kubus beton untuk faktor air semen sebesar 0,5.
3. Dengan menggunakan kurva pada Gambar 6.1, tarik garis vertikal ke atas dari faktor air
semen 0,5 sehingga memotong kuat tekan beton sesuai dengan Tabel 6.2 pada langkah 2.
4. Dari perpotongan antara faktor air semen 0,5 dan perkiraan kuat tekan menurut tabel
6.2 dapat digambarkan kurva mengukuti kurva disebelahnya pada kurva hubungan kuat
tekan beton dengan faktor air semen seperti pada Gambar 6.1.
5. Nilai faktor air semen untuk kuat tekan yang direncanakan dapat dicari dengan menarik
garis horizontal dari kuat tekan rencana hingga memotong kurva yang telah digambar pada
langkah 4, kemudian dari titik potong tersebut ditarik garis vertikal ke bawah hingga
memotong faktor air semen. Nilai faktor air semen inilah yang dijadikan dasar untuk
menentukan berat semen bagi kuat tekan yang direncanakan.

100
90
80
70
Kuat Tekan (Mpa)

60
50
40
30
20
10
0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Faktor Air Semen

Gambar 6.1. Kurva Hubungan Kuat Tekan -Faktor Air Semen

30
Dengan telah ditetapkannya nilai faktor air semen maka berat semen yang dibutuhkan
dalam perancangan dapat dihitung yaitu dengan menggunakan data banyaknya air bebas
yang diperlukan untuk setiap m3 beton seperti tercantum pada Tabel 6.3.
Tabel 6.3. Perkiraan Jumlah Air Bebas yang Diperlukan untuk Tingkat Workability

Ukuran Jenis Berat Air (kg/m3) untuk


Maksimum Agregat Nilai Slump (mm)
Kasar
Agregat 0-10 10-30 30-60 60-180
10 mm Tidak dipecah 150 180 205 225
Dipecah 180 205 230 250
20 mm Tidak dipecah 135 160 180 195
Dipecah 170 190 210 225
40 mm Tidak dipecah 115 140 160 175
Dipecah 155 175 190 205

Besarnya berat semen yang dihitung atas dasar berat air bebas dan faktor air semen yang
sebelumnya telah ditetapkan tidak boleh kurang dari berat semen minimum yang
disyaratkan pada kondisi exposure tertentu untuk menjamin keawetan beton.
Langkah selanjutnya dari perancangan beton dengan metode British ini adalah
memperkirakan berat jenis adukan beton dengan memenfaatkan data berat air dan berat
jenis agregat gabungan. Untuk memperkirakan berat jenis adukan beton, terlebih dahulu
dibutuhkan persentase masing-masing agregat halus dan agregat kasar sehingga langkah
untuk memperkirakan berat jenis adukan beton dapat dilakukan.
Persentase berat agregat halus terhadap total agregat dapat ditentukan dengan
memanfaatkan kurva hubungan antara besar faktor air semen dengan persentase agregat
halus untuk beberapa nilai slump dan ukuran maksimum agregat yang dipakai, yang
diperlihatkan pada Gambar 6.2a, 6.2b, dan 6.2c.

31
80 80
slump 0-10 mm slump 10-30 mm
70 70

60 60

Persentase Agregat Halus


Persentase Agregat Halus

50 50 15
15

40 40 40
40
60
60
30 30
80
80 100
20 100 20

10 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

Faktor Air Sem en Faktor Air Sem en

80 80
slump 30-60 mm slump 60-180 mm
70 70
15
60 60
Persentase Agregat Halus

Persentase Agregat Halus

15
50 50 40

40
40 40 60
60
80
30 80 30 100
100
20 20

10 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Faktor Air Sem en Faktor Air Sem en

Gambar 6.2.a.
Persentase Agregat Halus Terhadap Total Agregat untuk Diameter Maksimum 10 mm
32
80 80
slump 0-10 mm slump 10-30 mm
70 70

60 60
Persentase Agregat Halus

Persentase Agregat Halus


50 50

40 40 15
15
30 30 40
40
60 60
20 80 20 80
100 100
10 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Faktor Air Sem en Faktor Air Sem en

80 80
slump 30-60 mm slump 60-180 mm
70 70

60
Persentase Agregat Halus

60
Persentase Agregat Halus

50 50 15
40 15
40
40
40
30 30 60
60
80 80
20 100 100
20

10 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Faktor Air Sem en
Faktor Air Sem en

Gambar 6.2.b.
Persentase Agregat Halus Terhadap Total Agregat untuk Diameter Maksimum 20 mm
33
80 80
slump 0-10 mm slump 10-30 mm
70 70

60 60
Persentase Agregat Halus

Persentase Agregat Halus


50 50

40 40

30 30 15
15
40 40
20 60 20 60
80
80 100
10 100 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Faktor Air Sem en Faktor Air Sem en

80 80
slump 30-60 mm slump 60-180 mm
70 70

60 60
Persentase Agregat Halus

Persentase Agregat Halus

50 50

40 40 15
15
40
30 40 30 60
60 80
20 80 20 100
100
10 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Faktor Air Sem en Faktor Air Sem en

Gambar 6.2.c.
Persentase Agregat Halus Terhadap Total Agregat untuk Diameter Maksimum 40 mm

34
Angka-angka disebelah kiri garis pada gambar 6.2a, 6.2b, dan 6.3b menunjukkan
persentase agregat halus lolos saringan 0,6 mm.
Dengan telah ditentukannya persentase agregat halus, maka persentase agregat kasar
adalah 100-persentase agregat halus, sehingga besarnya berat jenis agregat gabungan dapat
ditentukan. Berat jenis agregat gabungan ditentukan dengan menjumlahkan hasil perkalian
antara masing-masing persentase dengan berat jenisnya.
Perkiraan berat jenis adukan beton dapat dihitung dengan menggunakan bantuan berat air
dan berat jenis agregat gabungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.3.

2800
Berat Jenis Agregat Gabungan
Berat Jenis Adukan Beton (kg/m3)

2700 Kondisi SSD

2600

2500
2.9
2400 2.8
2.7
2300
2.6
2.5
2200
2.4
2100
100 120 140 160 180 200 220 240 260 280
Kebutuhan Air (kg/m3)

Gambar 6.3. Kurva Perkiraan Berat Jenis Adukan Beton

Contoh 6.1.
Rencanakanlah campuran untuk keperluan kolom beton dengan kuat tekan karakteristik
sebesar 25 MPa (cara British) pada umur 28 hari. Slump rencana 10 cm. Jarak tulangan
kolom hanya memungkinkan penggunaan agregat maksimum sebesar 20 mm. Semen yang
digunakan type I, deviasi standar diambil sebesar 6,5 MPa, faktor air semen maksimum
0,65 dan kebutuhan semen minimum 275 kg/m3.
35
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diperoleh :
Sifat agregat kasar (batu pecah):
Specific gravity (BJ) = 2,68 (kondisi SSD)
Peresapan = 1,5 %
Kadar air pada saat pengecoran 2,5 %
Berat volume gembur = 1400 kg/m3 (pada kondisi kadar air 2,5 %)

Sifat agregat halus :


Specific gravity (BJ) = 2,55 (kondisi SSD)
Peresapan = 0,9 %
Kadar air pada saat pengecoran = 2,8 %
Berat volume gembur = 1550 kg/m3 (pada kondisi kadar air 2,8 %)
Hasil pengujian analisis saringan agregat halus:

Ukuran Saringan Berat Pasir Tertahan (gr)


(mm)
5 0
2,36 60
1,18 116
0,6 148
0,3 180
0,15 60
Pan 36

Apabila tinggi kolom yang akan dicor 4,5 m, diameter 60 cm dan jumlah kolom 50 buah,
maka tentukanlah jumlah semen dalam sak ( 1 sak=50 kg), pasir (m3), dan batu pecah (m3)
yang harus disiapkan.

Penyelesaian soal diatas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:


1. Kuat tekan yang disyaratkan, bk = 25 Mpa
2. Deviasi standar, s = 6,5 Mpa
3. Nilai tambah, m = 1,64 s = 1,64. 6,5 = 10,66 MPa
4. Kuat tekan rata-rata rencana, bm = bk + m = 25 + 10,66 = 35,66 MPa
36
5. Jenis semen : Type I
6. Jenis agregat kasar : dipecah
Jenis pasir : alam
7. Menghitung faktor air semen, digunakan Tabel 6.2 dan Gambar 6.1.
Dari Tabel 6.2, diperoleh Kuat tekan beton sebesar 48 Mpa pada faktor air semen 0,5
untuk umur 28 hari; jenis semen type 1; dan jenis agregat kasar dipecah.
Gambarkan garis lengkung melalui titik perpotongan faktor air semen 0,5 dengan kuat
tekan 48 Mpa. Garis lengkung inilah yang akan menjadi acuan untuk menentukan faktor
air semen berdasarkan kuat tekan rencana sebesar 35,66 Mpa. Sehingga diperoleh faktor
air semen sebesar 0,62
8. Faktor air semen maksimum = 0,65
9. Nilai slump rencana = 100 mm
10. Ukuran maksimum agregat = 20 mm
11. Kebutuhan air (Tabel 6.3) = 225 kg/m3
12. Kebutuhan semen = 225/0,62 = 362,9 kg/m3
13. Kebutuhan semen minimum = 275 kg/m3
14. Persentase agregat halus lolos saringan 0,6 mm dihitung dengan menggunakan Tabel
6.4.

Tabel 6.4. Analisis Saringan Agregat Halus

Ukuran Berat Tertahan Tertahan (%) Kum Tertahan Lolos (%)


Saringan (gr) (%)
(mm)
5 0 0 0 100
2,36 60 10 10 90
1,18 116 19,33 29,33 70,67
0,6 148 24,67 54 46
0,3 180 30 84 16
0,15 60 10 94 6
Pan 36 6 100 0
600

Dari Tabel 6.4. diatas diperoleh agregat halus lolos saringan 0,6 sebesar 46 %

15. Persentase berat pasir terhadap campuran (Gambar 6.2b) diperoleh 45 %

2800
Berat Jenis Agregat Gabungan
Berat Jenis Adukan Beton (kg/m3)

2700 Kondisi SSD

2600

2500
2.9
2400 2.8
2.7
2300
2.6
2.5
2200
2.4
2100
100 120 140 160 180 200 220 240 260 280
Kebutuhan Air (kg/m3)
37
16. Berat jenis agregat gabungan = 0,55.2.68 + 0,45.2,55 = 2,62
17. Berat jenis adukan beton (Gambar 6.3.) = 2330 kg/m3
18. Kebutuhan agregat = 2330 - 225- 363 = 1742 kg/m3
19. Kebutuhan pasir = 0,45. 1742 = 784 kg/m3
20. Kebutuhan agregat kasar = 1742 – 784 = 958 kg/m3

Sehingga dalam 1 m3 beton dibutuhkan material sebagai berikut :


1. Semen = 363 kg
2. Air = 225 kg
3. Pasir= 784 kg (kondisi SSD)
4. Split = 958 kg (kondisi SSD)

Pada kondisi lapangan, berat air, berat pasir, dan berat split harus dikoreksi dengan cara
sebagai berikut :

Kondisi Lapangan
Kebutuhan pasir = 784 + ((2,8-0,9)/100). 784 = 799 kg/m3
Kebutuhan split = 958 + ((2,5-1,5)/100).958 = 968 kg/m3
Kebutuhan air = 225- ((2,8-0,9)/100).784- ((2,5-1,5)/100).958 = 201 kg/m3
Kebutuhan semen (tetap) = 363 kg/m3

Kebutuhan Bahan untuk Pengecoran Kolom


Volume kolom = 0,25.3,14.0,62.4,5.50 = 63,585 m3
Pasir = (799. 63,585)/1550 = 32,78 m3
Split = (968. 63,585)/1400 = 43,96 m3
Semen = (363. 63,585)/50 = 462 sak
Perancangan campuran beton dengan Metode British dapat juga dikerjakan dengan
program Bahasa Basic sebagai berikut:
38
CLS
10 INPUT "KUAT TEKAN YANG DISYARATKAN 28 H(MPA)=", FC
14 INPUT "NILAI SLUMP(10-180MM)=", S
16 INPUT "UKURAN AGREGAT MAX(PILIH 10,20,40MM)=", AM
18 INPUT "PASIR LOLOS SAR 0,6(%)=", LS
20 INPUT "BERAT JENIS AGREGAT KASAR=", BJK
22 INPUT "BERAT JENIS PASIR=", BJP
24 INPUT "STANDAR DEVIASI(MPA)=", SD
30 PRINT
34 C = FC + (1.64 * SD)
37 IF C <= 76 AND C >= 60 THEN FAS = .3 + (76 - C) * (.1 / 16): GOTO 49
39 IF C < 60 AND C >= 48 THEN FAS = .4 + (60 - C) * (.1 / 12): GOTO 49
42 IF C < 48 AND C >= 37 THEN FAS = .5 + (48 - C) * (.1 / 11): GOTO 49
44 IF C < 37 AND C >= 29 THEN FAS = .6 + (38 - C) * (.1 / 8): GOTO 49
46 IF C < 29 AND C >= 22 THEN FAS = .7 + (29 - C) * (.1 / 7): GOTO 49
48 PRINT "TINJAU KEMBALI KUAT TEKAN": END
49 PRINT "FAS=", FAS
50 IF S >= 0 AND S <= 10 AND AM = 10 THEN W = 180: GOTO 75
52 IF S > 10 AND S <= 30 AND AM = 10 THEN W = 205: GOTO 75
54 IF S > 30 AND S <= 60 AND AM = 10 THEN W = 230: GOTO 75
56 IF S > 60 AND S <= 180 AND AM = 10 THEN W = 250: GOTO 75
58 IF S >= 0 AND S <= 10 AND AM = 20 THEN W = 170: GOTO 75
60 IF S > 10 AND S <= 30 AND AM = 20 THEN W = 190: GOTO 75
62 IF S > 30 AND S <= 60 AND AM = 20 THEN W = 210: GOTO 75
64 IF S > 60 AND S <= 180 AND AM = 20 THEN W = 225: GOTO 75
66 IF S >= 0 AND S <= 10 AND AM = 40 THEN W = 155: GOTO 75
68 IF S > 10 AND S <= 30 AND AM = 40 THEN W = 175: GOTO 75
70 IF S > 30 AND S <= 60 AND AM = 40 THEN W = 190: GOTO 75
72 IF S > 60 AND S <= 180 AND AM = 40 THEN W = 205: GOTO 75
74 PRINT "TINJAU KEMBALI NILAI SLUMP ATAU UKURAN AGG MAX": END
75 PRINT "BERAT AIR=", W; : PRINT "KG/M3"
76 CM = W / FAS
80 PRINT "BERAT SEMEN=", CM; : PRINT "MPA"
86 IF S >= 10 AND S <= 30 AND AM = 10 THEN GOTO 106
88 IF S > 30 AND S <= 60 AND AM = 10 THEN GOTO 108
90 IF S > 60 AND S <= 180 AND AM = 10 THEN GOTO 110
92 IF S >= 10 AND S <= 30 AND AM = 20 THEN GOTO 112
94 IF S > 30 AND S <= 60 AND AM = 20 THEN GOTO 114
96 IF S > 60 AND S <= 180 AND AM = 20 THEN GOTO 116
98 IF S >= 10 AND S <= 30 AND AM = 40 THEN GOTO 118
100 IF S > 30 AND S <= 60 AND AM = 40 THEN GOTO 120
102 IF S > 60 AND S <= 180 AND AM = 40 THEN GOTO 122
106 P1 = 23: P2 = 30: P3 = 26: P4 = 25: P5 = 33: P6 = 43: P7 = 38: P8 = 53: P9 = 49:
P10 = 66: GOTO 124
39
108 P1 = 24: P2 = 32: P3 = 31: P4 = 39: P5 = 37: P6 = 46: P7 = 43: P8 = 57: P9 = 56:
P10 = 72: GOTO 124
110 P1 = 29: P2 = 37: P3 = 33: P4 = 43: P5 = 40: P6 = 52: P7 = 50: P8 = 63: P9 = 62:
P10 = 80: GOTO 124
112 P1 = 17: P2 = 25: P3 = 20: P4 = 30: P5 = 24: P6 = 35: P7 = 30: P8 = 42: P9 = 38:
P10 = 54: GOTO 124
114 P1 = 14: P2 = 28: P3 = 23: P4 = 32: P5 = 28: P6 = 39: P7 = 33: P8 = 47: P9 = 41:
P10 = 59: GOTO 124
116 P1 = 23: P2 = 31: P3 = 28: P4 = 36: P5 = 31: P6 = 43: P7 = 39: P8 = 53: P9 = 49:
P10 = 65: GOTO 124
118 P1 = 15: P2 = 22: P3 = 18: P4 = 25: P5 = 21: P6 = 31: P7 = 23: P8 = 38: P9 = 30:
P10 = 48: GOTO 124
120 P1 = 17: P2 = 23: P3 = 21: P4 = 27: P5 = 23: P6 = 33: P7 = 29: P8 = 41: P9 = 35:
P10 = 51: GOTO 124
122 P1 = 20: P2 = 28: P3 = 23: P4 = 32: P5 = 27: P6 = 38: P7 = 34: P8 = 46: P9 = 40:
P10 = 59: GOTO 124
124 S1 = ((FAS - .2) / .6) * (P2 - P1) + P1
126 S2 = ((FAS - .2) / .6) * (P4 - P3) + P3
128 S3 = ((FAS - .2) / .6) * (P6 - P5) + P5
130 S4 = ((FAS - .2) / .6) * (P8 - P7) + P7
140 S5 = ((FAS - .2) / .6) * (P10 - P9) + P9
144 IF LS >= 80 AND LS <= 100 THEN PS = -((LS - 80) / 20) * (S2 - S1) + S2
146 IF LS >= 60 AND LS < 80 THEN PS = -((LS - 60) / 20) * (S3 - S2) + S3
148 IF LS >= 40 AND LS < 60 THEN PS = -((LS - 40) / 20) * (S4 - S3) + S4
150 IF LS >= 15 AND LS < 40 THEN PS = -((LS - 15) / 25) * (S5 - S4) + S5
160 PRINT "PERSENTASE PASIR=", PS; : PRINT "%"
162 BJG = ((100 - PS) / 100) * BJK + (PS / 100) * BJP
164 PRINT "BERAT JENIS AGREGAT GABUNGAN=", BJG
166 B1 = ((260 - W) / 16) * 15 + 2150
168 B2 = ((260 - W) / 160) * 187 + 2275
170 B3 = ((260 - W) / 16) * 25 + 2450
172 IF BJG >= 2.4 AND BJG <= 2.6 THEN BVB = ((BJG - 2.4) / .2) * (B2 - B1) + B1:
GOTO 177
174 IF BJG > 2.6 AND BJG <= 2.9 THEN BVB = ((BJG - 2.6) / .3) * (B3 - B2) + B2:
GOTO 177
175 PRINT "TINJAU KEMBALI BERAT JENIS": END
177 PRINT "BERAT VOLUME BETON=", BVB; : PRINT "KG/M3"
200 AG = BVB - CM - W
202 PSR = (PS / 100) * AG
204 PRINT "BERAT PASIR=", PSR; : PRINT "KG/M3"
206 BT = AG - PSR
208 PRINT "BERAT BATU=", BT; : PRINT "KG/M3"

40
Apabila Contoh 6.1 dikerjakan dengan program diatas maka doperoleh hasil sebagai
berikut :
Fas = 0,62425
Berat Air = 225 kg/m3
Berat Semen = 357,5685 kg/m3
Persentase Pasir = 46,18658 %
BJ Agregat Gabungan = 2,619957
Berat Volume Beton = 2328,465 kg/m3
Berat Pasir = 806,3699 kg/m3
Berat Batu = 939,5265 kg/m3

Perancangan Campuran Beton dengan Metode ACI


Prosedur perancangan adukan beton dengan metode ini terdiri atas beberapa tahapan
pekerjaan:
1. Tentukan kuat tekan rencana
2. Menetapkan konsistensi beton dengan slump rencana berdasarkan Tabel 6.5.

Tabel 6.5. Nilai Slump untuk Berbagai Jenis Konstruksi

Uraian Slump (mm)


Maksimum Minimum
Dinding, pelat podasi dan pondasi
telapak bertulang 80 25
Kaison dan konstruksi dibawah tanah 80 25
Pelat, balok, kolom, dan dinding 100 25
Perkerasan jalan 80 25
Pembetonan massal 50 25

3. Menetapkan ukuran agregat maksimum sesuai dengan persyaratan dimensi penampang


dan jarak tulangan, persyaratan tersebut telah dibahas di BAB 3
4. Berdasarkan nilai slump dan ukuran agregat maksimum maka berat air yang dibutuhkan
dalam 1 m3 beton dan persentase udara yang terperangkap dapat dilihat pada Tabel 6.6.

41
Tabel 6.6. Berat air perlu untuk setiap m3 beton dan udara terperangkap
untuk berbagai slump dan ukuran maksimum agregat
Slump Berat air (kg/m3) beton untuk ukuran agregat berbeda
(cm) 10 mm 12,5mm 20 mm 25 mm 38 mm 50 mm 75 mm 150 mm
2,5-5 208 199 187 179 163 154 142 125
7,5-10 228 217 202 193 179 169 157 138
15-17 243 228 214 202 187 178 169 -
Persentase udara yang ada dalam unit beton
3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,3 0,2

5. Faktor air semen ditentukan berdasarkan Tabel 6.7 dan harus disesuaikan dengan faktor
air semen maksimum berdasarkan kondisi lingkungan seperti ditunjukkan pada Tabel 6.8.
Tabel 6.7. Hubungan Faktor Air Semen dengan Kuat Tekan Beton (ACI)

Kuat Tekan Beton Rencana Umur 28 hari*


(kg/cm2) Faktor Air Semen
411 0,44
331 0,53
263 0,62
193 0,73
153 0,80
* Benda uji yang digunakan silinder standar

Tabel 6.8. Faktor Air Semen Maksimum Sesuai dengan Kondisi Lingkungan

Kondisi Lingkungan
Jenis Konstruksi Basah Kering Mendapat
Kondisi Normal Berganti-ganti Pengaruh Sulfat
dan Air Laut
Konstruksi Langsing atau mempunyai
penutup tulangan kurang dari 25 mm 0,53 0,49 0,40

Struktur dinding penahan tanah, pilar,


balok, abutment * 0,53 0,44
Beton yang tertanam dalam air, pilar,
balok - 0,44 0,44
Struktur lantai beton di atas tanah * - -
Beton yang terlindung dari perubahan
udara (Konstruksi interior bangunan) * - -
* Ditentukan bersasarkan Tabel 6.7.
42
6. Berat semen dihitung dengan cara membagi berat air dengan faktor air semen
7. Dengan besaran diameter maksimum agregat kasar dan nilai modulus kehalusan agregat
halus maka dapat ditentukan persentase volume agregat kasar per m3 beton dengan
menggunakan Tabel 6.9. Berat agregat kasar yang digunakan diperoleh dari perkalian
persentase volume agregat kasar dengan berat volume padat agregat kasar.
Tabel 6.9. Persentase volume agregat kasar per m3 beton

Ukuran Persentase volume agregat kasar dibandingkan dengan satuan


maksimum volume beton untuk modulus kehalusan agregat halus tertentu
agregat kasar
(mm) 2,4 2,6 2,8 3,0

10,0 50 48 46 44
12,5 59 57 55 53
20,0 66 64 62 60
25,0 71 69 67 65
37,5 75 73 71 69
50,0 78 76 74 72
75,0 82 80 78 76
150,0 87 85 83 81

8. Volume agregat halus dihitung dari selisih volume total beton dengan volume ( semen +
agregat kasar + air + udara terperangkap)
9. Dengan diketahuinya volume agregat halus dan berat jenis agregat halus maka dapat
ditentukan berat agregat halus. Sehingga berat seluruh material pembentuk beton per m3
telah dapat ditentukan.

Contoh 6.2.
Rencanakanlah campuran untuk keperluan kolom beton dengan kuat tekan karakteristik
sebesar 25 MPa dengan benda uji kubus (cara ACI) pada umur 28 hari. Slump rencana 10
cm. Jarak tulangan kolom hanya memungkinkan penggunaan agregat maksimum sebesar
20 mm. Semen yang digunakan type I, deviasi standar diambil sebesar 6,5 Mpa, faktor air
semen maksimum 0,65 dan kebutuhan semen minimum 275 kg/m3.
43
Dari hasil pemeriksaan laboratorium pada kondisi SSD, diperoleh :
Sifat agregat kasar (batu pecah):
Specific gravity (BJ) = 2,68
Berat volume gembur = 1400 kg/m3
Berat volume padat = 1580 kg/m3
Sifat agregat halus :
Specific gravity (BJ) = 2,55
Berat volume gembur = 1550 kg/m3
Hasil pengujian analisis saringan agregat halus:

Ukuran Saringan Berat Pasir Tertahan (gr)


(mm)
5 0
2,36 60
1,18 116
0,6 148
0,3 180
0,15 60
Pan 36

Tentukan pula rencana ukuran kotak takaran agregat untuk keperluan pengadukan dengan
ketentuan dimana kapasitas mixer adalah 1 sak semen + 2 kotak pasir + 3 kotak agregat
kasar.

Penyelesaian
1. Kuat tekan rencana = 25 + 1,64. 6,5 = 35,66 MPa = 356,6 kg/cm2
Kuat tekan rencana benda uji silinder = 356,6 x 0,83 = 296 kg/cm2
2. Slump rencana = 100 mm
3. Ukuran agregat maksimum = 20 mm
Modulus kehalusan pasir dihitung dengan Tabel 6.10

44
Tabel 6.10. Perhitungan Modulus Kehalusan Pasir

Ukuran Berat Tertahan Tertahan (%) Kum Tertahan Lolos (%)


Saringan (gr) (%)
(mm)
5 0 0 0 100
2,36 60 10 10 90
1,18 116 19,33 29,33 70,67
0,6 148 24,67 54 46
0,3 180 30 84 16
0,15 60 10 94 6
pan 36 6 100 0
600 271,33
Modulus kehalusan pasir = 271,33/100 = 2,71

4. Berat air (Tabel 6.6) = 202 kg/m3


5. Berdasarkan kuat tekan rencana maka faktor air semen (Tabel 6.7) = 0,576
6. Berat semen = 202/0,576 = 351 kg/m3
7. Persentase volume agregat kasar (Tabel 6.9) = 63 %
Berat agregat kasar = 0,63. 1580 = 995,4 kg/m3
8. Penentuan volume unsur beton kecuali pasir :

351
Volume semen = = 0,1114 m3
3,151000
.
202
Volume air = = 0,2020 m3
1000
995,4
Volume agregat kasar = = 0,3714 m3
2,68.1000
Volume udara = 0,0200 m3
___________
= 0,7048 m3

9. Volume pasir = 1- 0,7048 = 0,2952 m3


Berat pasir = 0,2952.2,55.1000 = 752,76 kg/m3

45
Maka unsur beton per m3:
Semen = 351 kg
Air = 202 kg
Pasir = 752 kg
Agregat kasar = 995 kg
__________
= 2300 kg

Menentukan Ukuran Kotak Takaran Agregat

Bahan agregat yang diperlukan untuk 1 sak semen :


Pasir = 107,12 kg
Agregat kasar = 141,74 kg
Pasir terdiri dari 2 kotak sehingga berat pasir 1 kotak = 107,12/2 = 53,56 kg
Agregat kasar terdiri dari 3 kotak sehingga berat agregat kasar 1 kotak = 47,25 kg
Volume kotak pasir = 53,56/1550 = 34555 cm3
Volume kotak agregat kasar = 47,25/1400 = 33750 cm3

Ukuran Kotak Pasir


Ambil lebar kotak = 35 cm
Ambil tinggi kotak = 20 cm
Maka panjang kotak = 49 cm

Ukuran Kotak Agregat Kasar


Ambil lebar kotak = 35 cm
Ambil tinggi kotak = 20 cm
Maka panjang kotak = 48 cm

Perancangan campuran beton dengan Metode ACI dapat juga dikerjakan dengan program
Bahasa Basic sebagai berikut:
46
CLS
1 INPUT "NAMA FILE=", NAMA$
2 OPEN NAMA$ FOR OUTPUT AS #1
3 INPUT "TIPE SOAL:", NM
4 PRINT #1, "TIPE SOAL:"; NM
10 INPUT "KUAT TEKAN YANG DISYARATKAN 28 H (KG/CM2)=", FC
12 INPUT "NILAI SLUMP(2.5-17 CM)=", S
14 INPUT "UKURAN AGREGAT MAX(PILIH 10,20,38 MM)=", AM
16 INPUT "MODULUS KEHALUSAN(2.0-3.4)=", FM
18 INPUT "BERAT VOLUME AGREGAT KASAR=", BV
20 INPUT "BERAT JENIS AGREGAT KASAR=", BJ
22 INPUT "BERAT JENIS PASIR=", BJS
24 INPUT "STANDAR DEVIASI(KG/CM2)=", SD
30 PRINT
35 C = FC + (1.64 * SD)
40 IF C <= 411 AND C >= 331 THEN FAS = .44 + (411 - C) * (.09 / 80): GOTO 87
60 IF C < 331 AND C >= 263 THEN FAS = .53 + (331 - C) * (.09 / 68): GOTO 87
70 IF C < 263 AND C >= 193 THEN FAS = .62 + (263 - C) * (.11 / 70): GOTO 87
80 IF C < 193 AND C >= 153 THEN FAS = .73 + (193 - C) * (.07 / 40): GOTO 87
85 PRINT "TINJAU KEMBALI KUAT TEKAN": END
87 IF FAS > .65 THEN FAS = .65
90 PRINT #1, "FAS="; FAS
100 IF S >= 2.5 AND S <= 5 AND AM = 10 THEN W = 208: GOTO 190
110 IF S > 5 AND S <= 10 AND AM = 10 THEN W = 228: GOTO 190
120 IF S > 10 AND S <= 17 AND AM = 10 THEN W = 243: GOTO 190
130 IF S >= 2.5 AND S <= 5 AND AM = 20 THEN W = 187: GOTO 190
140 IF S > 5 AND S <= 10 AND AM = 20 THEN W = 202: GOTO 190
150 IF S > 10 AND S <= 17 AND AM = 20 THEN W = 214: GOTO 190
160 IF S > 2.5 AND S <= 5 AND AM = 38 THEN W = 163: GOTO 190
47
170 IF S > 5 AND S <= 10 AND AM = 38 THEN W = 179: GOTO 190
180 IF S > 10 AND S <= 17 AND AM = 38 THEN W = 187: GOTO 190
185 PRINT "TINJAU KEMBALI NILAI SLUMP ATAU UKURAN AGG MAX": END
190 PRINT #1, "BERAT AIR="; W; : PRINT #1, " KG/M3"
200 CM = W / FAS
210 PRINT #1, "BERAT SEMEN="; CM; : PRINT #1, "KG/M3"
220 IF FM >= 2 AND FM <= 3.4 AND AM = 10 THEN AG = 54 - 10 * (FM - 2): GOTO
250
230 IF FM >= 2 AND FM <= 3.4 AND AM = 20 THEN AG = 70 - 10 * (FM - 2): GOTO
250
240 IF FM >= 2 AND FM <= 3.4 AND AM = 38 THEN AG = 79 - 10 * (FM - 2): GOTO
250
245 PRINT "TINJAU KEMBALI MODULUS KEHALUSAN": END
250 PRINT #1, "KEBUTUHAN AGREGAT KASAR="; AG; : PRINT #1, "%"
260 BAG = BV * (AG / 100)
261 PRINT #1, "BERAT AGREGAT KASAR="; BAG; : PRINT #1, "KG/M3"
262 IF AM = 10 THEN U = .03
264 IF AM = 20 THEN U = .02
266 IF AM = 38 THEN U = .01
270 VCM = CM / (1000 * 3.15)
280 VAG = BAG / (1000 * BJ)
290 VU = U
300 VW = W / 1000
310 VPS = 1 - (VCM + VAG + VU + VW)
320 BPS = VPS * BJS * 1000
330 PRINT #1, "KEBUTUHAN PASIR="; BPS; : PRINT #1, "KG/M3"
340 BBT = W + BAG + CM + BPS
350 PRINT "PERKIRAAN BERAT BETON="; BBT; : PRINT "KG/M3"
360 END
48
Apabila Contoh 6.2 dikerjakan dengan program diatas maka doperoleh hasil sebagai
berikut :
FAS= .5763526
BERAT AIR= 202 KG/M3
BERAT SEMEN= 350.4799 KG/M3
KEBUTUHAN AGREGAT KASAR= 62.9 %
BERAT AGREGAT KASAR= 993.82 KG/M3
KEBUTUHAN PASIR= 754.5659 KG/M3

Anda mungkin juga menyukai