Anda di halaman 1dari 5

JURNAL HIMASAPTA, Vol. 2, No.

1, April 2017 : 1 - 5

PENGARUH PELAPUKAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BATUAN


DAN TANAH RESIDUAL BREKSI VULKANIK FORMASI PITANAK
DI KECAMATAN KARANG INTAN KABUPATEN BANJAR
Adip Mustofa1*, Agus Triantoro2, Irham Nurhafidz2
1
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat
2 Mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat

e-mail: 1*adip@unlam.ac.id, 1agus@unlam.ac.id, 2irhamnurhafidz7@gmail.com,

ABSTRAK
Formasi Pitanak merupakan salah satu Formasi batuan yang tersusun oleh beberapa jenis batuan vulkanik seperti andesit, breksi
vulkanik dan jenis batuan konglomerat. Pada batuan batuan tersebut sering di temukan jebakan mineral logam, sehingga pada Formasi ini
berkemungkinan terbentuk cebakan endapan logam ekonomis untuk dilakukan kegiatan penambangan.
Pada tahapan awal penambangan, prasarana jalan sangat penting dalam kegiatan pembangunan (mine development). Pembuatan
jalan tambang memerlukan perhitungan dan perancangan material perkerasan jalan baik itu subgrade jalan maupun material perlapisannya.
Penelitian perlapisan batuan hasil pelapukan batuan vulkanik di Formasi Pitanak memberikan 6 kelas pelapukan batuan dengan tingkat
kekerasan material rata rata 0.03-0.6 MPa untuk tanah residual dan 2-30 MPa untuk material lapuk hingga batuan. Klaster pelapukan pada
batuan hasil pelapukan batuan vulkanik di Formasi Pitanak diketahui dengan menggolongkannya berdasarkan 3 sistem klasifikasi yaitu
menurut Sadisun dkk. 1998, ISRM 1981 dan NEH 601.03.

Kata Kunci : batuan vulkanik, formasi pitanak, kuat tekan batuan, kelas pelapukan.

PENDAHULUAN vulkanik ini bukan hanya hasil pembekuan magma tetapi


Batuan vulkanik umumnya terbentuk dari juga lava yang berlangsung didalam tubuh gunung api
pembekuan magma yang sangat cepat. Kalimantan Selatan maupun dipermukaan bumi atau disebut juga intrusi
saat ini tidak ada gunung aktif namun hasil pemetaan dangkal.
geologi regional yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Dikarenakan proses pembekuanya berada pada
Pengembangan Geologi tahun 1994 menyatakan bahwa dalam tubuh api ataupun dipermukaan bumi, sehingga
aktifitas vulkanik pernah terjadi pada zaman Kapur Akhir proses pembekuanya berlangsung cepat dikarenakan
(65-95 juta tahun yang lalu) yang menghasilkan batuan langsung kontak dengan udara maupun air yang ada
vulkanik yang dipetakan sebagai Formasi Pitanak. Salah dipermukaan bumi. Jika proses pembekuaan magma ini
satu batuan yang terdapat dalam Formasi Pitanak yaitu berlangsung secara cepat maka belum sempat mengalami
batuan breksi vulkanik. Tektonik akhir Miosen (5.3-11 jt proses kristalisasi sempurna sehingga hanya terbentuk
tahun yang lalu) menyebabkan batuan vulkanik Formasi kristal yang kecil-kecil ataupun glassy.
Pitanak terangkat, terlipatkan dan tererosi sehingga Berdasarkan peta geologi yang dikeluarkan oleh
tersingkap nampak seperti sekarang. Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi (P3G)
Pelapukan yang berlanjut dalam waktu lama Bandung, daerah penelitian termasuk kedalam Peta Geologi
menyebabkan tanah lapukan menjadi tebal. Pelapukan yang Lembar Banjarmasin (Sikumbang, 1994). Adapun Formasi
terjadi ada dua jenis yaitu pelapukan kimiawi dan Batuan di daerah penelitian berdasarkan umur yang tertua
pelapukan fisika, jenis pertama adalah penghancuran yang sampai termuda adalah sebagai berikut :
disebabkan oleh pembahasan dan pengeringan secara terus 1) Gabro (Mgb), Gabro berwarna kelabu hijau berhablur
menerus. Jenis yang kedua adalah akibat pengikisan, air, penuh, hipidiomorf, berbutir seragam, besar butir
angin, es (gletser). Proses ini menghasilkan butir yang kecil antara 1-4,5 mm, tersusun oleh mineral plagioklas dan
sampai besar namun komposisinya masih tetap sama piroksen
dengan batuan asalnya. 2) Formasi Pitanak (Kvpi), Lava andesit berwarna kelabu,
Batuan adalah sekumpulan mineral baik sejenis coklat bila lapuk, porfiritik dengan fenokris plagioklas,
maupun tak sejenis yang membentuk massa material yang umumnya berlongsong yang terisi mineral zeolit,
terlithifikasi oleh proses alamiah menjadi bersifat padu/ kuarsa dan seladonit. Setempat berstruktur bantal.
padat dan keras. Batuan yang dikelompokkan dalam 3 Berasosiasi dengan breksi konglomerat vulkanik,
kelompok batuan (batuan beku, batuan sedimen, dan batuan umumnya lapuk berwarna coklat, berkomponen
metamorf) umumnya bersifat kompak dan padat, namun andesit-basalt porfiri, berukuran beberapa hinngga
ada beberapa batuan yang tidak kompak. Batuan vulkanik puluhan centimeter dengan masadasar batupasir
menjadi bagian dari batuan beku luar bila terdapat sebagai gunung api, terpilah buruk, bentuk butir menyudut
batuan leleran lava (lava bantal) yang merupakan hasil tanggung. Formasi ini tersingkap di bagian barat laut
pembekuan magma dipermukaan bumi. Pegununngan Meratus melanjut ke Lembar amuntai
Menurut Fisher (1966), endapan gunung api dan dikenal dengan Formasi Haruyan. Tebal formasi
fragmental tersebut dapat dikelompokkan ke dalam lima diperkirakan 500 m.
kelas didasarkan atas ukuran dan bentuk butir batuan 3) Formasi Keramaian (Kak), Perselingan batupasir
penyusunnya. (vulkarenite) berwarna kelabu kehitaman sangat padat,
Batuan Beku vulkanik merupakan batuan beku dengan batulanau dan batulempung.
yang terbentuk merupakan hasil dari proses cooling down 4) Alluvial (Qa), Lempung kaolinit dan lanau bersisipan
Magma atau Lava. Jadi pada batuan beku khusus untuk pasir, gambut, kerakal dan bongkahan lepas,

1
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 2, No. 1, April 2017 : 1 - 5

merupakan endapan sungai dan rawa, berumur perbandingan tertentu pada grafis regangan aksial dihitung
holosen, dan lain-lain. pada rata-rata kemiringan kurva dalam kondisi linier, atau
bagian linier yang terbesar di kurva sehingga didapat nilai
modulus young rata-rata (lihat Gambar-4).

Gambar-3. Tegangan Regangan Keelastisan Suatu Bahan

Nisbah Poisson didefinisikan sebagai


Gambar-1. Peta Geologi Regional Lokasi Penelitian perbandingan negatif antara regangan lateral dan regangan
aksial. Nisbah Poisson menunjukkan adanya pemanjangan
METODOLOGI ke arah lateral (lateral expansion) akibat adanya tegangan
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah dalam arah aksial.
sampel berbentuk prisma balok berdimensi 50 mm x 50 mm
x 75 mm (Gambar-1). Penentuan jenis dimensi ini adalah
berdasarkan kegunaan dari penelitian, di mensi sampel di
buat prisma persegi panjang agar pembanding antara kontak
area di permukaan yaitu ban alat angkut sesuai dengan
dimensi sampel sebagai daya dukung materialnya. Dasar
penggunaan acuan adalah Standar ASTM C-170.
Model lapisan elastis dapat menghitung tekanan,
lendutan dan regangan pada suatu titik dalam suatu struktur
perkerasan. Model lapisan elastis berasumsi bahwa Gambar-4. Kurva Pengambilan Nilai 𝜎 dan a
masing-masing lapisan perkerasan adalah homogen,
isotropis, dan linier elastik. Dengan kata lain, akan kembali HASIL DAN DISKUSI
kebentuk aslinya ketika beban berpindah (Gambar-2).
Objek penelitian di khususkan pada lokasi didalam
Formasi Pitanak (Kvpi) dimana terdapat banyak singkapan
batuannya yaitu di kecamatan Karang Intan Kabupaten
Banjar tepatnya di Desa Mandikapau Timur dan desa
Mandiangin. Titik Koordinat lokasi penelitian berada pada
lokasi observasi representative yaitu pada koordinat S 3
29’ 06.6” dan E 114 57’ 33.3” yaitu di Desa Mandikapau
Timur dan Koordinat S 3 30’ 42.3” dan E 114 55’ 56.4”
yaitu di Desa Mandiangin Timur. Objek penelitian di lokasi
pengamatan berupa daerah yang memiliki bentang alam
perbukitan dengan beberapa gunung yang mengapitnya.
Material yang di teliti berupa batuan breksi vulkanik
Gambar-2. Dimensi Sampel Uji dengan tingkat pelapukan yang beragam. Kondisi
lingkungan sekitar daerah penelitian terdapat area
Koefisien kaku disebut Modulus setelah Thomas persawahan, perkebunan karet dan tambak ikan.
Young yang membuat konsep baru pada tahun 1807. Untuk mengetahui sifat mekanik batuan breksi
Modulus Elastisitas (E) dipakai untuk bahan padat dan vulkanik khususnya kuat tekan batuan, modulus young ,
membandingkan regangan dan tegangan menggunakan Poisson’s Ratio maka dilakukan sampling. Sampling
persamaan (1). dilakukan terhadap massa batuan yang mewakili lapisan
baik terhadap massa batuan yang kondisinya segar (belum
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝜎)
Modulus Young (E) = (1) terlapukkan) maupun batuan yang telah mengalami
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝜀)
pelapukan. Sampling dilakukan di 2 lokasi yaitu wilayah
Desa Mandikapau Timur dan Desa Mandiangin Kecamatan
Bila suatu material mengalami perubahan bentuk
Karang Intan. Selanjutnya sample batuan lapisan 1 sampai
(deformasi) akibat beban yang diberikan dari luar dan
lapisan 4 diuji sifat mekanik di laboratorium Mekanika
material tersebut akan berubah kembali ke bentuk semula
Batuan. Tanah terdapat pada lapisan 5 dan lapisan 6
setelah beban tersebut dihilangkan maka material tersebut
pelapukan batuan Breksi vulkanik. Kedua lapisan batuan
dikatakan bersifat elastis.
yang telah lapuk menjadi tanah tersebut disampling baik
Harga dari modulus young dapat ditentukan
yang terdapat di Mandikapau Timur maupun Mandiangin.
sebagai perbandingan antara selisih tegangan aksial (τ) Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui jenis
dengan selisih tegangan aksial (o), yang diambil pada tanahnya dan beberapa parameter dari sifat mekanik tanah.

2
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 2, No. 1, April 2017 : 1 - 5

Tabel-1. Data Pengujian Sampel Mekanika Batuan


Nilai Modulus Young
Kuat Tekan Batuan (MPa) Poisson’s Rasio
(GPa/cm2)
Lapisan LPS 01 LPS 02 LPS 01 LPS 02 LPS 01 LPS 02
Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik
A B A B A B A B A B A B
4 4 3.5 2 2.5 5.63 4.33 2.88 3.91 0.3 0.2 0.1 0.5
3 13 6 11 7.5 13.79 6.52 5 7 0.38 0.31 0.45 0.4
2 15 24.25 23.5 18.75 18.75 12.19 14.3 17.9 0.43 0.38 0.47 0.41
1 26 29.25 25.25 26.25 20.27 21.40 18 18.8 0.93 0.97 0.69 0.98

Tabel-2. Data Pengujian Sampel Mekanika Tanah


Nilai Modulus Young
Kuat Geser Tanah (MPa) Poisson’s Rasio
(GPa/cm2)
Lapisan LPS 01 LPS 02 LPS 01 LPS 02 LPS 01 LPS 02
Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik
A B A B A B A B A B A B
6 0.046 0.028 0.037 0.032 0.15 0.16 0.12 0.14 0.45 0.46 0.43 0.44
5 0.673 0.563 0.624 0.583 0.21 0.23 0.25 0.23 0.39 0.4 0.37 0.38

Nilai kuat tekan adalah kekuatan batuan pada saat 01 lebih rendah dari lokasi LPS 02. Pada lapisan 5 dan 6
dilakukan pembebanan. Dari hasil pengujian sampel batuan yaitu Poisson’s Ratio berupa tanah residual.
di setiap lapisan didapat data sifat mekanik yaitu nilai kuat
tekan di LPS 01 dan nilai kuat tekan di LPS 02. Dari hasil
analisa yang didapat kemudian dibuat diagram
perbandingan dari lapisan 1 sampai lapisan 6 antara nilai
kuat tekan LPS 01 dan LPS 02. Gambar-5 menunjukan
tingkat keselarasan kuat tekan pada setiap lapisan di kedua
lokasi.

Gambar-6. Grafik Perbandingan Modulus Young LPS 01 dan


LPS 02

Gambar-5. Grafik Perbandingan Kuat Tekan Batuan LPS 01 dan


LPS 02

Gambar-6 menunjukkan nilai modulus young pada


LPS 01 lebih tinggi dari pada LPS 02 dikarenakan pada
LPS 01 kuat tekan batuan lebih tinggi. Dari hasil pengujian
dikedua lokasi didapatkan nilai modulus young yang relatif
selaras, namun pada lapisan 2 di lokasi LPS 01 nilai
modulus young lebih rendah dari LPS 02 dikarenakan kuat
tekan batuan yang lebih rendah.
Hasil uji sifat mekanik yaitu kuat tekan tiap Gambar-7. Grafik Perbandingan Poisson’s Ratio LPS 01 dan
lapisan batuan didapatkan nilai Poisson’s Ratio yang LPS 02
berbeda-beda disetiap lapisannya. Perbedaan ini kemudian
dibandingkan dengan nilai Poisson’s Ratio di lokasi yang Klaster pelapukan batuan adalah pembagian kelas
berbeda, yaitu antara lokasi LPS 01 dan LPS 02 didapatkan pelapukan batuan berdasarkan klasifikasi standar yang telah
nilai yang memiliki tingkat perbedaan yang kurang lebih di buat oleh peneliti lain, seperti standar katagori kekerasan
sama untuk setiap lapisan. Nilai Poisson’s Ratio di lokasi NEH 631.03, klasifikasi pelapukan batuan dan tanah (ISRM
LPS 01 lapisan 1 dan 2 lebih tinggi dari lokasi LPS 02, 1981) dan klasifikasi derajat pelapukan (Sadisun 1998)
sedangkan pada lapisan 3 dan 4 nilai Poisson’s Ratio di LPS

3
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 2, No. 1, April 2017 : 1 - 5

yang menghasilkan pengkelasan batuan berdasarkan Pada klasifikasi pelapukan menurut ISRM dapat
parameter kuat tekan dari material tersebut. disimpulkan bahwa lapisan 1 dan 2 yaitu termasuk pada
Klaster kuat tekan mateial perlapisan LPS 01 titik klasifikasi batuan segar, lapisan 4 lapuk ringan, lapisan 5
A Mandikapau Timur, dapat diambil kesimpulan bahwa lapuk kuat dan lapisan 6 berupa tanah residual. Sedangkan
semakin bawah lapisan tanah residu (lapisan 1) maka nilai untuk katagori kekerasan batuan Menurut NEH 631.03
kuat tekan batuannya semakin tinggi, klasifikasi derajat dapat disimpulkan lapisan 1 dan 2 termasuk Batuan cukup
pelapukannya tergolong batuan segar. Sedangkan pada keras, lapisan 3 batuan cukup lemah, lapisan 4 batuan
lapisan yang tinggi (lapisan 6) nilai kuat tekan batuannya lemah, lapisan 5 batuan sangat lemah, lapisan 6 tanah
paling rendah, klasifikasi derajat pelapukannya tergolong residual.
tanah residu. Hal ini disebabkan oleh semakin keatas lapisan
batuan maka batuan tersebut akan semakin lapuk sehingga
Tabel-3. Klaster Kuat Tekan Material Perlapisan Batuan dan berpengaruh pada nilai kuat tekan, kategori kekerasan dan
Tanah Residual LPS 01 Titik A Mandikapau Timur derajat pelapukan. Hal ini dipengaruhi oleh tekanan, sinar
Klasifikasi matahari, pengaruh kadar air.
Klasifikasi Kategori
Pelapukan Kuat
Derajat Kekerasan
Lokasi Batuan dan Tekan
Pelapukan NEH 631.03
A Tanah KESIMPULAN
MPa
(Sadisun) (ISRM)
(N/mm2)
(MPa) Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan
Lapisan Tanah mengenai pengaruh pelapukan terhadap sifat mekanik
Tanah Residu 0.046 Tanah Residu
6 Residu batuan dan tanah residual breksi vulkanik Di Kecamatan
Lapisan Lapuk Lapuk Kuat 0.673
Batuan Sangat Karang Intan Kabupaten Banjar, maka dapat ditarik
5 Sempurna Lemah beberapa kesimpulan yakni:
Lapisan Lapuk Ringan
4
Lapuk Kuat 4 Batuan Lemah 1. Kondisi batuan yang diteliti pada formasi pitanak yaitu
Lapisan Lapuk Batuan Segar Batuan Cukup batuan breksi vulkanik yang memiliki 6 profil lapisan
13
3 Sedang Keras pelapukan, pada lapisan 1 sampai 4 yaitu berupa
Lapisan Lapuk Batuan Segar Batuan Cukup
15 batuan sedangkan lapisan 5 dan 6 berupa tanah
2 Ringan Keras
Lapisan Batuan Batuan Segar Batuan Cukup residual.
26
1 Segar Keras
2. Berdasarkan tingkat pelapukan yang telah diuji secara
Pada klasifikasi pelapukan menurut ISRM dapat mekanika batuan bahwa semakin bawah lapisan tanah
disimpulkan bahwa lapisan 1 sampai 3 yaitu termasuk pada residual (lapisan 1) maka nilai kuat tekan batuannya
klasifikasi batuan segar, lapisan 4 lapuk ringan, lapisan 5 semakin tinggi yaitu Batuan segar dengan kuat tekan
lapuk kuat dan lapisan 6 berupa tanah residual. Sedangkan 29,25 MPa dan semakin tinggi (lapisan 6) maka kuat
untuk katagori kekerasan batuan Menurut NEH 631.03 tekan akan semakin rendah yaitu berupa tanah residual
dapat disimpulkan lapisan 1 sampai 3 termasuk Batuan yang kurang dari 1 MPa.
cukup keras, lapisan 4 batuan lemah, lapisan 5 batuan
3. Dari hasil analisa didapatkan bahwa antara lokasi
sangat lemah, lapisan 6 tanah residual.
penelitian Mandikapau dan Mandiangin memiliki nilai
Tabel-4. Klaster Kuat Tekan Material Perlapisan Batuan kuat tekan yang relatif sama.
dan Tanah Residual LPS 02 Titik A Mandiangin 4. Klaster pelapukan batuan adalah pembagian kelas
Klasifikasi pelapukan batuan berdasarkan klasifikasi standar yang
Klasifikasi Kategori
Pelapukan Kuat
Derajat Kekerasan telah di buat oleh peneliti lain, seperti standar NEH
Lokasi Batuan dan Tekan
Pelapukan NEH 631.03
A Tanah 631.03 yaitu (50 MPa – 12.5 MPa) yaitu masuk
MPa
(Sadisun) (ISRM)
(N/mm2)
(MPa) kategori batuan cukup keras, (12.5 MPa – 5 MPa)
Lapisan Tanah Tanah Residu masuk katagori batuan cukup lemah, (5 MPa-1 MPa)
0.037 Tanah Residu
6 Residu batuan lemah, (1 MPa- 0.5 MPa) batuan sangat lemah,
Lapisan Lapuk Lapuk Kuat Batuan Sangat
0.624 dibawah ini yaitu berupa tanah. ISRM 1981 dan
5 Sempurna Lemah
Lapisan
Lapuk Kuat Lapuk Ringan 2.00 Batuan Lemah Sadisun 1998 yang menghasilkan pengkelasan batuan
4
Lapisan Lapuk Batuan Cukup
berdasarkan parameter kuat tekan dari material
Batuan Segar 11.00
3 Sedang Lemah tersebut.
Lapisan Lapuk Batuan Segar Batuan Cukup
23.50
2 Ringan Keras
Lapisan Batuan Cukup DAFTAR PUSTAKA
Batuan Segar Batuan Segar 25.25
1 Keras [1] Fisher, R. V. 1966. Rocks Composed of Volcanic
Fragments. Earth Science Reviews. International
Klaster kuat tekan mateial perlapisan LPS 01 Magazine fo Geo-Scientist, Vol 1. page 287-298.
Mandiangin, dapat diambil kesimpulan bahwa semakin
bawah lapisan tanah residu (lapisan 1) maka nilai kuat tekan [2] Rai, I. M. A. dan Kramadibrata, S. 2009. Mekanika
batuannya semakin tinggi, klasifikasi derajat pelapukannya Batuan. Departemen Teknik Pertambangan Institut
tergolong batuan segar. Sedangkan pada lapisan yang Teknologi Bandung, Bandung.
tinggi (lapisan 6) nilai kuat tekan batuannya paling rendah,
klasifikasi derajat pelapukannya tergolong tanah residu.

4
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 2, No. 1, April 2017 : 1 - 5

[3] Sikumbang, N dan R. Heryanto. 1994. Peta Geologi


Lembar Banjarmasin, Kalimantan. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi.

[4] Wesly, L.D. 1977. Mekanika Tanah. Badan Penerbit


Pekerjaan Umum, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai