Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Agroklimatologi Hari : Senin Jam : 14.20-16.00 WIB Asisten :1. Fakhrurrazi 2.

Khairina

CURAH HUJAN DAN EVAPORASI

Oleh Intan Permatasari 1005106010053

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH 2011

PENDAHULUAN

Latar Belakang Peranan air dalam kehidupan sangat besar. Mekanisme kompleks kehidupan tidak mungkin berfungsi tanpa kehadiran cairan yang berupa air. Bagian besar bumi dan makhluk hidup juga terdiri atas air.

Air yang berasal dari hujan merupakan fenomena alam yang paling penting bagi terjadinya kehidupan di bumi. Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Di Bumi, hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara. Virga adalah presipitasi yang jatuh ke Bumi namun menguap sebelum mencapai daratan; inilah satu cara penjenuhan udara. Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan. Butir hujan memilik ukuran yang beragam mulai dari pepat, mirip panekuk (butir besar), hingga bola kecil (butir kecil). Jumlah curah hujan adalah banyaknya endapan yang tertampung pada alat penampung curah hujan dalam periode atau jangka waktu tertentu yang dinyatakan dengan ukuran ketinggiannya dengan ketentuan atau anggapan tidak ada air yang hilang karena penguapan atau perembesan. Jumlah endapan yang sampai ke permukaan bumi dalam suatu periode tertentu dapat digambarkan atau di ekspresikan sebagai berhubungan dengan ketinggan air yang menutup secara horizontal pada permukaan bumi. Air hujan sering digambarkan sebagai berbentuk "lonjong", lebar di bawah dan menciut di atas, tetapi ini tidaklah tepat. Air hujan kecil hampir bulat. Air hujan yang besar menjadi semakin leper, seperti roti hamburger; air hujan yang lebih besar berbentuk payung terjun. Air hujan yang besar jatuh lebih cepat berbanding air hujan yang lebih kecil. Evaporasi adalah penguapan air dari permukaan air, tanah, dan bentuk permukaan bukan vegetasi lainnnya oleh proses fisika. Dua unsur utama untuk

berlangsungnnya evaporasi adalah energi (radiasi) matahari dan ketersediaan air. Proses-proses fisika yang menyertai berlangsungnya perubahan bentuk dari cair menjadi gas berlaku pada kedua proses evaporasi tersebut diatas. Oleh karenanya, kondisi fisika yang mempengaruhi laju evaporasi umum terjadi pada kedua proses alamiah tersebut. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain cahaya matahari, suhu udara, dan kapasitas kadar air dalam udara. Proses evaporasi yang disebutkan diatas tergantung pada jumlah air yang tersedia. Penguapan air dapat dibedakan ke dalam penguapan internal dan penguapan eksternal. Penguapan eksternal terjadi pada permukaan tanah (evaporasi) dan terjadi pada tanaman (transpirasi), sedangkan penguapan internal terjadi dalam pori-pori tanah. Tujuan Praktikum Agar praktikan mengetahui bagaimana cara kerja dari alat pengukur curah hujan dan evaporasi, serta mengetahui bagaimana cara mengukur curah hujan dan evaporasi serta alat-alat apa saja yang digunakan untuk mengukur curah hujan dan evaporasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Ukuran butiran air yang jatuh sebagai hujan akan beragam. Butiran air yang berdiameter lebih dari 0,5 mm akan sampai ke permukaan bumi dan dikenal sebagai hujan. Ukuran butiran antara 0,2 mm sampai 0,5 mm akan juga sampai ke permukaan bumi, dikenal sebagai gerimis (drizzle), sedangkan ukuran butiran yang kurang dari 0,2 mm tidak akan sampai ke permukaan bumi, karena akan menguap dalam perjalanannya menuju permukaan bumi. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Hujan adalah butir-butir air yang jatuh ke bumi dalam bentuk cair. Butir-butir hujan mempunyai garis tengah 0,08 6 mm. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). presipitasi (endapan) adalah cairan atau zat padat yang berasal dari hasil kondensasi atau pengembunan uap air yang jatuh dari awan sampai ke permukaan bumi (Lakitan, 1994). Berdasarkan proses terjadinya hujan dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu: a. Hujan orografis: yaitu hujan yang terjadi akibat adanya udara mendaki pegunungan. b. Hujan konveksi: yaitu hujan yang terjadi karena adanay gerakan udara vertikal (konveksi). Hujan ini sering juga disebut hujan zenithal atau hujan konvergensi. c. Hujan front: yaitu hujan yang terjadi di daerah dengan bidang batas diantara dua massa udara yang saling bertumbukan (front). d. Hujan siklonal: yaitu hujan yang terjadi di daerah angin siklon. Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau yang manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan pada daerah yang masih alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas (Handoko, 1986). Evaporasi merupakan konversi air kedalam uap air. Proses ini berjalan terus hampir tanpa berhenti di siang hari dan kerap kali di malam hari, perubahan dari keadaan cair menjadi gas ini memerlukan energi berupa panas laten untuk evaporasi, proses tersebut akan sangat aktif jika ada penyinaran matahari langsung, awan merupakan penghalangan radiasi matahari dan penghambat

proses evaporasi. Jika uap air menguap ke atmosfer maka lapisan batas antara permukaan tanah dan udara menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses penguapan berhenti, agar proses tersebut berjalan terus, lapisan jenuh harus diganti dengan udara kering, pergantian itu hanya mungkin jika ada angin, yang akan menggeser komponen uap air. Kecepatan angin memegang peranan penting dalam proses evaporasi. Evaporasi yang terus menerus memerlukan pemindahan uap air dari permukaan sedikit ke atas, tanpa memindahkan udara dekat bumi. Udara itu akan jenuh dengan uap air dan evaporasi akan berhenti. Molekul air terus menerus bergerak melewati permukaan air ke atmosfer bumi. Bila jumlah molekul-molekul yang keluar dari permukaan lebih besar dari pada jumlah yang kembali ke permukaan air maka terjadi evaporasi (Wahyuningsih, 2004). Penguapan dapat terjadi bila terdapat perbedaan tekanan uap air antara permukaan suatu permukaan dengan udara di atasnya. Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak, cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup untuk menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan, molekul tersebut dapat terbang dan "menguap" (Takeda, 2005).

PROSEDUR PERCOBAAN

Alat dan Bahan 1. Alat Corong

Jirigen

Gelas ukur (1 ml = 1 cm3 = 1cc)

Baskom, rol, dan kain lap

2. Bahan air Cara Kerja 1. Curah hujan 1. Ukur luas penampang corong (r2). 2. Tuangkan air secukupnya ke dalam jirigen (sebagai pengganti hujan). 3. Tuangkan air di dalam jirigen ke dalam gelas ukur. 4. Ukur berapa volume air yang tertampung di gelas ukur. 5. Lalu dihitung volume air.

6. Pengukuran dilakukan dengan ulangan 7 kali dengan anggapan pengukuran dilakukan 1 minggu. 7. Buat grafik hubungan antara hari (ulangan) dan curah hujan, sumbu X = hari dan Y=curah hujan. 2. Evaporasi 1. Masukkan air kedalam panci. 2. Ukur tinggi air awal (Po). 3. Ambil air dari dalam baskom secukupnya. 4. Lalu ukur tinggi air akhir (Pi). 5. Data tersebut dimasukkan ke rumus: Eo = (Po Pi) + CH 6. Pengamatan dilakukan sebanyak 7 kali.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan Tabel 1. Pengamatan curah hujan No. 1 2 3 4 5 6 7 Hari (Ulangan) Senin (1) Selasa (2) Rabu (3) Kamis (4) Jumat (5) Sabut (6) Minggu (7) Volume Gelas Ukur 200 250 80 170 190 200 180 Curah hujan (mm) 21,05 26,31 8,42 17,89 20 21,05 18,95

Tabel 2. Pengamatan evaporasi No. 1 2 3 4 5 6 7 Hari (Ulangan) Senin (1) Selasa (2) Rabu (3) Kamis (4) Jumat (5) Sabut (6) Minggu (7) Po (mm) 30 50 35 20 20 32 43 Pi (mm) 26 45 30 15 15 24 25 Eo (mm) 25,05 31,31 13,42 22,89 22,89 28 39,05 CH (mm) 21,05 26,31 8,42 17,89 20 21,05 18,95

Diameter penampang corong = 11 cm Jari-jari = 5,5 cm Luas penampang corong = r2 Luas penampang corong = 3.14 x (5,5)2 Luas penampang corong = 94,985 cm2 Hari senin (percobaan pertama)

CH = Eo = (Po Pi) + CH Eo = (30 26) + 21,05 Eo = 4 + 21,05

Eo = 25,05 mm Hari Selasa (Percobaan kedua)

CH = Eo = (Po Pi) + CH Eo = (50 45) + 26,31 Eo = 5 + 26,31 Eo = 31,31 mm

Grafik Pengamatan Curah Hujan


30 25 Nilai (mm) 20 15 10 5 0 Curah hujan (mm)

Grafik Pengamatan Evaporasi


45 40 35 30 25 20 15 10 5 0

Nilai (mm)

Evaporasi (mm)

Pembahasan Pada percobaan pengamatan curah hujan kita melihat bahwa curah hujan dalam tujuh hari tersebut tidak semuanya sama, bahkan sebagian besar curah hujannya berbeda-beda, pada percobaan pertama atau pada hari senin curah hujan 21,05 mm curah hujan tersebut terus mengalami peningkatan maupun penurunan sampai pada percobaan yang ketujuh atau pada hari minggu. Curah hujan maksimum yaitu pada hari selasa dengan curah hujan 26,31 mm. Terjadinya hujan maksimum disebabkan karena besarnya jumlah uap air maka lebih besar pula energi laten / energi potensial yang disimpan dalam atmosfer yang merupakan dasar pertumbuhan hujan lebat, jadi menentukan apakah udara itu akan kekal atau tidak. Sedangkan curah hujan terendah yaitu pada hari Rabu dengan curah hujan 8,42 mm. Sedangkan untuk penguapan air (evaporasi) pengamatan yang dilakukan juga sama yaitu 7 hari, evaporasi maksimum terjadi pada hari Minggu dengan evaporasi 39,05 mm. Sedangkan evaporasi minimun terjadi pada hari Rabu dengan evaporai 13,42 mm. Di karenakan jumlah volume air setelah penguapan (Pi) menjadi lebih sedikit. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pratikum curah hujan dan evaporasi ini adalah syarat pemasangan dalam ketinggian alat pada 120 cm dari permukaan tanah sampai mulut corong,ini dikarnakan supaya menghindari dari gangguan hewan yang dapat merusak alat dan menghindari dari percikan air yang sampai ketanah. Serta corong yang digunakan dalam alat penakar hujan tipe observatorium adalah supaya air yang ditampung bisa masuk secara maksimal dan mengurangi penguapan.

KESIMPULAN
Dari percobaan di atas dapat diambil kesimpulan : 1. Terjadinya hujan maksimum disebabkan karena besarnya jumlah uap air maka lebih besar pula energi laten / energi potensial yang disimpan dalam atmosfer yang merupakan dasar pertumbuhan hujan lebat, jadi menentukan apakah udara itu akan kekal atau tidak. 2. Curah hujan maksimum yaitu pada hari selasa dengan curah hujan 26,31 mm dan curah hujan terendah yaitu pada hari Rabu dengan curah hujan 8,42 mm. 3. Evaporasi maksimum terjadi pada hari Minggu dengan evaporasi 39,05 mm. Sedangkan evaporasi minimun terjadi pada hari Rabu dengan evaporai 13,42 mm. 4. Besarnya curah hujan yang dihasilkan setiap harinya tidak dapat dipastikan, kadang naik dan bisa juga turun. Ini semua tergantung pada evaporasi yang terjadi, kelembaban suatu daerah, tiupan angin, letak daerah tersebut dan faktor-faktor lainnya. 5. Semakin banyak panas yang diterima maka semakin tinggi evaporasi yang dihasilkan dan begitu juga sebaliknya. Ini semua dipengaruhi oleh besar kecilnya pengaruh penyinaran matahari yang diterima, sehingga ikut mempengaruhi jumlah penguapan yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. PT Dunia Pustaka Jaya. Jakarta. Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-Dasar klimatologi. PT Rajagrafindo persada; Jakarta. Takeda, Kensaku. 2005. Hidrologi Pertanian. PT. Pratya Utama; Bogor. Utami, Wahyuningsih. 2004. Geografi. Pabelan; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai